Share

Hadiah dari Dewa

Penulis: Hare Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hakya memanggil Kanaya dengan pelan, dia tidak ingin mengejutkan sang istri yang sedang asyik bermain dengan beberapa ekor kupu-kupu itu.

Kanaya melihat ke arah Hakya, seketika sebuah cahaya terang terpancar di wajah Kanaya.

Hakya semakin heran dengan pandangan di depan matanya, bahkan berkali-kali dia mengucek matanya untuk memastikan kalau apa yang dia lihat ini adalah nyata.

"Apakah ini semua nyata? Kenapa berubah dalam sekejap. Aku meninggalkan bukit ini hanya sekitar tiga bulan, tapi rasanya sungguh berbeda. Kanaya yang bersinar saking cantiknya," gumam Hakya yang masih berdiri mematung di tempatnya.

"Hakya!" panggil Kanaya tidak percaya kalau suaminya itu sudah kembali.

Hakya segera mendekat ke arah Kanaya dan memeluknya erat. Bahkan wangi tubuh Kanaya sungguh membuatnya tidak ingin melepaskan pelukan tersebut.

"Kamu cantik sekali dan wangi," puji Hakya yang kemudian mengecup lembut kening Kanaya.

Kanaya hanya tersenyum dan mengajak Hakya untuk kembali di dalam rumah mereka.

"Te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Terbebas dari Perjanjian Ilmu Hitam

    "Jadi, aku tidak bisa berbohong kalau ada maunya?" tanya Hakya lagi dengan menahan senyumannya."Muka kamu sudah kelihatan kalau ada maunya," jawab Kanaya.Hakya hanya tertawa mendengar apa yang disampaikan oleh Kanaya. Karena sebenarnya Hakya bukan kesana tujuannya, dia ingin memancing agar Kanaya sendiri yang cerita bagaimana dengan ramuannya. Karena Hakya takut kalau dia bertanya, maka Kanaya akan merasa terbebani, seolah-olah Hakya memaksa dia untuk segera hamil. Padahal Hakya hanya ingin tahu mengapa Dewa memberikannya hadiah san juga Dewa memberikan hujan dan kesuburan pada tanah, apakah hukuman untuknya sudah berakhir?"Sudah siap," ujar Kanaya berteriak kegirangan saat makanan mereka sudah siap.Hakya hanya menuruti saja dengan apa yang diajak oleh Kanaya. Mereka menikmati makan malam yang begitu hangat. Dengan embusan angin malam, wangi dari bunga-bunga yang mekar itu semakin menggoda. "Bunga-bunganya wangi sekali. Sejak kecil disini, tapi kali ini aku merasa kalau bunga in

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hadiah untuk Hakya

    "Apa kamu penasaran?" tanya Kanaya menggoda Hakya.Hakya mengangguk dan semakin penasaran melihat wajah menggemaskan Kanaya yang seolah-olah sengaja menggodanya itu."Aku hamil."Uhuk!Hakya sampai terbatuk mendengar jawaban dari Kanaya."Kamu serius?" tanya Hakya seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Kanaya. Bahkan Hakya langsung mendekat dan memeluk Kanaya, sementara tangannya memegang perut Kanaya saking tidak percayanya.Kanaya mengangguk dan membalas pelukan Hakya."Iya, beberapa hari setelah kamu turun aku merasakan mual dan muntah yang berkepanjangan. Aku tidak suka mencium bau-bau yang aneh, dan mungkin makanya sampai terbawa mimpi aku minta bunga-bunga yang bermekaran agar tempat ini wangi," cerita Kanaya dengan antusias. "Semenjak bunga-bunga ini mekar dan tidak pernah layu, serta wanginya menguar ke seluruh padepokan ini aku jadi lebih senang dan jarang muntah. Apalagi sekarang banyak kupu-kupu yang datang kesini menjadi teman baruku. Burung gagak sepertinya

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Zarkya Penerus Ilmu Hitam yang Tersisa

    Sementara itu di bawah bukit, Zarkya bersama beberapa pengawalnya yang saat ini menetap di sebuah rumah yang tidak terlalu jauh dari kaki bukit tunggal itu mulai perlahan-lahan mendirikan perkumpulan dan sudah ada beberapa orang yang bergabung dan mendapat pelatihan.Zarkya menipu orang-orang itu dengan mengatakan kalau dia hanya mengajarkan ilmu sihir dan juga beladiri, bukan untuk menyerang Hakya.“Apa yang dia lakukan diatas sana, kita bahkan tidak pernah melihat dia turun semenjak dia naik di hari itu. Apakah dia tidak akan turun?” tanya Zarkya kesal dan masih menatap ke arah bukit itu dengan pandangan penasaran.Karena mereka tidak bisa memasuki area bukit itu, bahkan hanya sekedar di kaki bukit saja mereka tidak bisa masuk. Dan anehnya Hakya dengan begitu mudah masuk kesana, hal itu membuat Zarkya terus bertanya-tanya dalam hatinya mengenai siapa Hakya sebenarnya.“Bukankah istrinya memiliki keluarga, tidak mungkin mereka tidak turun dari sana. Dan apakah istrinya ikut ke atas b

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Kanaya Melahirkan

    Hakya segera berlari menuju ke arah Kanaya yang terduduk di bawah pohon bunga dengan memegang perutnya.“Astaga, kamu mau melahirkan,” ujar Hakya yang segera menggendong Kanaya masuk ke dalam kamar mereka dan membaringkan Kanaya diatas tempat tidur.Kanaya meringis dan menahan perutnya yang kesakitan.“Sabar ya sayang,” ujar Hakya sambil mengelus perut Kanaya dengan perlahan.Beruntungnya Hakya adalah orang yang menguasai berbagai jenis pengobatan. Dia bisa membantu Kanaya melahirkan.Kanaya hanya berbaring dan bersabar menunggu kelahiran sang anak. Dan setelah menunggu dengan sabar akhirnya seorang anak terlahir ke dunia dengan jenis kelamin perempuan. Bersamaan dengan itu juga, hujan turun dengan sangat lebat membasahi bumi. Sepertinya Dewa benar-benar telah mencabut hukuman buat bumi ini dan memberikan mereka rahmat hujan yang lebat.“Anak ini kita beri nama Hanaya, dia akan tumbuh menjadi seorang perempuan yang kuat yang memberikan banyak kebaikan di muka bumi ini. Dia terlahir se

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Terputusnya Perjanjian Dengan Paksa

    Bruuk!Nyonya Farah segera berlari ke arah Kafka yang sudah tergeletak di tengah halaman rumah dengan tubuh yang pucat pasi, bahkan leher yang membiru. Dan biasanya orang-orang yang terputus perjanjian dengan paksa seperti itu akan mati.Nyonya Farah segera mengecek nafas Kafka, dan beliau menghela nafas lega. Ternyata Kafka masih hidup, dengan segera dia membawa masuk sang suami dibantu oleh Zanaya.“Siapkan air hangat untukmu!” teriak Nyonya Farah kepada Zanaya.Farah merasa kalau mereka harus menyelamatkan Kafka dengan segera, karena sepertinya nafas Kafka sedikit tidak beraturan.Sementara itu di atas bukit tunggal, dua orang yang sedang berbahagia menyambut kelahiran anak mereka terus mendendangkan sebuah lagu agar anak mereka semakin merasa senang. “Hujan sudah berhenti, dan kelihatannya semua sudah kembali seperti semula. Semua tampak segar dan orang-orang pastinya akan sangat bahagia,” ujar Kanaya yang melihat tetes hujan jatuh melalui ujung-ujung dedaunan.Krok! Krok! Krok!

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Jaminan Tidak Bisa Dialihkan

    "Aku yakin beliau akan selamat," jawab Hakya kemudian.Hakya tidak mungkin meninggalkan Kanaya dan Hanaya diatas bukit tanpa dirinya. Dan meskipun Kanaya memaksa sepertinya Hakya tidak akan mengikutinya, karena meskipun dia tahu puncak bukit adalah tempat ternyaman dan teraman. Tapi, dia tidak akan meninggalkan mereka."Kenapa kamu begitu yakin?" tanya Kanaya."Karena aku yakin kalau ayah bisa bertahan," jawab Hakya.Owek! Owek!Tiba-tiba Hanaya menangis, mungkin dia lapar karena sudah cukup lama dia tertidur."Aku tidak akan meninggalkan kalian diatas sini, jadi jangan paksa aku untuk turun tanpa kalian ya," ujar Hakya kepada Kanaya.Akhirnya Kanaya hanya mengangguk, dia pasrah saat ini apapun keadaan ayahnya. Dan juga ayahnya sudah berani membuat perjanjian seharusnya juga siap menerima konsekuensinya. Bahkan Kanaya pun merasakan tangannya begitu sakit, dan sakit itu sangat nyata."Sekarang kita fokuskan kepada Hanaya dulu, nanti jika dia sudah cukup kuat, barulah kita akan turun da

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hakya Adalah Pahlawan

    Setahun setelah kelahiran Hanaya.“Kita akan segera turun, dan akan tinggal di kaki bukit. Biar Hanaya ada teman bermain,” ujar Hakya kepada Kanaya sambil melihat Hanaya yang sudah mulai belajar berjalan sedang main dengan kupu-kupu di bawah pohon bunga yang masih saja mekar hingga saat ini.Kanaya hanya mengangguk, sudah begitu lama dia diatas bukit dengan tanpa interaksi dengan orang lain selain Hakya. Kanaya hanya tahu berteman dengan burung gagak, bidadari dan binatang yang lainnya.“Kapan?” tanya Kanaya kemudian.“Besok pagi kita akan turun saat matahari mulai terbit,” jawab Hakya.Hakya merasa ini adalah waktu untuk dia mulai turun, dan kembali menjalani hari-hari sebagai rakyat dan juga manusia biasa. Hakya akan menggarap lahan seperti orang-orang yang lainnya, dia bisa merasakan kesulitan manusia dan juga keluh kesah mereka kalau sudah hidup membaur.Keesokan harinya, Hakya memboyong anak dan istrinya turun dari bukit. Sebelumnya Hakya sudah mendirikan tempat tinggal mereka di

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Tunggulah Sampai Turun!

    “Ternyata semua orang memuja dan memujinya, mereka tidak tahu kalau saya kehilangan tempat bersandar karena orang itu. Bahkan saya tidak bisa bertemu dengan ibu dan adik saya untuk yang terakhir kalinya,” gumam Zarkya dengan marah.Dia sangat marah dan sakit hati, karena Hakya sudah membuat keluarganya hilang tanpa sisa. Bahkan Zarkya juga kehilangan tempat tinggal. Dan beruntungnya dia memiliki modal yang cukup untuk membeli tempat tinggal yang mereka gunakan sebagai tempat latihan saat ini.“Apakah dia masih bersama para anggotanya?” tanya Zarkya lagi kepada dua orang bapak-bapak tadi. Karena Zarkya merasa dia perlu mengetahui informasi semacam itu untuk melancarkan semua aksinya itu. Dia tidak ingin kalah dengan sia-sia.“Tidak! Mereka membubarkan diri setelah mereka mengalahkan Ratu Ilmu Hitam, dan sepertinya hingga saat ini mereka juga tidak lagi pernah terlihat berkumpul ataupun latihan,” jawab bapak itu tanpa merasa curiga sedikitpun kepada Zarkya.“Jadi, apa yang dia lakukan

Bab terbaru

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Akhir yang Bahagia

    "Astaga Zanaya! Kamu bisa duduk diam, gak?!" bentak Kanaya kepada Zanaya yang mencecar Kafka dengan pertanyaan, padahal Kafka baru saja sadar."Kenapa? Kamu gak khawatir sama ayah? Kamu mau ayah mati di tangan suami kamu ini?" tanya Zanaya lagi."Za-Naya…," panggil Kafka lemah.Mendengar suara Kafka membuat Farah dan Zanaya hanya terdiam menutup mulutnya. Mereka tidak percaya kalau Kafka bisa berbicara.Selama ini Kafka jangankan memanggil nama anak dan istrinya, mengeluarkan suara sedikit saja tidak bisa."Iya ayah, ayah bisa bicara lagi?" tanya Zanaya kemudian.Kafka mengangguk dan menatap ke arah Kanaya dan Hakya secara beegantian."Terima kasih, Hakya," ujar Kafka dengan suara yang pelan. Karena tubuhnya masih sangat lemah."Iya ayah, ayah jangan banyak gerak dulu," jawab Hakya."Sayang, kamu sudah siap kan sup hangat yang tadi aku minta buatkan? Kalau sudah tolong suapin ayah makan dengan nasi yang lembut ya," ujar Hakya kepada Kanaya.Kanaya menganggukkan kepalanya dan segera men

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Prasangka Buruk

    "Hakya, apa yang terjadi dengannya?" tanya Farah khawatir saat melihat Kafka terkulai lemah tidak berdaya.Hakya yang masih tampak terengah-engah memeriksa semua nadi Kafka. Dia tidak bisa membayangkan kalau Kafka akan meninggal saat semua ikatannya terlepas."Ayah, hanya pingsan. Mungkin karena terlalu lama menahan sakit. Terus saja kompres kepala ayah," ujar Hakya kemudian setelah memastikan nadi Kafka masih berdenyut normal."Apa kamu yakin?" tanya Farah yanh seolah tidak percaya, karena dia melihat Kafka tidak menunjukkan pergerakan sama sekali."Iya bu, ayah terlalu lelah menahan sakitnya. Karena seperti yang Hakya katakan ini, ini terasa sangat sakit dan rasa nyawa sudah di ujung kepala. Tapi, sebentar lagi ayah akan sadar," jawab Hakya yang tampak menyeka keringat yang membanjiri wajahnya.Farah hanya mengangguk, dia memberikan kepercayaan kepada Hakya. Dan berharap kalau Kafka akan segera sadar."Tapi, apakah semua berhasil kamu lepaskan, Hakya?" tanya Farah lagi."Iya bu. Sem

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Delapan Jam Kesakitan

    “Ini sangat sakit,” lanjut Hakya.Kafka tampak mengangguk, dan Hakya meminta izin kepada Farah. Karena dia takut kalau nanti akan disangka membunuh Kafka. Karena rasa sakit yang ditimbulkan itu adalah sangat luar biasa seperti nyawa akan terlepas dari tubuh saking sakitnya.“Lakukan, Hakya,” jawab Farah kemudian sambil mengangguk.“Tapi, ini sangat sakit bu. Kalau ibu tidak sanggup melihat ayah kesakitan, ibu bisa tunggu di luar saja,” ujar Hakya kemudian.“Tapi, kamu yakin ini bisa lepas?” tanya Farah penasaran.“Iya. Semua yang dipasang oleh Ratu Ilmu Hitam itu harus perlahan-lahan di lepaskan, dan itu membutuhkan waktu yang lama tergantung cara mengikatnya. Selama proses itu ayah akan merasa sangat kesakitan, bahkan bisa jadi muntah ataupun membuang kotoran tanpa di sengaja saking sakitnya,” jelas Hakya.“Ibu akan disini saja,” jawab Farah.Hakya hanya mengangguk.“Bisa dipastikan Zanaya tidak masuk kesini ya bu, nanti dia salah sangka dan membuat semuanya tidak berhasil,” ujar Hak

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Keadaan Ayah Mertua yang Sekarat Akibat Ilmu Hitam

    Hakya dan Kanaya tampak menunduk dan berusaha meraih tangan Farah, dan tidak ada penolakan dari Farah.“Maafkan kami, ibu,” ujar Hakya kemudian diikuti juga oleh Kanaya yang meminta maaf.Sementara itu Hanaya yang berada di dalam gendongan Kanaya hanya terdiam, dia bingung melihat kedua orang tuanya yang tampak sedang serius meminta maaf. “Hanaya, ini nenek. Kamu salim tangannya,” ujar Hakya kepada Hanaya dan meminta Kanaya menurunkan Hanaya dari gendongannya.Farah menatap wajah Hanaya dengan pancaran mata harus, namun dia masih belum menjawab apapun.“Ne-nek,” ujar Hanaya dengan suara yang terbata-bata mengeja dengan benar. Sepertinya dia masih sangat penasaran dengan Farah sehingga dia menarik-narik tangan Farah membuat neneknya itu tersadar.“Cucu nenek…,” ujar Farah kemudian yang langsung memeluk Hanaya dengan erat dan airmata jatuh saat menciumi wajah lembut Hanaya.Hanaya hanya mengangguk dan berusaha melepaskan pelukan Farah, karena memang dia belum mengenal siapa Farah yang

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Tiba Di Tujuan

    “Hei cantik sini,” panggil ibu-ibu penjual dengan ramah saat melihat Hanaya menunjuk ke lapak jualannya.Hakya dan Kanaya hanya bisa terdiam melihat tempat yang ditujukan oleh Hanaya. Ternyata dia menuju ke penjual roti basah. Mungkin bau roti basah itu memancing Hanaya untuk berjalan menuju ke arah sana.“Hanaya mau roti?” tanya Kanaya lembut.“Iya,” jawab Hanaya sambil menganggukkan kepalanya.Hakya juga ikutan mendekat, dan pandangannya bertemu dengan penjual roti basah itu.“Wah, ini Hakya?” tanya penjual itu kepada Hakya dengan sangat antusias.Hakya menganggukkan kepalanya, dia tidak menyangka kalau ternyata bau roti basah buatan ibu itu yang membuat Hanaya berjalan memasuki pasar itu. “Wah si cantik ini pasti anaknya yang menyukai roti basah?” tanya ibu itu lagi.“Iya bu, kemarin dia senang banget saat makan roti basah yang masih hangat, bahkan ini dia berjalan dengan sendirinya,” jawab Kanaya sambil tersenyum dan memesan beberapa roti itu untuk Hanaya.“Ini kalian mau kemana?

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hanaya, Anak yang Luar Biasa

    “Kami berangkat, ya,” ujar Hakya kepada beberapa muridnya itu.“Guru, apakah yakin tidak perlu kami kawal? Setidaknya kami bisa membantu membawa barang-barang dan juga bergantian menggendong Hanaya,” tawar Hofat kepada Hakya dan Kanaya yang sudah bersiap untuk turun dengan membawa barang yang cukup banyak dan juga sepertinya dalam perjalanan itu Hanaya juga akan lebih banyak minta gendong.Hakya menggeleng sambil tersenyum, karena dia tidak mau Kafka akan menganggapnya lelaki pengecut, datang ke rumah mertuanya dengan membawa pasukan. Jadi Hakya akan datang hanya bersama Kanaya dan Hanaya saja.“Benaran gapapa kok, kalian tetap saja disini. Rawat ladang kita dengan baik, kalau memang sampai waktunya panen dan kami belum kembali kalian harus memanennya dan menjualnya di pasar,” pesan Hakya kepada semuanya.“Dan ingat kalian berdua adalah ketuanya dan bertanggung jawab dalam segala hal. Jangan sampai ada yang kelaparan,” ujar Hakya kepada Hofat dan Jirat.Keduanya mengangguk, ada rasa b

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Menemui Mertua

    “Hanaya, kami pulang!”Hakya dan muridnya berteriak memanggil Hanaya saat memasuki bukit tunggal tersebut. Dan tidak berapa lama kemudian terdengar suara sorakan riang dari Hanaya yang kegirangan saat menyambut kedatangan Hakya dan murid-muridnya.“Oleeee!” teriak Hanaya dengan suara cadelnya.Hanaya semakin bahagia menyambut mereka semua yang datang membawa makanan yang begitu banyak. Apalagi saat Hakya membuka bungkusan di tangannya dan aroma roti basah menguar membuat Hanaya tidak tahan untuk segera mencicipinya.“Anaass!”Teriak Hanaya saat tangannya menyentuh roti yang masih panas itu membuat semua orang tergelak dengan tingkah lucunya. Dengan bantuan Hakya yang meniup roti itu akhirnya Hanaya bisa menikmati roti tersebut dengan mulut yang penuh.Sementara itu murid-murid Hakya yang lainnya membuka hadiah yang lainnya sepertinya mereka sangat penasaran dengan hadiah yang diberikan itu.“Woww!”Ucap mereka kekaguman saat membuka semua barang-barang itu. Banyak bahan makanan, pakai

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hadiah Kemenangan

    “Siap!” jawab para murid Hakya yang sudah siap dengan pedang masing-masing.“Karena kalian sudah lelah, jadi saya serahkan mereka kepada kalian. Bunuh mereka sesuai dengan yang kalian inginkan! Jangan biarkan satu orangpun hidup!” teriak Hakya memancing semuanya. Dan seperti yang diduga mereka semua ketakutan saat mendengar Hakya meminta membunuh mereka. Apalagi saat melihat kilatan pedang dari para murid-murid Hakya. “Tolong jangan bunuh kami!”Teriak beberapa anak buah Zarkya dengan memohon, mereka begitu takut akan kematian. Namun, mereka berani bergabung dengan orang seperti Zarkya. Sementara itu Zarkya tampak menunduk, dia merasa tidak memiliki kemampuan lagi untuk melawan ataupun berteriak.Zarkya berusaha mengeluarkan ilmu sihirnya, dia berharap dengan begitu bisa membunuh Hakya, namun apa yang dia lakukan tidak luput dari perhatian Hakya.Sssuuuit!Hakya bersiul dan seketika tubuh Zarkya lemah dan kehilangan tenaganya. Dia menatap Hakya dengan sorot mata tajam. Karena dia me

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Lebih Baik Mati Di Tangan Iblis!

    Zarkya tampak terdiam, dia membenarkan di dalam hatinya apa yang Hakya sampaikan. Karena dia juga melihat kalau beberapa anak buahnya tampak sedang memperhatikan jalan keluar bukannya sibuk melawan para anak buah Hakya.“Iblis yang kau ciptakan, apakah mereka tidak bisa membuka tali itu?” tanya Hakya sambil tersenyum.Hakya memang melepaskan tali untuk mengikat para iblis itu. Hakya akan menghancurkan mereka secara perlahan dan terakhir Zarkya jika memang dia tidak ada niat untuk menjadi lebih baik.“Kau hanya berani menggunakan ilmu sihirmu untuk melawan mereka. Kau belum tahu bagaimana melawannya mereka itu!” teriak Zarkya yang masih tetap bersikeras dan tidak mau mengalah dengan apa yang Hakya lakukan.Zarkya masih sangat yakin kalau iblis yang masih tersisa itu akan membantunya.Ziiiink! Ziiink!Suara pedang saling beradu membuat suasana sangat menakutkan. Sementara itu orang-orang yang berkumpul di luar pagar itu sangat penasaran apalagi mereka melihat ada iblis yang berusaha kab

DMCA.com Protection Status