MENANTU AMBURADUL Bab 50Hari ini jadwal kontrol Rina ke rumah sakit tempat dia pernah dirawat. Mia kebetulan baru beberapa hari masuk kerja, jadi tidak bisa izin untuk menemani anaknya pergi ke dokter. Akupun tak mungkin bisa membawanya dan meninggalkan Daffa sendirian selama berjam-jam, tahu sendiri bukan kalau jadwal dokter bisa maju mundur. Bisa lebih awal dan bisa juga molor panjang. Mama sedang tidak enak badan soalnya, tak mungkin aku menitipkan Daffa di sana. Dititipkan Ibu juga tidak mungkin, Ibu saja kurang dekat dengan Daffa. Ngemong anakku saja jarang banget, kecuali pas ada Mas Yusuf, jiwa aktingnya langsung menggebu. Saat kami hanya bertiga saja di rumah dengan Daffa, boro-boro mau ajak main bareng, ngelirik saja enggak. Justru ibu mertua sibuk di dunia sendiri lebih tepatnya. “Jadi siapa yang bawa periksa si Rina hari ini, Nis?” tanya Ibu saat Aku sedang membuatkan makanan Daffa pagi ini. “Raihan paling, Bu. Nisa juga enggak begitu paham.” “Ibu juga lagi pusing seka
MENANTU AMBURADUL Bab 51Sudah pukul 23.30 bukannya istirahat lalu tidur, malam ini pikiranku malah bercabang kemana-mana. Memikirkan Mama yang sedang sakit, juga memikirkan adik ipar dan Ibu mertua. Seharusnya bukan Aku, tapi Mas Yusuf atau Mas Rama yang harusnya mengetahui ini semua. Mas Yusuf sudah terlelap sejak tadi, mungkin dia kelelahan setelah seharian tadi bekerja. Daffa juga tidur nyenyak sekali. Sesekali terbangun hanya untuk meminta minum. Aku masih sibuk menyentuh layar handphone, kuletakkan lagi, kuambil lagi. Begitu saja terus selama berjam-jam. Kepalaku pusing sekali, rasanya letih dan ingin tidur, tapi mata masih enggan untuk terpejam. Begini rasanya jika mata dan tubuh tidak sinkron. Ibaratnya kayak anak remaja yang sedang mulai jatuh cinta. Setiap malam terngiang-ngiang wajah sang pujaan hati sampai tak bisa tidur. Ini Aku malah terngiang-ngiang wajah salah satu emak-emak yang judes dan ngeselin. Apakah mungkin benar, antara benci dan cinta itu tidak ada bedanya?
MENANTU AMBURADUL Bab 52(Non, kata Mama, Non Nisa tidak usah datang saja hari ini, soalnya ada papa di rumah, juga kondisi mama sudah agak mendingan)(Oh Baik kalau begitu Mbak. Saya tidak ke sana hari ini) (Iya Non. Itu pesan Mama)Pagi ini Mbak dira, seorang assisten rumah tangga baru Mama memberitahu bahwa kondisi kesehata. Mama sudah berangsur membaik. Jadi kupikir benar katanya bahwa diriku tidak perlu datang ke sana sekarang. Kebetulan sekali cucianku sedang lumayan banyak hari ini, karena sudah dua hari ini Aku tidak mencuci. Belum lagi setrikaan yang menggunung, pokoknya banyak yang harus ku kerjakan di rumah ini. Ku coba selesaikan semua pekerjaan rumah sebelum Mas Yusuf dan Daffa bangun, karena jika dua bayiku itu terbangun yaitu bayi besar dan kecil, maka pekerjaan rumah ini jelas bakalan terbengkalai. Belum lagi permintaan ini dan itu dari Mas Yusuf, suka panggil panggil emaknya terus setiap kali suruh bergantian jaga Daffa. Yang rewel, yang apa? Jadi lebih baik untuk
MENANTU AMBURADUL Bab 53Baru kali ini ada cerita anak dan cucu main ke rumah orang tua malah diusir di suruh pulang lagi ke rumah hanya karena sedang pergi bersenang-senang. Memangnya kedatangan kami ini bukan merupakan sebuah kebahagiaan bagi beliau? Heran Aku sampe pengen menjeburkan diri ke kolam ikan. Entah apakah Aku hidup kurang lama di dunia ini sehingga belum pernah tahu tentang kisah yang seperti ini? Ataukah ini karma dari kehidupanku yang sebelumnya, seperti dongeng kisah film Lee Min Hoo yang berjudul The Legend Of Blue Sea? Hahahha pikiran konyol apalagi ini yang memenuhi benakku?Sungguh amburadul keluarga Mas Yusuf ini, memang. Enggak emaknya, enggak anaknya, bahkan menantunya juga sudah terkontaminasi kadar amburadulnya.Aku, Mas Yusuf, Mbak Rini dan Mas Rama akhirnya pamit pulang kepada Bu Rohmah. Mungkin kali ini ada niatan pindah KK menjadi bagian dari keluarga Bu Rohmah di hati Mas Rama dan Mas Yusuf. Karena datang dan pergi malah berpamitan dengan tetangga kami
MENANTU AMBURADULBab 54“Mbak Rini tadi tumpahin kopi di baju Raihan?” tanya Mia serius. “Iya, enggak sengaja Mia, sama si Nisa juga, Maaf ya,” jawab Mbak Rini ngeles. "Kasihan loh Mas Raihan Mbak, jadi ganti kostum kan gara-gara kalian kurang berhati-hati!" protes Mia. Sebenarnya kamu sendiri itu yang kurang berhati-hai menjaga suamimu dari kelakuan mesuumnya di sini, Mia. Bukan kami yang salah. Aku ngebatin. “Kamu itu ngerusak acara saja sih Rini. Bisa nggak kalau kalian berdua ini enggak jahil sama adiknya? Kalau iri bilang aja? Mau bikin kacau acara ultah yang megah ini, kan?” Ibu tiba-tiba maen nyerobot percakapan kami saja. "Apa? Iri dengan acara model begini? Ya Ampun Ibu, cuman begini doang aja dibangga-banggain?" Gerutuku. “Siapa sih yang iri dengki, Bu? Ngaco saja,” sahut Mbak Rini sewot. “Kalianlah. Pasti iri makanya cari gara-gara!” Ibu balas lagi dengan rasa percaya dirinya “Ya sudah, sudah ku keringkan juga baju Mas Raihan. Tidak masalah.” jelas Mia. Andai saja
MENANTU AMBURADUL Bab 55Ada hawa yang tak biasa dengan kehadiran beberapa orang yang merubah mood pagiku. Aku mencium gelagat aneh yang sedang diperbuat oleh keluarga Mas Yusuf. Entah kenapa pagi buta begini ada Ibu, Raihan dan Mia tiba-tiba saja mampir ke rumah kami membawa serta Fajarina yang katanya mau pergi rekreasi. Sebenarnya mau pamer? Atau sekedar kasih informasi atas kehidupan yang bahagia menurut versi mereka saat ini? Entah apa motif mereka? Sampai detik ini masih terus kuselidiki dan kuduga-duga. “Mbak, Mas Yusuf di mana?” tanya Mia. Dia seperti saudara yang tak mengenali kebiasaan saudaranya yang lain. Padahal sudah hidup puluhan tahun bersama Mas Yusuf. Harusnya dia tahu bagaimana kakaknya pada jam segini. “Masih tidurlah, ini kan masih pagi banget. Coba tengok jarum jam di dinding itu, Mia," pintaku. “Hehehe iya, baru pukul 05.15 Wib sekarang.” jawab Mia.Emangnya mereka enggak sholat subuh apa? Jam segini sudah nongol aja ke sini. Udah rapi pula, tinggal nunggu s
MENANTU AMBURADUL Bab 56Pagi ini sudah pukul 09.00 Wib, Mas Yusuf jelas sudah ada di kantor. Entah kenapa si Daffa meminta tidur lagi di jam segini, mungkin karena tadi dia bangun lebih pagi dari biasanya, jadi sekarang matamya sudah mengantuk. Kerjaan rumah yang sudah beres memberiku kesempatan untuk lebih banyak melamun dan mengandai-andai banyak hal. Tentang kehidupan yang penuh teka-teki dan kejutan ini. Sampai rasanya pikiran ini penuh dan sesak, diisi oleh pikiran tentang banyak hal. Umur Daffa sudah lebih dari satu tahun. Sudah bisalah ya, kubawa dia jalan-jalan agak jauhan sedikit begitu misalnya. Itupun kalau seandainya disetujui oleh bapak kandungnya. Hahahaha.Ada satu janji manis Mas Yusuf yang masih menggantung di dalam angan-angan. Inget ya, masih ngegantung dan belum terealisasi dalam kehidupan nyata. Ada rasa ingin yang menggebu dalam harapan yang hampir punah. Sudah sekian tahun Aku menunggu momen tersebut. Tanpa ada sedikitpun kepastian yang memberi nyawa pada j
MENANTU AMBURADUL Bab 57Semakin Aku cuek, makin penasaran ternyata dengan apa yang kulihat tadi. Kucoba pastikan kepada Mia, sebenarnya di mana sekarang keberadaan suami tercintanya. Masa iya Raihan pergi ke tempat yang jauh secara diam-diam? Rasanya kan mustahil jika tanpa izin dari istrinya. Pikiranku bercabang, rasanya pusing sekali karena diharuskan untuk berpikir tentang permasalahan rumah tangga adik ipark, namun tak bisa kuungkap secepatnya karena butuh banyak bukti valid supaya meyakinkan sang korban. Mas Yusuf tampak sedang memikirkan sesuatu. Mungkin firasat dia enggak baik tentang ibu tiri Raihan tadi. Ditambah lagi Mas Yusuf seperti melihat Raihan di sisi ibu tirinya. Makin kepikiran pasti dia? Aku saja yang hanya sebagai kakak ipar Mia, merasa sangat kasihan kepadanya seandainya terjadi hal-hal buruk menimpanya, apalagi kakak kandungnya sendiri? Pasti jauh lebih patah hati. Setelah kupikir-pikir, sebaiknya Aku tanya langsung kepada Mia lewat sebuah pesan. Tidak mungki