Home / Pendekar / MENANTU SETENGAH DEWA / Iblis yang Baru Bangun?

Share

Iblis yang Baru Bangun?

Author: Hare Ra
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Tolong suruh Kanaya dan Hanaya masuk ke kamar,” ujar Hakya kemudian dan sedang berusaha menahan angin tersebut agar iblis itu tidak berhasil masuk ke dalam area perbukitan.

Jirat langsung berlari menuju ke rumah Hakya dan menyampaikan pesan dari Hakya agar Kanaya dan Hanaya jangan sampai keluar dari rumah mereka.

“Ada apa ini?” tanya Kanaya panik dan segera memeluk Hanaya.

“Pokoknya guru berpesan, Nyonya dan Nona Hanaya jangan keluar dan masuk ke kamar. Kami akan menangani ini, jangan panik,” ujar Jirat.

Kanaya hanya menganggukkan kepalanya, baru kali ini dia merasakan hal seperti ini. Dan itu benar-benar terasa sangat mengerikan. Angin yang bertiup tidak seperti angin biasanya, kali ini pun disertai dengan bau yang sangat tidak sedap.

Hanaya berusaha untuk tetap keluar dia ingin melihat apa yang terjadi, karena mungkin dia masih kecil dia belum paham dengan apa yang sedang menimpa mereka.

Sedangkan Hakya dibantu oleh seluruh muridnya sedang menahan kekuatan iblis itu, dan sepertinya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Tangkap atau Bunuh Dia!

    “Jangan khawatir, masalah menyamar saya memiliki keahlian,” jawab Hakya sambil tergelak.Hingga akhirnya Hofat melanjutkan rencana mereka mengintip aktivitas rumah besar yang menjadi tempat tinggal Zarkya.Dengan berjalan santai, Hofat melihat ke kiri dan ke kanan, rumah itu seperti rumah-rumah penduduk lainnya, hanya saja rumah itu di kelilingi dengan pagar dan ada penjaga yang bertugas di depan pintu pagar rumah itu. Mungkin karena itulah Zarkya terkenal sebagai orang kaya di sekitar lingkungan rumahnya.“Wow, mereka tinggal disana. Dan mereka sepertinya memiliki uang yang cukup banyak bisa membeli rumah tersebut. Darimana mereka mendapatkan uang. Padahal Putra Mahkota Ilmu Hitam itu sudah sangat lama pergi menjalankan tugas dari Ratu. Dan dia tidak memiliki tempat kembali, tetapi dia bisa membeli rumah yang cukup besar. Pasti mereka menggunakan ilmu sihirnya untuk menghasilkan uang,” gumam Hofat sambil terus mengamati rumaj itu dari kejauhan.Hofat berjalan-jalan dan bertanya kepad

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Pucuk Dicinta Ulampun Tiba

    "Hiaaat!"Hofat memejamkan matanya, dan menggunakan ilmu penyamar dan menghilang. Sehingga dengan seketika kedua orang pengawal dari rumah Zarkya itu kehilangan arah Hofat."Kemana dia pergi? Kurang ajar!" teriak kedua orang itu saat melihat bayangan Hofat yang seperti terbang dan meninggalkan mereka.Hofat terus berlari dengan kencang, dan melepaskan semua atributnya sehingga saat ini tampilannya sudah berbeda dari sebelumnya dan dia yakin walaupun bertemu dengan dua orang tadi mereka tidak akan bisa mengenalnya."Mereka kok tahu kalau ada orang yang melihat mereka secara diam-diam ya?" tanya Hofat menggeleng.Saat ini Hofat sudah riba di pasar, dia membeli beberapa makanan dan juga mainan buat Hanaya. Dan bagaikan pucuk dicinta ulampun tiba, orang-orang di pasar sedang membahas tentang Zarkya.Menurut mereka, Zarkya sering datang ke pasar untuk membeli semua kebutuhan, dan anehnya setelah lama kepergian Zarkya mereka kehilangan uangnya sebanyak yang tadi Zarkya bayar, dan itu bukan

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Harus Membuat Janji

    “Kamu serius?” tanya Hakya yang seolah tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari cerita Hofat ini. Karena ini adalah cerita yang baru dia dengar.Hofat menganggukkan kepalanya.“Bahkan semua pedagang di pasar sudah mulai resah, mereka sangat was-was kalau pembeli yang mereka layani itu adalah orang-orangnya Zarkya. Mereka sangat menghindari pembeli dari anak buah Zarkya, namun sayangnya mereka tidak bisa mengenali mereka. Hingga membuat mereka setiap harinya kehilangan uang,” jawab Hofat.Hakya menghela nafas berat, dia tidak menyangka kalau ternyata kekayaan Zarkya pun dengan ilmu sihirnya. Padahal Zarkya sangat terkenal sebagai orang kaya di lingkungannya, dia tidak menyangka kalau di pasar orang mengenalnya sangat berbeda.“Bahkan para pedagang itu merindukan kita, mereka sangat mengharapkan kalau kita bisa membasmi Zarkya dan kelompoknya,” lanjut Hofat.“Apa mereka tahu kalau kamu adalah salah satu tim pejuang itu?” tanya Hakya penasaran.“Tentu tidak, saya tidak mengakui sia

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Pedang Ini Akan Menebas Leher Anda!

    “Tidak bisa!” jawab penjaga dengan garangnya.Hakya menghela nafas berat mendengar hal itu sementara itu kedua penjaga juga masih menyilangkan pedangnya di depan wajah Hakya.“Apakah seperti ini cara orang kaya menyambut tamunya. Saya hanya ingin bertamu, bukan ingin meminta-minta. Dan apa salahnya kalian mencoba untuk menghubungi Tuan kalian, siapa tahu dia bersedia menemui saya disini,” ujar Hakya sambil menatap kedua orang itu secara bergantian.“Tetap tidak bisa! Kami tidak bisa menerima sembarangan orang masuk ke rumah tuan kami! Apalagi kami tidak pernah melihat anda disini!” teriak si penjaga yang kemudian akan menghunuskan pedangnya kepada Hakya.Namun, saat Hakya akan mulai melawannya tiba-tiba pintu gerbang itu terbuka dari dalam. Seorang lelaki muda keluar dengan menatap keheranan kepada kedua penjaganya yang sudah mengeluarkan pedang dari sarungnya.“Ada apa ini?” tanya lelaki yang tidak lain adalah Zarkya. Dia keluar untuk melihat ada suara ribut-ribut dari luar, sehingga

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Misi Berhasil!

    Ziiink!Suara pedang yang lepas dari sarungnya, seketika kilatan yang menyilaukan mata memancar membuat Hakya tampak memejamkan matanya sejenak. Hakya pura-pura terkejut melihat apa yang dilakukan oleh Zarkya.Sementara itu kedua murid Hakya yang tadi datang bersama Hakya, melancarkan misinya. Mereka memang memanfaatkan suasana yang hiruk pikuk itu untuk menyusup masuk ke dalam seluruh ruangan. Dan mereka memiliki waktu yang sangat singkat, karena sesuai dengan rencana mereka kalau Hakya akan membuat keributan hanya dalam beberapa menit saja. Keduanya mengendap-endap ke setiap ruangan dengan hati-hati, karena saat ini semua anak buah Zarkya sedang fokus dengan Tuan mereka yang sedang emosi. Termasuk para iblis yang jumlahnya belum terlalu banyak itu, mereka sudah berdiri di garda terdepan untuk membela Hakya.“Kenapa Anda mesti menarik pedang? Apakah anda tidak melihat saya datang dengan tangan kosong, dan saya datang kesini untuk kebaikan semua orang. Apakah Anda tidak merasa kasiha

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Berhasil Menipu Zarkya

    Hakya memberikan kode kepada kedua muridnya untuk mereka menjalankan misi selanjutnya, yaitu memohon kepada Zarkya agar mereka terbebas.“Mohon ampuni kami yang mulia, orang kaya yang dermawan dengan hati yang begitu luas tidak mungkin tega membunuh rakya seperti kami. Sementara kami hanyalah mengikuti kemauan para pedagang itu,” ujar Hakya dan kedua muridnya.Mereka terus melontarkan berbagai pujian kepada Zarkya, apalagi saat melihat wajah Zarkya yang mulai berbinar-binar mendengar pujian dari Hakya dan kedua muridnya itu.“Karena hari ini saya sedang berbaik hati, seret mereka keluar dari sini!” teriak Zarkya kepada anak buahnya dan menyarungkan kembali pedangnya, kemudian meninggalkan tempat itu.Hakya mengedipkan matanya kepada kedua muridnya karena usaha mereka akhirnya berhasil.“Pergi kalian dari sini, dan jangan pernah kembali lagi kesini!” teriak kedua penjaga yang mendorong tubuh Hakya dan muridnya dengan sangat kasar. “Tunggu saja, kami pasti akan kembali. Dan jika waktun

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Kekacauan Di Pasar

    Zarkya benar-benar marah ketika menyadari kalau dia sudah ditipu oleh Hakya dan dua orang anggotanya. Zarkya baru sadar kalau Hakya memang sengaja membuat keributan di rumahnya, agar dua anggotanya bisa menggeledah setiap ruangan, sementara semua orang dan pasukannya sibuk berjaga-jaga saat terjadinya keributan itu.“Siapa mereka sebenarnya?” tanya Zarkya yang sudah kembali ke ruangan kebesarannya. Zarkya merasa curiga kepada ketiga orang itu yang dengan beraninya mendatangi rumahnya dan membuat keributan.“Sepertinya mereka sengaja membuat keributan dan mereka berkeliling ruangan ini sementara lelaki yang bernama Guza itu membuat kekacauan. Dan anehnya tidak ada satu barangpun yang hilang, dan niat mereka bukan mencuri. Mereka hanya mengamati!” teriak Zarkya yang kemudian melemparkan semua barang yang berada di dekatnya itu ke arah dinding.“Apakah dia adalah Hakya, orang yang kita tunggu dari bukit tunggal itu?” tanya pengawalnya kepada Zarkya.“Tidak mungkin! Jika dia Hakya dia pa

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Mencatat Apa yang Dilihat

    Akhirnya tidak ada seorangpun yang berani meninggalkan pasar tersebut, termasuk lelaki yang tadi mau melaporkan kepada polisi.Mereka saat ini hanya bisa duduk diam menunggu para penggeledah itu menyelesaikan tugasnya, dan mereka yakinkan kalau tidak akan menemukan siapapun yang bersembunyi.“Dasar bedebah sialan! Mereka tidak ada disini. Harus berapa kali kita menggeledah tempat yang sama ini dan tidak menemukan apapun!” teriak salah satu dari mereka yang akhirnya menyerah dan pasrah karena tidak menemukan siapapun disana.“Sudah kami katakan, kalau tidak ada seorangpun bersembunyi disini. Kalian masih saja menggeledah. Memangnya kami kurang kerjaan menyembunyikan orang disini. Dan kalian harus bertanggung jawab dengan apa yang telah kalian lakukan disini!”Seorang bapak-bapak kembali berteriak dengan sangat kesal dan menunjuk ke arah pemimpin dari kelompok anak buah Zarkya itu dengan pandangan mata yang menyala penuh amarah.“Geledah sekali lagi!” perintahnya mengabaikan semua orang

Latest chapter

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Akhir yang Bahagia

    "Astaga Zanaya! Kamu bisa duduk diam, gak?!" bentak Kanaya kepada Zanaya yang mencecar Kafka dengan pertanyaan, padahal Kafka baru saja sadar."Kenapa? Kamu gak khawatir sama ayah? Kamu mau ayah mati di tangan suami kamu ini?" tanya Zanaya lagi."Za-Naya…," panggil Kafka lemah.Mendengar suara Kafka membuat Farah dan Zanaya hanya terdiam menutup mulutnya. Mereka tidak percaya kalau Kafka bisa berbicara.Selama ini Kafka jangankan memanggil nama anak dan istrinya, mengeluarkan suara sedikit saja tidak bisa."Iya ayah, ayah bisa bicara lagi?" tanya Zanaya kemudian.Kafka mengangguk dan menatap ke arah Kanaya dan Hakya secara beegantian."Terima kasih, Hakya," ujar Kafka dengan suara yang pelan. Karena tubuhnya masih sangat lemah."Iya ayah, ayah jangan banyak gerak dulu," jawab Hakya."Sayang, kamu sudah siap kan sup hangat yang tadi aku minta buatkan? Kalau sudah tolong suapin ayah makan dengan nasi yang lembut ya," ujar Hakya kepada Kanaya.Kanaya menganggukkan kepalanya dan segera men

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Prasangka Buruk

    "Hakya, apa yang terjadi dengannya?" tanya Farah khawatir saat melihat Kafka terkulai lemah tidak berdaya.Hakya yang masih tampak terengah-engah memeriksa semua nadi Kafka. Dia tidak bisa membayangkan kalau Kafka akan meninggal saat semua ikatannya terlepas."Ayah, hanya pingsan. Mungkin karena terlalu lama menahan sakit. Terus saja kompres kepala ayah," ujar Hakya kemudian setelah memastikan nadi Kafka masih berdenyut normal."Apa kamu yakin?" tanya Farah yanh seolah tidak percaya, karena dia melihat Kafka tidak menunjukkan pergerakan sama sekali."Iya bu, ayah terlalu lelah menahan sakitnya. Karena seperti yang Hakya katakan ini, ini terasa sangat sakit dan rasa nyawa sudah di ujung kepala. Tapi, sebentar lagi ayah akan sadar," jawab Hakya yang tampak menyeka keringat yang membanjiri wajahnya.Farah hanya mengangguk, dia memberikan kepercayaan kepada Hakya. Dan berharap kalau Kafka akan segera sadar."Tapi, apakah semua berhasil kamu lepaskan, Hakya?" tanya Farah lagi."Iya bu. Sem

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Delapan Jam Kesakitan

    “Ini sangat sakit,” lanjut Hakya.Kafka tampak mengangguk, dan Hakya meminta izin kepada Farah. Karena dia takut kalau nanti akan disangka membunuh Kafka. Karena rasa sakit yang ditimbulkan itu adalah sangat luar biasa seperti nyawa akan terlepas dari tubuh saking sakitnya.“Lakukan, Hakya,” jawab Farah kemudian sambil mengangguk.“Tapi, ini sangat sakit bu. Kalau ibu tidak sanggup melihat ayah kesakitan, ibu bisa tunggu di luar saja,” ujar Hakya kemudian.“Tapi, kamu yakin ini bisa lepas?” tanya Farah penasaran.“Iya. Semua yang dipasang oleh Ratu Ilmu Hitam itu harus perlahan-lahan di lepaskan, dan itu membutuhkan waktu yang lama tergantung cara mengikatnya. Selama proses itu ayah akan merasa sangat kesakitan, bahkan bisa jadi muntah ataupun membuang kotoran tanpa di sengaja saking sakitnya,” jelas Hakya.“Ibu akan disini saja,” jawab Farah.Hakya hanya mengangguk.“Bisa dipastikan Zanaya tidak masuk kesini ya bu, nanti dia salah sangka dan membuat semuanya tidak berhasil,” ujar Hak

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Keadaan Ayah Mertua yang Sekarat Akibat Ilmu Hitam

    Hakya dan Kanaya tampak menunduk dan berusaha meraih tangan Farah, dan tidak ada penolakan dari Farah.“Maafkan kami, ibu,” ujar Hakya kemudian diikuti juga oleh Kanaya yang meminta maaf.Sementara itu Hanaya yang berada di dalam gendongan Kanaya hanya terdiam, dia bingung melihat kedua orang tuanya yang tampak sedang serius meminta maaf. “Hanaya, ini nenek. Kamu salim tangannya,” ujar Hakya kepada Hanaya dan meminta Kanaya menurunkan Hanaya dari gendongannya.Farah menatap wajah Hanaya dengan pancaran mata harus, namun dia masih belum menjawab apapun.“Ne-nek,” ujar Hanaya dengan suara yang terbata-bata mengeja dengan benar. Sepertinya dia masih sangat penasaran dengan Farah sehingga dia menarik-narik tangan Farah membuat neneknya itu tersadar.“Cucu nenek…,” ujar Farah kemudian yang langsung memeluk Hanaya dengan erat dan airmata jatuh saat menciumi wajah lembut Hanaya.Hanaya hanya mengangguk dan berusaha melepaskan pelukan Farah, karena memang dia belum mengenal siapa Farah yang

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Tiba Di Tujuan

    “Hei cantik sini,” panggil ibu-ibu penjual dengan ramah saat melihat Hanaya menunjuk ke lapak jualannya.Hakya dan Kanaya hanya bisa terdiam melihat tempat yang ditujukan oleh Hanaya. Ternyata dia menuju ke penjual roti basah. Mungkin bau roti basah itu memancing Hanaya untuk berjalan menuju ke arah sana.“Hanaya mau roti?” tanya Kanaya lembut.“Iya,” jawab Hanaya sambil menganggukkan kepalanya.Hakya juga ikutan mendekat, dan pandangannya bertemu dengan penjual roti basah itu.“Wah, ini Hakya?” tanya penjual itu kepada Hakya dengan sangat antusias.Hakya menganggukkan kepalanya, dia tidak menyangka kalau ternyata bau roti basah buatan ibu itu yang membuat Hanaya berjalan memasuki pasar itu. “Wah si cantik ini pasti anaknya yang menyukai roti basah?” tanya ibu itu lagi.“Iya bu, kemarin dia senang banget saat makan roti basah yang masih hangat, bahkan ini dia berjalan dengan sendirinya,” jawab Kanaya sambil tersenyum dan memesan beberapa roti itu untuk Hanaya.“Ini kalian mau kemana?

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hanaya, Anak yang Luar Biasa

    “Kami berangkat, ya,” ujar Hakya kepada beberapa muridnya itu.“Guru, apakah yakin tidak perlu kami kawal? Setidaknya kami bisa membantu membawa barang-barang dan juga bergantian menggendong Hanaya,” tawar Hofat kepada Hakya dan Kanaya yang sudah bersiap untuk turun dengan membawa barang yang cukup banyak dan juga sepertinya dalam perjalanan itu Hanaya juga akan lebih banyak minta gendong.Hakya menggeleng sambil tersenyum, karena dia tidak mau Kafka akan menganggapnya lelaki pengecut, datang ke rumah mertuanya dengan membawa pasukan. Jadi Hakya akan datang hanya bersama Kanaya dan Hanaya saja.“Benaran gapapa kok, kalian tetap saja disini. Rawat ladang kita dengan baik, kalau memang sampai waktunya panen dan kami belum kembali kalian harus memanennya dan menjualnya di pasar,” pesan Hakya kepada semuanya.“Dan ingat kalian berdua adalah ketuanya dan bertanggung jawab dalam segala hal. Jangan sampai ada yang kelaparan,” ujar Hakya kepada Hofat dan Jirat.Keduanya mengangguk, ada rasa b

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Menemui Mertua

    “Hanaya, kami pulang!”Hakya dan muridnya berteriak memanggil Hanaya saat memasuki bukit tunggal tersebut. Dan tidak berapa lama kemudian terdengar suara sorakan riang dari Hanaya yang kegirangan saat menyambut kedatangan Hakya dan murid-muridnya.“Oleeee!” teriak Hanaya dengan suara cadelnya.Hanaya semakin bahagia menyambut mereka semua yang datang membawa makanan yang begitu banyak. Apalagi saat Hakya membuka bungkusan di tangannya dan aroma roti basah menguar membuat Hanaya tidak tahan untuk segera mencicipinya.“Anaass!”Teriak Hanaya saat tangannya menyentuh roti yang masih panas itu membuat semua orang tergelak dengan tingkah lucunya. Dengan bantuan Hakya yang meniup roti itu akhirnya Hanaya bisa menikmati roti tersebut dengan mulut yang penuh.Sementara itu murid-murid Hakya yang lainnya membuka hadiah yang lainnya sepertinya mereka sangat penasaran dengan hadiah yang diberikan itu.“Woww!”Ucap mereka kekaguman saat membuka semua barang-barang itu. Banyak bahan makanan, pakai

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hadiah Kemenangan

    “Siap!” jawab para murid Hakya yang sudah siap dengan pedang masing-masing.“Karena kalian sudah lelah, jadi saya serahkan mereka kepada kalian. Bunuh mereka sesuai dengan yang kalian inginkan! Jangan biarkan satu orangpun hidup!” teriak Hakya memancing semuanya. Dan seperti yang diduga mereka semua ketakutan saat mendengar Hakya meminta membunuh mereka. Apalagi saat melihat kilatan pedang dari para murid-murid Hakya. “Tolong jangan bunuh kami!”Teriak beberapa anak buah Zarkya dengan memohon, mereka begitu takut akan kematian. Namun, mereka berani bergabung dengan orang seperti Zarkya. Sementara itu Zarkya tampak menunduk, dia merasa tidak memiliki kemampuan lagi untuk melawan ataupun berteriak.Zarkya berusaha mengeluarkan ilmu sihirnya, dia berharap dengan begitu bisa membunuh Hakya, namun apa yang dia lakukan tidak luput dari perhatian Hakya.Sssuuuit!Hakya bersiul dan seketika tubuh Zarkya lemah dan kehilangan tenaganya. Dia menatap Hakya dengan sorot mata tajam. Karena dia me

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Lebih Baik Mati Di Tangan Iblis!

    Zarkya tampak terdiam, dia membenarkan di dalam hatinya apa yang Hakya sampaikan. Karena dia juga melihat kalau beberapa anak buahnya tampak sedang memperhatikan jalan keluar bukannya sibuk melawan para anak buah Hakya.“Iblis yang kau ciptakan, apakah mereka tidak bisa membuka tali itu?” tanya Hakya sambil tersenyum.Hakya memang melepaskan tali untuk mengikat para iblis itu. Hakya akan menghancurkan mereka secara perlahan dan terakhir Zarkya jika memang dia tidak ada niat untuk menjadi lebih baik.“Kau hanya berani menggunakan ilmu sihirmu untuk melawan mereka. Kau belum tahu bagaimana melawannya mereka itu!” teriak Zarkya yang masih tetap bersikeras dan tidak mau mengalah dengan apa yang Hakya lakukan.Zarkya masih sangat yakin kalau iblis yang masih tersisa itu akan membantunya.Ziiiink! Ziiink!Suara pedang saling beradu membuat suasana sangat menakutkan. Sementara itu orang-orang yang berkumpul di luar pagar itu sangat penasaran apalagi mereka melihat ada iblis yang berusaha kab

DMCA.com Protection Status