Share

Pernikahan Bisnis

Author: Dwrite
last update Last Updated: 2022-07-11 11:55:22

"Apa?" sungut Kamila, saat melihat Revan menatapnya dengan penuh kecurigaan sekembalinya dia dari restoran. "Sumpah aku cuma nyapa si Wisnu sama si gundik doang, abis itu pamitan," dalihnya sembari meletakkan tas tangannya di atas dasbord, lalu melembar heels ke bangku belakang.

"Yakin?" Revan menaikkan sebelah alis.

"Yakinlah."

"Terus itu apa?"

Tok! Tok! Tok!

"Kalina ... buka pintunya! Hapus foto itu sekarang!" Wisnu sudah berdiri di luar mobil yang dinaiki Kalina dan Revan, lelaki dengan setelan formal itu menggedor-gedor kaca satu arah yang melapisi kendaraan, lalu memanggil istrinya dengan suara tinggi.

"Kamu beneran nggak ngapa-ngapain, kan, Mil?" desak Revan yang membuat Kamila memutar bola mata kesal.

"Nggak. Udahlah, buruan cabut sekarang! Sebelum si Della sama Yayang koar-koar."

"Oke."

Revan akhirnya menyerah mendebat. Karena bagaimana pun identiknya fisik mereka, tak akan mengubah kenyataan bahwa Kamila dan Kalina adalah dua orang yang berbeda.

Mesin mobil pun dinyalakan, kendaran mewah itu melaju perlahan meninggalkan trotoar menuju jalan aspal.

"Buka kaca mobilnya!" pinta Kamila tiba-tiba.

"Buat apa?"

"Buka aja Revan nggak usah banyak tanya!"

Malas memperpanjang perdebatan, terpaksa Revan mengikuti keinginan Kamila. Sesaat setelah jendela terbuka Kamila mengulurkan tangan keluar dan mengacungkan jari tengah ke arah Wisnu yang masih berdiri kesal di tempatnya.

"F*ck you, Crocodile!"

***

"Gila, gila, gila! Apa, sih maunya si Lina? Bisa-bisanya dia tiba-tiba gabung grup W*, terus bertindak semaunya." Della menjambak rambut frustrasi sembari mengelus perut buncitnya yang bulan ini berjalan lima bulan.

"Ada yang janggal. Delapan tahun mengenalnya, aku nggak pernah menjumpai sikap Kalina yang begini. Dia berbeda, bukan cuma tatapannya, tapi cara bicara dan perilakunya juga makin berani." Yayang bertumpang kaki, tersenyum sinis sembari mengusap dagu. "Menarik, sekarang yang kita hadapi bukan lagi patung tanpa ekspresi, tapi Singa yang siap menerkam. Aku jadi semakin tertantang."

"Apa maksud Kak Yayang dengan semakin tertantang? Yang kita hadapi ini bukan cuma Singa, tapi orang gila yang sialnya cerdas. Siapa yang tahu kalau tanpa sepengetahuan kita, dia tiba-tiba melempar bom waktu yang siap meledak sewaktu-waktu. Kita semua sama-sama tahu, dia punya kartu, kartu AS masing-masing dari kita!" Della mengusap wajah kasar, lalu mengempaskan diri ke sandaran sofa. "Seandainya saja kita bisa membuat Papa dan Mama berpihak, mungkin keadaannya nggak akan seperti ini."

"Sulit, Della. Papa dan Mama sebenarnya tipe netral, sikap keduanya pada kita bisa dibilang sama, walaupun mereka cenderung nggak suka pada Kalina, karena kehadirannya tak cukup menguntungkan untuk kelangsungan bisnis keluarga. Tapi, bukan nggak mungkin kalau suatu saat nanti sikap mereka berbalik sembilan puluh derajat setelah Kalina berhasil mewarisi bisnis milik ayahnya di Surabaya."

Della mengangguk.

"Yah, aku emang nggak bisa memungkiri fakta pernikahan yang terjadi antara keluarga kaya 70% alasannya hanya untuk memperluas koneksi dan menjalin kerjasama antar perusahaan. Di usia yang muda ini aku bahkan sudah harus mengandung satu nyawa di perut ini. Kasarnya kita dijual demi kepentingan orangtua dengan dalih cinta akan datang seiring berjalannya waktu. Pada dasarnya pernikahan ini bisnis. Egois."

Yayang tersenyum sinis, tapi di satu sisi juga meringis.

"Ya. Bahkan ketika terjadi perceraian bukan cuma harga diri kita yang dipertaruhkan, tapi keluarga juga. Satu-satunya hal yang bisa kita lakukan hanya bertahan walaupun cinta bukan satu-satunya alasan. Logikanya siapa juga yang betah sama manusia absurd macam si Hendri?"

"Masih mending Bang Hendri punya kerjaan. Lah, suamiku udah pengangguran, kerjaannya mabok-mabokan sama hamburin uang." Della mengerucutkan bibir. "Emang yang paling bener cuma Bang Wisnu, udah tampan, mapan, elegan, bisa diandalkan dan yang pasti bukan beban. Sayang dia cuma terpaku sama, tuh artis Ikan Terbang. Sampe si Lina dianggurin."

Yayang tiba-tiba terdiam saat Della membahas Wisnu. Entah apa yang ada di benak wanita berambut pendek dengan tinggi 175 itu.

"I am home!" Suara nyaring seseorang menginterupsi mereka.

Dari koridor ruang utama terlihat Kamila melenggang santai menuju ruang keluarga. Yayang dan Della buru-buru menarik diri dan mengambil tempat duduk dengan arah berseberangan.

Sejenak Kamila menatap mereka bergantian. Kemudian berniat melempar pakaian laundry dan menu paket mekdi yang dua iparnya pesan. Namun, sebelum hal itu terjadi, tiba-tiba dia teringat nasehat Revan tentang pentingnya menjaga sikap. Akhirnya perempuan itu memutar bola mata kesal, lalu meletakkan pelan jas Hendri di hadapan Yayang, lalu paket Mekdi pesanan Della di atas meja.

"Lo ke mana aja, sih? Udah dua jam sejak gue W* tadi," gerutu Yayang seolah membuka perdebatan sore menjelang malam hari ini.

"Jakarta macet, Shay. Lo pikir gue bisa terbang terus sampe secepat Merpati? Pikir pake logika kali," balas Kamila dengan wajah julid.

"Ihh ... kok, pake saos, sih? Aku, kan udah bilang pake mayones aja, Lina!" pekikan heboh Della yang memprotes Burger pesanannya membuat Kamila naik pitam.

"Ck, repot amat lu, Del!" Dia menyambar Burger di tangan Della, lalu menjilati saosnya hingga menyisakan mayones saja. "Masalah selesai, selamat makan! Oh, iya lain kali panggil gue kakak, ya, Del. Biar lebih sopan, umur kita, kan beda sepuluh tahun. Kalau besok-besok masih panggil nama, gue panggil lo Della Takodel-kodel." Selanjutnya perempuan itu melepas lagi alas kaki, dan berlari kecil menuju kamar.

***

Kriiing!

Tok! Tok! Tok!

Suara nyaring weeker dan gedoran pintu memekkan telinga Kamila yang baru sempat terpejam dini hari tadi. Tak menyangka baru sehari menjalani hidup sebagai Kalina sudah terasa sangat melelahkan seperti ini.

Nyaris semua pekerjaan rumah tangga dia yang handle, apa lagi menyangkut menu makan tiga kali sehari, jadwal membersihkan taman, kolam berenang, mobil, mencuci, bahkan mengganti seprai tiap kamar yang ada di rumah besar ini.

"Bentar, oi!" teriak Kamila di balik selimut tebalnya.

"Buruan, Nya! Si Kuyang sama si Dede Lampir udah mengambil alih dapur. Kalau ada apa-apa dengan makanannya tetep Nyonya yang kena." Suara nyaring Cici terdengar panik di balik pintu.

"Arggh ... Setan, Kuyang, Demit, Lampir, Kampreeettt!" Dengan susah payah mengumpulkan nyawa yang tersisa di antara bunga tidurnya, Kamila beranjak dan menyeret langkah menghampiri pintu.

"Nggak cuci muka dulu, Nya?" tawar Cici saat melihat Kamila keluar dengan muka bantalnya.

"Nggak per--huahhh" Dia menguap lebar yang membuat Cici dan satu ART lain refleks menutup hidung.

"Jadi, menu apa yang kita bikin buat sarapan pagi ini?" tanyanya sembari menelusupkan sebelah tangan ke dalam celana piama, lalu menggaruk pantat.

"Me-menu prasmanan, Nya," cicit Cici sembari mengernyit geli.

"Hah, menu edan?"

"Pras-manan!" ulang Cici di telinga Kamila.

"Oh, prasma--Apa?" Kamila benar-benar tersadar sekarang. "Ngapain mereka buat menu prasmanan?"

"Hari ini bakal ada acara arisan sosialita, Nyonya Yayang ngusulin nggak perlu pesen catering, mending bikin di rumah aja untuk menghemat biaya," tutur ART yang lainnya.

"Nggak." Kamila menggeleng kuat. "Mereka bukan mau menghemat biaya, tapi mau menyiksaku dengan gaya," terka Kamila. "Berapa menu yang harus kita buat hari ini?"

"Li-lima belas, Nya," cicit Cici.

"Sudah kuduga." Kamila memicingkan mata.

"Okelah, nggak ada pilihan juga. Anda sopan saya pun segan, tapi kalau Anda yang mulai sudah pasti saya bantai."

"Merdeka!" Serempak Cici dan satu ART yang mendampingi, menggaungkan yel-yel menanggapi ucapan Kamila tadi.

"Ye, malah dikira teks proklamasi."

.

.

.

Bersambung.

Related chapters

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Arisan Sosialita

    Arisan sosialita kali ini melingkupi para wanita dengan status sosial tinggi yang diketahui sebagai para istri dari crazy rich Surabaya. Wanita-wanita yang ber-atribut barang-barang mahal keluaran merk terkenal itu terdiri dari lima belas orang. Lima di antaranya berumur dua puluhan dan sisanya berusia 32-70 tahun. Keluarga Wijaya diwakili Yayang, Hendri, Della, Indra, dan Bu Dahlia. Mereka memang sengaja meluangkan waktu untuk acara bergengsi yang biasa diadakan tiap tiga bulan sekali, dengan arisan bernilai milyaran dalam bentuk beragam. Mulai dari tas, saham, tiket liburan, mobil, dan perhiasan.Di depan stan menu penutup terlihat Cici kelimpungan mencari keberadaan Kamila yang tiba-tiba menghilang setelah acara dimulai. "Kamu yakin nggak liat Nyonya Kalina setelah dia selesai ngupas buah tadi?" tanya Cici pada pelayan lain yang lalu-lalang menyiapkan jamuan. "Nggak, tuh. Mungkin nyonya kecapean makanya dia langsung tepar. Coba cek aja ke kamar!"Cici tertegun sejenak. "Bener j

    Last Updated : 2022-07-11
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Kepo

    Di dalam Mobil Alphard berwarna hitam yang terparkir di depan gerbang, Kamila duduk santai dengan bertumpang kaki. Sesekali dia menyeruput soda sembari menyaksikan satu per satu mobil mewah yang berlalu meninggalkan pelataran kediaman Keluarga Wijaya di jam 11 siang ini."Ternyata acara pamer berkedok arisan selesai lebih cepet daripada waktu yang dijadwalkan. Bisa jadi yang punya hajat kena mental duluan, atau para tamu undangan insecure setelah mengetahui menantu yang selama ini diremehkan ternyata meresahkan." Kamila menegakkan tubuhnya, dan membusungkan dada dengan bangga. "Lagian Kamila Anindira dilawan."Beberapa saat kemudian dia melihat Revan yang berjalan cepat ke arahnya."Mau apa lagi si ganteng? Mana tuh muka tegang banget kayak yang nunggu giliran suntik vaksin."Pintu mobil yang memang tidak terkunci langsung dibuka olehnya. Revan melongokan kepala ke dalam."Ikut aku!" Lelaki bermata sipit itu menarik tangan Kamila."Ke mana? Kalau mau muji yang tadi di sini aja!" Kamil

    Last Updated : 2022-07-14
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Gara-Gara Paris

    "Gile, kukira ukuran si Kalina cup B, ternyata cup C, jauh banget sama ukurannya si Yayang, yang emang Kutilangdara.""Siapa yang kamu bilang kutilangdara?" Yayang yang baru saja tiba langsung melotot pada Hendri."Ta-tapi, di mataku kamu tetep yang paling perfek, kok, Yang. Sumpah," tambahnya.Yayang memutar bola mata, lalu mendengkus keras sebelum mengambil tempat di samping Della yang matanya terlihat membengkak setelah dipermalukan tadi."Mana si penyihir?" tanya Della beberapa saat setelah Yayang duduk di sebelahnya."Tuh!" tunjuk Yayang dengan dagu ke arah pintu."Excusme, can i help you?" tanya Kamila setelah dia melangkahkan kaki."Duduk!" pinta Bu Dahlia sembari menunjuk kursi di hadapannya."Oke." Kamila mengedikkan bahu, lalu mendarahkan bokong di atas kursi."Pertama-tama mama mau minta maaf kalau selama ini kamu merasa nggak dianggap.""Ma, tadi yang kita bahas bukan in--""Diam, Yayang!"Sanggahan Yayang langsung dipatahkan oleh Bu Dahlia. Akhirnya perempuan bertumbuh ti

    Last Updated : 2022-07-14
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Pembelaan

    "Ngapain Bang Wisnu belain, si Lina, sih?!" gerutu Della saat semua anggota keluarga berkumpul di ruang tengah, tanpa Kamila tentu saja. "Aku memang pergi ke Paris setahun lalu," balas Wisnu sedatar biasanya. "Aku tahu. Tapi, kan nggak pergi sama si Lina, melainkan sama si Yuna!" tambah Della dengan suara tinggi. "Kita bertemu di PFW.""Bohong! Aku nggak liat, tuh si Yuna posting tentang kalian datang ke PFW," sanggah Della yang membuat Wisnu semakin terdesak. "Memangnya semua kegiatan yang kita lakukan, harus kamu tahu?" Suara Wisnu mulai meninggi. Kesal dengan Della yang terus-menerus mencecarnya. "Kalau memang kalian ketemu, kamu pasti tahu siapa yang pergi dengannya saat itu!" timpal Yayang yang sejak tadi diam memerhatikan dengan pikiran berputar mencoba mencari alasan masuk akal yang membuat Wisnu tiba-tiba berpihak pada Kalina.Wisnu mengepalkan tangan habis kesabaran. Dia bangkit dari posisi duduk dan menatap tajam Della dan Yayang. "Dengan siapa dan bagaimana kami berte

    Last Updated : 2022-07-18
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Batasan Privasi

    Di kamar bernuasan gold dan putih itu Kamila menatap barang-barang branded milik Kalina yang tertata di dalam etalase kaca dalam ruangan khusus di balik rak buku. Dia mondar-mandir memerhatikan satu per satu barang bernilai jutaan itu. "Kira-kira Kalina dapet semua barang ini dari mana, ya? Belanja jarang, terus tiga tahun hampir nggak pernah keluar kota apalagi keluar negeri. Mengherankan." Kamila mengusap dagu, sembari memicingkan mata penuh curiga. "Kalau dipikir-pikir ternyata ukuran sepatu kita beda satu angka. Punya Kalina agak kebesaran makanya harus kuganjal dengan tisu. Mana hampir nggak ada sneakers lagi."Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu menginterupsi. Kamila beranjak tadi tempatnya, lalu menekan tombol untuk memutar dinding yang juga rak buku dari ruang barang, menuju ruang kamar. "Astaga naga srigala!" Dia terlonjak saat melihat Della sudah berdiri di hadapan dengan keadaan yang begitu mengkhawatirkan. Rambutnya acak-acaknya dengan eyeliner berantakan di kelopak dan

    Last Updated : 2022-07-19
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Tentang Kamila

    "Sebenarnya apa yang nggak kamu tahu tentang Kalina, sih, Van?" Pertanyaan Kamila di tengah perjalanan sukses membuat Revan tertegun. "Kalau boleh tahu, sedekat apa kamu sama dia?" Keheningan pekat menyelimuti keduanya. Sudah dua bulan sejak mengenal lelaki berdarah chinese ini, Kamila selalu bertanya-tanya tentang hubungan macam apa yang dimiliki saudara kembarnya dan asisten pribadi Wisnu."Kita dekat, tapi hanya sebatas sahabat," aku Revan akhirnya. "Aku sudah mengenal Kalina sejak kita duduk di sekolah menengah, mengingat Papa yang sudah lama mengabdi sebagai dokter pribadi keluarga ayahmu. Pekerjaan yang kulakukan sekarang juga semata-mata karena tugas yang diberikan beliau. Tidak ada alasan lain, just money." Tatapan lelaki berkulit putih itu terpaku pada jalanan di depan. Tak ada yang aneh dengan nada suara dan bagaimana cara dia menjelaskan.Kamila mangut-mangut tanda mengerti. "Kirain." Perempuan itu mengedikkan bahu, lalu kembali terpaku pada ponsel di genggaman tangan.Keh

    Last Updated : 2022-07-20
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   ATM Bersama

    Pagi-pagi sekali kediaman Wijaya sudah dihebohkan dengan suara nyaring wajan dan panci yang beradu. Kebisingan yang disebabkan salah satu menantu yang akhir-akhir ini berubah meresahkan itu menyebabkan para anggota keluarga lain yang masih menikmati hangatnya bergelung dalam selimut tebal, terganggu. Akhir pekan yang harusnya mereka manfaatkan dengan istirahat panjang, berujung keributan yang tak terelakkan."Perhatian!"Prang!"Perhatian!"Prang!Suara toa dan bisingnya alat-alat dapur membuat satu per satu penghuni rumah berdatangan dengan piama dan muka bantal."Si Lina ngapain, sih?" Della yang kebetulan kamarnya di lantai dasar, lebih dulu tiba sembari menggerutu. Sedangkan Indra yang masih setengah sadar menyandarkan dahi di daun pintu. "Sialan, jalang ini maunya apa, sih?" Yayang menyusul dari lantai dua sembari, menyeret Hendri yang masih memeluk bantal polkadotnya."Ada apa ini?" Dahlan dan Dahlia Wijaya turun dari lift. Sedangkan Wisnu menyusul di belakang Yayang dan Hendri

    Last Updated : 2022-07-20
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Licik

    "Keuangan kita ini lagi nggak stabil, Wisnu. Bisa-bisa kamu transfer dia duit cuma buat dihambur- hamburin kayak gini?""Sadar, nggak, sih? Si Kalina makin keliatan licik sekarang. Sengaja banget nutup semua rekening setelah tahu kita pake kartu kreditnya buat belanja bulanan, terus ngotak-atik ATM Bang Wisnu dan traktir kita makan seolah-olah pake duitnya.""Kita nggak bisa diem aja kayak gini. Wanita sial itu bener-bener harus dikasih pelajaran!""Udahlah. Yang udah terjadi biar terjadi. Lagian kalau rumor tentang Kalina yang bakal ngambil alih perusahaan Poltaris benar-- semuanya bakal keganti lebih dari ini.""Iya juga, sih. Kita cuma bisa nunggu keputusan dalam sebulan ini. Kalau sampai Kalina nggak dapat apa-apa, lebih baik kalian cerai, Bang, terus dia kita tendang. Untung aja kalian nggak punya keturunan. Jadi, prosesnya lebih gampang."Brak! Suara meja yang dipukul keras terdengar nyaring. "Mau ke mana kamu, Wisnu!""Pulang!""Loh, terus ini gimana?"Kamila mendengus keras,

    Last Updated : 2022-07-21

Latest chapter

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Extra Part (3)

    "Loh, Papa." "Papa?""Uncle?""Wisnu, sejak kapan kamu berdiri di sana?"Barra yang lebih dulu sadar, berjalan mengampiri, diikuti Thea, Terra, dan terakhir Bu Dahlia. Kamila yang mendengar itu semua sontak langsung menendang Revan, lalu bangkit dan membenahi penampilan yang sejujurnya sudah tak bisa lagi terselamatkan."Wi-Wisnu.""Ma-maaf aku datang tanpa kabar. Soalnya sejak tadi ponselmu tak bisa dihubungi dan aku dengar dari Mama sedang ada acara di sini.""Ng, anu, nggak apa-apa, kok. Silakan duduk, ngobrol-ngobrol sama yang lain dulu. Aku ke atas sebentar, ya." Tanpa menunggu persetujuan dengan gerakan seribu bayangan, Kamila langsung berlari menuju kamar. Dan mengurung diri di sana.***Tok! Tok! Tok!"Mil, boleh aku masuk?" Di depan pintu kamar Kamila, Kalina berdiri. Sudah satu jam sejak pamit ke atas, dia masih belum kembali, hingga Kalina inisiatif menghampiri."Masuk aja, Kal. Nggak dikunci." Teriakan Kamila terdengar dari dalam, perlahan Kalina membuka pintu, lalu meng

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Extra Part (2)

    "Hatchiiim."Dari arah kamar terdengar suara bersin keras, hingga membuat orang-orang yang akhir pekan ini sedang berkumpul di rumah besar itu terlonjak kaget."Kak, are you, okay?" Kepala Cici menyembul dari arah pintu."Ya, aku nggak apa-apa. Biasanya kalau tiba-tiba bersin kayak gini, pasti ada yang ngomongin," tuturnya sembari melempar selembar tisu yang sudah digunakan ke tempat sampah.Cici manggut-manggut, lalu berjalan menghampiri ke kamar. "Btw tumben rapi banget hari ini, nggak mungkin kalau cuma sekedar reuni keluarga Kak Mila sampai dandan cantik begini. Rambut digerai, pake dress tanpa lengan, heels lima senti.""Sshhh ... hari ini aku ada janji, jadi tolong wakilin jamu aja semua tamu, ya.""Ta--""Mil-- oh my God. Setan apa yang merasukimu hari ini, Mila?" Feri yang baru saja muncul terlihat membekap mulut melihat penampilan Kamila."Diem, lu, Fer. Komen sekali lagi gue gebok.""Nggak, nggak mungkin. Ini pasti bukan Kamila, ini pasti Kamile--hmmpt." Buru-buru Kamila mem

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Extra Part (1)

    "Bagaimana kabarmu?"Pertanyaan itu Wisnu ajukan sesaat setelah Kamila dan Barra duduk di hadapannya, di ruang Head Teachers."Ba-baik." Entah kenapa afmosfer yang tercipta di antara keduanya terasa kikuk dan canggung. Sementara Barra yang duduk di tengah-tengah mereka malah sibuk memindai ekspresi dari tante dan ayah kandungnya itu."Jantung berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya, telapak tangan dingin, wajah pucat, bicara terbata-bata, terdeteksi salting. Reaksi ini biasa juga disebut dengan gugup." Barra meletakkan tangan di dada Kamila."Astaga Barra." Kamila memelotot sembari menepis tangan bocah tujuh tahun itu.Wisnu terkekeh pelan. "Maaf kalau aku membuat kalian tak nyaman." Lelaki itu sesekali menyentuh hidung dan menggaruk dahi."Gelagat itu menunjukkan kalau Papa yang justru nggak nyaman.""Hei, berhenti sembarangan baca emosi orang!" sentak Kamila kembali mengingatkan."Tapi kakek bilang mengenali ekspresi wajah merupakan cara penting untuk meraba apa yang dirasakan

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Memulai Hidup Baru

    Tujuh tahun kemudian ...."Bangun, Barra. Ini hari pertama kamu masuk sekolah! Seragam sama semua perlengkapan udah Mimi siapin. Jangan lupa sarapan juga. Ada nasi goreng di atas meja!"Kamila mengguncang tubuh bocah yang menggeliat panjang dalam selimut tebal, di atas ranjang berbentuk mobil-mobilan."Bentar lagi, Mi. Biasa juga sekolah internasional masuknya agak siang. Ini baru jam enam pagi, ya Tuhan.""Buset nih bocah. Siapa juga yang bilang kamu bakal masuk ke sekolah international? Yang ada kamu masuk swasta!"Mendengar kata sekolah swasta bocah berumur tujuh tahun itu langsung terlonjak dari tempatnya."Swasta? Seriously? Kita jauh-jauh pindah ke Jakarta cuma buat daftar di sekolah swasta!""Ya ampun, nih bocah nggak ada bersyukurnya. Udah untung kamu masuk sekolah swasta yang elite. Coba Mimi dulu, udah mah masuk negeri yang ikut program pemerintah, masih kudu bikin surat keterangan tidak mampu, biar nggak perlu bayar SPP lagi. Dah, ah. Buruan mandi! Atau mau langsung Mimi lu

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Tak Terpisahkan

    Orang bilang, level tertinggi dari mencintai adalah mengikhlaskan. Entah itu mengikhlaskan dengan yang lain, atau yang lebih menyakitkan mengikhlaskannya pergi ke pangkuan Tuhan. Entah itu cinta antar pasangan, cinta antara anak dan orangtua, maupun cinta antar saudara.Tak ada rencana yang lebih sempurna selain takdir yang telah Tuhan gariskan. Bagaimana dua orang saudara kembar yang sudah berpisah selama lebih dari tiga puluh tahun kembali dipersatukan untuk membalas satu keluarga zalim yang merasa kekuasaan yang dimiliki mampu menutupi seberapa busuknya tingkah laku mereka, sampai lupa bahwa roda kehidupan itu berputar, dan dalam beberapa keyakinan karma itu nyata adanya.Kurang dari setahun, tepatnya delapan bulan, saudara kembar Kamila dan Kalina mampu mengantar kehancuran untuk Keluarga Wijaya. Keluarga konglomerat yang dikenal publik dengan berbagai prestasi, keluarga yang dikenal memiliki toleransi tinggi, serta kerukunan yang patut diacungi. Namun, siapa yang tahu di balik im

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Pergi dengan Damai

    Welcome Kalina Fathira Hartono dan Kamila Anindira Hartono.Tulisan besar dari karangan bunga yang khusus dipesan tergantung di lantai dua kediaman keluarga yang bisa dibilang terkaya di Kota Surabaya.Kamila membekap mulut sembari memeluk Dahiyang di pangkuan tangan.Tak pernah terpikir dalam benak Kamila sekalipun bahwa akhirnya dia sampai di posisi ini. Posisi yang selalu ibunya katakan suatu saat akan bisa dia daki. Roda yang selama ini berhenti berputar akhirnya menempatkan dia di sini. Ternyata masa depan yang selalu dia harapkan ekspekstasinya lebih dari yang mampu dia impikan.Orang-orang dengan setelan serba-hitam yang diketahui staf dan beberapa karyawan PT. Poltaris Jaya menyambut mereka. Berjejer di antara kolam pancuran yang membentang sepanjang pelataran. Bu Hilma terlihat berjalan mendorong kursi roda Pak Hari untuk menghampiri mereka. Dua buket bunga terlihat di pangkuannya.Kamila langsung berlari dan berhambur dalam pelukan ayahnya. Di belakang Kalina menyusul dengan

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Anggota Keluarga Lain

    Kalina terkekeh sesekali saat melihat Kamila yang terlihat begitu bersemangat pagi ini. Di dalam kamar tadi bahkan dia membongkar seisi lemari hanya untuk mencari pakaian terbaik yang bisa digunakan untuk acara hari ini. Menjadi bisnis women atau mengelola bisnis mungkin memang bukan passion Kamila. Namun, penegak hukum, aparat, serta badan inteligen adalah pekerjaan dan kecintaannya.alina tahu, meski tak mengatakannya Kamila pasti sangat ingin kembali. Walapun mustahil untuk kembali menjadi bagian dari BIN, setidaknya dia berharap bisa menjadi salah satu anggota kepolisian tak peduli apa pun tingkatnya."Mil?" Kalina meletakkan tangan di bahu Kamila yang nampak duduk tenang di kursinya menunggu panggilan."Ya?" Kamila menoleh antara gugup dan senang yang membuat Kalina agak tak tega untuk mengungkap kebenarannya. "Sebenarnya ...." Kalina sengaja mengulur-ulur waktu yang membuat dada saudaranya semakin berdegup kencang."Sebenarnya apa, sih, Kal? Buruan deg-degan el--""Kompol Warma

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Pamit

    Di atas pusara dengan nisan bertuliskan Zahira P. Putri itu, Kamila dan Kalina duduk bersimpuh. Meletakkan buket bunga di atas gundukan tanah yang sudah lama mengering dan dilindungi tembok marmer berpondasi kokoh.Kamila terlihat menuntun tangan saudara kembarnya untuk menyiram nisan dan sebagian tanah yang terlihat."Halo, Bu. Apa kabar? Sekarang Kamila nggak datang lagi sendiri, ada Kalina juga. Akhirnya, Bu. Kita bisa tumbuh jadi anak kebanggaan ibu. Baik-baik di Surga sana, ya. Salam sayang dan peluk cium dari kami." Kamila tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Merengkuh tubuh Kalina yang sudah lebih dulu terisak di sampingnya."Nggak apa, Kal. Yang penting ibu udah liat semuanya dari atas sana." Kamila meyakinkan saudaranya sembari menyeka air mata Kalina."Bagaimana rasanya pelukan ibu, Mil?" tanya Kalina lirih."Tentu saja lebih hangat dari pelukan ayah dan lebih berkesan daripada pelukan mantan.""Kamila." Kalina mengerucutkan bibir sembari mencubit pelan perut saudaranya."Dah

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Selebrasi

    "Apa-apaan ini? Masa merayakan kemenangan di Rumah Makan Padang?" Kamila menggerutu, sembari berkacak pinggang di depan sebuah rumah makan yang cukup besar di daerah setempat."Dah, terima kenyataan, Nya! Nyonya Kalina sama Pak Revan dah keseringan makan di resto bintang lima." Cici menepuk pundak Kamila, kemudian berlalu ke dalam."Tap-tapi aku juga dah keseringan makan di rumah Makan Padang. Bahkan sampe kolesterol dan mencret-mencret!" Kamila mengerucutkan bibir, menoleh menatap saudara kembarnya dan Revan yang baru saja turun dari dalam mobil."Aku janji, makan malam nanti kamu yang tentukan," sahut Kalina sembari tersenyum simpul."Seriously?" Bola mata bulat itu berbinar penuh harap."Iya. Harus berapa kali kubilang milikku, milikmu juga," tukas Kalina sembari merangkul bahu saudaranya."Resto Lavender, boleh? Ruang VIP yang view-nya macam di pelem-pelem bucin? Aku pernah ke sana, tapi cuma buat denger umpatan sampah para Wijaya Family." Kamila kembali mengerucutkan bibir."Iya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status