“Hah!” Hakya sangat terkejut mendengar teriakan tersebut. Karena ternyata dialah yang di teriak sebagai penyusup.“Tangkap dan bunuh dia!”Terdengar suara perintah yang menggema dan Hakya yakin itu adalah Zarkya yang pastinya tidak punya hati.“Main bunuh aja perintahnya,” ujar Hakya pelan dan segera turun dari pagar tersebut dan segera bersembunyi. Membuang penutup kepala dan membuang penutup wajah berwarna hitam juga buntelan yang dia bawa sebenarnya tanpa isi juga dia buang. Dan sekarang penampilan sempurna dia berjalan menuju ke arah pasar.“Cari saja sampai muntah,” gumam Hakya sambil melirik ke arah anak buah Zarkya yang keluar dari pintu pagar menuju ke bagian belakang dengan membawa tombak dan pedang. Sepertinya mereka memang siap akan membunuh Hakya jika berhasil menangkapnya.Setelah berada di jarak yang cukup jauh, Hakya kembali ke arah perbukitan. Dia merasa pengintainya cukup disini untuk hari ini.“Hari ini cukup disini saja, bisa saja aku habiskan mereka semuanya. Tapi
“Iya, kamu harus membuat persiapan pasukan juga. Karena mereka pastinya akan menyiapkan pasukan sebanyak-banyaknya dan hanya akan melawan kamu seorang diri. Aku tahu, kamu pasti bisa melawan mereka berapapun jumlah mereka. Tapi, setidaknya kamu tidak terlalu kewalahan seorang diri,” ujar Kanaya serius.Hakya hanya menganggukkan kepalanya mendengar apa yang disampaikan oleh Kanaya. Memang ada benarnya apa yang Kanaya katakan kalau Hakya memiliki setidaknya beberapa orang saja yang ikut membantunya, dia akan sedikit terbantu untuk mengecoh lawan. Namun, masalahnya saat ini adalah, kalau Hakya mencari beberapa pemuda lagi, maka Hakya akan melatih mereka dari awal sedangkan saat ini Hakya akan sibuk dengan dirinya dan keluarganya.“Aku tidak tahu cara menghubungi mereka yang sudah kembali ke rumah dan daerah mereka masing-masing. Aku saat ini hanya bisa berharap kalau mereka ada yang datang kemari dan dengan sukarela untuk memerangi Zarkya bersama-sama,” jawab Hakya kemudian.“Apakah tida
“Suara apa itu?” tanya Hakya heran, dia memasang telinganya dengan seksama. Karena suara itu sepertinya sangat aneh di telinganya.“Kalau mereka adalah orang, siapa yang bisa masuk kesini?” tanya Hakya kemudian yang merasa sangat penasaran.Dan tidak berapa lama….“Guruu…!”Beberapa orang langsung berteriak memanggil Hakya.“Kalian?” tanya Hakya heran melihat siapa yang datang.Mereka semua mengangguk dan tersenyum. Ternyata yang datang itu adalah Hofat, Jirat dan beberapa orang yang lainnya. Mereka datang dengan membawa perbekalan yang sangat banyak.“Kami mau tinggal disini menemani guru,” jawab Hofat santai dan memberikan beberapa oleh-oleh yang disiapkan oleh keluarga mereka untuk Hakya dan istrinya.Setelah memperkenalkan mereka dengan Kanaya dan Hanaya, Hakya menatap mereka satu persatu.“Kalian masuk kesini lewat mana?” tanya Hakya penasaran. Karena Hakya tidak mau mereka masuk dilihat oleh Zarkya dan anak buahnya. Itu bisa membahayakan mereka, dan membuat Zarkya menduga kalau
“Tolong suruh Kanaya dan Hanaya masuk ke kamar,” ujar Hakya kemudian dan sedang berusaha menahan angin tersebut agar iblis itu tidak berhasil masuk ke dalam area perbukitan.Jirat langsung berlari menuju ke rumah Hakya dan menyampaikan pesan dari Hakya agar Kanaya dan Hanaya jangan sampai keluar dari rumah mereka.“Ada apa ini?” tanya Kanaya panik dan segera memeluk Hanaya.“Pokoknya guru berpesan, Nyonya dan Nona Hanaya jangan keluar dan masuk ke kamar. Kami akan menangani ini, jangan panik,” ujar Jirat.Kanaya hanya menganggukkan kepalanya, baru kali ini dia merasakan hal seperti ini. Dan itu benar-benar terasa sangat mengerikan. Angin yang bertiup tidak seperti angin biasanya, kali ini pun disertai dengan bau yang sangat tidak sedap.Hanaya berusaha untuk tetap keluar dia ingin melihat apa yang terjadi, karena mungkin dia masih kecil dia belum paham dengan apa yang sedang menimpa mereka.Sedangkan Hakya dibantu oleh seluruh muridnya sedang menahan kekuatan iblis itu, dan sepertinya
“Jangan khawatir, masalah menyamar saya memiliki keahlian,” jawab Hakya sambil tergelak.Hingga akhirnya Hofat melanjutkan rencana mereka mengintip aktivitas rumah besar yang menjadi tempat tinggal Zarkya.Dengan berjalan santai, Hofat melihat ke kiri dan ke kanan, rumah itu seperti rumah-rumah penduduk lainnya, hanya saja rumah itu di kelilingi dengan pagar dan ada penjaga yang bertugas di depan pintu pagar rumah itu. Mungkin karena itulah Zarkya terkenal sebagai orang kaya di sekitar lingkungan rumahnya.“Wow, mereka tinggal disana. Dan mereka sepertinya memiliki uang yang cukup banyak bisa membeli rumah tersebut. Darimana mereka mendapatkan uang. Padahal Putra Mahkota Ilmu Hitam itu sudah sangat lama pergi menjalankan tugas dari Ratu. Dan dia tidak memiliki tempat kembali, tetapi dia bisa membeli rumah yang cukup besar. Pasti mereka menggunakan ilmu sihirnya untuk menghasilkan uang,” gumam Hofat sambil terus mengamati rumaj itu dari kejauhan.Hofat berjalan-jalan dan bertanya kepad
"Hiaaat!"Hofat memejamkan matanya, dan menggunakan ilmu penyamar dan menghilang. Sehingga dengan seketika kedua orang pengawal dari rumah Zarkya itu kehilangan arah Hofat."Kemana dia pergi? Kurang ajar!" teriak kedua orang itu saat melihat bayangan Hofat yang seperti terbang dan meninggalkan mereka.Hofat terus berlari dengan kencang, dan melepaskan semua atributnya sehingga saat ini tampilannya sudah berbeda dari sebelumnya dan dia yakin walaupun bertemu dengan dua orang tadi mereka tidak akan bisa mengenalnya."Mereka kok tahu kalau ada orang yang melihat mereka secara diam-diam ya?" tanya Hofat menggeleng.Saat ini Hofat sudah riba di pasar, dia membeli beberapa makanan dan juga mainan buat Hanaya. Dan bagaikan pucuk dicinta ulampun tiba, orang-orang di pasar sedang membahas tentang Zarkya.Menurut mereka, Zarkya sering datang ke pasar untuk membeli semua kebutuhan, dan anehnya setelah lama kepergian Zarkya mereka kehilangan uangnya sebanyak yang tadi Zarkya bayar, dan itu bukan
“Kamu serius?” tanya Hakya yang seolah tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari cerita Hofat ini. Karena ini adalah cerita yang baru dia dengar.Hofat menganggukkan kepalanya.“Bahkan semua pedagang di pasar sudah mulai resah, mereka sangat was-was kalau pembeli yang mereka layani itu adalah orang-orangnya Zarkya. Mereka sangat menghindari pembeli dari anak buah Zarkya, namun sayangnya mereka tidak bisa mengenali mereka. Hingga membuat mereka setiap harinya kehilangan uang,” jawab Hofat.Hakya menghela nafas berat, dia tidak menyangka kalau ternyata kekayaan Zarkya pun dengan ilmu sihirnya. Padahal Zarkya sangat terkenal sebagai orang kaya di lingkungannya, dia tidak menyangka kalau di pasar orang mengenalnya sangat berbeda.“Bahkan para pedagang itu merindukan kita, mereka sangat mengharapkan kalau kita bisa membasmi Zarkya dan kelompoknya,” lanjut Hofat.“Apa mereka tahu kalau kamu adalah salah satu tim pejuang itu?” tanya Hakya penasaran.“Tentu tidak, saya tidak mengakui sia
“Tidak bisa!” jawab penjaga dengan garangnya.Hakya menghela nafas berat mendengar hal itu sementara itu kedua penjaga juga masih menyilangkan pedangnya di depan wajah Hakya.“Apakah seperti ini cara orang kaya menyambut tamunya. Saya hanya ingin bertamu, bukan ingin meminta-minta. Dan apa salahnya kalian mencoba untuk menghubungi Tuan kalian, siapa tahu dia bersedia menemui saya disini,” ujar Hakya sambil menatap kedua orang itu secara bergantian.“Tetap tidak bisa! Kami tidak bisa menerima sembarangan orang masuk ke rumah tuan kami! Apalagi kami tidak pernah melihat anda disini!” teriak si penjaga yang kemudian akan menghunuskan pedangnya kepada Hakya.Namun, saat Hakya akan mulai melawannya tiba-tiba pintu gerbang itu terbuka dari dalam. Seorang lelaki muda keluar dengan menatap keheranan kepada kedua penjaganya yang sudah mengeluarkan pedang dari sarungnya.“Ada apa ini?” tanya lelaki yang tidak lain adalah Zarkya. Dia keluar untuk melihat ada suara ribut-ribut dari luar, sehingga
"Astaga Zanaya! Kamu bisa duduk diam, gak?!" bentak Kanaya kepada Zanaya yang mencecar Kafka dengan pertanyaan, padahal Kafka baru saja sadar."Kenapa? Kamu gak khawatir sama ayah? Kamu mau ayah mati di tangan suami kamu ini?" tanya Zanaya lagi."Za-Naya…," panggil Kafka lemah.Mendengar suara Kafka membuat Farah dan Zanaya hanya terdiam menutup mulutnya. Mereka tidak percaya kalau Kafka bisa berbicara.Selama ini Kafka jangankan memanggil nama anak dan istrinya, mengeluarkan suara sedikit saja tidak bisa."Iya ayah, ayah bisa bicara lagi?" tanya Zanaya kemudian.Kafka mengangguk dan menatap ke arah Kanaya dan Hakya secara beegantian."Terima kasih, Hakya," ujar Kafka dengan suara yang pelan. Karena tubuhnya masih sangat lemah."Iya ayah, ayah jangan banyak gerak dulu," jawab Hakya."Sayang, kamu sudah siap kan sup hangat yang tadi aku minta buatkan? Kalau sudah tolong suapin ayah makan dengan nasi yang lembut ya," ujar Hakya kepada Kanaya.Kanaya menganggukkan kepalanya dan segera men
"Hakya, apa yang terjadi dengannya?" tanya Farah khawatir saat melihat Kafka terkulai lemah tidak berdaya.Hakya yang masih tampak terengah-engah memeriksa semua nadi Kafka. Dia tidak bisa membayangkan kalau Kafka akan meninggal saat semua ikatannya terlepas."Ayah, hanya pingsan. Mungkin karena terlalu lama menahan sakit. Terus saja kompres kepala ayah," ujar Hakya kemudian setelah memastikan nadi Kafka masih berdenyut normal."Apa kamu yakin?" tanya Farah yanh seolah tidak percaya, karena dia melihat Kafka tidak menunjukkan pergerakan sama sekali."Iya bu, ayah terlalu lelah menahan sakitnya. Karena seperti yang Hakya katakan ini, ini terasa sangat sakit dan rasa nyawa sudah di ujung kepala. Tapi, sebentar lagi ayah akan sadar," jawab Hakya yang tampak menyeka keringat yang membanjiri wajahnya.Farah hanya mengangguk, dia memberikan kepercayaan kepada Hakya. Dan berharap kalau Kafka akan segera sadar."Tapi, apakah semua berhasil kamu lepaskan, Hakya?" tanya Farah lagi."Iya bu. Sem
“Ini sangat sakit,” lanjut Hakya.Kafka tampak mengangguk, dan Hakya meminta izin kepada Farah. Karena dia takut kalau nanti akan disangka membunuh Kafka. Karena rasa sakit yang ditimbulkan itu adalah sangat luar biasa seperti nyawa akan terlepas dari tubuh saking sakitnya.“Lakukan, Hakya,” jawab Farah kemudian sambil mengangguk.“Tapi, ini sangat sakit bu. Kalau ibu tidak sanggup melihat ayah kesakitan, ibu bisa tunggu di luar saja,” ujar Hakya kemudian.“Tapi, kamu yakin ini bisa lepas?” tanya Farah penasaran.“Iya. Semua yang dipasang oleh Ratu Ilmu Hitam itu harus perlahan-lahan di lepaskan, dan itu membutuhkan waktu yang lama tergantung cara mengikatnya. Selama proses itu ayah akan merasa sangat kesakitan, bahkan bisa jadi muntah ataupun membuang kotoran tanpa di sengaja saking sakitnya,” jelas Hakya.“Ibu akan disini saja,” jawab Farah.Hakya hanya mengangguk.“Bisa dipastikan Zanaya tidak masuk kesini ya bu, nanti dia salah sangka dan membuat semuanya tidak berhasil,” ujar Hak
Hakya dan Kanaya tampak menunduk dan berusaha meraih tangan Farah, dan tidak ada penolakan dari Farah.“Maafkan kami, ibu,” ujar Hakya kemudian diikuti juga oleh Kanaya yang meminta maaf.Sementara itu Hanaya yang berada di dalam gendongan Kanaya hanya terdiam, dia bingung melihat kedua orang tuanya yang tampak sedang serius meminta maaf. “Hanaya, ini nenek. Kamu salim tangannya,” ujar Hakya kepada Hanaya dan meminta Kanaya menurunkan Hanaya dari gendongannya.Farah menatap wajah Hanaya dengan pancaran mata harus, namun dia masih belum menjawab apapun.“Ne-nek,” ujar Hanaya dengan suara yang terbata-bata mengeja dengan benar. Sepertinya dia masih sangat penasaran dengan Farah sehingga dia menarik-narik tangan Farah membuat neneknya itu tersadar.“Cucu nenek…,” ujar Farah kemudian yang langsung memeluk Hanaya dengan erat dan airmata jatuh saat menciumi wajah lembut Hanaya.Hanaya hanya mengangguk dan berusaha melepaskan pelukan Farah, karena memang dia belum mengenal siapa Farah yang
“Hei cantik sini,” panggil ibu-ibu penjual dengan ramah saat melihat Hanaya menunjuk ke lapak jualannya.Hakya dan Kanaya hanya bisa terdiam melihat tempat yang ditujukan oleh Hanaya. Ternyata dia menuju ke penjual roti basah. Mungkin bau roti basah itu memancing Hanaya untuk berjalan menuju ke arah sana.“Hanaya mau roti?” tanya Kanaya lembut.“Iya,” jawab Hanaya sambil menganggukkan kepalanya.Hakya juga ikutan mendekat, dan pandangannya bertemu dengan penjual roti basah itu.“Wah, ini Hakya?” tanya penjual itu kepada Hakya dengan sangat antusias.Hakya menganggukkan kepalanya, dia tidak menyangka kalau ternyata bau roti basah buatan ibu itu yang membuat Hanaya berjalan memasuki pasar itu. “Wah si cantik ini pasti anaknya yang menyukai roti basah?” tanya ibu itu lagi.“Iya bu, kemarin dia senang banget saat makan roti basah yang masih hangat, bahkan ini dia berjalan dengan sendirinya,” jawab Kanaya sambil tersenyum dan memesan beberapa roti itu untuk Hanaya.“Ini kalian mau kemana?
“Kami berangkat, ya,” ujar Hakya kepada beberapa muridnya itu.“Guru, apakah yakin tidak perlu kami kawal? Setidaknya kami bisa membantu membawa barang-barang dan juga bergantian menggendong Hanaya,” tawar Hofat kepada Hakya dan Kanaya yang sudah bersiap untuk turun dengan membawa barang yang cukup banyak dan juga sepertinya dalam perjalanan itu Hanaya juga akan lebih banyak minta gendong.Hakya menggeleng sambil tersenyum, karena dia tidak mau Kafka akan menganggapnya lelaki pengecut, datang ke rumah mertuanya dengan membawa pasukan. Jadi Hakya akan datang hanya bersama Kanaya dan Hanaya saja.“Benaran gapapa kok, kalian tetap saja disini. Rawat ladang kita dengan baik, kalau memang sampai waktunya panen dan kami belum kembali kalian harus memanennya dan menjualnya di pasar,” pesan Hakya kepada semuanya.“Dan ingat kalian berdua adalah ketuanya dan bertanggung jawab dalam segala hal. Jangan sampai ada yang kelaparan,” ujar Hakya kepada Hofat dan Jirat.Keduanya mengangguk, ada rasa b
“Hanaya, kami pulang!”Hakya dan muridnya berteriak memanggil Hanaya saat memasuki bukit tunggal tersebut. Dan tidak berapa lama kemudian terdengar suara sorakan riang dari Hanaya yang kegirangan saat menyambut kedatangan Hakya dan murid-muridnya.“Oleeee!” teriak Hanaya dengan suara cadelnya.Hanaya semakin bahagia menyambut mereka semua yang datang membawa makanan yang begitu banyak. Apalagi saat Hakya membuka bungkusan di tangannya dan aroma roti basah menguar membuat Hanaya tidak tahan untuk segera mencicipinya.“Anaass!”Teriak Hanaya saat tangannya menyentuh roti yang masih panas itu membuat semua orang tergelak dengan tingkah lucunya. Dengan bantuan Hakya yang meniup roti itu akhirnya Hanaya bisa menikmati roti tersebut dengan mulut yang penuh.Sementara itu murid-murid Hakya yang lainnya membuka hadiah yang lainnya sepertinya mereka sangat penasaran dengan hadiah yang diberikan itu.“Woww!”Ucap mereka kekaguman saat membuka semua barang-barang itu. Banyak bahan makanan, pakai
“Siap!” jawab para murid Hakya yang sudah siap dengan pedang masing-masing.“Karena kalian sudah lelah, jadi saya serahkan mereka kepada kalian. Bunuh mereka sesuai dengan yang kalian inginkan! Jangan biarkan satu orangpun hidup!” teriak Hakya memancing semuanya. Dan seperti yang diduga mereka semua ketakutan saat mendengar Hakya meminta membunuh mereka. Apalagi saat melihat kilatan pedang dari para murid-murid Hakya. “Tolong jangan bunuh kami!”Teriak beberapa anak buah Zarkya dengan memohon, mereka begitu takut akan kematian. Namun, mereka berani bergabung dengan orang seperti Zarkya. Sementara itu Zarkya tampak menunduk, dia merasa tidak memiliki kemampuan lagi untuk melawan ataupun berteriak.Zarkya berusaha mengeluarkan ilmu sihirnya, dia berharap dengan begitu bisa membunuh Hakya, namun apa yang dia lakukan tidak luput dari perhatian Hakya.Sssuuuit!Hakya bersiul dan seketika tubuh Zarkya lemah dan kehilangan tenaganya. Dia menatap Hakya dengan sorot mata tajam. Karena dia me
Zarkya tampak terdiam, dia membenarkan di dalam hatinya apa yang Hakya sampaikan. Karena dia juga melihat kalau beberapa anak buahnya tampak sedang memperhatikan jalan keluar bukannya sibuk melawan para anak buah Hakya.“Iblis yang kau ciptakan, apakah mereka tidak bisa membuka tali itu?” tanya Hakya sambil tersenyum.Hakya memang melepaskan tali untuk mengikat para iblis itu. Hakya akan menghancurkan mereka secara perlahan dan terakhir Zarkya jika memang dia tidak ada niat untuk menjadi lebih baik.“Kau hanya berani menggunakan ilmu sihirmu untuk melawan mereka. Kau belum tahu bagaimana melawannya mereka itu!” teriak Zarkya yang masih tetap bersikeras dan tidak mau mengalah dengan apa yang Hakya lakukan.Zarkya masih sangat yakin kalau iblis yang masih tersisa itu akan membantunya.Ziiiink! Ziiink!Suara pedang saling beradu membuat suasana sangat menakutkan. Sementara itu orang-orang yang berkumpul di luar pagar itu sangat penasaran apalagi mereka melihat ada iblis yang berusaha kab