"Aku yakin beliau akan selamat," jawab Hakya kemudian.Hakya tidak mungkin meninggalkan Kanaya dan Hanaya diatas bukit tanpa dirinya. Dan meskipun Kanaya memaksa sepertinya Hakya tidak akan mengikutinya, karena meskipun dia tahu puncak bukit adalah tempat ternyaman dan teraman. Tapi, dia tidak akan meninggalkan mereka."Kenapa kamu begitu yakin?" tanya Kanaya."Karena aku yakin kalau ayah bisa bertahan," jawab Hakya.Owek! Owek!Tiba-tiba Hanaya menangis, mungkin dia lapar karena sudah cukup lama dia tertidur."Aku tidak akan meninggalkan kalian diatas sini, jadi jangan paksa aku untuk turun tanpa kalian ya," ujar Hakya kepada Kanaya.Akhirnya Kanaya hanya mengangguk, dia pasrah saat ini apapun keadaan ayahnya. Dan juga ayahnya sudah berani membuat perjanjian seharusnya juga siap menerima konsekuensinya. Bahkan Kanaya pun merasakan tangannya begitu sakit, dan sakit itu sangat nyata."Sekarang kita fokuskan kepada Hanaya dulu, nanti jika dia sudah cukup kuat, barulah kita akan turun da
Setahun setelah kelahiran Hanaya.“Kita akan segera turun, dan akan tinggal di kaki bukit. Biar Hanaya ada teman bermain,” ujar Hakya kepada Kanaya sambil melihat Hanaya yang sudah mulai belajar berjalan sedang main dengan kupu-kupu di bawah pohon bunga yang masih saja mekar hingga saat ini.Kanaya hanya mengangguk, sudah begitu lama dia diatas bukit dengan tanpa interaksi dengan orang lain selain Hakya. Kanaya hanya tahu berteman dengan burung gagak, bidadari dan binatang yang lainnya.“Kapan?” tanya Kanaya kemudian.“Besok pagi kita akan turun saat matahari mulai terbit,” jawab Hakya.Hakya merasa ini adalah waktu untuk dia mulai turun, dan kembali menjalani hari-hari sebagai rakyat dan juga manusia biasa. Hakya akan menggarap lahan seperti orang-orang yang lainnya, dia bisa merasakan kesulitan manusia dan juga keluh kesah mereka kalau sudah hidup membaur.Keesokan harinya, Hakya memboyong anak dan istrinya turun dari bukit. Sebelumnya Hakya sudah mendirikan tempat tinggal mereka di
“Ternyata semua orang memuja dan memujinya, mereka tidak tahu kalau saya kehilangan tempat bersandar karena orang itu. Bahkan saya tidak bisa bertemu dengan ibu dan adik saya untuk yang terakhir kalinya,” gumam Zarkya dengan marah.Dia sangat marah dan sakit hati, karena Hakya sudah membuat keluarganya hilang tanpa sisa. Bahkan Zarkya juga kehilangan tempat tinggal. Dan beruntungnya dia memiliki modal yang cukup untuk membeli tempat tinggal yang mereka gunakan sebagai tempat latihan saat ini.“Apakah dia masih bersama para anggotanya?” tanya Zarkya lagi kepada dua orang bapak-bapak tadi. Karena Zarkya merasa dia perlu mengetahui informasi semacam itu untuk melancarkan semua aksinya itu. Dia tidak ingin kalah dengan sia-sia.“Tidak! Mereka membubarkan diri setelah mereka mengalahkan Ratu Ilmu Hitam, dan sepertinya hingga saat ini mereka juga tidak lagi pernah terlihat berkumpul ataupun latihan,” jawab bapak itu tanpa merasa curiga sedikitpun kepada Zarkya.“Jadi, apa yang dia lakukan
“Apakah kalian serius?” tanya Hakya kepada si burung gagak.Gak! Gak! Gak!Kedua burung gagak itu menganggukkan kepalanya kepada Hakya.“Auuk…. Aukkk!” Hanaya terus berusaha untuk menarik kedua burung gagak itu dengan kedua tangannya.“Terima kasih atas informasi kalian, nanti saya akan pastikan tempat mereka,” ujar Rafli kepada kedua burung yang selalu setia memberikan kabar kepadanya. Dan Hakya yakin kedua burung ini kiriman Dewa yang bertugas membantu Hakya dan Kanaya. Karena mereka pastinya selalu bergantian datang kepada Hakya dan Kanaya.Hakya menghela nafas berat mendengar laporan dari burung gagak itu, mereka melaporkan kalau di pinggir bukit ini ada perkumpulan yang dipimpin oleh Putra Mahkota Zarkya. Sebenarnya Hakya tidak begitu yakin kalau ada sisa-sisa keturunan Ilmu Hitam tertinggal, dan itu adalah putra mahkota. Namun, saat Hakya mengingat-ingat memang pada saat itu tidak ada putra mahkota di dalam istana.“Berarti saat ini Putra Mahkota kembali, dan dia tidak lagi mend
“Hah!” Hakya sangat terkejut mendengar teriakan tersebut. Karena ternyata dialah yang di teriak sebagai penyusup.“Tangkap dan bunuh dia!”Terdengar suara perintah yang menggema dan Hakya yakin itu adalah Zarkya yang pastinya tidak punya hati.“Main bunuh aja perintahnya,” ujar Hakya pelan dan segera turun dari pagar tersebut dan segera bersembunyi. Membuang penutup kepala dan membuang penutup wajah berwarna hitam juga buntelan yang dia bawa sebenarnya tanpa isi juga dia buang. Dan sekarang penampilan sempurna dia berjalan menuju ke arah pasar.“Cari saja sampai muntah,” gumam Hakya sambil melirik ke arah anak buah Zarkya yang keluar dari pintu pagar menuju ke bagian belakang dengan membawa tombak dan pedang. Sepertinya mereka memang siap akan membunuh Hakya jika berhasil menangkapnya.Setelah berada di jarak yang cukup jauh, Hakya kembali ke arah perbukitan. Dia merasa pengintainya cukup disini untuk hari ini.“Hari ini cukup disini saja, bisa saja aku habiskan mereka semuanya. Tapi
“Iya, kamu harus membuat persiapan pasukan juga. Karena mereka pastinya akan menyiapkan pasukan sebanyak-banyaknya dan hanya akan melawan kamu seorang diri. Aku tahu, kamu pasti bisa melawan mereka berapapun jumlah mereka. Tapi, setidaknya kamu tidak terlalu kewalahan seorang diri,” ujar Kanaya serius.Hakya hanya menganggukkan kepalanya mendengar apa yang disampaikan oleh Kanaya. Memang ada benarnya apa yang Kanaya katakan kalau Hakya memiliki setidaknya beberapa orang saja yang ikut membantunya, dia akan sedikit terbantu untuk mengecoh lawan. Namun, masalahnya saat ini adalah, kalau Hakya mencari beberapa pemuda lagi, maka Hakya akan melatih mereka dari awal sedangkan saat ini Hakya akan sibuk dengan dirinya dan keluarganya.“Aku tidak tahu cara menghubungi mereka yang sudah kembali ke rumah dan daerah mereka masing-masing. Aku saat ini hanya bisa berharap kalau mereka ada yang datang kemari dan dengan sukarela untuk memerangi Zarkya bersama-sama,” jawab Hakya kemudian.“Apakah tida
“Suara apa itu?” tanya Hakya heran, dia memasang telinganya dengan seksama. Karena suara itu sepertinya sangat aneh di telinganya.“Kalau mereka adalah orang, siapa yang bisa masuk kesini?” tanya Hakya kemudian yang merasa sangat penasaran.Dan tidak berapa lama….“Guruu…!”Beberapa orang langsung berteriak memanggil Hakya.“Kalian?” tanya Hakya heran melihat siapa yang datang.Mereka semua mengangguk dan tersenyum. Ternyata yang datang itu adalah Hofat, Jirat dan beberapa orang yang lainnya. Mereka datang dengan membawa perbekalan yang sangat banyak.“Kami mau tinggal disini menemani guru,” jawab Hofat santai dan memberikan beberapa oleh-oleh yang disiapkan oleh keluarga mereka untuk Hakya dan istrinya.Setelah memperkenalkan mereka dengan Kanaya dan Hanaya, Hakya menatap mereka satu persatu.“Kalian masuk kesini lewat mana?” tanya Hakya penasaran. Karena Hakya tidak mau mereka masuk dilihat oleh Zarkya dan anak buahnya. Itu bisa membahayakan mereka, dan membuat Zarkya menduga kalau
“Tolong suruh Kanaya dan Hanaya masuk ke kamar,” ujar Hakya kemudian dan sedang berusaha menahan angin tersebut agar iblis itu tidak berhasil masuk ke dalam area perbukitan.Jirat langsung berlari menuju ke rumah Hakya dan menyampaikan pesan dari Hakya agar Kanaya dan Hanaya jangan sampai keluar dari rumah mereka.“Ada apa ini?” tanya Kanaya panik dan segera memeluk Hanaya.“Pokoknya guru berpesan, Nyonya dan Nona Hanaya jangan keluar dan masuk ke kamar. Kami akan menangani ini, jangan panik,” ujar Jirat.Kanaya hanya menganggukkan kepalanya, baru kali ini dia merasakan hal seperti ini. Dan itu benar-benar terasa sangat mengerikan. Angin yang bertiup tidak seperti angin biasanya, kali ini pun disertai dengan bau yang sangat tidak sedap.Hanaya berusaha untuk tetap keluar dia ingin melihat apa yang terjadi, karena mungkin dia masih kecil dia belum paham dengan apa yang sedang menimpa mereka.Sedangkan Hakya dibantu oleh seluruh muridnya sedang menahan kekuatan iblis itu, dan sepertinya