Share

Bab213# Gelisah

last update Last Updated: 2025-01-26 15:03:52

l

"Haha! Idemu bagus juga," sahut Jack seraya terkekeh. Lalu ia pun segera mengeluarkan ponselnya dan mulai merekam.

Freya mendekati Leon dan Alika, lalu dengan kejam melepas ikatan Leon dan mencengkeram lengan bocah itu, membuatnya meringis kesakitan.

"Berhenti menangis!" bentak Freya saat Alika mulai terisak. Ia menyentakkan tangan Leon dengan kasar, membuat bocah itu jatuh tersungkur ke lantai.

Bruk!

"Urgh! Tante ... sakit!" erang Leon.

"Bangun!" bentak Freya.

Namun, saat Leon hendak berdiri, Freya lantas menendang tubuh mungil bocah itu sehingga ia kembali tersungkur di atas lantai. Freya pun tertawa puas saat melihat pemandangan itu.

"Leon!" teriak Alika. "Dasar wanita jahat!" umpat Alika semakin emosi.

"Hoo ... apa yang dikatakan gadis kecil ini. Bukannya itu tidak sopan, Nak?" cibir Freya seraya menampar wajah Alika.

Plak!

"Argh! S-sakit!" teriak Alika sembari menahan rasa pa
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (30)
goodnovel comment avatar
kurotul uyun i
Grace andai kamu tau kalo leon gk baik aja
goodnovel comment avatar
windy
grace andai kamu tau klo leon gak baij baik aja.. takut penyakit leon kambuh deh
goodnovel comment avatar
Novi M Q
Grace pasti juga bisa ngerasain kalo ada suatu hal yang buruk sama Leon.. yaa Allah semoga max ga sengaja ketemu mereka trus nolongin Leon
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab214# Siksa Dua Bocah

    Di ruangan tertutup yang berada di dalam gudang, Freya mulai menyiksa Leon dan Alika dengan kejam. Jack terlihat menikmati pemandangan itu. Di sisi lain, Alfonso dan Carlos malah berpaling muka tak ingin melihat hal tersebut. Mereka begitu tak tega saat dua bocah yang mereka kenal itu disiksa tepat di depan mata mereka. Namun, ketegangan mereka tiba-tiba memuncak tatkala Alika dan Leon meminta pertolongan. Hal itu membuat Freya terkejut sekaligus curiga."Tunggu! Bagaimana mereka bisa mengenal kalian?" tanya Freya dengan sinis penuh kecurigaan.Alfonso dan Carlos terdiam, wajah mereka pucat. "Kami ... kami tidak tahu apa maksud mereka, Bos!" jawab Carlos dengan gugup.Namun, Leon kembali berseru. Kali ini dengan lebih tegas meski suaranya bergetar. "Paman Alfonso dan Paman Carlos adalah teman kami. Mereka berdua orang baik dan sering makan bersama kami!"Sontak saja, Freya melangkah cepat mendekati Alfonso dan Carlos, matanya menyipit pe

    Last Updated : 2025-01-26
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab215# Ancaman Freya

    Di ruang lain yang terpencil dan remang-remang, Freya dan Jack duduk di depan layar komputer. Suara ketikan cepat mengisi keheningan, sementara sebuah video berputar di layar. Video itu menunjukkan Leon, tampak terikat dan terluka, wajahnya pucat dan penuh ketakutan. Freya memperhatikan layar dengan dingin, tangan kirinya memegang ponsel untuk mengirimkan rekaman tersebut kepada Grace. "Sepertinya ini sudah cukup bagus untuk mengancamnya, Jack," ujar Freya menatap yakin. "Hm, aku rasa juga begitu. Kalau kau setuju, aku langsung kirim padanya." Jack duduk di sampingnya, kedua mata menatap tajam, memperhatikan setiap detil gerakan Leon di video itu. Tangan Freya berhenti sejenak, memandangi rekaman dengan penuh kepuasan, sebelum akhirnya dia menambahkan pesan ancaman yang jelas dan "GRACE, KAU PASTI TAU KAN, SIAPA DALAM VIDEO ITU ...? KALAU KAU INGIN ANAKMU SELAMAT, CEPAT ENYAH DARI SISI MAX SELAM

    Last Updated : 2025-01-27
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab216# Cepat Lari

    Saat pintu tertutup dan langkah mereka menghilang di kejauhan, Alfonso dan Carlos bergerak cepat.Mereka membuka pintu ruangan itu dengan perlahan. Leon dan Alika, yang duduk dengan tubuh terikat di sudut, langsung menatap mereka dengan mata penuh harap."Paman Alfonso! Paman Carlos!" seru Leon, suaranya pelan namun penuh antusias."Sst! Diam!" bisik Alfonso, mendekat dan berlutut di depan Leon. "Kita ada di sini untuk membebaskan kalian.""B-benarkah, Paman?" "Iya, kamu diam saja dulu."Alfonso dengan cepat melepaskan ikatan di tangan Leon, sementara Carlos membantu Alika. Kedua anak itu terisak pelan, namun senyuman muncul di wajah mereka."Terima kasih, Paman," bisik Alika, memeluk Carlos erat setelah ikatannya terlepas.Alfonso mengangkat Leon dan menatapnya serius. "Leon, dengarkan baik-baik. Kamu harus segera kabur dari sini. Jangan pernah menoleh ke belakang.""Tapi bagaimana dengan Paman?" tany

    Last Updated : 2025-01-27
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab217# Wajah Tak Asing

    Malam telah semakin larut, namun udara dingin tak menghentikan langkah kecil Leon dan Alika yang berlari menyusuri jalanan sepi. Nafas mereka terengah-engah, tubuh kecil mereka gemetar bukan hanya karena udara malam, tetapi juga rasa takut yang terus menghantui benak mereka. "Alika, ayo lebih cepat," bisik Leon, menoleh ke belakang dengan wajah penuh kecemasan. "Aku ... aku lelah, Leon," sahut Alika sambil terisak. Matanya berkaca-kaca, namun ia tetap mengikuti langkah Leon. "Jangan menyerah, Lika!" teriak Leon sembari menggenggam tangan Alika erat. "Kita harus terus berlari. Paman Alfonso bilang jangan berhenti sampai kita menemukan tempat aman dan pertolongan!" "I-iya, Leon. Aku akan berusaha sekuat mungkin!" Alika mengangguk meski tubuhnya terasa lemah. Mereka berdua terus menyusuri jalan gelap, berharap menemukan pertolongan di tengah malam yang seakan enggan berpihak pada mereka. Sementara itu, di tempat lain, Max duduk di kursi belakang mobil dengan pandangan seriu

    Last Updated : 2025-01-27
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab218# Semua Salah Saya

    Setelah Edward, Brian dan Stella berhasil menemukan Leon dan juga Alika, ponsel sang bodyguard berdering sangat keras. Berulang kali nada dering itu memecah keheningan.Edward melirik sekilas ke arah Brian dan Stella yang kini berada di ruang kamar inap Leon, mengobati luka dan memar pada tubuh anak laki-laki itu."Dari Nyonya Grace ..." lirihnya. Brian dan Stella duduk berhadapan, saling bertukar pandang cemas. Sang dokter menghela napas panjang sebelum berbicara.Sementara Stella duduk dengan wajah serius, menatap Edward seolah menunggu keputusan penting. "Angkatlah ..." kata Stella menoleh sekilas.Edward terlihat agak cemas, lumayan lama merasa terjepit dalam dilema ini. Telepon dari Grace yang tertunda sejak kemarin mulai mengganggu pikirannya."Apa kamu yakin tidak mau terima telepon itu, Edward?" tanya Brian pelan, penuh harapan.Stella menambahkan, "Edward, kamu harus mengatakan yang sebenarnya pa

    Last Updated : 2025-01-28
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab219# Berikan Aku Cuti

    Setelah selesai mengurus semua masalah di Jerman. Kini, Max dan Christ duduk di dalam mobil, perjalanan kembali ke Italia setelah perjalanan bisnis yang melelahkan di Jerman. Pemandangan luar tampak berubah, jalanan yang semula asing kini mulai terasa lebih familiar. Pria berkacamata menatap jalan dengan kosong, sesekali memandang ke luar jendela. Ia merasa penglihatan itu sangat menganggu pikirannya. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Christ?" tanya Max yang merasa tak biasa pada asistennya. Hening sejenak, sebelum sang asisten tiba-tiba berbicara, suaranya lebih ringan dari biasanya, "Tuan, kemarin ... apa Anda ingat anak laki-laki yang hampir menabrak mobil kita?" "Hm, yang itu? Iya, aku ingat. Cuma anak kecil yang panik, kan?" "Ya ... tapi anehnya, aku merasa seperti ... dia mirip dengan ..." Christ menggantung ucapannya, seolah memberi kode pada sang CEO. "Maksudmu denganku?" Max menoleh ragu, kemudian menggeleng, "Christ, itu mungkin cuma kebetulan. Banyak anak kec

    Last Updated : 2025-01-28
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab220# Menyamarkan Rencana

    Setelah mengakhiri telepon dengan Diego, Freya berbalik badan menghadap Jack. Pria itu pun mengangkat kedua alis melihat gestur tubuh pada Freya yang seolah sedang merencanakan sesuatu. "Jangan katakan kau sedang membuat rencana, Freya ...?" tanya Jack memicing penasaran. Freya menarik sudut bibir, tatapan tajam namun menerawang jauh di sana. "Jika Grace langsung meninggalkan Max saat ini juga, berarti dia lebih mengutamakan anaknya dibandingkan pria itu .... Jadi semakin mudah kita menyingkirkannya tanpa pengawasan Max ...!" Jack mengernyit heran dengan ucapan ambigu Freya, "Maksudmu ... meski Grace sudah menjauhi Max, kau tetap akan mengincarnya?" Wanita ular semakin menyeringai, tertawa puas. "Yups, kau benar! Sangat benar, Jack! Setelah ini, Grace pasti akan melindungi anaknya dari siapapun, dan bila aku tidak melenyapkannya ... Itu tetap saja akan menjadi penghalangku di masa depan! Kau tau kan, itu bisa membahayakan jalanku menuju kejayaaann ...!!" Tawa Freya sangat ke

    Last Updated : 2025-01-29
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab221# Babak Baru

    "Eh, Kak Chelsea, sudah bangun juga?" Suara ceria Anna menyambut Chelsea yang baru saja melangkah masuk ke ruang makan. Pagi itu, sinar matahari menerobos lembut melalui jendela besar di ruangan, memantulkan kilau di atas meja makan panjang yang sudah tertata lengkap. Aroma kopi bercampur roti panggang memenuhi udara, memberikan kehangatan yang sulit diabaikan. Tersenyum tipis, Chelsea lalu duduk di kursi. "Iya, sudah bangun dari tadi sih. Kamu semangat sekali pagi ini, Na?"Gadis cantik berusia 20 tahun, hanya terkikik kecil sambil menuangkan teh ke dalam cangkirnya. Kedua mata memancarkan kilatan jahil yang khas. "Ya iyalah, Kak. Aku kan, tidak sabar lihat Kak Kenan jadi suami. Aneh saja sih, rasanya baru kemarin lihat dia tidak punya pacar. Eh, sekarang justru jadi orang penting di hidup Kak Chelsea."Chelsea tersenyum kaku. Rasanya semua itu juga seperti mimpi, "Dih ... mulai deh," kekehnya.Suara langkah berat terdengar m

    Last Updated : 2025-01-30

Latest chapter

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab230# Momen Manis

    Setelah membaca pesan misterius yang ia terima, Grace berusaha menghilangkan keresahan di hati.Ia langsung bangkit, melangkah keluar ruangan. Grace berencana langsung pulang ke rumah dan memberesi barang penting yang akan ia bawa, termasuk visa dan pasport.Setelah perjalanan beberapa menit, Grace sedikit terkejut saat melihat mobil Max ada di rumah, pasalnya saat dia ke kantor, Max memang belum berangkat. "Apa dia libur?" gumamnya mulai tak tenang.Langkah kakinya terhenti saat suara bariton yang ia kenali, menyapa, "Baby, kenapa kembali? Kamu tidak jadi ke kantor?"Grace melepas sepatu hak tingginya dan berjalan ke arah suara itu. Max sedang duduk di sofa, mengenakan kemeja santai dan celana panjang. Wajahnya tampak penasaran, tetapi ia tersenyum ketika melihat Grace. "Hei, sayang," sapanya lembut. Grace mendekat dan duduk di sampingnya. "Aku hanya mampir sebentar tadi. Rasanya aku ingin istirahat." Max menggeleng pelan.

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab229# Persiapan Matang

    Persiapan Grace benar-benar matang, mulai dari berpamitan kepada dua orang meskipun secara tidak langsung. Namun, setidaknya ia bisa meredakan rasa sesak dalam hatinya.Pagi ini, Grace melangkah masuk ke kantor, sepatu hak tingginya mengeluarkan bunyi ketukan teratur di lantai marmer. Wajahnya terlihat tegas, meskipun matanya menyimpan kelelahan yang sulit disembunyikan. Di meja resepsionis, Vio—sekretaris pribadinya—sudah menunggu. Satu jam yang lalu, Grace sudah mengirim pesan padanya. Wanita itu selalu siap kapan pun Grace membutuhkan. "Vio, kamu sudah cek semua dokumen yang aku minta tadi?" tanya Grace langsung, tanpa basa-basi. Sang sekretaris berdiri dan mengangguk. "Sudah, Nyonya. Semuanya sudah siap di meja Anda. Apa ada tambahan yang perlu saya urus lagi?" Grace mengangguk kecil, lalu melangkah menuju ruang kerjanya. Vio mengikuti di belakangnya, membawa tablet dan sejumlah dokumen penting. Ketika mereka tiba di

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab228# Maaf yang Kedua Kali

    Setelah beberapa saat pertemuannya dengan Arthur, mobilnya melaju perlahan di sepanjang jalan yang lengang. Grace menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Ia tahu ke mana tujuannya malam ini—ke rumah orang tuanya, Victor dan Evelyn. Ketika mobilnya berhenti di depan pagar, Grace mematikan mesin dan duduk diam selama beberapa detik. Ia menatap rumah itu, mengingat momen-momen masa kecilnya. "Maaf, Ma... Pa..." bisiknya pelan. Air mata hampir saja mengalir, tapi ia buru-buru menghapusnya. "Aku tidak punya pilihan." Setelah menarik napas panjang, Grace keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu depan. Ia mengetuk pintu beberapa kali sebelum akhirnya Evelyn membukanya. “Grace?” Evelyn memandang putrinya dengan sedikit terkejut. “Kamu tidak bilang mau datang.” Grace tersenyum kecil. “Ma, aku cuma ingin mampir. Sudah lama kan, aku tidak ngobrol sama Mama sama Papa.”

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab227# Keputusan Akhir

    Bab227#Setelah menghabiskan waktu untuk berbulan madu. Keduanya kini mengakhiri masa libur mereka.Chelsea tersenyum kecil, memandangi wajah suaminya yang tetap fokus mengemudi. Meski ia tahu perjalanan mereka menuju rumah masih panjang, hatinya terasa ringan. Ada rasa nyaman yang tak terjelaskan, seolah semua percakapan mereka sepanjang perjalanan ini menjadi semacam pengikat. Mobil terus melaju melewati jalan-jalan yang mulai ramai. Chelsea bersandar di kursinya, menyandarkan kepala ke bahu Kenan. “Aku tidak sangka perjalanan ini cepat usai, Ken.” Kenan menoleh sedikit, menatapnya lembut. “Aku juga merasa begitu. Tapi kan, kita sudah sepakat. Ini bukan yang terakhir.” “Janji, ya?” Chelsea mendongak, menatap suaminya dengan mata berbinar. Kenan tersenyum kecil, lalu mengecup keningnya. “Janji. Nanti kita buat rencana lagi.” Chelsea tersenyum puas. Ia memejamkan mata, mencoba menikmati perjalanan pulang mereka

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab226# Penyatuan

    Chelsea menahan senyumnya, lalu melipat kedua kakinya di atas ranjang. “Tentang kamu. Masa lalumu. Kamu jarang bahkan tidak pernah cerita, Ken. Aku tahu kamu tidak suka bicara soal itu, tapi aku mau tau. Apa kamu pernah merasa ... ya, kesepian?” Kenan menghela napas perlahan, lalu menoleh ke arah jendela yang masih memperlihatkan sedikit kilauan bintang. Udara malam dari celah jendela terasa dingin, tapi juga menenangkan. Ia menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang, mencoba mengatur kata-kata dalam pikirannya. “Masa kecilku, ya?” Kenan akhirnya membuka suara. “Itu tidak pernah jadi sesuatu yang aku banggakan, Chelsea. Aku tidak pernah punya keluarga yang utuh. Mama meninggal beberapa waktu yang lalu. Beliau mungkin masih menyisakan luka yang dalam akibat papaku. Aku bahkan hampir tidak ingat wajahnya. Papa ..."Kenan berhenti sejenak, menelan ludah. “Papa pergi sejak Anna bayi. Ia lebih pilih hidup dengan wanita lain yang dianggapnya lebi

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab225# Malam Romantis

    Mendengar ungkapan Kenan, tentu saja membuat Chelsea penasaran, siapa yang mengajari suaminya itu. Kenan pura-pura berpikir sebentar, lalu tersenyum jahil. “YouTube.” Chelsea langsung memukul punggung sang pria, seraya mendengus geli. "Oh, pantas saja. Kukira kamu serius belajar dari chef terkenal atau gimana. Ternyata hasil tutorial."“Tapi yang penting hasilnya enak, kan?” Kenan membalas sambil menatap Chelsea yang sedang sibuk menyantap spaghetti buatannya. Chelsea mengangguk kecil sambil menyuapkan lagi spaghetti ke mulutnya lagi. “Enak sekali, Ken. Kalau gini pun aku tidak bingung kalau pelayan pulang kampung, hehehe ...” tawanya.“Ya, aku kan suami yang serba bisa,” jawab Kenan santai, tapi senyumnya tetap lebar. Chelsea hanya menggeleng-geleng pelan, mencoba menahan tawa. “Iya, iya. Suami serba bisa. Tidak salah aku nikah sama kamu.” Kenan tertawa kecil, tapi kemudian menatap Chelsea dengan lembut. “Aku c

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab224# Tempat Ternyaman

    Angin dingin khas pegunungan perlahan menyelinap di sela-sela kulit. Chelsea menarik syal yang melingkar di lehernya, mencoba menghangatkan diri. Di hadapan mereka, villa yang mereka sewa untuk beberapa hari ke depan berdiri megah. Bangunannya bergaya rustic modern, dengan dominasi kayu cokelat tua yang berpadu dengan kaca besar yang memantulkan pemandangan hijau di sekitarnya. Di belakang villa, pegunungan menjulang tinggi, membingkai lanskap alami yang seperti lukisan. “Ken, aku tidak tau kalau tempat ini akan seindah ini …” Chelsea berujar, suaranya pelan namun penuh kekaguman. Kedua mata tak henti-henti memindai setiap detail villa. Balkon kayu yang menghadap langsung ke lembah, kolam renang kecil yang airnya jernih seperti kaca, hingga taman kecil di samping villa yang dihiasi dengan bunga-bunga musim semi yang sedang mekar. Kenan terkekeh kecil. “Aku tau. Makanya aku tidak kasih lihat detail fotonya ke kamu waktu pesan.” Che

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab223# Perjalanan Manis

    Chelsea menatap Kenan, bibirnya sedikit terbuka, seakan ingin bicara. Tapi, seperti ada sesuatu yang membekukan lidahnya. Pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepalanya seakan berlomba-lomba keluar, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil terucap. Mata Kenan yang tenang menatapnya dengan lembut. "Chelsea, ada sesuatu yang mau kamu ucapkan?" tanyanya lagi, suaranya rendah, penuh perhatian.Chelsea menelan ludah, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Tapi akhirnya, hanya sebuah senyuman kecil yang berhasil keluar. "Tidak, aku cuma ... cuma kepikiran saja," katanya pelan.Mengangguk lirih, meskipun demikian, Kenan terlihat tidak sepenuhnya percaya. Tapi, seperti kebiasaannya, dia tidak memaksa. "Kalau begitu, jangan pikirkan terlalu berat, ya. Kita harus saling berbagi." Kenan menepuk punggung tangan Chelsea dengan lembut, lalu berdiri, "Tidur yang nyenyak. Besok kita jalan pagi-pagi."Chelsea hanya mengangguk, meski hatinya tidak bena

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab222# Pilihan Bulan Madu

    Suara Kenan membuyarkan lamunan Chelsea. Nada bicara lembut, seperti biasa, tetapi cukup untuk membuat Chelsea menyadari bahwa ia sudah terlalu jauh tenggelam dalam pikiran.Chelsea mengerjap cepat, menoleh Kenan yang duduk di sampingnya dengan sorot mata penuh perhatian. "Aku tidak apa-apa," jawabnya cepat. Kenan menatapnya sejenak, jelas tahu ada sesuatu yang mengganjal. Tapi seperti biasa, dia tidak memaksa. "Kalau ada apa-apa, bilang saja. Aku di sini, oke?"Chelsea mengangguk pelan. Dia tahu Kenan tulus, namun ada sesuatu yang belum bisa dia ungkapkan. Belum sekarang, pikirnya.“Eh, ngomong-ngomong soal bulan madu, Kak Chelsea sudah ada ide mau ke mana?” Anna tiba-tiba menyela, memecahkan keheningan yang sempat tercipta. Gadis itu menatap mereka dengan mata berbinar, seperti anak kecil yang menunggu cerita dongeng. Chelsea menghela napas kecil. "Belum ada, Anna. Aku masih bingung."Anna langsung berseru, "Yah, ke

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status