Share

MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN
MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN
Author: Dwrite

Awal Perubahan

Author: Dwrite
last update Last Updated: 2022-07-11 11:54:01

"Eh, Jeng. Bukannya keluarga Wijaya itu punya tiga menantu, ya? Kok, yang sering keliatan cuma dua?"

"Iya, betul Jeng Susi. kalau nggak salah istrinya si Wisnu. Dia, kan menantu dari anak pertama, tapi kenapa sampe sekarang masih belum bisa kasih cucu?"

"Mungkin dia pemalu, atau bisa jadi keluarga Wijaya yang malu ngenalinnya sama kita. Denger-denger dia itu cuma anak haram entah dari keluarga konglomerat yang mana."

Sejenak kegiatan perempuan yang tengah menuangkan teh dalam gelas itu terhenti. Meskipun pakaian pelayan melekat di tubuhnya saat ini, hal tersebut sama sekali tak bisa menutupi indentitas aslinya.

"Nya ...." Gadis berpakaian sama yang berdiri tepat di sampingnya mengiba. Dia jelas menyadari bahwa orang bersangkutan yang tengah dibicarakan ibu-ibu sosialita itu sedang ada di sampingnya kini.

Kalina Fathira, perempuan berusia tiga puluh dua tahun yang merupakan menantu pertama dari keluarga konglomerat Wijaya. Kenyataan tentang status sosialnya yang tinggi, sama sekali tak bisa mengubah pandangan orang-orang di sekitar tentang alasannya menjadi bagian dari keluarga ini, dan istri dari seorang Wisnu Adiwijaya. Dia direndahkan, diremehkan, bahkan diperlakukan semena-mena tak ubahnya para pelayan di kediaman megah tersebut.

"Nggak apa-apa, Ci. Udah biasa saya denger yang begini." Ekspresi Kalina tetap sama. Seulas senyum tipis tersungging di wajahnya yang biasa datar dan nyaris tanpa ekspresi.

"Tapi, Nya ... mereka itu bener-bener keterlaluan. Masa biarin menantu jaga stan makanan di depan dan ngelayanin orang-orang dengan mulut kek comberan? Mana ini acara nggak guna banget lagi. Tibang anak lulus TK, terus masuk SD aja pake kudu dirayain," sungut Cici, satu-satunya asisten rumah tangga yang paling mengerti Kalina, dan selalu gemas dengan perlakuan anggota keluarga Wijaya pada menantunya yang satu ini.

"Nggak apa. Lagian Thea cucu pertama di keluarga ini. Mungkin acara ini termasuk salah satu rasa syukur mereka karena diberi cucu yang cantik dan cerdas seperti Thea," sahut Kalina masih dengan sikap tenangnya.

"Nggak kebayang kalau suatu saat nanti mereka dapet cucu laki. Auto sewa bunderan HI terus bikin party di atas Monas," cibir Cici sembari mengepalkan tangan menahan geram.

Kalina hanya terdiam mendengar ocehan Cici, sembari menata kembali gelas-gelas berisi Thai Tea untuk disuguhkan pada para tamu undangan yang lalu-lalang di depan.

"Excusme, pelayan!" Sebuah panggilan menginterupsi keduanya.

Cici yang menyadari, langsung memutar bola mata dan memasang tampang julitnya.

"Cih, Dede Lampir bunting pasti mau berulah," cetusnya. "Biar saya aja yang samperin, Mendingan Nyonya tunggu di sini!" tambah Cici sembari berlalu menghampiri perempuan yang diketahui istri dari putra bungsu di keluarga Wijaya. perempuan berambut panjang curly dengan perut membuncit itu terlihat baru saja duduk di antara para ibu sosialita yang menggosipkan Kalina tadi.

"Ee, ee, eh. Bukan, kamu, Ci. Panggilin Lina!"

"Astaga. Sudah kuduga bakal kek gini. Itu bini ipar pertama lu sendiri, Della. Panggil nama seenaknya kagak ada sopan-sopannya," batin Cici menjerit. Akhirnya dia hanya bisa memutar tubuh dan menghadap Kalina dengan wajah sendunya.

"Nggak apa-apa, Ci." Lagi-lagi Kalina mengeluarkan kalimat andalannya untuk meyakinkan Cici bahwa dia baik-baik saja selama ini.

"Thai teanya mana?" tanya Della setengah membentak saat Kalina sampai di hadapannya.

"Pan elu belum minta, Lam--" Bergegas Cici membekap mulut saat melihat Dela melotot ke arahnya.

"Cici! Ambilin saya pudding cokelat di stan pojok sana. Nggak usah pake toping, pake piring yang diameternya lima inci, garpunya harus yang warna pink, sebelum dipake kamu cuci dulu sepuluh kali!"

Cici meringis kecil. Dia mengangguk pelan sebelum pergi dan bergumam dalam. "Della ... nama yang cocok untuk Dede Lampir yang halal untuk dilempar panci."

Sepeninggal Cici, Kalina berniat kembali ke stan untuk mengambil beberapa Thai tea yang diinginkan Della.

"Thanks," ujar Della setelah Kalina menata gelas-gelas kecil berisi minuman itu di atas meja. "Eh, sebentar! Kakiku lecet, karena haknya terlalu tinggi. Bisa--"

"Oke, saya ambilkan ke atas," potong Kalina sebelum sempat Della menyelesaikan kalimat.

"Eee, ee, eh. Nggak usah. Copot sepatu kamu aja, biar aku pake," sela Della sebelum Kalina berlalu.

Perempuan berkucir tinggi itu terdiam sejenak, tanpa kata dia langsung melepas sepatu bertumit tiga centi itu dan menyodorkannya pada Della.

"Pakein! Aku nggak kuat nunduk, kehalang perut," pinta Della dengan manja.

Kalina menatap iparnya dengan pandangan yang sulit diartikan, sebelum berjongkok untuk memasangkan sepatu bertali itu di kaki Della.

"Maacih-- eh, Sayang!" Della langsung bangkit saat melihat seorang lelaki dengan setelan santai, di acara yang cukup formal. Lelaki berambut gondrong dengan kaus dipadukan blazer dan celana robek-robek itu berjalan menghampiri. Dia adalah adik bungsu Wisnu, lelaki berusia dua puluh lima tahun bernama Indra Prawijaya yang baru mempersunting Della satu setengah tahun yang lalu. "Kenalin ini Jeng Susi, Marie, sama Jenny!" Indra tersenyum sembari menyalami mereka satu per satu.

Pandangannya beralih saat melihat Kalina yang bertelanjang kaki. Beberapa saat memperhatikan, akhirnya dia hanya mengedikkan bahu dan berpaling lagi.

Kalina kembali ke stan minumannya tanpa alas kaki. Dia sadar Della tak akan mungkin bersedia meminjamkan sepatunya walaupun ukuran mereka sama. Maka dari itu dia memutuskan untuk tak menghabiskan energi hanya untuk memastikan sesuatu yang sudah jelas penolakannya.

Beberapa saat kemudian sepasang suami istri datang menghampiri, bersamaan dengan Cici yang membawa pesanan Della tadi.

"Lampir menghilang, Kuyang pun datang," gumam Cici setelah mengantarkan pudding di meja Della.

Tanpa permisi perempuan berambut cepak dengan penampilan sedikit tomboy yang diketahui sebagai Yayang Kumala, istri dari adik kedua Wisnu itu terlihat menyambar satu gelas minuman, dan menegaknya sekaligus. Dahinya mengernyit sejenak, lalu memuntahkan lagi minuman di mulutnya ke dalam gelas di genggaman tangan.

"Kurang dingin. Tambahkan lagi es batu," cetus sembari meletakkan kembali gelasnya di hadapan Kalina, dan berlalu sembari menuntun bocah perempuan berusia tujuh tahun.

"Maaf tentang sikap istriku, dia memang gitu," ujar Hendri sembari menumpukkan tangan di atas meja stan. Lelaki seumuran Kalina itu mengusap rambut klimisnya, lalu memamerkan outfits yang dia kenakan kali ini. "Bagaimana penampilanku hari ini?"

"Sempurna seperti biasanya," jawab Kalina to the point dan tanpa pikir panjang.

"Sudah kuduga, cuma kamu yang ngerti tentang fashion di keluarga ini."

Hendri Danuwijaya memang dikenal memiliki selera yang unik, gayanya yang nyetrik dengan fashion yang kadang nyeleneh membuat orang di sekitarnya tak jarang terganggu.

"Omong-omong di mana Bang Wisnu? Jangan bilang dia lagi mojok sama artis seksi itu." Hendri celingukan mencari keberadaan abangnya yang sama sekali belum terlihat sejak acara dimulai.

Kalina mengedikkan bahu. "Aku permisi ambil es dulu."

"Oke, kapan-kapan kita ngobrol tentang fashion di butikmu lagi, ya!" Kalina mengangguk kecil, dan beralih pada Cici.

"Tolong jaga stan-nya sebentar, ya, Ci. Saya mau ambil es batu dulu."

"Siap, Nya."

***

Tubuh Kalina mematung tanpa ekspresi saat melihat suaminya Wisnu tengah bercumbu dengan seorang wanita bertubuh sintal di koridor kecil dekat dapur. Ekspresinya masih setenang air, tapi genggaman erat di pegangan wadah es batu sudah cukup menjelaskan apa yang tengah dia rasakan.

"Kalina ...." Perempuan bernama Yuna yang lebih dulu menyadari kehadiran Kalina, langsung mendorong dada Wisnu, dan membersihkan jejak lipstik di sudut bibir lelaki itu.

Sementara Wisnu hanya bisa menatap istrinya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Sudah dua tahun sejak Kalina tahu tentang hubungan terlarangnya dengan Yuna. Tak ada ekspresi berarti yang ditunjukkan wanita berkulit kuning langsat itu. Sudah sepuluh tahun sejak menjadi bagian dari anggota keluarga Wijaya, dia sudah memperkirakan segala bentuk penyiksaan yang akan dialami.

"Lain kali cari tempat yang aman! Aku malas bila harus berhubungan dengan wartawan yang membutuhkan klarifikasi jika kalian ketahuan nanti." Setelahnya Kalina berjalan melewati Wisnu dan Yuna.

"Maaf, Kal. Maaf kalau aku selalu merepotkanmu," ujar Yuna yang membuat langkah Kalina terhenti seketika.

"Ya."

Kalina pun berlalu menuju dapur untuk mengisi ulang es batu. Sebelum pergi dia sempat mendengar Wisnu mengatakan agar Yuna tak perlu merasa sungkan akan kehadiran Kalina.

Dalam keheningan perempuan itu memindahkan es dalam container menuju wadah yang lebih kecil. Sesekali dia memijat kakinya yang terasa pegal dan nyeri.

Tiba-tiba suara langkah kaki beberapa orang terdengar. Belum sempat Kalina menoleh untuk melihat siapa yang datang, rambut panjangnya yang terikat sudah lebih dulu ditarik seseorang.

"Apa yang lo masukin di dalam kue Thea, Sialan?" Ternyata Yayang yang datang menjambak rambut Kalina, bersama dengan Della, Indra, Henri, dan kedua mertuanya.

"Apa maksudmu?" tanya Kalina menatap Yayang tak mengerti.

"Nggak usah pura-pura tolol, tadi lo kasih tart buat anak gue, kan? Sekarang dia muntah-muntah terus pingsan!"

"Memang saya yang ngurus kue tart buat Thea, tapi saya nggak tahu apa-apa tentang kandungan di dalamnya."

"Halah, dia bohong, Kak," Della mulai memperkeruh suasana dan dihadiahi cubitan dari Henri. "Aw."

"Nggak usah ikut-ikutan! Anak kecil mending diem."

Della mengerucutkan bibir.

"Kalina, jelasin yang sebenarnya biar kita semua paham." Dahlan Wijaya, mertua Kalina menengahi. Sementara istrinya Dahlia yang memang jarang bicara hanya bisa menatap dengan sorot tak suka.

"Demi Tuhan aku bener-bener nggak tahu, Pa--"

Plak!

Semua orang terdiam saat Bu Dahlia tiba-tiba melayangkan tamparan di pipi Kalina.

"Selama ini saya cukup respek dengan kehadiranmu, Kalina. Tapi, sesuatu yang menyangkut nyawa saya tidak akan bisa mentolelirnya. Jangan hanya karena ketidakberdayaanmu sebagai wanita, kamu jadikan anak yang tak berdosa sebagai pelampiasannya!"

"Ma ...." Kalina mengusap pipinya dan menatap Bu Dahlia dengan mata berkaca-kaca.

"Buktikan ketidakbersalahanmu, dan datangi toko kue itu sekarang! Bawa orang yang kamu pikir bertanggung jawab atas peristiwa ini ke hadapan kami!" tegas Bu Dahlia tanpa bantahan.

Suasana berubah hening. Tak ada yang berani membuka mulut mendengar satu-satu anggota keluarga yang biasanya tak banyak bicara bertindak tegas dan tak pandang bulu.

"Oke." Kalina bangkit menghadap Bu Dahlia. "Akan kubuktikan pada kalian bahwa aku tak seburuk dan selemah yang kalian pikir!"

Kalina melangkah lebar, sembari melepas apron yang dikenakan. Dia menyambar kunci mobilnya di gantungan, dan berhenti sejenak saat melihat Wisnu tiba-tiba muncul di hadapan.

"Minggir, Brengsek!" pekik Kalina sembari menabrak bahu Wisnu.

Langkahnya semakin cepat menerobos orang-orang yang menghadiri party, dia bahkan mengabaikan Cici yang terus-menerus memanggilnya sejak tadi.

Tanpa ba bi bu Kalina langsung tancap gas meninggalkan garasi kediaman utama Wijaya setinggi tiga lantai ini. Kaki telanjangnya menekan pedal gas, mobil melaju kencang melewati jalan pintas.

Dari arah yang berlawanan terlihat mobil lain yang melaju sama kencang melewati jalan yang hanya bisa dilalui satu kendaraan roda empat. Kalina mulai panik saat dia menyadari rem yang dia injak sama sekali tak berfungsi.

Hanya ada dua pilihan dengan jalan yang sama-sama berisiko. Kalina harus menabrakan diri dengan risiko langsung mati dengan kecepatan seperti ini. Atau menjatuhkan diri ke jurang dasar sungai dengan risiko tidak ditemukan.

Beberapa saat bergulat dengan pikiran, akhirnya dia mengambil opsi yang kedua. Kalina membanting setir hingga mobilnya jatuh terperosok ke jurang.

Keesokan harinya bangkai mobil berhasil ditemukan mengambang di sungai, tanpa tanda-tanda keberadaan Kalina di dalamnya.

***

Dua bulan kemudian ....

"Udah dua bulan, tapi masih belum ada tanda-tanda Kalina ditemukan. Alasan apa lagi yang harus kita berikan pada keluarganya di Surabaya?" Pak Dahlan memulai percakapan, di tengah keheningan ruang makan.

"Bukannya dia anak haram, ya? Meskipun terlahir dari keluarga kaya, aku yakin dia sama sekali nggak berguna dan nggak diinginkan," timpal Yayang.

"Jaga mulutmu, Yang. Setidaknya Kalina punya paras dan tubuh yang bisa dia andalkan," sahut Hendri.

"Ini semua salah mama, harusnya mama nggak minta Kalina pergi," ujar Bu Dahlia penuh sesal.

"Mama nggak salah, kok. Mungkin udah takdir Lina terlahir dengan nasib yang sangat menyedihkan. Bukan begitu, Bang Wisnu?" Della mengerlingkan mata sembari menatap Wisnu yang duduk di hadapan.

Lelaki berusia tiga puluh lima tahun itu bergeming. Tanpa kata dia bangkit dari tempatnya dan hendak berlalu. Namun, sebelum sempat beranjak dari kursi teriakan heboh Cici menginterupsi.

"Tuan! Nyonya! Di luar!" teriak Cici histeris.

Mereka semua berdiri.

"Nyonya Kalina kembali!"

Suara napas yang tercekat terdengar mendominasi.

Hampir serentak mereka semua berlari keluar untuk memastikan apa yang dikatakan Cici itu benar.

Sebuah Alphard hitam mengkilap sudah terparkir di pelataran. Pintunya terbuka otomatis. Sebuah kaki jenjang yang dilapisi heel tujuh centi menyembul menginjak teras.

Semua orang tercengang saat melihat Kalina turun sembari menjinjing tas mungil yang terlihat begitu mahal, sementara tangan lainnya menarik rambut seorang lelaki bergaya funk dan mendorongnya ke hadapan Bu Dahlia dan Yayang.

Plop!

Suara balon permen karet yang meletus dari mulut Kalina terdengar.

"Bajingan ini yang bertanggung jawab atas kue tart beracun yang diberikan pada Thea. Kudengar dia adalah mantan kekasih yang sudah Yayang campakkan." Yayang terbungkam dengan pupil mata bergetar. Terkejut pasti.

Sejenak Kalina membenahi kemben pakaiannya, sebelum berhenti di hadapan Della.

"Puh!" Dia melepeh permen karet sisa kunyahan di telapak tangannya. Lalu berjongkok dan menempelkan benda lengket itu di salah satu kaki Della. "Lepaskan sepatuku dari kaki baumu! Asal tahu saja model sepatu itu hanya ada satu di Indonesia."

Della mengerjapkan mata, butuh sekitar sepuluh detik untuk mencerna, sebelum teriakan histeris keluar dari mulutnya.

Kalina beralih pada Wisnu yang sejak tadi mematung menatapnya. Perempuan itu mendekatkan diri dan mengendus wajah suaminya.

"Hm, kayaknya menu kali ini adalah kepiting Saus Padang. Tunggu apa lagi, mari kita makan!"

Plok!

Wisnu tercengang saat menyadari Kalina menepuk bokongnya sebelum pergi.

Tak ada yang berani mengeluarkan suara bahkan setelah Kalina berlalu dari pandangan mereka. Sampai akhirnya celetuk Henri menyadarkan keterkejutan mereka.

"Fix, kepala si Kalina kebentur saat kecelakaan."

.

.

.

Bersambung.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Renni Sartika
kocaakkkk............
goodnovel comment avatar
Fahmi
Kepala si kalina kebentur
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Grup WA Keluarga

    "Ke mana saja kamu selama ini, Kalina?" Pertanyaan dari ayah mertuanya membuat kegiatan makan Kalina terhenti. "Ke mana atau di mana aku selama ini, apakah kalian benar-benar peduli?" cibir perempuan itu dengan senyum miring yang tersungging. "Bahkan aku yakin selama dua bulan kalian nggak benar-benar mencari.""Kalina!" Wisnu mengingatkan istrinya yang mulai berani. "Kenapa?" balas Kalina tak kalah sengit. "Apa aku harus merengek dan minta dikasihani? Terus mengadu kalau selama dua bulan tinggal di jalanan, kedinginan, kesepian, butuh kehangatan. Cih, itu, kan yang kalian inginkan?""Kalina Fathira!" Suara Wisnu meninggi. Dia bahkan sampai berdiri dan mengepalkan tangan di samping sang istri. "Sudah Wisnu! Mungkin Kalina masih kelelahan. Biarkan dia makan, baru kita bicara lebih rinci," sela Bu Dahlia.Wisnu mengempaskan tubuhnya kembali, masih dengan tatapan tajam yang belum lepas dari sang istri. "Nggak ada lagi yang perlu dibicarakan. Dua bulan aku memang kecelakaan, dan mobil

    Last Updated : 2022-07-11
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Satu Tubuh Dua Jiwa

    "Emang cemen mereka semua, beraninya cuma ngomongin di belakang. Pas disamperin, langsung pada ngilang." Kalina melempar ponselnya ke ranjang saat menyadari kalau anggota yang tersisa di grup WA hanya tinggal dia dan Wisnu. Beberapa menit hanyut dalam lamunan sembari menatap langit-langit kamar, tiba-tiba pintu dibuka oleh seseorang. Kalina melotot dan langsung meloncat ke ranjang saat menyadari ternyata Wisnu yang ada di hadapan sekarang, sementara tubuhnya hanya terbungkus dalaman. Tepat sepeninggal Hendri dia memang langsung menanggalkan semua pakaian, mengingat dress pas badan yang dikenakan serasa tak nyaman. "Nggak sopan. Ketok pintu dulu bisa, kan?" sungut Kalina sembari berusaha menutupi tubuhnya dengan bedcover tebal. "Memangnya apa yang mau kamu tutupi? Lagipula aku sudah melihat semuanya," cetus Wisnu datar. Dia berjalan santai mencabut charger pada ponselnya. "Ng ... tapi, kan ... itu--tau, ah. Keluar sana!" Tiba-tiba Kalina gelagapan dengan wajah merah padam. Namun,

    Last Updated : 2022-07-11
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Pernikahan Bisnis

    "Apa?" sungut Kamila, saat melihat Revan menatapnya dengan penuh kecurigaan sekembalinya dia dari restoran. "Sumpah aku cuma nyapa si Wisnu sama si gundik doang, abis itu pamitan," dalihnya sembari meletakkan tas tangannya di atas dasbord, lalu melembar heels ke bangku belakang. "Yakin?" Revan menaikkan sebelah alis. "Yakinlah.""Terus itu apa?"Tok! Tok! Tok! "Kalina ... buka pintunya! Hapus foto itu sekarang!" Wisnu sudah berdiri di luar mobil yang dinaiki Kalina dan Revan, lelaki dengan setelan formal itu menggedor-gedor kaca satu arah yang melapisi kendaraan, lalu memanggil istrinya dengan suara tinggi. "Kamu beneran nggak ngapa-ngapain, kan, Mil?" desak Revan yang membuat Kamila memutar bola mata kesal."Nggak. Udahlah, buruan cabut sekarang! Sebelum si Della sama Yayang koar-koar.""Oke."Revan akhirnya menyerah mendebat. Karena bagaimana pun identiknya fisik mereka, tak akan mengubah kenyataan bahwa Kamila dan Kalina adalah dua orang yang berbeda.Mesin mobil pun dinyalakan

    Last Updated : 2022-07-11
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Arisan Sosialita

    Arisan sosialita kali ini melingkupi para wanita dengan status sosial tinggi yang diketahui sebagai para istri dari crazy rich Surabaya. Wanita-wanita yang ber-atribut barang-barang mahal keluaran merk terkenal itu terdiri dari lima belas orang. Lima di antaranya berumur dua puluhan dan sisanya berusia 32-70 tahun. Keluarga Wijaya diwakili Yayang, Hendri, Della, Indra, dan Bu Dahlia. Mereka memang sengaja meluangkan waktu untuk acara bergengsi yang biasa diadakan tiap tiga bulan sekali, dengan arisan bernilai milyaran dalam bentuk beragam. Mulai dari tas, saham, tiket liburan, mobil, dan perhiasan.Di depan stan menu penutup terlihat Cici kelimpungan mencari keberadaan Kamila yang tiba-tiba menghilang setelah acara dimulai. "Kamu yakin nggak liat Nyonya Kalina setelah dia selesai ngupas buah tadi?" tanya Cici pada pelayan lain yang lalu-lalang menyiapkan jamuan. "Nggak, tuh. Mungkin nyonya kecapean makanya dia langsung tepar. Coba cek aja ke kamar!"Cici tertegun sejenak. "Bener j

    Last Updated : 2022-07-11
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Kepo

    Di dalam Mobil Alphard berwarna hitam yang terparkir di depan gerbang, Kamila duduk santai dengan bertumpang kaki. Sesekali dia menyeruput soda sembari menyaksikan satu per satu mobil mewah yang berlalu meninggalkan pelataran kediaman Keluarga Wijaya di jam 11 siang ini."Ternyata acara pamer berkedok arisan selesai lebih cepet daripada waktu yang dijadwalkan. Bisa jadi yang punya hajat kena mental duluan, atau para tamu undangan insecure setelah mengetahui menantu yang selama ini diremehkan ternyata meresahkan." Kamila menegakkan tubuhnya, dan membusungkan dada dengan bangga. "Lagian Kamila Anindira dilawan."Beberapa saat kemudian dia melihat Revan yang berjalan cepat ke arahnya."Mau apa lagi si ganteng? Mana tuh muka tegang banget kayak yang nunggu giliran suntik vaksin."Pintu mobil yang memang tidak terkunci langsung dibuka olehnya. Revan melongokan kepala ke dalam."Ikut aku!" Lelaki bermata sipit itu menarik tangan Kamila."Ke mana? Kalau mau muji yang tadi di sini aja!" Kamil

    Last Updated : 2022-07-14
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Gara-Gara Paris

    "Gile, kukira ukuran si Kalina cup B, ternyata cup C, jauh banget sama ukurannya si Yayang, yang emang Kutilangdara.""Siapa yang kamu bilang kutilangdara?" Yayang yang baru saja tiba langsung melotot pada Hendri."Ta-tapi, di mataku kamu tetep yang paling perfek, kok, Yang. Sumpah," tambahnya.Yayang memutar bola mata, lalu mendengkus keras sebelum mengambil tempat di samping Della yang matanya terlihat membengkak setelah dipermalukan tadi."Mana si penyihir?" tanya Della beberapa saat setelah Yayang duduk di sebelahnya."Tuh!" tunjuk Yayang dengan dagu ke arah pintu."Excusme, can i help you?" tanya Kamila setelah dia melangkahkan kaki."Duduk!" pinta Bu Dahlia sembari menunjuk kursi di hadapannya."Oke." Kamila mengedikkan bahu, lalu mendarahkan bokong di atas kursi."Pertama-tama mama mau minta maaf kalau selama ini kamu merasa nggak dianggap.""Ma, tadi yang kita bahas bukan in--""Diam, Yayang!"Sanggahan Yayang langsung dipatahkan oleh Bu Dahlia. Akhirnya perempuan bertumbuh ti

    Last Updated : 2022-07-14
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Pembelaan

    "Ngapain Bang Wisnu belain, si Lina, sih?!" gerutu Della saat semua anggota keluarga berkumpul di ruang tengah, tanpa Kamila tentu saja. "Aku memang pergi ke Paris setahun lalu," balas Wisnu sedatar biasanya. "Aku tahu. Tapi, kan nggak pergi sama si Lina, melainkan sama si Yuna!" tambah Della dengan suara tinggi. "Kita bertemu di PFW.""Bohong! Aku nggak liat, tuh si Yuna posting tentang kalian datang ke PFW," sanggah Della yang membuat Wisnu semakin terdesak. "Memangnya semua kegiatan yang kita lakukan, harus kamu tahu?" Suara Wisnu mulai meninggi. Kesal dengan Della yang terus-menerus mencecarnya. "Kalau memang kalian ketemu, kamu pasti tahu siapa yang pergi dengannya saat itu!" timpal Yayang yang sejak tadi diam memerhatikan dengan pikiran berputar mencoba mencari alasan masuk akal yang membuat Wisnu tiba-tiba berpihak pada Kalina.Wisnu mengepalkan tangan habis kesabaran. Dia bangkit dari posisi duduk dan menatap tajam Della dan Yayang. "Dengan siapa dan bagaimana kami berte

    Last Updated : 2022-07-18
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Batasan Privasi

    Di kamar bernuasan gold dan putih itu Kamila menatap barang-barang branded milik Kalina yang tertata di dalam etalase kaca dalam ruangan khusus di balik rak buku. Dia mondar-mandir memerhatikan satu per satu barang bernilai jutaan itu. "Kira-kira Kalina dapet semua barang ini dari mana, ya? Belanja jarang, terus tiga tahun hampir nggak pernah keluar kota apalagi keluar negeri. Mengherankan." Kamila mengusap dagu, sembari memicingkan mata penuh curiga. "Kalau dipikir-pikir ternyata ukuran sepatu kita beda satu angka. Punya Kalina agak kebesaran makanya harus kuganjal dengan tisu. Mana hampir nggak ada sneakers lagi."Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu menginterupsi. Kamila beranjak tadi tempatnya, lalu menekan tombol untuk memutar dinding yang juga rak buku dari ruang barang, menuju ruang kamar. "Astaga naga srigala!" Dia terlonjak saat melihat Della sudah berdiri di hadapan dengan keadaan yang begitu mengkhawatirkan. Rambutnya acak-acaknya dengan eyeliner berantakan di kelopak dan

    Last Updated : 2022-07-19

Latest chapter

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Extra Part (3)

    "Loh, Papa." "Papa?""Uncle?""Wisnu, sejak kapan kamu berdiri di sana?"Barra yang lebih dulu sadar, berjalan mengampiri, diikuti Thea, Terra, dan terakhir Bu Dahlia. Kamila yang mendengar itu semua sontak langsung menendang Revan, lalu bangkit dan membenahi penampilan yang sejujurnya sudah tak bisa lagi terselamatkan."Wi-Wisnu.""Ma-maaf aku datang tanpa kabar. Soalnya sejak tadi ponselmu tak bisa dihubungi dan aku dengar dari Mama sedang ada acara di sini.""Ng, anu, nggak apa-apa, kok. Silakan duduk, ngobrol-ngobrol sama yang lain dulu. Aku ke atas sebentar, ya." Tanpa menunggu persetujuan dengan gerakan seribu bayangan, Kamila langsung berlari menuju kamar. Dan mengurung diri di sana.***Tok! Tok! Tok!"Mil, boleh aku masuk?" Di depan pintu kamar Kamila, Kalina berdiri. Sudah satu jam sejak pamit ke atas, dia masih belum kembali, hingga Kalina inisiatif menghampiri."Masuk aja, Kal. Nggak dikunci." Teriakan Kamila terdengar dari dalam, perlahan Kalina membuka pintu, lalu meng

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Extra Part (2)

    "Hatchiiim."Dari arah kamar terdengar suara bersin keras, hingga membuat orang-orang yang akhir pekan ini sedang berkumpul di rumah besar itu terlonjak kaget."Kak, are you, okay?" Kepala Cici menyembul dari arah pintu."Ya, aku nggak apa-apa. Biasanya kalau tiba-tiba bersin kayak gini, pasti ada yang ngomongin," tuturnya sembari melempar selembar tisu yang sudah digunakan ke tempat sampah.Cici manggut-manggut, lalu berjalan menghampiri ke kamar. "Btw tumben rapi banget hari ini, nggak mungkin kalau cuma sekedar reuni keluarga Kak Mila sampai dandan cantik begini. Rambut digerai, pake dress tanpa lengan, heels lima senti.""Sshhh ... hari ini aku ada janji, jadi tolong wakilin jamu aja semua tamu, ya.""Ta--""Mil-- oh my God. Setan apa yang merasukimu hari ini, Mila?" Feri yang baru saja muncul terlihat membekap mulut melihat penampilan Kamila."Diem, lu, Fer. Komen sekali lagi gue gebok.""Nggak, nggak mungkin. Ini pasti bukan Kamila, ini pasti Kamile--hmmpt." Buru-buru Kamila mem

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Extra Part (1)

    "Bagaimana kabarmu?"Pertanyaan itu Wisnu ajukan sesaat setelah Kamila dan Barra duduk di hadapannya, di ruang Head Teachers."Ba-baik." Entah kenapa afmosfer yang tercipta di antara keduanya terasa kikuk dan canggung. Sementara Barra yang duduk di tengah-tengah mereka malah sibuk memindai ekspresi dari tante dan ayah kandungnya itu."Jantung berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya, telapak tangan dingin, wajah pucat, bicara terbata-bata, terdeteksi salting. Reaksi ini biasa juga disebut dengan gugup." Barra meletakkan tangan di dada Kamila."Astaga Barra." Kamila memelotot sembari menepis tangan bocah tujuh tahun itu.Wisnu terkekeh pelan. "Maaf kalau aku membuat kalian tak nyaman." Lelaki itu sesekali menyentuh hidung dan menggaruk dahi."Gelagat itu menunjukkan kalau Papa yang justru nggak nyaman.""Hei, berhenti sembarangan baca emosi orang!" sentak Kamila kembali mengingatkan."Tapi kakek bilang mengenali ekspresi wajah merupakan cara penting untuk meraba apa yang dirasakan

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Memulai Hidup Baru

    Tujuh tahun kemudian ...."Bangun, Barra. Ini hari pertama kamu masuk sekolah! Seragam sama semua perlengkapan udah Mimi siapin. Jangan lupa sarapan juga. Ada nasi goreng di atas meja!"Kamila mengguncang tubuh bocah yang menggeliat panjang dalam selimut tebal, di atas ranjang berbentuk mobil-mobilan."Bentar lagi, Mi. Biasa juga sekolah internasional masuknya agak siang. Ini baru jam enam pagi, ya Tuhan.""Buset nih bocah. Siapa juga yang bilang kamu bakal masuk ke sekolah international? Yang ada kamu masuk swasta!"Mendengar kata sekolah swasta bocah berumur tujuh tahun itu langsung terlonjak dari tempatnya."Swasta? Seriously? Kita jauh-jauh pindah ke Jakarta cuma buat daftar di sekolah swasta!""Ya ampun, nih bocah nggak ada bersyukurnya. Udah untung kamu masuk sekolah swasta yang elite. Coba Mimi dulu, udah mah masuk negeri yang ikut program pemerintah, masih kudu bikin surat keterangan tidak mampu, biar nggak perlu bayar SPP lagi. Dah, ah. Buruan mandi! Atau mau langsung Mimi lu

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Tak Terpisahkan

    Orang bilang, level tertinggi dari mencintai adalah mengikhlaskan. Entah itu mengikhlaskan dengan yang lain, atau yang lebih menyakitkan mengikhlaskannya pergi ke pangkuan Tuhan. Entah itu cinta antar pasangan, cinta antara anak dan orangtua, maupun cinta antar saudara.Tak ada rencana yang lebih sempurna selain takdir yang telah Tuhan gariskan. Bagaimana dua orang saudara kembar yang sudah berpisah selama lebih dari tiga puluh tahun kembali dipersatukan untuk membalas satu keluarga zalim yang merasa kekuasaan yang dimiliki mampu menutupi seberapa busuknya tingkah laku mereka, sampai lupa bahwa roda kehidupan itu berputar, dan dalam beberapa keyakinan karma itu nyata adanya.Kurang dari setahun, tepatnya delapan bulan, saudara kembar Kamila dan Kalina mampu mengantar kehancuran untuk Keluarga Wijaya. Keluarga konglomerat yang dikenal publik dengan berbagai prestasi, keluarga yang dikenal memiliki toleransi tinggi, serta kerukunan yang patut diacungi. Namun, siapa yang tahu di balik im

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Pergi dengan Damai

    Welcome Kalina Fathira Hartono dan Kamila Anindira Hartono.Tulisan besar dari karangan bunga yang khusus dipesan tergantung di lantai dua kediaman keluarga yang bisa dibilang terkaya di Kota Surabaya.Kamila membekap mulut sembari memeluk Dahiyang di pangkuan tangan.Tak pernah terpikir dalam benak Kamila sekalipun bahwa akhirnya dia sampai di posisi ini. Posisi yang selalu ibunya katakan suatu saat akan bisa dia daki. Roda yang selama ini berhenti berputar akhirnya menempatkan dia di sini. Ternyata masa depan yang selalu dia harapkan ekspekstasinya lebih dari yang mampu dia impikan.Orang-orang dengan setelan serba-hitam yang diketahui staf dan beberapa karyawan PT. Poltaris Jaya menyambut mereka. Berjejer di antara kolam pancuran yang membentang sepanjang pelataran. Bu Hilma terlihat berjalan mendorong kursi roda Pak Hari untuk menghampiri mereka. Dua buket bunga terlihat di pangkuannya.Kamila langsung berlari dan berhambur dalam pelukan ayahnya. Di belakang Kalina menyusul dengan

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Anggota Keluarga Lain

    Kalina terkekeh sesekali saat melihat Kamila yang terlihat begitu bersemangat pagi ini. Di dalam kamar tadi bahkan dia membongkar seisi lemari hanya untuk mencari pakaian terbaik yang bisa digunakan untuk acara hari ini. Menjadi bisnis women atau mengelola bisnis mungkin memang bukan passion Kamila. Namun, penegak hukum, aparat, serta badan inteligen adalah pekerjaan dan kecintaannya.alina tahu, meski tak mengatakannya Kamila pasti sangat ingin kembali. Walapun mustahil untuk kembali menjadi bagian dari BIN, setidaknya dia berharap bisa menjadi salah satu anggota kepolisian tak peduli apa pun tingkatnya."Mil?" Kalina meletakkan tangan di bahu Kamila yang nampak duduk tenang di kursinya menunggu panggilan."Ya?" Kamila menoleh antara gugup dan senang yang membuat Kalina agak tak tega untuk mengungkap kebenarannya. "Sebenarnya ...." Kalina sengaja mengulur-ulur waktu yang membuat dada saudaranya semakin berdegup kencang."Sebenarnya apa, sih, Kal? Buruan deg-degan el--""Kompol Warma

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Pamit

    Di atas pusara dengan nisan bertuliskan Zahira P. Putri itu, Kamila dan Kalina duduk bersimpuh. Meletakkan buket bunga di atas gundukan tanah yang sudah lama mengering dan dilindungi tembok marmer berpondasi kokoh.Kamila terlihat menuntun tangan saudara kembarnya untuk menyiram nisan dan sebagian tanah yang terlihat."Halo, Bu. Apa kabar? Sekarang Kamila nggak datang lagi sendiri, ada Kalina juga. Akhirnya, Bu. Kita bisa tumbuh jadi anak kebanggaan ibu. Baik-baik di Surga sana, ya. Salam sayang dan peluk cium dari kami." Kamila tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Merengkuh tubuh Kalina yang sudah lebih dulu terisak di sampingnya."Nggak apa, Kal. Yang penting ibu udah liat semuanya dari atas sana." Kamila meyakinkan saudaranya sembari menyeka air mata Kalina."Bagaimana rasanya pelukan ibu, Mil?" tanya Kalina lirih."Tentu saja lebih hangat dari pelukan ayah dan lebih berkesan daripada pelukan mantan.""Kamila." Kalina mengerucutkan bibir sembari mencubit pelan perut saudaranya."Dah

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Selebrasi

    "Apa-apaan ini? Masa merayakan kemenangan di Rumah Makan Padang?" Kamila menggerutu, sembari berkacak pinggang di depan sebuah rumah makan yang cukup besar di daerah setempat."Dah, terima kenyataan, Nya! Nyonya Kalina sama Pak Revan dah keseringan makan di resto bintang lima." Cici menepuk pundak Kamila, kemudian berlalu ke dalam."Tap-tapi aku juga dah keseringan makan di rumah Makan Padang. Bahkan sampe kolesterol dan mencret-mencret!" Kamila mengerucutkan bibir, menoleh menatap saudara kembarnya dan Revan yang baru saja turun dari dalam mobil."Aku janji, makan malam nanti kamu yang tentukan," sahut Kalina sembari tersenyum simpul."Seriously?" Bola mata bulat itu berbinar penuh harap."Iya. Harus berapa kali kubilang milikku, milikmu juga," tukas Kalina sembari merangkul bahu saudaranya."Resto Lavender, boleh? Ruang VIP yang view-nya macam di pelem-pelem bucin? Aku pernah ke sana, tapi cuma buat denger umpatan sampah para Wijaya Family." Kamila kembali mengerucutkan bibir."Iya

DMCA.com Protection Status