Share

Pembelaan

Author: Dwrite
last update Last Updated: 2022-07-18 21:07:37

"Ngapain Bang Wisnu belain, si Lina, sih?!" gerutu Della saat semua anggota keluarga berkumpul di ruang tengah, tanpa Kamila tentu saja.

"Aku memang pergi ke Paris setahun lalu," balas Wisnu sedatar biasanya.

"Aku tahu. Tapi, kan nggak pergi sama si Lina, melainkan sama si Yuna!" tambah Della dengan suara tinggi.

"Kita bertemu di PFW."

"Bohong! Aku nggak liat, tuh si Yuna posting tentang kalian datang ke PFW," sanggah Della yang membuat Wisnu semakin terdesak.

"Memangnya semua kegiatan yang kita lakukan, harus kamu tahu?" Suara Wisnu mulai meninggi. Kesal dengan Della yang terus-menerus mencecarnya.

"Kalau memang kalian ketemu, kamu pasti tahu siapa yang pergi dengannya saat itu!" timpal Yayang yang sejak tadi diam memerhatikan dengan pikiran berputar mencoba mencari alasan masuk akal yang membuat Wisnu tiba-tiba berpihak pada Kalina.

Wisnu mengepalkan tangan habis kesabaran. Dia bangkit dari posisi duduk dan menatap tajam Della dan Yayang.

"Dengan siapa dan bagaimana kami bertemu seharusnya kalian tak perlu ikut cam--"

"Diam kalian semua!" Bu Dahlia akhirnya angkat bicara setelah sekian lama. "Seharusnya masalah ini sudah clear di ruang putih. Kenapa mesti dibahas lagi? Kalau Wisnu sudah mengaku dia bertemu dengan Kalina dan membelikannya tas itu. Kalian nggak perlu mengoreknya la--"

"Ma, minta duit!" Indra yang baru saja turun dengan setelan anak motornya, langsung memotong pembicaraan dan mengulurkan tangan di hadapan Bu Dahlia.

"Sayang!" pekik Della. "Kenapa kamu selalu memotong pembicaraan dan datang diwaktu-waktu yang nggak tepat, sih!"

"Emang napa, sih, Del? Heboh banget ngurusin si Kalina kayak yang nggak punya kesibukan lain aja. Daripada itu, mending kamu mikirin cara hemat duit, biar nggak selalu ngabisin duit jajan aku."

"Hadeuh." Hendri yang sejak tadi ada di sana sembari mengotak-atik remot TV, hanya bisa menyimak sembari menggigiti kuku. Begitu pula dengan Yayang yang memutar bola mata.

Wisnu kembali duduk di tempat, dan meraih ponsel saat melihat notifikasi pesan dari Yuna.

"Mending balik kamar sana! Balikin barang-barang yang kamu pinjem dari si Kalina. Jangan terus-terusan bikin malu!" bentak Indra yang membuat mata Della kembali berkaca-kaca.

"Aku nggak akan begini, kalau kamu kerja dan menuhin tanggung jawab kamu sebagai suami, Dra! Bukannya banyak main dan nyaman jadi beban keluarga. Kalau tahu gini mending kita nggak usah nikah aja. Lebih enak juga tinggal sama orangtuaku." Della terisak sembari menghentakkan kaki di hadapan Indra, perempuan yang tengah berbadan dua itu berlalu menuju kamarnya di lantai dua.

Indra terbungkam sembari menatap punggung mungil Della yang berlalu dari pandangan.

"Mampus, kena mental, pan, lu, Dra. Makanya jadi laki kudu gentle. Kalau nggak sanggup ngebiayain bini, mending si Della kasih Bang Wisnu! Kayaknya dia masih nampung buat yang ketiga."

"Hendri!" pekik Yayang dan Bu Dahlia bersamaan.

Sementara yang bersangkutan terlihat hanya mengedikkan bahu, dan kembali fokus pada ponsel di genggaman tangan.

Related chapters

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Batasan Privasi

    Di kamar bernuasan gold dan putih itu Kamila menatap barang-barang branded milik Kalina yang tertata di dalam etalase kaca dalam ruangan khusus di balik rak buku. Dia mondar-mandir memerhatikan satu per satu barang bernilai jutaan itu. "Kira-kira Kalina dapet semua barang ini dari mana, ya? Belanja jarang, terus tiga tahun hampir nggak pernah keluar kota apalagi keluar negeri. Mengherankan." Kamila mengusap dagu, sembari memicingkan mata penuh curiga. "Kalau dipikir-pikir ternyata ukuran sepatu kita beda satu angka. Punya Kalina agak kebesaran makanya harus kuganjal dengan tisu. Mana hampir nggak ada sneakers lagi."Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu menginterupsi. Kamila beranjak tadi tempatnya, lalu menekan tombol untuk memutar dinding yang juga rak buku dari ruang barang, menuju ruang kamar. "Astaga naga srigala!" Dia terlonjak saat melihat Della sudah berdiri di hadapan dengan keadaan yang begitu mengkhawatirkan. Rambutnya acak-acaknya dengan eyeliner berantakan di kelopak dan

    Last Updated : 2022-07-19
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Tentang Kamila

    "Sebenarnya apa yang nggak kamu tahu tentang Kalina, sih, Van?" Pertanyaan Kamila di tengah perjalanan sukses membuat Revan tertegun. "Kalau boleh tahu, sedekat apa kamu sama dia?" Keheningan pekat menyelimuti keduanya. Sudah dua bulan sejak mengenal lelaki berdarah chinese ini, Kamila selalu bertanya-tanya tentang hubungan macam apa yang dimiliki saudara kembarnya dan asisten pribadi Wisnu."Kita dekat, tapi hanya sebatas sahabat," aku Revan akhirnya. "Aku sudah mengenal Kalina sejak kita duduk di sekolah menengah, mengingat Papa yang sudah lama mengabdi sebagai dokter pribadi keluarga ayahmu. Pekerjaan yang kulakukan sekarang juga semata-mata karena tugas yang diberikan beliau. Tidak ada alasan lain, just money." Tatapan lelaki berkulit putih itu terpaku pada jalanan di depan. Tak ada yang aneh dengan nada suara dan bagaimana cara dia menjelaskan.Kamila mangut-mangut tanda mengerti. "Kirain." Perempuan itu mengedikkan bahu, lalu kembali terpaku pada ponsel di genggaman tangan.Keh

    Last Updated : 2022-07-20
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   ATM Bersama

    Pagi-pagi sekali kediaman Wijaya sudah dihebohkan dengan suara nyaring wajan dan panci yang beradu. Kebisingan yang disebabkan salah satu menantu yang akhir-akhir ini berubah meresahkan itu menyebabkan para anggota keluarga lain yang masih menikmati hangatnya bergelung dalam selimut tebal, terganggu. Akhir pekan yang harusnya mereka manfaatkan dengan istirahat panjang, berujung keributan yang tak terelakkan."Perhatian!"Prang!"Perhatian!"Prang!Suara toa dan bisingnya alat-alat dapur membuat satu per satu penghuni rumah berdatangan dengan piama dan muka bantal."Si Lina ngapain, sih?" Della yang kebetulan kamarnya di lantai dasar, lebih dulu tiba sembari menggerutu. Sedangkan Indra yang masih setengah sadar menyandarkan dahi di daun pintu. "Sialan, jalang ini maunya apa, sih?" Yayang menyusul dari lantai dua sembari, menyeret Hendri yang masih memeluk bantal polkadotnya."Ada apa ini?" Dahlan dan Dahlia Wijaya turun dari lift. Sedangkan Wisnu menyusul di belakang Yayang dan Hendri

    Last Updated : 2022-07-20
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Licik

    "Keuangan kita ini lagi nggak stabil, Wisnu. Bisa-bisa kamu transfer dia duit cuma buat dihambur- hamburin kayak gini?""Sadar, nggak, sih? Si Kalina makin keliatan licik sekarang. Sengaja banget nutup semua rekening setelah tahu kita pake kartu kreditnya buat belanja bulanan, terus ngotak-atik ATM Bang Wisnu dan traktir kita makan seolah-olah pake duitnya.""Kita nggak bisa diem aja kayak gini. Wanita sial itu bener-bener harus dikasih pelajaran!""Udahlah. Yang udah terjadi biar terjadi. Lagian kalau rumor tentang Kalina yang bakal ngambil alih perusahaan Poltaris benar-- semuanya bakal keganti lebih dari ini.""Iya juga, sih. Kita cuma bisa nunggu keputusan dalam sebulan ini. Kalau sampai Kalina nggak dapat apa-apa, lebih baik kalian cerai, Bang, terus dia kita tendang. Untung aja kalian nggak punya keturunan. Jadi, prosesnya lebih gampang."Brak! Suara meja yang dipukul keras terdengar nyaring. "Mau ke mana kamu, Wisnu!""Pulang!""Loh, terus ini gimana?"Kamila mendengus keras,

    Last Updated : 2022-07-21
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Jebakan

    Tut ....Tutt .... Tuttt .... Nomber yang Anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi. "Ck, ke mana, sih, si Revan? Lagi penting gini malah susah dihubungi. Aku, kan harus tanya tentang maksud Pak Dahlan kalau Kalina berpotensi mengambil alih kepemimpinan perusahaan." Kamila menggerutu saat mendengar jawaban sama setelah beberapa kali dia mencoba menghubungi Revan. "Apa samperin ke vila aja kali? Siapa tahu di sana dia lagi nungguin Kalina," putusnya final. "Tapi, kan vilanya lumayan jauh dari sini."Cukup lama Kamila larut dalam dilema. Akhirnya dia mendapatkan keputusan final demi mendapatkan cukup kejelasan dari pertanyaan yang mengganjal dalam pikiran. "Ah, bodo amat mau jauh apa enggak. Yang penting ketemu dulu."***Menjelang sore Kamila tiba di vila milik keluarga ayahnya yang ada di Puncak, Bogor. Bangunan seluas 500m² yang dikelilingi pohon pinus asli menyambutnya kala mobil terparkir di pekarangan. Tak seperti terakhir kali dia datang bersama Revan. Tem

    Last Updated : 2022-07-21
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Janggal

    Kamila menghela napas panjang, lalu menyambar kertas itu dan melemparnya ke tempat sampah yang ada di depan. "Jadi, ceritanya mereka mau balas dendam? Cih, nggak elegan. Mainnya keroyokan." Kamila mengedikkan bahu. "Dipikir aku takut ditinggal sendirian? Nggak layau, udah biasa. Lagian lebih enak juga begini. Aman, nyaman, dan ten--"Kamila mematung diambang pintu saat melihat keadaan kamarnya yang benar-benar berantakan. Jejak air kotor yang dia ketahui berbau got tercecer di lantai bersama dengan beberapa pakaian yang tersebar koyak di beberapa bagian. Ranjangnya penuh dengan lumpur dan rumput taman. Dan yang semakin membuat Kamila geleng-geleng kepala, kunci yang tergantung di lemari pakaiannya hilang, kamar mandi dibiarkan terbuka dengan bau air seni yang menyengat hingga menyebar ke ruang kamar. Bahkan skincare dan bodycare-nya dibuat untuk menyumbat closet. Kamila berlari kecil menuju balkon dan dibuat terkejut lagi saat melihat beberapa pakaian dalamnya dilempar ke kolam bere

    Last Updated : 2022-07-21
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Perhatian

    "Sudah sedekat apa kamu dengan Revan? Setelah sebulan lalu aku melihat kalian berdua di Paris, lalu kemarin melihatnya mengantarmu membeli sepatu." "Pagi tadi, dia juga tiba-tiba mengirimkan surat resign tanpa alasan yang jelas. Apa ini ada hubungannya denganmu yang pergi ke sebuah vila yang ada di Puncak?"Kamila menelan ludah susah payah, sebisa mungkin dia mengendalikan ekspresi wajahnya agar tetap terlihat tenang. Pertanyaan Wisnu jelas di luar perkiraan, apalagi Kamila juga baru tahu ternyata kembarannya saat itu pergi ke Paris bersama Revan. Hanya ada dua kemungkinan kenapa Revan tiba-tiba menghilang. Pertama dia dan Kalina memang ada hubungan, atau Revan pandai membaca situasi agar mereka tidak ketahuan bertukar peran. "Ekhmm." Kamila berdeham, lalu menegakkan tubuh menghadap Wisnu. "Bukannya Revan adalah asisten pribadimu? Seharusnya kamu yang lebih tahu! Jangan coba untuk lempar batu sembunyi tangan, Wisnu. Cuma karena kamu melihat kami beberapa kali bersama, bukan berart

    Last Updated : 2022-07-22
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Mengibarkan Bendera Perang

    "Nya, kita beneran minta maaf tentang semalem.""Nggak butuh klarifikasi!" ketus Kamila sembari menghindari Cici saat menjemur pakaian dalamnya yang semalam tercecer di kolam berenang. "Saya sama Wati sebenarnya pengen bantu, cuma kita takut dipecat.""Bodo amat.""Ayolah, Nya. Jangan ngambek. Lain kali kita bakal usahain bantu semampunya," bujuk Cici seraya terus-menerus mengikuti pergerakan Kamila dari jemuran satu ke jemuran lainnya. "Nggak percaya.""Please, Nya. Kalau Nyonya mau maafin nanti saya bantu ngambil diem-diem laptop Nyonya yang diambil paksa sama si Kuyang waktu itu. Kan, di sana banyak data-data penting Nyonya."Deg! Segala kegiatan Kamila langsung terhenti saat itu juga. Dia berbalik menghadap Cici dengan sorot serius yang kentara. "Laptop? Diambil si Kuyang?""Iya. Kenapa tiba-tiba amnesia, sih? Tuh, laptop, kan sering banget Nyonya bawa ke mana-mana."Kamila menghela napas panjang. Asumsinya langsung melayang menghubungkan antara kecelakaan, kebencian, juga ra

    Last Updated : 2022-07-22

Latest chapter

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Extra Part (3)

    "Loh, Papa." "Papa?""Uncle?""Wisnu, sejak kapan kamu berdiri di sana?"Barra yang lebih dulu sadar, berjalan mengampiri, diikuti Thea, Terra, dan terakhir Bu Dahlia. Kamila yang mendengar itu semua sontak langsung menendang Revan, lalu bangkit dan membenahi penampilan yang sejujurnya sudah tak bisa lagi terselamatkan."Wi-Wisnu.""Ma-maaf aku datang tanpa kabar. Soalnya sejak tadi ponselmu tak bisa dihubungi dan aku dengar dari Mama sedang ada acara di sini.""Ng, anu, nggak apa-apa, kok. Silakan duduk, ngobrol-ngobrol sama yang lain dulu. Aku ke atas sebentar, ya." Tanpa menunggu persetujuan dengan gerakan seribu bayangan, Kamila langsung berlari menuju kamar. Dan mengurung diri di sana.***Tok! Tok! Tok!"Mil, boleh aku masuk?" Di depan pintu kamar Kamila, Kalina berdiri. Sudah satu jam sejak pamit ke atas, dia masih belum kembali, hingga Kalina inisiatif menghampiri."Masuk aja, Kal. Nggak dikunci." Teriakan Kamila terdengar dari dalam, perlahan Kalina membuka pintu, lalu meng

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Extra Part (2)

    "Hatchiiim."Dari arah kamar terdengar suara bersin keras, hingga membuat orang-orang yang akhir pekan ini sedang berkumpul di rumah besar itu terlonjak kaget."Kak, are you, okay?" Kepala Cici menyembul dari arah pintu."Ya, aku nggak apa-apa. Biasanya kalau tiba-tiba bersin kayak gini, pasti ada yang ngomongin," tuturnya sembari melempar selembar tisu yang sudah digunakan ke tempat sampah.Cici manggut-manggut, lalu berjalan menghampiri ke kamar. "Btw tumben rapi banget hari ini, nggak mungkin kalau cuma sekedar reuni keluarga Kak Mila sampai dandan cantik begini. Rambut digerai, pake dress tanpa lengan, heels lima senti.""Sshhh ... hari ini aku ada janji, jadi tolong wakilin jamu aja semua tamu, ya.""Ta--""Mil-- oh my God. Setan apa yang merasukimu hari ini, Mila?" Feri yang baru saja muncul terlihat membekap mulut melihat penampilan Kamila."Diem, lu, Fer. Komen sekali lagi gue gebok.""Nggak, nggak mungkin. Ini pasti bukan Kamila, ini pasti Kamile--hmmpt." Buru-buru Kamila mem

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Extra Part (1)

    "Bagaimana kabarmu?"Pertanyaan itu Wisnu ajukan sesaat setelah Kamila dan Barra duduk di hadapannya, di ruang Head Teachers."Ba-baik." Entah kenapa afmosfer yang tercipta di antara keduanya terasa kikuk dan canggung. Sementara Barra yang duduk di tengah-tengah mereka malah sibuk memindai ekspresi dari tante dan ayah kandungnya itu."Jantung berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya, telapak tangan dingin, wajah pucat, bicara terbata-bata, terdeteksi salting. Reaksi ini biasa juga disebut dengan gugup." Barra meletakkan tangan di dada Kamila."Astaga Barra." Kamila memelotot sembari menepis tangan bocah tujuh tahun itu.Wisnu terkekeh pelan. "Maaf kalau aku membuat kalian tak nyaman." Lelaki itu sesekali menyentuh hidung dan menggaruk dahi."Gelagat itu menunjukkan kalau Papa yang justru nggak nyaman.""Hei, berhenti sembarangan baca emosi orang!" sentak Kamila kembali mengingatkan."Tapi kakek bilang mengenali ekspresi wajah merupakan cara penting untuk meraba apa yang dirasakan

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Memulai Hidup Baru

    Tujuh tahun kemudian ...."Bangun, Barra. Ini hari pertama kamu masuk sekolah! Seragam sama semua perlengkapan udah Mimi siapin. Jangan lupa sarapan juga. Ada nasi goreng di atas meja!"Kamila mengguncang tubuh bocah yang menggeliat panjang dalam selimut tebal, di atas ranjang berbentuk mobil-mobilan."Bentar lagi, Mi. Biasa juga sekolah internasional masuknya agak siang. Ini baru jam enam pagi, ya Tuhan.""Buset nih bocah. Siapa juga yang bilang kamu bakal masuk ke sekolah international? Yang ada kamu masuk swasta!"Mendengar kata sekolah swasta bocah berumur tujuh tahun itu langsung terlonjak dari tempatnya."Swasta? Seriously? Kita jauh-jauh pindah ke Jakarta cuma buat daftar di sekolah swasta!""Ya ampun, nih bocah nggak ada bersyukurnya. Udah untung kamu masuk sekolah swasta yang elite. Coba Mimi dulu, udah mah masuk negeri yang ikut program pemerintah, masih kudu bikin surat keterangan tidak mampu, biar nggak perlu bayar SPP lagi. Dah, ah. Buruan mandi! Atau mau langsung Mimi lu

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Tak Terpisahkan

    Orang bilang, level tertinggi dari mencintai adalah mengikhlaskan. Entah itu mengikhlaskan dengan yang lain, atau yang lebih menyakitkan mengikhlaskannya pergi ke pangkuan Tuhan. Entah itu cinta antar pasangan, cinta antara anak dan orangtua, maupun cinta antar saudara.Tak ada rencana yang lebih sempurna selain takdir yang telah Tuhan gariskan. Bagaimana dua orang saudara kembar yang sudah berpisah selama lebih dari tiga puluh tahun kembali dipersatukan untuk membalas satu keluarga zalim yang merasa kekuasaan yang dimiliki mampu menutupi seberapa busuknya tingkah laku mereka, sampai lupa bahwa roda kehidupan itu berputar, dan dalam beberapa keyakinan karma itu nyata adanya.Kurang dari setahun, tepatnya delapan bulan, saudara kembar Kamila dan Kalina mampu mengantar kehancuran untuk Keluarga Wijaya. Keluarga konglomerat yang dikenal publik dengan berbagai prestasi, keluarga yang dikenal memiliki toleransi tinggi, serta kerukunan yang patut diacungi. Namun, siapa yang tahu di balik im

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Pergi dengan Damai

    Welcome Kalina Fathira Hartono dan Kamila Anindira Hartono.Tulisan besar dari karangan bunga yang khusus dipesan tergantung di lantai dua kediaman keluarga yang bisa dibilang terkaya di Kota Surabaya.Kamila membekap mulut sembari memeluk Dahiyang di pangkuan tangan.Tak pernah terpikir dalam benak Kamila sekalipun bahwa akhirnya dia sampai di posisi ini. Posisi yang selalu ibunya katakan suatu saat akan bisa dia daki. Roda yang selama ini berhenti berputar akhirnya menempatkan dia di sini. Ternyata masa depan yang selalu dia harapkan ekspekstasinya lebih dari yang mampu dia impikan.Orang-orang dengan setelan serba-hitam yang diketahui staf dan beberapa karyawan PT. Poltaris Jaya menyambut mereka. Berjejer di antara kolam pancuran yang membentang sepanjang pelataran. Bu Hilma terlihat berjalan mendorong kursi roda Pak Hari untuk menghampiri mereka. Dua buket bunga terlihat di pangkuannya.Kamila langsung berlari dan berhambur dalam pelukan ayahnya. Di belakang Kalina menyusul dengan

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Anggota Keluarga Lain

    Kalina terkekeh sesekali saat melihat Kamila yang terlihat begitu bersemangat pagi ini. Di dalam kamar tadi bahkan dia membongkar seisi lemari hanya untuk mencari pakaian terbaik yang bisa digunakan untuk acara hari ini. Menjadi bisnis women atau mengelola bisnis mungkin memang bukan passion Kamila. Namun, penegak hukum, aparat, serta badan inteligen adalah pekerjaan dan kecintaannya.alina tahu, meski tak mengatakannya Kamila pasti sangat ingin kembali. Walapun mustahil untuk kembali menjadi bagian dari BIN, setidaknya dia berharap bisa menjadi salah satu anggota kepolisian tak peduli apa pun tingkatnya."Mil?" Kalina meletakkan tangan di bahu Kamila yang nampak duduk tenang di kursinya menunggu panggilan."Ya?" Kamila menoleh antara gugup dan senang yang membuat Kalina agak tak tega untuk mengungkap kebenarannya. "Sebenarnya ...." Kalina sengaja mengulur-ulur waktu yang membuat dada saudaranya semakin berdegup kencang."Sebenarnya apa, sih, Kal? Buruan deg-degan el--""Kompol Warma

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Pamit

    Di atas pusara dengan nisan bertuliskan Zahira P. Putri itu, Kamila dan Kalina duduk bersimpuh. Meletakkan buket bunga di atas gundukan tanah yang sudah lama mengering dan dilindungi tembok marmer berpondasi kokoh.Kamila terlihat menuntun tangan saudara kembarnya untuk menyiram nisan dan sebagian tanah yang terlihat."Halo, Bu. Apa kabar? Sekarang Kamila nggak datang lagi sendiri, ada Kalina juga. Akhirnya, Bu. Kita bisa tumbuh jadi anak kebanggaan ibu. Baik-baik di Surga sana, ya. Salam sayang dan peluk cium dari kami." Kamila tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Merengkuh tubuh Kalina yang sudah lebih dulu terisak di sampingnya."Nggak apa, Kal. Yang penting ibu udah liat semuanya dari atas sana." Kamila meyakinkan saudaranya sembari menyeka air mata Kalina."Bagaimana rasanya pelukan ibu, Mil?" tanya Kalina lirih."Tentu saja lebih hangat dari pelukan ayah dan lebih berkesan daripada pelukan mantan.""Kamila." Kalina mengerucutkan bibir sembari mencubit pelan perut saudaranya."Dah

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Selebrasi

    "Apa-apaan ini? Masa merayakan kemenangan di Rumah Makan Padang?" Kamila menggerutu, sembari berkacak pinggang di depan sebuah rumah makan yang cukup besar di daerah setempat."Dah, terima kenyataan, Nya! Nyonya Kalina sama Pak Revan dah keseringan makan di resto bintang lima." Cici menepuk pundak Kamila, kemudian berlalu ke dalam."Tap-tapi aku juga dah keseringan makan di rumah Makan Padang. Bahkan sampe kolesterol dan mencret-mencret!" Kamila mengerucutkan bibir, menoleh menatap saudara kembarnya dan Revan yang baru saja turun dari dalam mobil."Aku janji, makan malam nanti kamu yang tentukan," sahut Kalina sembari tersenyum simpul."Seriously?" Bola mata bulat itu berbinar penuh harap."Iya. Harus berapa kali kubilang milikku, milikmu juga," tukas Kalina sembari merangkul bahu saudaranya."Resto Lavender, boleh? Ruang VIP yang view-nya macam di pelem-pelem bucin? Aku pernah ke sana, tapi cuma buat denger umpatan sampah para Wijaya Family." Kamila kembali mengerucutkan bibir."Iya

DMCA.com Protection Status