Beranda / Pendekar / MENANTU SETENGAH DEWA / Perintah Ratu Ilmu Hitam

Share

Perintah Ratu Ilmu Hitam

Penulis: Hare Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kanaya tidak boleh hamil, dia tidak boleh memiliki anak!"

"Kamu tidak bisa menjaga anak-anak di rumah! Kamu istri yang tidak becus!"

Plak! Plak!

Tuan Kafka menampar Nyonya Farah dengan tanpa ampun, entah apa yang terjadi dengan kedua orang tersebut sehingga mereka tidak boleh Kanaya memiliki anak.

Nyonya Farah tidak bisa menghindar, beliau hanya pasrah mendapat perlakuan kasar dari Tuan Kafka itu.

"Maafkan saya, Kakanda. Saya telah lalai dalam menjaga mereka, bahkan saya tidak tahu kapan Kanaya dan Hakya tidur bersama," jawab Nyonya Farah pelan sambil memegang kedua pipinya yang tampak memerah akibat tamparan keras dari tuan Kafka.

Raut wajahnya menampakkan ketakutan yang luar biasa.

"Itulah kau menjadi Ibu yang tidak berguna, seharusnya kamu jangan tidur sebelum memastikan Kanaya dan Hakya itu di dalam kamar yang terpisah. Dasar wanita bodoh!"

"Kenapa bisa seperti ini? Kita akan hancur… kita akan hancur jika sampai Kanaya melahirkan seorang anak! Apalagi anak itu lelaki. Tamatlah ri
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Waktu Hanya 3 Bulan

    "Aoow! Aoow! Aoooooow!"Setelah mengatakan demikian Ratu tampak melolong, sehingga meninggalkan suara yang benar-benar mengerikan di dalam hutan rimba tersebut.Dan itu artinya Ratu benar-benar marah, semua makhluk yang berada di dalam hutan itu sudah paham kalau Ratu sudah mengeluarkan suara seperti itu, artinya ada sesuatu yang terjadi yang membuat Ratu sangat marah."Apakah kalian sanggup?" tanya Ratu kemudian menyelidiki kepada kedua suami istri yang sedang tampak ketakutan itu."Bagaimana caranya kami melakukan hal itu?" tanya Nyonya Farah kebingungan dan seperti sudah kehilangan akal ketika diminta untuk menggugurkan kandungan Kanaya."Kalau kalian tidak mau, maka kalian akan tahu akibatnya. Aku sampaikan kalau waktu kalian tidak boleh lebih dari 3 bulan!" teriak Ratu dan kemudian meninggalkan gubuk tersebut sehingga menimbulkan goncangan yang begitu dahsyat, kembali awan-awan tampak menggelap dan angin bertiup kencang membuat pohon-pohon tinggi dan besar itu meliuk-liuk seolah a

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Ramuan Penggugur Kandungan

    Dengan sisa tenaganya akhirnya nyonya Farah sampai di rumah mereka."Ibu? Ibu dari mana kok babak belur seperti ini?" tanya Kanaya heran ketika dia melihat kedatangan Nyonya Farah dari arah belakang dengan kondisi yang sangat mengenaskan.Nyonya Farah tersenyum, apalagi ketika dia tidak melihat Kanaya bersama Hakya. Mungkin Hakya sedang membantu pekerjaan di toko, atau entah perginya ke mana menantu yang tidak bergunanya itu."Ibu dari hutan di belakang. Ibu mencari tumbuhan untuk mengobati mual-mual dan muntah pada kamu itu," jawab Nyonya Farah kepada Kanaya, dia sedang mencoba untuk meyakinkan Kanaya agar percaya dengan apa yang dia sampaikan."Aduh ibu, tidak usah repot-repot karena Hakya juga sedang mencari tanaman obat yang untuk menyembuhkan mual dan muntah ini. Dia sedang pergi ke perbukitan di belakang pasar untuk mengambil tumbuhan yang di maksud, sekaligus menyiapkannya untuk Kanaya," jawab Kanaya pelan.Nyonya Farah tampak menyunggingkan senyumannya mendengar apa yang disa

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Habiskan Ramuannya

    "Iya, Ibu. Tapi, Kanaya masih kenyang dan juga belum haus. Kanaya mau tidur dulu," jawab Kanaya yang sedang beristirahat di kamarnya."Minum lah Ini selagi hangat, Kanaya. Karena kalau sudah dingin nanti rasanya sudah tidak enak lagi.""Dan juga kamu harus tahu, ibu mendapatkan tumbuhan ini begitu sulit. Ini adalah tumbuhan langka yang sangat sulit sekali ditemukan, bahkan mungkin di beberapa ribu hektar luasnya hutan maka tumbuhan ini hanya ada satu batang. Makanya ini begitu berharga, kamu melihat tubuh ibu tampak babak belur demi berusaha mendapatkan tumbuhan ini," rayu Nyonya Farah kepada Kanaya.Kanaya masih tidak peduli dengan rayuan-rayuan tersebut, dia ingin beristirahat karena sebenarnya sejak semalam Kanaya susah sekali untuk beristirahat dan dia ingin menunggu Hakya."Kamu benar-benar tidak menghargai Ibu, karena ibu susah-susah untuk mencari obat ini demi kesembuhan kamu. Ibu kasihan sama kamu dan juga di toko tidak ada yang jadi kasir kalau kamu tidak masuk. Kasihan Zanaya

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Bumi Berguncang

    "Waduh, ada apa dengan Kanaya?"Hakya berlari secepatnya masuk ke dalam rumah, dia begitu khawatir dengan sang istri."Kanaya, ada apa?!" teriak Hakya khawatir.Braaak!Hakya membuka pintu kamar dengan sangat keras, dan pemandangan di kamar tersebut membuat Hakya begitu hancur dan rasanya kehidupannya berakhir hari ini."Kanaya!" panggil Hakya.Hakya mendapati Kanaya yang pingsan tergeletak di lantai dengan bersimbah darah.Hakya segera mengangkat tubuh Kanaya ke atas pembaringan dan mengecek dari mana asalnya darah tersebut, ternyata berasal dari bagian bawah tubuh Kanaya.Duuur!Tiba-tiba suara petir menggelegar dan dunia seketika menjadi gelap di sertai dengan angina yang sangat kencang, namun tidak hujan.Hakya meraba perut Kanaya, dan terduduk lemas, karena anak mereka sudah tidak ada lagi di dalam perut sang istri."Siapa yang telah melakukan ini?!" teriak Hakya marah, matanya memancarkan cahaya merah darah. Bumi kemudian berguncang, Hakya tahu itu adalah kemarahan dari Dewa keh

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Rasa Penasaran Hakya

    "Kanaya, ini aku suamimu.""Tidak! Aku tidak mau minum apapun!"Kanaya terus saja berteriak, apalagi saat melihat gelas yang masih berada di tangan Hakya.Akhirnya Hakya meletakkan gelas itu kembali ke atas meja, dan mengambil salah satu ramuan yang dibuatkannya untuk memberikan efek hangat pada tubuh Kanaya.Hingga tidak lama kemudian, Kanaya tampak tertidur pulas. Sepertinya Kanaya benar-benar trauma. Dengan telaten, Hakya membaluri seluruh tubuh Kanaya dengan ramuan yang dia buatkan, agar tubuh Kanaya kembali segar dan tenang.Hakya masih memikirkan apa yang disampaikan oleh Kanaya itu, tentang ramuan. Sehingga Hakya berusaha mencari sisa-sisa bekas ramuan itu dan Hakya tidak menemukan apapun didalam ruangan berukuram 4x4 tersebut. "Aku harus menemukannya agar aku tahu ramuan apa yang diminum Kanaya," gumam Hakya seraya keluar dari kamar dan menuju dapur.Entah mengapa perasaan Hakya mengatakan kalau sumber yang di minum oleh Kanaya masih berada di rumah ini. Namun, Hakya sudah be

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Kanaya Sudah Sadar

    Wuuuzzz! Wuuzzz! Hawa panas berhembus masuk kedalam kamar Hakya dan Kanaya. Dan hal itulah yang disangka Hakya membuat Kanaya berteriak kepanasan seperti itu. “Tolooooong…,” ujar Kanaya dengan suara yang parau dan kemudian terdiam. Hakya yang masih di posisi semula dengan peluh yang membanjiri keningnya segera mendekat kepada Kanaya. Betapa terkejutnya Hakya saat melihat keringat keringat sebesar-besar biji jagung membanjiri tubuh Kanaya dan kulit Kanaya sangat panas terasa seperti terbakar. “Astaga, ada apa dengan kamu Kanaya?” tanya Hakya pada dirinya sendiri karena Kanaya tampak sangat lemah dan hanya bisa mengerlingkan matanya saja, Kanaya tidak bisa menjawab apapun. Hakya kemudian mengambil handuk dan mencoba untuk mengelap seluruh tubuh Kanaya, sembari dia akan mencari tahu ada apa di dalam tubuh Kanaya sehingga membuatnya seperti itu. Hakya terus meraba di seluruh permukaan tubuh Kanaya, dan tidak berapa lama Hakya tampak menemukan sumber masalah itu ada di perut Kanaya.

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Siapa yang Datang?

    "Kanaya, jangan pikirkan yang macam-macam. Saat ini kamu harus sembuh.""Hakya, kamu hanya tinggal jawab saja!"Kanaya sepertinya marah dan emosi mendengar Hakya yang tidak menjawab pertanyaannya. Walaupun sebenarnya Kanaya sudah tahu kalau anaknya sudah tidak ada, dia bisa merasakan perutnya yang kempes dan juga tadi sakitnya yang begitu mendalam.Hakya hanya menghela nafas berat."Iya, kamu keguguran. Tapi, jangan takut dan sedih kita akan berusaha lagi untuk mendapatkan anak secepatnya," jawab Hakya pelan dengan sorot mata yang sendu."Aku ibu yang tidak becus!" teriak Kanaya yang kemudian memukul perutnya dengan sangat keras. Karena dia begitu menyesal dengan semua yang terjadi yang menyebabkan anaknya hilang seperti ini.Hakya berusaha memeluk Kanaya dengan erat untuk menenangkan Kanaya. Namun, Kanaya malah melawan dengan sangat kuat.Hakya bahkan tidak menyangka kalau tenaga yang dimiliki Kanaya sebegitu besar, karena tubuh Hakya bahkan sempat terdorong ke belakang karena kekuat

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Kalian Tidak Akan Lolos!

    'Kau yakin telah berhasil?''Sangat yakin!'Terdengar keduanya sedang berbicara, namun Hakya tidak tahu pasti apa yang mertuanya bicarakan itu.Dan anehnya keduanya baru pulang di waktu yang hampir pagi dengan perasaan yang senang seperti itu, bahkan tidak terdengar kalau mereka khawatir ataupun sedih.'Baguslah! Akan aku berikan kamu hadiah spesial malam ini.'Setelah itu suara keduanya hilang dan kemudian terdengar pintu kamar yang ditutup. Itu artinya kedua mertuanya sudah memasuki kamar yang tepat berada di depan kamar Hakya dan Kanaya.Hakya tidak mampu lagi mendengar percakapan keduanya, karena jelas kemampuan telinga Hakya tidak bisa menembus dinding. Apalagi untuk menguping pembicaraan orang tua.Hakya mencoba untuk merebahkan tubuhnya di samping Kanaya, namun hingga pagi Hakya tidak bisa memejamkan matanya."Hakya! Bangun! Apa kau pikir tugasmu itu sudah berakhir?" Terdengar teriakan dari arah dapur saat pagi-pagi Hakya yang baru saja terasa kantuk menyerang, dan teriakan Nyo

Bab terbaru

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Akhir yang Bahagia

    "Astaga Zanaya! Kamu bisa duduk diam, gak?!" bentak Kanaya kepada Zanaya yang mencecar Kafka dengan pertanyaan, padahal Kafka baru saja sadar."Kenapa? Kamu gak khawatir sama ayah? Kamu mau ayah mati di tangan suami kamu ini?" tanya Zanaya lagi."Za-Naya…," panggil Kafka lemah.Mendengar suara Kafka membuat Farah dan Zanaya hanya terdiam menutup mulutnya. Mereka tidak percaya kalau Kafka bisa berbicara.Selama ini Kafka jangankan memanggil nama anak dan istrinya, mengeluarkan suara sedikit saja tidak bisa."Iya ayah, ayah bisa bicara lagi?" tanya Zanaya kemudian.Kafka mengangguk dan menatap ke arah Kanaya dan Hakya secara beegantian."Terima kasih, Hakya," ujar Kafka dengan suara yang pelan. Karena tubuhnya masih sangat lemah."Iya ayah, ayah jangan banyak gerak dulu," jawab Hakya."Sayang, kamu sudah siap kan sup hangat yang tadi aku minta buatkan? Kalau sudah tolong suapin ayah makan dengan nasi yang lembut ya," ujar Hakya kepada Kanaya.Kanaya menganggukkan kepalanya dan segera men

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Prasangka Buruk

    "Hakya, apa yang terjadi dengannya?" tanya Farah khawatir saat melihat Kafka terkulai lemah tidak berdaya.Hakya yang masih tampak terengah-engah memeriksa semua nadi Kafka. Dia tidak bisa membayangkan kalau Kafka akan meninggal saat semua ikatannya terlepas."Ayah, hanya pingsan. Mungkin karena terlalu lama menahan sakit. Terus saja kompres kepala ayah," ujar Hakya kemudian setelah memastikan nadi Kafka masih berdenyut normal."Apa kamu yakin?" tanya Farah yanh seolah tidak percaya, karena dia melihat Kafka tidak menunjukkan pergerakan sama sekali."Iya bu, ayah terlalu lelah menahan sakitnya. Karena seperti yang Hakya katakan ini, ini terasa sangat sakit dan rasa nyawa sudah di ujung kepala. Tapi, sebentar lagi ayah akan sadar," jawab Hakya yang tampak menyeka keringat yang membanjiri wajahnya.Farah hanya mengangguk, dia memberikan kepercayaan kepada Hakya. Dan berharap kalau Kafka akan segera sadar."Tapi, apakah semua berhasil kamu lepaskan, Hakya?" tanya Farah lagi."Iya bu. Sem

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Delapan Jam Kesakitan

    “Ini sangat sakit,” lanjut Hakya.Kafka tampak mengangguk, dan Hakya meminta izin kepada Farah. Karena dia takut kalau nanti akan disangka membunuh Kafka. Karena rasa sakit yang ditimbulkan itu adalah sangat luar biasa seperti nyawa akan terlepas dari tubuh saking sakitnya.“Lakukan, Hakya,” jawab Farah kemudian sambil mengangguk.“Tapi, ini sangat sakit bu. Kalau ibu tidak sanggup melihat ayah kesakitan, ibu bisa tunggu di luar saja,” ujar Hakya kemudian.“Tapi, kamu yakin ini bisa lepas?” tanya Farah penasaran.“Iya. Semua yang dipasang oleh Ratu Ilmu Hitam itu harus perlahan-lahan di lepaskan, dan itu membutuhkan waktu yang lama tergantung cara mengikatnya. Selama proses itu ayah akan merasa sangat kesakitan, bahkan bisa jadi muntah ataupun membuang kotoran tanpa di sengaja saking sakitnya,” jelas Hakya.“Ibu akan disini saja,” jawab Farah.Hakya hanya mengangguk.“Bisa dipastikan Zanaya tidak masuk kesini ya bu, nanti dia salah sangka dan membuat semuanya tidak berhasil,” ujar Hak

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Keadaan Ayah Mertua yang Sekarat Akibat Ilmu Hitam

    Hakya dan Kanaya tampak menunduk dan berusaha meraih tangan Farah, dan tidak ada penolakan dari Farah.“Maafkan kami, ibu,” ujar Hakya kemudian diikuti juga oleh Kanaya yang meminta maaf.Sementara itu Hanaya yang berada di dalam gendongan Kanaya hanya terdiam, dia bingung melihat kedua orang tuanya yang tampak sedang serius meminta maaf. “Hanaya, ini nenek. Kamu salim tangannya,” ujar Hakya kepada Hanaya dan meminta Kanaya menurunkan Hanaya dari gendongannya.Farah menatap wajah Hanaya dengan pancaran mata harus, namun dia masih belum menjawab apapun.“Ne-nek,” ujar Hanaya dengan suara yang terbata-bata mengeja dengan benar. Sepertinya dia masih sangat penasaran dengan Farah sehingga dia menarik-narik tangan Farah membuat neneknya itu tersadar.“Cucu nenek…,” ujar Farah kemudian yang langsung memeluk Hanaya dengan erat dan airmata jatuh saat menciumi wajah lembut Hanaya.Hanaya hanya mengangguk dan berusaha melepaskan pelukan Farah, karena memang dia belum mengenal siapa Farah yang

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Tiba Di Tujuan

    “Hei cantik sini,” panggil ibu-ibu penjual dengan ramah saat melihat Hanaya menunjuk ke lapak jualannya.Hakya dan Kanaya hanya bisa terdiam melihat tempat yang ditujukan oleh Hanaya. Ternyata dia menuju ke penjual roti basah. Mungkin bau roti basah itu memancing Hanaya untuk berjalan menuju ke arah sana.“Hanaya mau roti?” tanya Kanaya lembut.“Iya,” jawab Hanaya sambil menganggukkan kepalanya.Hakya juga ikutan mendekat, dan pandangannya bertemu dengan penjual roti basah itu.“Wah, ini Hakya?” tanya penjual itu kepada Hakya dengan sangat antusias.Hakya menganggukkan kepalanya, dia tidak menyangka kalau ternyata bau roti basah buatan ibu itu yang membuat Hanaya berjalan memasuki pasar itu. “Wah si cantik ini pasti anaknya yang menyukai roti basah?” tanya ibu itu lagi.“Iya bu, kemarin dia senang banget saat makan roti basah yang masih hangat, bahkan ini dia berjalan dengan sendirinya,” jawab Kanaya sambil tersenyum dan memesan beberapa roti itu untuk Hanaya.“Ini kalian mau kemana?

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hanaya, Anak yang Luar Biasa

    “Kami berangkat, ya,” ujar Hakya kepada beberapa muridnya itu.“Guru, apakah yakin tidak perlu kami kawal? Setidaknya kami bisa membantu membawa barang-barang dan juga bergantian menggendong Hanaya,” tawar Hofat kepada Hakya dan Kanaya yang sudah bersiap untuk turun dengan membawa barang yang cukup banyak dan juga sepertinya dalam perjalanan itu Hanaya juga akan lebih banyak minta gendong.Hakya menggeleng sambil tersenyum, karena dia tidak mau Kafka akan menganggapnya lelaki pengecut, datang ke rumah mertuanya dengan membawa pasukan. Jadi Hakya akan datang hanya bersama Kanaya dan Hanaya saja.“Benaran gapapa kok, kalian tetap saja disini. Rawat ladang kita dengan baik, kalau memang sampai waktunya panen dan kami belum kembali kalian harus memanennya dan menjualnya di pasar,” pesan Hakya kepada semuanya.“Dan ingat kalian berdua adalah ketuanya dan bertanggung jawab dalam segala hal. Jangan sampai ada yang kelaparan,” ujar Hakya kepada Hofat dan Jirat.Keduanya mengangguk, ada rasa b

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Menemui Mertua

    “Hanaya, kami pulang!”Hakya dan muridnya berteriak memanggil Hanaya saat memasuki bukit tunggal tersebut. Dan tidak berapa lama kemudian terdengar suara sorakan riang dari Hanaya yang kegirangan saat menyambut kedatangan Hakya dan murid-muridnya.“Oleeee!” teriak Hanaya dengan suara cadelnya.Hanaya semakin bahagia menyambut mereka semua yang datang membawa makanan yang begitu banyak. Apalagi saat Hakya membuka bungkusan di tangannya dan aroma roti basah menguar membuat Hanaya tidak tahan untuk segera mencicipinya.“Anaass!”Teriak Hanaya saat tangannya menyentuh roti yang masih panas itu membuat semua orang tergelak dengan tingkah lucunya. Dengan bantuan Hakya yang meniup roti itu akhirnya Hanaya bisa menikmati roti tersebut dengan mulut yang penuh.Sementara itu murid-murid Hakya yang lainnya membuka hadiah yang lainnya sepertinya mereka sangat penasaran dengan hadiah yang diberikan itu.“Woww!”Ucap mereka kekaguman saat membuka semua barang-barang itu. Banyak bahan makanan, pakai

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hadiah Kemenangan

    “Siap!” jawab para murid Hakya yang sudah siap dengan pedang masing-masing.“Karena kalian sudah lelah, jadi saya serahkan mereka kepada kalian. Bunuh mereka sesuai dengan yang kalian inginkan! Jangan biarkan satu orangpun hidup!” teriak Hakya memancing semuanya. Dan seperti yang diduga mereka semua ketakutan saat mendengar Hakya meminta membunuh mereka. Apalagi saat melihat kilatan pedang dari para murid-murid Hakya. “Tolong jangan bunuh kami!”Teriak beberapa anak buah Zarkya dengan memohon, mereka begitu takut akan kematian. Namun, mereka berani bergabung dengan orang seperti Zarkya. Sementara itu Zarkya tampak menunduk, dia merasa tidak memiliki kemampuan lagi untuk melawan ataupun berteriak.Zarkya berusaha mengeluarkan ilmu sihirnya, dia berharap dengan begitu bisa membunuh Hakya, namun apa yang dia lakukan tidak luput dari perhatian Hakya.Sssuuuit!Hakya bersiul dan seketika tubuh Zarkya lemah dan kehilangan tenaganya. Dia menatap Hakya dengan sorot mata tajam. Karena dia me

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Lebih Baik Mati Di Tangan Iblis!

    Zarkya tampak terdiam, dia membenarkan di dalam hatinya apa yang Hakya sampaikan. Karena dia juga melihat kalau beberapa anak buahnya tampak sedang memperhatikan jalan keluar bukannya sibuk melawan para anak buah Hakya.“Iblis yang kau ciptakan, apakah mereka tidak bisa membuka tali itu?” tanya Hakya sambil tersenyum.Hakya memang melepaskan tali untuk mengikat para iblis itu. Hakya akan menghancurkan mereka secara perlahan dan terakhir Zarkya jika memang dia tidak ada niat untuk menjadi lebih baik.“Kau hanya berani menggunakan ilmu sihirmu untuk melawan mereka. Kau belum tahu bagaimana melawannya mereka itu!” teriak Zarkya yang masih tetap bersikeras dan tidak mau mengalah dengan apa yang Hakya lakukan.Zarkya masih sangat yakin kalau iblis yang masih tersisa itu akan membantunya.Ziiiink! Ziiink!Suara pedang saling beradu membuat suasana sangat menakutkan. Sementara itu orang-orang yang berkumpul di luar pagar itu sangat penasaran apalagi mereka melihat ada iblis yang berusaha kab

DMCA.com Protection Status