Hakya segera berlari menuju ke arah Kanaya yang terduduk di bawah pohon bunga dengan memegang perutnya.“Astaga, kamu mau melahirkan,” ujar Hakya yang segera menggendong Kanaya masuk ke dalam kamar mereka dan membaringkan Kanaya diatas tempat tidur.Kanaya meringis dan menahan perutnya yang kesakitan.“Sabar ya sayang,” ujar Hakya sambil mengelus perut Kanaya dengan perlahan.Beruntungnya Hakya adalah orang yang menguasai berbagai jenis pengobatan. Dia bisa membantu Kanaya melahirkan.Kanaya hanya berbaring dan bersabar menunggu kelahiran sang anak. Dan setelah menunggu dengan sabar akhirnya seorang anak terlahir ke dunia dengan jenis kelamin perempuan. Bersamaan dengan itu juga, hujan turun dengan sangat lebat membasahi bumi. Sepertinya Dewa benar-benar telah mencabut hukuman buat bumi ini dan memberikan mereka rahmat hujan yang lebat.“Anak ini kita beri nama Hanaya, dia akan tumbuh menjadi seorang perempuan yang kuat yang memberikan banyak kebaikan di muka bumi ini. Dia terlahir se
Bruuk!Nyonya Farah segera berlari ke arah Kafka yang sudah tergeletak di tengah halaman rumah dengan tubuh yang pucat pasi, bahkan leher yang membiru. Dan biasanya orang-orang yang terputus perjanjian dengan paksa seperti itu akan mati.Nyonya Farah segera mengecek nafas Kafka, dan beliau menghela nafas lega. Ternyata Kafka masih hidup, dengan segera dia membawa masuk sang suami dibantu oleh Zanaya.“Siapkan air hangat untukmu!” teriak Nyonya Farah kepada Zanaya.Farah merasa kalau mereka harus menyelamatkan Kafka dengan segera, karena sepertinya nafas Kafka sedikit tidak beraturan.Sementara itu di atas bukit tunggal, dua orang yang sedang berbahagia menyambut kelahiran anak mereka terus mendendangkan sebuah lagu agar anak mereka semakin merasa senang. “Hujan sudah berhenti, dan kelihatannya semua sudah kembali seperti semula. Semua tampak segar dan orang-orang pastinya akan sangat bahagia,” ujar Kanaya yang melihat tetes hujan jatuh melalui ujung-ujung dedaunan.Krok! Krok! Krok!
"Aku yakin beliau akan selamat," jawab Hakya kemudian.Hakya tidak mungkin meninggalkan Kanaya dan Hanaya diatas bukit tanpa dirinya. Dan meskipun Kanaya memaksa sepertinya Hakya tidak akan mengikutinya, karena meskipun dia tahu puncak bukit adalah tempat ternyaman dan teraman. Tapi, dia tidak akan meninggalkan mereka."Kenapa kamu begitu yakin?" tanya Kanaya."Karena aku yakin kalau ayah bisa bertahan," jawab Hakya.Owek! Owek!Tiba-tiba Hanaya menangis, mungkin dia lapar karena sudah cukup lama dia tertidur."Aku tidak akan meninggalkan kalian diatas sini, jadi jangan paksa aku untuk turun tanpa kalian ya," ujar Hakya kepada Kanaya.Akhirnya Kanaya hanya mengangguk, dia pasrah saat ini apapun keadaan ayahnya. Dan juga ayahnya sudah berani membuat perjanjian seharusnya juga siap menerima konsekuensinya. Bahkan Kanaya pun merasakan tangannya begitu sakit, dan sakit itu sangat nyata."Sekarang kita fokuskan kepada Hanaya dulu, nanti jika dia sudah cukup kuat, barulah kita akan turun da
Setahun setelah kelahiran Hanaya.“Kita akan segera turun, dan akan tinggal di kaki bukit. Biar Hanaya ada teman bermain,” ujar Hakya kepada Kanaya sambil melihat Hanaya yang sudah mulai belajar berjalan sedang main dengan kupu-kupu di bawah pohon bunga yang masih saja mekar hingga saat ini.Kanaya hanya mengangguk, sudah begitu lama dia diatas bukit dengan tanpa interaksi dengan orang lain selain Hakya. Kanaya hanya tahu berteman dengan burung gagak, bidadari dan binatang yang lainnya.“Kapan?” tanya Kanaya kemudian.“Besok pagi kita akan turun saat matahari mulai terbit,” jawab Hakya.Hakya merasa ini adalah waktu untuk dia mulai turun, dan kembali menjalani hari-hari sebagai rakyat dan juga manusia biasa. Hakya akan menggarap lahan seperti orang-orang yang lainnya, dia bisa merasakan kesulitan manusia dan juga keluh kesah mereka kalau sudah hidup membaur.Keesokan harinya, Hakya memboyong anak dan istrinya turun dari bukit. Sebelumnya Hakya sudah mendirikan tempat tinggal mereka di
“Ternyata semua orang memuja dan memujinya, mereka tidak tahu kalau saya kehilangan tempat bersandar karena orang itu. Bahkan saya tidak bisa bertemu dengan ibu dan adik saya untuk yang terakhir kalinya,” gumam Zarkya dengan marah.Dia sangat marah dan sakit hati, karena Hakya sudah membuat keluarganya hilang tanpa sisa. Bahkan Zarkya juga kehilangan tempat tinggal. Dan beruntungnya dia memiliki modal yang cukup untuk membeli tempat tinggal yang mereka gunakan sebagai tempat latihan saat ini.“Apakah dia masih bersama para anggotanya?” tanya Zarkya lagi kepada dua orang bapak-bapak tadi. Karena Zarkya merasa dia perlu mengetahui informasi semacam itu untuk melancarkan semua aksinya itu. Dia tidak ingin kalah dengan sia-sia.“Tidak! Mereka membubarkan diri setelah mereka mengalahkan Ratu Ilmu Hitam, dan sepertinya hingga saat ini mereka juga tidak lagi pernah terlihat berkumpul ataupun latihan,” jawab bapak itu tanpa merasa curiga sedikitpun kepada Zarkya.“Jadi, apa yang dia lakukan
“Apakah kalian serius?” tanya Hakya kepada si burung gagak.Gak! Gak! Gak!Kedua burung gagak itu menganggukkan kepalanya kepada Hakya.“Auuk…. Aukkk!” Hanaya terus berusaha untuk menarik kedua burung gagak itu dengan kedua tangannya.“Terima kasih atas informasi kalian, nanti saya akan pastikan tempat mereka,” ujar Rafli kepada kedua burung yang selalu setia memberikan kabar kepadanya. Dan Hakya yakin kedua burung ini kiriman Dewa yang bertugas membantu Hakya dan Kanaya. Karena mereka pastinya selalu bergantian datang kepada Hakya dan Kanaya.Hakya menghela nafas berat mendengar laporan dari burung gagak itu, mereka melaporkan kalau di pinggir bukit ini ada perkumpulan yang dipimpin oleh Putra Mahkota Zarkya. Sebenarnya Hakya tidak begitu yakin kalau ada sisa-sisa keturunan Ilmu Hitam tertinggal, dan itu adalah putra mahkota. Namun, saat Hakya mengingat-ingat memang pada saat itu tidak ada putra mahkota di dalam istana.“Berarti saat ini Putra Mahkota kembali, dan dia tidak lagi mend
“Hah!” Hakya sangat terkejut mendengar teriakan tersebut. Karena ternyata dialah yang di teriak sebagai penyusup.“Tangkap dan bunuh dia!”Terdengar suara perintah yang menggema dan Hakya yakin itu adalah Zarkya yang pastinya tidak punya hati.“Main bunuh aja perintahnya,” ujar Hakya pelan dan segera turun dari pagar tersebut dan segera bersembunyi. Membuang penutup kepala dan membuang penutup wajah berwarna hitam juga buntelan yang dia bawa sebenarnya tanpa isi juga dia buang. Dan sekarang penampilan sempurna dia berjalan menuju ke arah pasar.“Cari saja sampai muntah,” gumam Hakya sambil melirik ke arah anak buah Zarkya yang keluar dari pintu pagar menuju ke bagian belakang dengan membawa tombak dan pedang. Sepertinya mereka memang siap akan membunuh Hakya jika berhasil menangkapnya.Setelah berada di jarak yang cukup jauh, Hakya kembali ke arah perbukitan. Dia merasa pengintainya cukup disini untuk hari ini.“Hari ini cukup disini saja, bisa saja aku habiskan mereka semuanya. Tapi
“Iya, kamu harus membuat persiapan pasukan juga. Karena mereka pastinya akan menyiapkan pasukan sebanyak-banyaknya dan hanya akan melawan kamu seorang diri. Aku tahu, kamu pasti bisa melawan mereka berapapun jumlah mereka. Tapi, setidaknya kamu tidak terlalu kewalahan seorang diri,” ujar Kanaya serius.Hakya hanya menganggukkan kepalanya mendengar apa yang disampaikan oleh Kanaya. Memang ada benarnya apa yang Kanaya katakan kalau Hakya memiliki setidaknya beberapa orang saja yang ikut membantunya, dia akan sedikit terbantu untuk mengecoh lawan. Namun, masalahnya saat ini adalah, kalau Hakya mencari beberapa pemuda lagi, maka Hakya akan melatih mereka dari awal sedangkan saat ini Hakya akan sibuk dengan dirinya dan keluarganya.“Aku tidak tahu cara menghubungi mereka yang sudah kembali ke rumah dan daerah mereka masing-masing. Aku saat ini hanya bisa berharap kalau mereka ada yang datang kemari dan dengan sukarela untuk memerangi Zarkya bersama-sama,” jawab Hakya kemudian.“Apakah tida