MENANTU AMBURADULBab 67 Pukul 01.30 Wib, kudengar suara Rina terus-terusan menangis. Aku keluar kamar untuk mengecek sebenarnya apa yang menjadi sebab dia menangis? Kulihat Mia sedang mau membuatkan anaknya susu di dapur. Oooh, ternyata Rina lapar minta minum susu. Batinku. Kuperhatikan lagi dengan jelas, ku kira Aku salah lihat, karena mataku baru saja terbuka, ku kucek-kucek kedua mataku perlahan, tapi ternyata ini benar adanya, bahwa Mia baru saja membuka kemasan susu kaleng besar yang merupakan salah satu stok susu milik Daffa. Berani sekali dia tidak izin kepadaku terlebih dahulu? Pikirku. Aku heran, padahal Aku meletakkannya di tempat yang paling aman. Di dalam lemari kitchen set yang kumiliki. Ternyata Mia masih bisa menemukannya. Dia membawa serta satu kaleng susu tersebut ke dalam kamar yang dia tempati sekarang. Aku hanya menatapnya dari kejauhan, sengaja tidak ku sapa agar dia tidak tahu bahwa Aku sedang mengawasinya. Tidak masalah bagiku, karena itu hanyalah sebuah
MENANTU AMBURADUL 68Mia tampak syock melihat kami bertiga berkumpul. Ibu juga tiba-tiba memukul Mia tanpa penjelasan terlebih dahulu. “Dari mana kamu!” tanya Ibu kasar. “Pergi sama temen, Bu.”“Temen siapa? Ingat nggak, kalau kamu itu punya anak! Bukannya cari kerja malah ngeluyur melulu!” “Kan, Rina sudah Mia titipkan sama Ibu dan Mimi,” jawab Mia enteng. “Memangnya ibunya siapa? Seenak jidatnya aja kamu lama-lama, kelakuan model begitu di pakai!” Ibu masih meluapkan amarahnya. Tidak ada kesempatan buatku untuk berbicara dengan Mia. Entah Ibu sengaja melampiaskan kekesalannya karena malu padaku atau entah kenapa? Semua masih menjadi praduga. “Itu tas milik siapa, Mia?” kini Aku yang gantian bertanya. “Milik Mbak Nisa, tadi Mia pinjem.”“Pinjem ke siapa? Bilang minjam ke orangnya nggak?” cecarku penuh desakan. “Enggak. Tadi langsung ambil saja. Biasanya kan, Mbak Nisa ngebolehin!" ungkapnya tanpa dosa. “Kata siapa saya ngebolehin peminjam yang berlaku kayak maling? Saya dar
MENANTU AMBURADUL 69Memahami perasaan sakit hati seseorang tidak harus dengan cara membenarkan apapun yang dia lakukan meski hal tersebut adalah suatu kesalahan. Masih banyak lagi sikap yang benar selain cara tersebut. Yang jelas, tidak melukai perasaan orang lain apalagi hati pasangan. Pasanganmu tidak butuh pembelaan, dia hanya butuh keadilan sebagai mana kamu bisa bersikap dengan adil dan penuh pertimbangan. Jangan sampai hal yang fatal terjadi dalam pernikahanmu karena kamu sendiri yang membawa masalah lain masuk ke dalam rumahmu.___________Langit sudah petang. Mas Yusuf tak kunjung sampai rumah. Entah pergi kemana dia sehingga pulang se-telat ini. Bukankah dia sudah berjanji kepada Ibu akan mengantarkan Ibu dan Mimi pulang ke rumah? Apakah dia juga lupa bahwa malam ini adalah acara pernikahan Dinda sahabatku? Padahal semua sudah kupersiapkan. Suara bel rumah berbunyi, Aku meminta tolong Mimi untuk membukakan pintu. “Suster dari Mas Raihan datang Mbak.” Mimi memberitahuku t
MENANTU AMBURADUL 70Terkadang memang gampang sekali membuat anak sendiri terkecoh dengan kalimat-kalimat ibunya yang curang. Semua disajikan dengan penghayatan yang maksimal. semakin mendramatisir keadaan, semakin baguslah emosi yang terluapkan. Seolah-olah seorang wanita yang dianggap hanya sebagai pendatang baru dalam hidupnya adalah orang yang jahat. Dengan memanfaatkan situasi yang sekarang, mungkin lebih layaklh jika Aku mulai tersisihkan dan kurang didengar. Tapi bukan diriku jika tidak memenangkan apa yang Aku perjuangkan. Silahkan mundur jika terus berjalan bersamaku membuatmu kelelahan dan lebih tak terarah. Kuikhlaskan kalau memang kamu tak bisa berlaku Adil dan semestinya dalam menghakimi. _____________Aku menemani Daffa bermain, setiap hari pertumbuh kembangannya semakin cepat. Rasanya baru kemaren Aku berada di meja operasi. Sekarang Daffa sudah besar. Usianya beberapa bulan lagi hampir 2 tahun. Semakin dia cepat tumbuh, semakin khawatir Aku akan diabaikan dan posisi
MENANTU AMBURADUL 71 Entah tidur jam berapa aku semalam, hingga pagi ini aku tidur kembali pulas setelah sholat subuh. Mama sengaja tidak membangunkanku. Sekarang sudah pukul 07.00 pagi. Papa sepertinya sudah berangkat ke kantor. Daffa sedang main di luar bersama Mama. Aku menikmati sarapan pagiku yang nikmat, hari ini seperti ratu saja, semua sudah disiapkan oleh Mama. Kadang rindu sekali moment seperti ini. Apalagi moment saat menjadi wanita karir, dengan prestasi yang cemerlang. Suami terkadang memang ingin memberikan yang terbaik, dengan tidak menyuruh istrinya untuk bekerja seperti saat gadis dulu, tapi yang perlu para suami ingat adalah, istrimu juga manusia, terkadang dia butuh sekali dimengerti akan kerinduannya dengan dunia karir. Jadi tidak melulu, hanya dirimu yang butuh pengertian itu. Terserah Mas Yusuf mau makan di mana pagi ini. Di tempat orang tuanya lagi juga tak masalah. Kemaren masakan pagiku tidak dijamah sama sekali, juga masakanku semalam tidak ia makan, dan
MENANTU AMBURADUL 72 Jika tulang rusukmu susah untuk kau luruskan, maka janganlah kamu paksa untuk meluruskannya sehingga membuatnya patah. Wanita tidak akan pernah mau disikapi dengan kasar, Ia hanya mau dan bisa mendengarkan sesuatu yang disampaikan dari hati ke hati. _____________Entah keberanian apa yang merasuki Mas Yusuf, sehingga dia berani mencariku langsung ke rumah Papa Mama. Bukankah dia sudah puas meluapkan emosinya malam itu kepadaku? Apakah mungkin ada hal lain yang belum dia keluarkan dari benaknya? Bukan maksudku untuk menghindari kedatangannya, tapi menatap wajahnya saja rasanya sudah malas. Mood baikku hangus seketika berganti dengan emosi. Bagaimana bisa dia hidup puluhan tahun bersama keluarganya sampai tidak hafal tabiat dan watak keluarganya? Bagaimana bisa Aku yang disalahkan atas semua kesalahan yang dilakukan oleh keluarganya. Untung saja Allah masih sisakan satu orang baik di keluarga Mas Yusuf, yaitu Mas Rama. Kurang apa Aku sebagai istri, yang sudah
MENANTU AMBURADUL 73 Kamu salah membela orang Mas, dan kamu salah mencari musuh. Aku patner hidupmu yang seharusnya kamu hargai. Bukan kamu kata-katain hanya karena adu domba dari mulut Ibu. Seburuk-buruknya dirimu Aku akan bela sampai ujing dunia di depan kedua orang tuaku. Tapi sikapmu tidak sebaliknya terhadapku. Aku melajukan mobilku lebih kencang menuju ke rumah. Kata suster, Mia baru saja pergi bersama seseorang yang sudah menjemputnya ke rumah. Lagian kenapa Aku musti takut datang ke rumahku sendiri. Harusnya orang yang nebeng yang harusnya segan. Bukan malah kebalik-balik. Sekitar sepuluh menitan Aku sampai rumah. Kulihat seisi rumah serba berantakan. Dari depan hingga belakang rumah. Apalagi kamarku, tidak berwujud seperti kamar. Sudah mirip dengan gudang sampah. Saking joroknya dan saking baunya. Baru berapa hari Aku tidak mengurusmu Mas? Sampai-sampai kondisi rumah kita seperti ini. Baru sadar kan, bahwa istrimu jauh lebih penting dari apapun. Bahkan dari sebuah handpho
MENANTU AMBURADUL 74Tidak ada manusia yang benar-benar sempurna, karena dalam dirinya pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jangan paksakan orang lain menjadi sempurna sesuai standar hidupmu, karena bisa saja bagi orang lain dia sudah tampak sempurna. ____________Aku bertanya kepada Mimi, bagaimana reaksi Mas Yusuf setelah kepergianku kemaren. Kata dia Mas Yusuf tidak nafsu sarapan, bahkan diajak bicara oleh Ibu juga kurang merespon dengan baik. Dia tidak mau sarapan nasi juga menu seafood yang sudah Ibu sediakan. Malah meminta Mimi membuatkan Roti selai juga susu dengan alasan katanya kepagian makan menu seafood, takutnya sampai kantor malah mual. Kata Mimi, Ibu manyun sejadi-jadinya, karena masakannya diabaikan oleh anak lelakinya. Ibu juga bercerita tentang apa yang kukatakan di depan Ibu, disertai dengan tangis air mata yang entah betulan atau hanya air mata buaya saja ylang beliau teteskan. Seakan menyiratkan kekhawatiran nasib anak lelakinya bersamaku. Saya