MENANTU AMBURADUL 74Tidak ada manusia yang benar-benar sempurna, karena dalam dirinya pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jangan paksakan orang lain menjadi sempurna sesuai standar hidupmu, karena bisa saja bagi orang lain dia sudah tampak sempurna. ____________Aku bertanya kepada Mimi, bagaimana reaksi Mas Yusuf setelah kepergianku kemaren. Kata dia Mas Yusuf tidak nafsu sarapan, bahkan diajak bicara oleh Ibu juga kurang merespon dengan baik. Dia tidak mau sarapan nasi juga menu seafood yang sudah Ibu sediakan. Malah meminta Mimi membuatkan Roti selai juga susu dengan alasan katanya kepagian makan menu seafood, takutnya sampai kantor malah mual. Kata Mimi, Ibu manyun sejadi-jadinya, karena masakannya diabaikan oleh anak lelakinya. Ibu juga bercerita tentang apa yang kukatakan di depan Ibu, disertai dengan tangis air mata yang entah betulan atau hanya air mata buaya saja ylang beliau teteskan. Seakan menyiratkan kekhawatiran nasib anak lelakinya bersamaku. Saya
MENANTU AMBURADUL 75Entah mimpi apa Mas Yusuf dan keluarganya semalam, karena harus melihat perbuatan Mia seperti sekarang ini. Aku juga sebenarnya sangat terkejut, tapi mungkin keluarga Mas Yusuf jauh lebih terkejut lagi dibanding denganku. Sebentar lagi padahal sidang perceraian Mia dengan Raihan akan membuahkan hasil, bagaimana bisa Mia tidak bisa sabar menunggu sampai setelah waktu putusan cerai Sah dan sudah keluar. Kenapa Ia berulah justru sekarang? Sampai Raihan mengetahui semua ini. Kujelaskan lebih rinci tentang Raihan yang memang sudah mengetahui tentang perbuatan Mia seperti ini jauh lebih awal dari kami. Bahkan Raihanlah yang memberitahuku tentang kelakuan istrinya di luar sana. Semakin syock lagi keluarga Mas Yusuf mendengarkan penjelasanku semacam itu. Betapa Mia sangat mencoreng nama baik keluarganya di mata suaminya yang akan menjadi mantan suami. Ternyata Raihan dan Mia tidak jauh berbeda, mereka sama-sama bersalah dan tidak sepatutnya Mia mendapatkan perlakuan l
MENANTU AMBURADUL 76Sudah pukul 22.30 malam, keluarga Mas Yusuf sudah pulang satu persatu. Aku memutuskan untuk pulang ke rumah Mama, lagian canggung juga kalau musti nginep di rumah, sedangkan Daffa ada di tempat Mama, juga hubunganku dengan Mas Yusuf belum lengket seperti biasanya. Aku pulang begitu saja, karena jika meminta izin pasti jawabannya tidak akan boleh. Sampailah di rumah Papa dan Mama sekitar pukul 22.45 menit. Jalanan sudah sepi, jadi Aku bisa leluasa menguasai jalan. Kupencet bel rumah, ternyata Papa yang bukakan pintu. “Eh Nisa, nginep sini sendiri?” tanya Papa. “Hehhee Iya Pa, tadi Nisa nggak pamit soalnya, jadi tidak diantarkan sama Mas Yusuf.” “Tidak diantarkan gimana? Itu tadi mobil Yusuf baru saja lewat. Sepertinya dia mengantarmu sampai sini.” jawab Papa. Aku menengok ke arah yang Papa maksud, ternyata benar, Mas Yusuf mengikutiku tapi langsung pulang. Kasihan sekali dia pasti merindukan Daffa. Ikut menginap di sini juga mungkin tidak enak hati denganku.
MENANTU AMBURADUL 77Kenapa hari ini perasaanku kacau sekali? Aku memang tidak patut menjadi seorang detektif sepertinya, karena hatiku mudah lemah lunglai saat menemukan sebuah kasus. Mungkin peran ini lebih cocok diperankan oleh sosok seperti Mbak Rini, yang hatinya tahan banting meski perasaanya sering dibanting oleh mertuanya sendiri. Hahahahaha. Mama akhirnya tidur siang bersama Daffa, mungkin Daffa lelah sejak pagi sekali membantu menemani grandmanya yang sibuk di dapur. Emak Daffa malah enak-enakan tidur. Emak macam apa aku ini? Jangan sampai pas Daffa gede ada niatannya untuk tuker tambah sosok Ibu sepertiku. Hahahaha. __________ Siang ini, Aku ada jadwal mengantar Mbak Rini kontrol ke dokter spesialis dalam untuk mencari second opini. Sungguh perbedaan itu tampak sekali pada raut muka Mbak Rini, seperti semalam yang tampak tidak seperti biasanya. Mbak Rini yang sekarang jadi lebih pendiem. Ada hikmahnya juga dengan kejadian ini, yaitu merubah kesongongan dan kegalakan Mbak
MENANTU AMBURADUL 78Pagi-pagi sekali Raihan datang untuk menemui Fajarina. Hari ini sengaja Raihan meluangkan waktu untuk anaknya karena Suster izin untuk jalan-jalan bersama calon suaminya. Memang sudah ketentuan dari awal, bahwa setiap bulannya Susternya Rina mendapatkan hari libur sebanyak dua kali. Karena kasihan jika setiap bulannya harus terus-terusan bekerja, lama-lama bisa stress dan kurang pergaulan nantinya. Kami harga privacy tersebut. Entah Mimi atau Suster Tutik, kami berikan kesempatan untuk libur. Jadi adil. “Ciee, yang mau pergi udah cantik aja.” sindirku pada suster yang sudah berpakaian rapi. “Ahh Ibu ini, bisa aja.” jawabnya malu-malu kelinci. “Sudah sampai mana cowoknya?” tanyaku iseng.“Bentar lagi nyampek katanya, Bu,” “Inget ya, jangan aneh-aneh kencannya, aneh-anehnya pas udah Nikah aja.” tekanku pada Suster.“Iya Bu, saya akan berusaha jaga diri.” ucap suster. “Baguslah. Kalau si cowok maksa, damprat aja. Hahaha,” gurauku. “Hehehe kasihan dong Bu,” jawa
MENANTU AMBURADUL 79Setiap orang punya ceritanya masing-masing, punya lukanya masing-masing, juga punya cara untuk bahagia masing-masing. Itulah batasan dalam kamu menilai orang lain, karena ketiga hal tersebut adalah sesuatu yang harusnya tidak tersentuh. Boleh saja kamu mengomentari hidup orang lain, padahal kamu tidak tahu sama sekali tentang ceritanya. Boleh saja kamu memprotes orang lain karena tampaknya hidupnya terlalu sering bersenang-senang, tapi kamu tidak tahu seberapa dalam luka yang ada dalam dirinya. Boleh jadi kamu bahagia karena gaji dengan nominal jutaan masuk ke rekening, bisa jadi orang lain bahagia hanya karena bisa membeli sebungkus nasi putih. Jangan takar kebahagiaan hidupmu dengan kebahagiaan orang lain. Karena pasti akan berbeda. Orang lain tidak bisa sepertimu, begitu juga sebaliknya. ____________Sore hari, Mia pulang ke rumah Ibu dari perginya, ia langsung mencari keberadaan Rina. Ada oleh-oleh untuk Rina yang ia bawa. Mia tidak lupa membawakan bingk
MENANTU AMBURADUL 80 “Alfarizki Nugroho” Nama seorang Pria yang kini duduk diantara kami berdua juga Mia. Lelaki berusia 36 tahun, bermata sipit, dan kulit sawo matang, tajir, dan satu lagi, ganteng. Kekasih Mia ternyata lebih tua dari usiaku dan Mas Yusuf. Ya, lelaki yang secara gentle ini mengakui bahwa ia kekasih dari Mia. Bukan abal-abal lagi, dia begitu berani datang ke rumah untuk menyampaikan sesuatu yang mungkin saja penting bagi Mia dan dirinya. Wajah Mia tampak berseri-seri melihat pemandangan canggung ini, dia sesekali tersenyum kepada sang pujaan hati. Kini hanya ada kami bertiga. Aku, Alfar juga Mia. Mas Yusuf tumben lama sekali berada di dalam toilet. Mungkin dia sekaligus menyikat bagian-bagian toilet yang kotor sembari menunggu rasa nervousnya hilang, atau kalo enggak dia sedang mencukur rambut kumisnya supaya lebih percaya diri menghadapi Alfar. Hahahahaha. “Ehem,” terdengar suara dari Mas Yusuf yang mengisyaratkan akan keberadaannya. Ia kembali duduk di sampingku
MENANTU AMBURADUL 81Kubawakan sepiring nasi dan lauk untuk Mas Yusuf, karena dia hanya mau makan malam di dalam kamar. Ia tertidur sejak tadi habis sholat maghrib. Kini sudah pukul 20.00, Mas Yusuf kubangunkan untuk sholat dan makan. Kepergian Mia bahkan dia tidak melihat. Mia juga tidak berniat untuk pamit kepadanya. Aku membiarkan Daffa yang sedang asik main. Biasanya dia masih main di ruang tv bersama Fajarina di jam segini. Kini dia harus bermain sendiri seperti saat dahulu adiknya belum ikut tinggal di sini. Kubereskan kamar Mia dan Suster saat Daffa sudah lelap tertidur. Kamar Mia dan suster sangatlah berantakan. Mungkin mereka juga buru-buru, jadi tidak sempat untuk membuang sampah-sampah di kamarnya sebelum mereka pergi. Ada mainan Fajarina yang ketinggalan juga, entah sengaja ditinggal atau memang ketinggalan Aku kurang mengerti. Mau pindah kemana sebenarnya mereka bertiga? Aku masih saja ketar-ketir. Belum lagi nanti bakalan denger ocehan dari Ibu, karena pasti kami yang
MENANTU AMBURADUL 161 (ENDING)Setiap manusia selalu punya pilihan untuk selalu bersikap baik kepada sesama atau justru sebaliknya.___________Takdir hidup terkadang memang mengejutkan. Apalagi dengan terjadinya pendekatan dan rencana pernikahan antara Mimi dan Raihan. Semua orang bahkan diriku sendiri juga kaget. Apalagi mereka yang baru saja tinggal satu rumah dalam hitungan hari. Mimi dulu sempat ingin diadopsi sebagai anak oleh Ibu setelah kematian Mia, tapi rencana Ibu gagal karena tidak mendapatkan persetujuan dari anak-anak lelaki Ibu, kini Ia malah akan dijadikan istri oleh Raihan. Seseorang yang pernah menjadi menantu Ibu.Herannya si Mimi juga bersedia dengan permintaan Raihan yang ingin mempersuntingnya. Entah apapun itu motifnya yang jelas doa terbaik selalu untuk mereka berdua.Jika dengan menikah dengan Raihan membuat Mimi akan bersikap lebih penyayang kepada Fajarina dan Ibu, sungguh itu ide yang bagus. Karena selama ini Ibu sudah di rawat dengan Mimi dengan sepenuh ha
MENANTU AMBURADUL 160Kulihat betapa senangnya Daffa diperhatikan oleh Mama dan Papa. Daffa juga sangat bahagia karena Mama dan Papa beberapa hari ini tinggal di rumah kami. Dua orang yang memang sejak Daffa kecil sangat dekat dengan Daffa.Dulu, si Sulungku justru malah sering kutinggalkan bersama kedua orang tuaku karena banyak hal. Itu sebabnya suatu waktu Mama pernah memarahiku karena hal tersebut. Karena kesibukanku di duniaku sendiri sehingga sering meninggalkan anakku di tempat Mama.Sering juga kutinggalkan Daffa karena ulah Ibu mertua. Atau masalah keluarga Mas Yusuf yang tak jarang menyita waktuku. Tentang almarhumah Mia, tentang Ibu, atau masalah lainnya.Dari sebab inilah Daffa menjadi lebih dekat dan intensitas kebersamaannya dengan Grandma dan Grandpanya sangat sering."Lagi pada asyik ngapain?" tanyaku pada Papa dan Daffa yang sedang bercengkerama di ruang Tv."Lagi jawab teka-teki silang nih Mom." jawab Daffa."Siapa yang menang?""Nggak ada yang menang, kami jawab b
MENANTU AMBURADUL 159Mas Rama, Mbak Rini, Khaity dan Mama Papa berpamitan untuk pulang. Berhubung acara buka bersama telah usai. Sebenarnya ingin tarawih berjamaah juga, tapi takutnya kemalaman.Ibu mengamankan diri di kamar, mungkin sedang menyelesaikan beberes barang-barang. Begitu juga Mimi, dia digaji untuk mengikuti kemanapun Ibu akan tinggal.Mungkin tidak lama lagi Mimi bisa bekerja dengan Ibu, karena umur dia sekarang sudah menunjukkan umur seorang wanita yang pantas untuk menikah. Kedua orang tuanya sudah sering mendesak Mimi untuk segera menikah. Tidak peduli bagaimana senangnya Mimi mencari uang.Mungkin kedua orang tua Mimi takut jika nanti Mimi menikah terlalu tua. Apalagi di kampung pasti banyak yang akan ikut berkomentar jika ada anak gadis salah satu warga yang menikah terlalu tua.Aku berpesan kepada Mimi untuk jangan lebih dulu bilang sama Ibu jika memang sudah mau resign dari pekerjaan ini. Karena tahu sendiri pasti Ibu akan merasa gelisah jika diberi tahu di awal.
MENANTU AMBURADUL 158Tidak ada yang bisa merubah watak seseorang, kecuali dirinya sendiri yang ingin merubahnya.Betapa sulitnya menuruti semua kemauan Ibu. Dari hal sepele, sampai hal yang paling berat sekalipun. Dari waktu yang bersahabat atau waktu yang sedang tidak bersahabat. Jika si Ibu sudah berkehendak, maka keinginan itu harus terwujud."Ibu jadinya puasa atau enggak, Bu?""Mana kuat Ibu puasa, Ibu kan enggak sahur Nis. Ada-ada aja kamu.""Oooh, gegara menu sahur enggak sesuai keinginan Ibu, Ibu jadi mutusin buat nggak puasa ya.""Ngomong apa sih kamu ini." Elak Ibu. Mungkin si kanjeng ratu malu mau jujur."Ibu minta menu apa buat nanti sahur. Biar bisa puasa bareng kita.""Apa ya, nanti Ibu kasih tahu deh kalau sudah dapat menu yang Ibu pingin.""Sekarang saja Bu. Nggak usah nanti-nanti. Yang mau belanja dan yang masih jualan lauk mentah siapa kalau sudah sore. Ini bentar lagi juga orang sibuk nyari takjil. Bukan sayur mayur atau lauk mentah." cerocosku mendesak Ibu agar me
MENANTU AMBURADUL 157"Marhaban ya Romadhon. Marhaban Syahrossiyam."Selamat menunaikan Ibadah puasa bagi yang menjalankan. Semoga kita semua diberikan kesehatan sehingga bisa beribadah dengan maksimal di bulan suci ini. Aamiin.____________"Nek, maafkan Rina. Nenek jangan marah." kata Rina di balik pintu kamar neneknya sambil ketok-ketok.Ibu mengunci pintu kamar beliau dari dalam, sehingga tidak ada seorangpun yang bisa masuk, termasuk Mimi."Pergi saja semua. Jangan perdulikan Nenek lagi.""Kami semua masih peduli kok sama Nenek.""Bohong. Buktinya kamu tidak mau tinggal sama Nenek. Kamu malah memilih tinggal bersama Ayahmu.""Nenek boleh ikut sama kami. Kata Ayah, kita akan tinggal bersama."Hening... tidak ada balasan dari dalam ruangan yang pastinya berantakan itu akibat ulah dari Ibu. Segala barang yang ada di dalam selalu dirusak saat Ibu marah. Itu sebabnya kami tidak banyak meletakkan barang-barang berbahan kaca yang mudah pecah. Salah satu alasannya ya karena itu. Tidak i
MENANTU AMBURADUL 156Kami masih di Supermarket langganan. Cuman beda posisi saja. Aku, Fateh, Rina, Daffa dan Mbak Karti sedang menunggu Ibu dan Mimi yang masih ada di dalam. Mas Yusuf entah menghilang kemana?Daffa awalnya membantu Neneknya mendorong troli belanjaan, tapi dia antarkan troli tersebut sampai kasir lalu pamit mencari Daddynya agar bisa membantunya membawakan belanjaan si nenek. Sudah Daffa cari kemana-mana, batang hidung Daddynya belum juga nongol, akhirnya Daffa menemukan keberadaan kami dan menunggu Mas Yusuf bersama kami di sini."Loh, kok kalian pada di sini? Ibu dimana?" tanya Mas Yusuf yang mendadak care dengan keberadaan ibunya."Helloooo kemana aja dari tadi Mas?" batinku mengomel.Entah dari mana asalnya Mas Yusuf tiba-tiba muncul begitu saja. Bilangnya sih dari toilet. Entah ngumpet atau ngapain dia sejak tadi di sana? Kami saja sudah duduk di sini sekitar 15 menit. Berarti Mas Yusuf berada di toilet hampir 45 menitan. Hahahaha mustahil sekali Mas. Alasan k
MENANTU AMBURADUL 155Suara huru-hara orang yang hendak beraktivitas mulai terdengar di luar. Sang embun mulai menampakkan diri, pertanda bahwa pagi ini masih begitu dingin. Kembali kututup pintu rumah, lalu menikmati pekerjaan pagi yang setiap hari kujalani.Mbak Karti sudah memulai pekerjaan rumah lebih dulu, ia tampak serius sedang bergelut dengan cucian dan mesin. Sementara Aku sedang menyiapkan bumbu dan bahan makanan untuk kukupas dan potong-potong.Mas Yusuf dan Fateh masih terlelap tidur. Tadi mereka asyik bercanda dari sebelum subuh, namun akhirnya keduanya tertidur kembali setelah Mas Yusuf melakukan sholat subuh.Daffa dan Fajarina juga kebetulan sedang ada di rumah. Mereka sedang menikmati liburan di rumah menjelang ramadhan dari pesantren. Tidak lama sih, sekitar satu minggu. Itupun sudah membuat mereka berdua merasa senang, karena bisa pulang ke rumah dan berkumpul bersama keluarga. Khaity juga pulang."Boleh Rina bantu, Tante?" sapa seseorang dari belakangku."Eh Rina,
MENANTU AMBURADUL 154Kudengar bel rumah berbunyi, sepertinya ada seseorang yang datang. Aku berdiri dari posisi awalku yang sedang duduk di samping Fateh untuk menitipkan sementara Fateh, kepada Mbak Karti. Dengan sedikit rasa penasaran Akupun membuka pintu depan."Assalamu'alaikum Mbak Nisa. Saya rindu sekali dengan Mbak Nisa." sapa seorang dokter perempuan cantik di hadapanku. Ia Aisyah, istri dari Ilyas.Kami saling berpelukan. Sudah lama sekali sepertinya kami tidak berjumpa."Alhamdulillah Baik. Tahu rumahku dari Mana, Syah?""Minta sama Mbak Rini. Hehehehe nggak papa kan Mbak? Maaf sudah lancang.""Nggak papa dong. Malahan seneng ada yang datang ke sini jengukin diriku.""Hehehehe Mbak Nisa bisa saja."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, rupanya Aku sedikit pangling padanya. Kini Aisyah tampak lebih subur, sepertinya benar yang dibilang oleh Fajarina, Aisyah terlihat seperti sedang berbadan dua. Wajahnya masih saja cantik, bahkan lebih cantik sekarang dengan aura keibuannya ya
MENANTU AMBURADUL 153Sudah sekitar 45 menit kami menunggu mobil yang dinaiki oleh Ibu singgah di sini. Kami semua seperti orang hilang di sebuah Pom Bensin ini. Bukan seperti lagi, kami ibarat keluarga yang terdampar tanpa kepastian.Ibu tak kunjung ada kabar. Selain cemas, kami juga sempat berfikiran buruk tentang mereka bertiga yang kebetulan di supiri oleh orang sewaan yang kurang begitu kami kenal. Takutnya mereka bertiga kenapa-napa. Misalnya diculik gitu. Tapi ribet juga sih kalau yang diculik Ibu. Bakalan susah ngerawatnya. Belum lagi pas kena omel si Ibu, bisa-bisa nyerah penculiknya. Angkat tangan beserta kaki. Hahahahaa.Selang berapa lama, Mas Yusuf dan Mas Rama akhirnya berhasil menghubungi si driver lewat sambungan telfon. Saat ditanya oleh Mas Rama kebetulan si driver baru sampai rumah lagi. Tadinya masih di jalan dan susah ambil ponsel di sakunya, makanya tidak kunjung diangkat.Ternyata Ibu melupakan sesuatu, tas beliau ketinggalan di ruang tamu lengkap beserta pons