Home / Romansa / MEMORY / Desahan

Share

Desahan

Author: Shesil KN
last update Last Updated: 2021-04-04 20:23:57

Violet sangat semangat pagi ini, bagaimana tidak, ada pria tampan yang menunggunya di depan rumah dengan mobil putihnya. Ah Violet lupa lagi siapa nama pria itu, yang pasti dia teman abangnya. Danis selaku tetangga sebelah kanan rumah Violet pun melihat hal itu.

"Bisa jadi bahan gosip nih." Danis pun berangkat ke kampus duluan, tentunya dengan semangat karena membawa berita yang panas.

Mobil putih yang dinaiki Violet pun berhenti di parkiran kampus, Violet membuka sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil untuk keluar. Begitu pula dengan Jordan. Mereka berdua kaget dengan banyaknya mahasiswa yang berkumpul dekat parkiran, ada juga yang di atas balkon, di dekat pos keamanan, dan juga di hall. Violet merasa tak nyaman dengan keadaan ini, berbanding terbalik dengan Jordan yang biasa saja. Banyak gadis dan pemuda yang pundung. Tapi bentaran doang, soalnya di kampus ini kan masih banyak primadona yang tampan atau cantik nan kaya.

Di saat jam istirahat. Setelah mengetahui dalang dari kejadian pagi tadi, Violet langsung mencari keberadaan Danis. Ia mencari dari kolam kodok, selokan, bahkan sampai ke tempat pembuangan sampah. Tapi tetap ia tidak menemukan keberadaan Danis. Baru saja Violet akan menyerah dan kembali ke kantin, pucuk di cinta Danis pun tiba. Violet melihat Danis menuruni tangga menuju lantai dasar gedung, dengan cepat Violet berlari dan menendang Danis dengan penuh kasih sayang. Danis pun terjatuh dengan posisi menungging dan sialnya kakinya terkilir. 

"Akh! Sialan lo, Vi!" Dengan susah payah Danis berdiri, namun jatuh lagi. Berdiri lagi kemudian jatuh lagi. Udah kayak lagunya Meggy Z, jatuh bangun.

"Tolongin napa!" Bentak Danis sambil memegang pinggangnya yang sakit

Violet yang melihatnya merasa iba juga, jadi dia pun membopong Danis menuju UK (Unit Kesehatan). Kenapa disaat seperti ini UK terasa sangat jauh?

"Lo kenapa sih? Punya dendam?" Tanya Danis.

"Masih lagi nanya, lo kan dalang dari tragedi 14 April di parkiran Universitas MTG di jam delapan pagi tadi?" Jelas Violet.

"Ya kan bagus, nggak akan ada lagi cowok ganjen ke lo." Kalau saja Violet tak memiliki rasa simpati, bisa di pastikan keadaan Danis akan lebih parah dari ini.

Mendengar bahwa Danis jatuh dari tangga, membuat pak Ferdi dan teman-temannya pergi menuju UK. Seabsurd apapun Danis, ia tetaplah teman seperbangsatan mereka. Tapi mereka berhenti di depan pintu UK tatkala suara gairah terdengar di indera pendengaran mereka.

"Ahh..shh...pe--lan-pel--an Vi, akhhhh!" Desah Danis.

Semua temannya membulatkan mata tak percaya, telinga mereka sudah tak lagi perawan.

"Suara lo pelanin goblok! Bahaya kalo sampe ada yang denger." Tegas Violet.

"Nghh...gak bisahh Vi, ini...sungguh...Akh! Sakit Vi."

Mereka semua mengintip dari jendela dan tak percaya dengan apa yang terjadi di dalam sana. Danis duduk di kursi roda dengan kaki kanannya sedikit memberi ruang di tengah-tengah, sedangkan Violet berjongkok di depannya. Posisi mereka membelakangi pasukan yang mengintip. Pak Ferdi tak percaya ini, mahasiswi favoritnya dan pilihan sang keponakan berbuat hal seperti ini. Pak Ferdi mimisan dan memegang jantungnya, hampir jatuh. Untung saja Fahri dan Laskar sigap menahan rektor mereka itu. Jordan terpaku melihat adegan yang semakin liar di dalam sana.

"Ahh..Vi." Danis memegang kepala Violet untuk menyalurkan apa yang dirasakannya akibat ulah Violet.

Plak!

Violet memukul tangan Danis yang ada di kepalanya.

"Lo bisa diem nggak sih! Dan apa-apaan dengan suara penuh dosa itu?" Bentak Violet.

Baiklah Jordan tak tahan melihatnya, langsung saja ia masuk ke dalam. Diikuti yang lainnya, termasuk pak Ferdi yang berada di rangkulan Fahri dan Laskar.

"Kalian ngapain?" Tanya Jordan dengan suara lembut namun mengintimidasi.

Violet yang mendengar suara Jordan lantas mendongak dengan kepala yang miring karena bingung.

"Gue cuman mijit--" Belum juga Violet selesai bicara, pak Ferdi langsung memotong sambil memegang dadanya yang semakin sakit.

"Astaghfirullah Violet, saya nggak menyangka kamu berbuat hal yang tak senonoh."

"Nggak senonoh apanya pak? Justru saya melakukan hal yang benar. Supaya Danis merasa enakan." Jelas Violet.

Astaga ini Violet emang polos apa bego sih? Tak sanggup mendengarnya, pak Ferdi pun jatuh pingsan. Membuat semua orang yang disana panik. Laskar dan Fahri segera membaringkan pak Ferdi ke kasur dan memberikan pertolongan.

"Waahhh... thanks, Vi. Gue dah enakan nih, bisa jalan lagi." Ucap Danis dan mulai berjalan kesana kemari tanpa rasa bersalah.

Jordan langsung meminta penjelasan ke Danis dan Violet. Dan penjelasan mereka berdua membuat orang-orang disana menggeleng tak habis pikir. Mau tau apa yang terjadi di antara Danis dan Violet? Jadi Violet memijat kaki Danis yang terkilir, namun teriakan Danis malah sebuah desahan. Violet sudah berulang kali mengatakan jangan mendesah, tapi tetap saja Danis mendesah. Membuat Violet menyerah dan membiarkan Danis mendesah.

"Daripada teriak kesakitan, mending mendesah keenakan." Jelas Danis. Jordan yang paling sabar di daratan ini saja sampai berkali-kali mengelus dada dan beristighfar, supaya ia tak menonjok pria di depannya ini.

Bahkan pak Ferdi yang mendengarkan alasan aneh dari mahasiswanya yang selalu membuat ulah itu semakin membuat jantungnya berdisko. Baiklah sampai disini tragedi desahan Danis, mari berlanjut ke adegan selanjutnya.

Sehabis Violet dari kebun bunga yang berada di belakang kampus, ia mengambil beberapa bunga untuk bahan praktiknya. Namun langkahnya terhenti saat segerombolan mahasiswa mengitarinya dengan bunga di tangan mereka masing-masing. Violet terjebak di tengah-tengah, tak ada jalan keluar.

"Oh Tuhan, kirimlah malaikatmu untuk membawaku keluar dari gerombolan setan ini." Pinta Violet.

Tepat di saat ia membuka matanya, pergelangan tangannya di pegang seorang pria dengan setelan kemeja putih yang di gulung dan celana kain hitamnya. Sejenak Violet terpana hanya dengan melihat senyuman pria yang memegang tangannya saat ini.

"Malaikatmu telah datang, maaf atas keterlambatanku." Ucap Jordan dengan senyum manisnya.

Violet hanya bengong, masih tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Apa benar ini malaikat yang dikirim Tuhan untuknya? Secepat ini? Melihat Violet hanya diam, Jordan langsung menariknya menjauh dari kerumunan buaya yang kelaparan. Dan sampailah mereka di depan kelas Violet. Jordan menatap gemas ke Violet yang masih terdiam dengan wajah polosnya. Ia pun melambaikan tangannya di depan Violet.

"Hei, mau sampai kapan kamu diam?"

Lantas Violet tersadar dan mengerjapkan matanya, lucu. Jordan yang melihatnya hanya dapat tersenyum gemas. Oh sepertinya Jordan harus ke psikiater pulang nanti, jantungnya tak baik begitu pula kadar gula di tubuhnya yang pasti sudah naik.

"Ah, makasih atas bantuannya." Ucap Violet.

Lagi, Jordan hanya bisa tersenyum maklum. Violet kembali melupakannya, padahal tadi pagi ia sudah menjemputnya. Berharap dengan begitu Violet akan mengingatnya. Untung saja Jordan orang yang sangat sabar dan pantang menyerah.

"Kau melupakanku lagi." Jordan tersenyum sambil mengelus puncak kepala Violet.

"Lagi?" Tanya Violet. Dan detik berikutnya ia meminta maaf sambil berbungkuk.

"Maafkan aku." Melihat Violet berbungkuk tentu saja Jordan langsung menahannya.

"Tak perlu minta maaf, kita memang belum saling kenal dengan baik. Perkenalkan namaku Jordan, pemilik perusahaan Samudera. Aku mengambil S2 di jurusan manajemen bisnis."

"Sepertinya aku tak perlu memperkenalkan diri, aku akan berusaha mengingatnya. Kalau begitu aku masuk dulu."

Setelahnya, Jordan melangkahkan kaki menuju ruangan pamannya untuk membicarakan hal penting tentang masa depannya. Dua jam Jordan berbicara dengan pamannya, keadaan kampus sudah sepi. Ia berharap Violet tak menunggunya, mau menunggu gimana? Namanya saja tak diingat olehnya. Jordan menghembuskan nafasnya dan menunduk untuk melihat sepatu hitamnya yang entah sejak kapan menjadi menarik baginya.

"Kamu yakin ingin bersama dia? Kamu lihat sendiri bukan seperti apa keadaannya?"

Ucapan pamannya terus terputar di kepalanya, tapi tidak membuatnya goyah untuk mendapatkannya. Apapun yang diinginkan Jordan akan ia dapatkan, meski harus melawan takdir sekalipun. Segera ia menuju parkiran dengan cepat, sesuai dugaan dia tidak ada disana.

"Pasti dia lupa lagi."

Related chapters

  • MEMORY   Memikirkannya

    Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, lampu kamar yang berada di lantai dua sebuah kamar terlihat masih menyala. Menandakan pemiliknya masih terjaga. Violet dengan piyama putih tengah bersandar di kepala kasur sambil membaca novel horror yang baru di belinya beberapa hari lalu. Tapi anehnya, kali ini Violet tak bisa fokus dengan bacaannya. Beberapa kali ia bangun untuk mengisi air putih, tetap saja ia tak bisa fokus. Apa yang sebenarnya di pikirkan oleh otaknya? Suara ketukan pintu terdengar, membuat Violet terpaksa menutup novelnya untuk kesekian kalinya. Ia pun beranjak dari kasur dan membukakan pintu. "Gimana sama teman abang tadi?" Tanya Galang. Tanpa izin ia masuk dan duduk di kursi belajar Violet. "Teman abang yang mana? Raja? Atau Fajar?" Tanya Violet. "Bukan." Jawab Galang cepat. Violet semakin bingung dibuat abangnya, teman yang mana coba? Violet hanya tahu teman-teman Galang yang memang membantu usa

    Last Updated : 2021-04-06
  • MEMORY   Jadian?!

    Jordan tahu ia harus membuat interaksi di antara dirinya dan Violet. Sepanjang perjalanan hanya ada kesunyian, sampai akhirnya Violet tak tahan dan membuka suara. Membicarakan hal random yang sangat tak berfaedah. Dan terasalah suasana hangat di dalam mobil putih itu. Jordan bersyukur mengenal Violet yang mudah mencari topik pembicaraan, tidak seperti dirinya."Hm aku boleh minta nomormu? Hitung-hitung agar kita bisa kenal dekat dan kamu bisa mengingatku." Ucap Jordan. Violet mengadahkan tangan kanannya bermaksud meminta hp milik Jordan. Dan tentunya Jordan mengetahui itu, ia memberikan tas kecilnya begitu saja ke tangan Violet. Mendapat persetujuan, Violet langsung membuka tas dan mengambil hp Jordan. Ternyata hp nya tidak di kunci sama sekali. Violet pun mengetikkan nomornya disana, setelahnya ia mengembalikan tas beserta isi-isinya kepada Jordan.Sesampainya di depan rumah Violet, ia tak langsung masuk. Tentu ia berterima kasih dan menawarkan Jordan untuk singg

    Last Updated : 2021-04-09
  • MEMORY   Holiday

    Hari demi hari berganti, sampai akhirnya hari yang mereka tunggu telah tiba. Semua orang telah berkumpul di kediaman Violet, tas-tas besar bersandar di tiang teras rumahnya. Mereka akan berlibur ke Villa milik Fahri, tentunya pelayan di sana sudah di usir eh di liburkan maksudnya. Biasalah Fahri kan anak yang manja apa-apa pelayan yang ngerjain. Mobil biru langit yang terlihat antik berhenti di depan rumah Violet, terlihat seorang pria dengan pakaian serba putih turun dari mobil yang seperti kereta kencana milik malaikat."Gue belum mati kan ya?" Tanya Danis yang langsung di hadiahi geplakan dari Gilang."Kagak lah, kalo lo mati yang nyabut tuh bakal make pakaian serba hitam. Suram kayak masa depan lo." Ucap Gilang dengan tangan terlipat di depan dada.Pria itu adalah Jordan dan di sebelah kanannya ada sepupunya, Laskar. Merasa semua sudah berkumpul, mereka pun mengangkat barang-barang yang akan mereka bawa kemudian memeriksanya kembali agar tak ada yang ketinggala

    Last Updated : 2021-04-11
  • MEMORY   Pulang

    Akibat dari kejadian semalam yang di alami Violet, ia mendadak terkena demam ringan. Mereka pun memutuskan untuk segera pulang dan lagi Violet tak mengeluarkan sepatah kata pun, biasanya walau sedang sakit ia tetap akan banyak bicara. Karena tak ingin bertanya, jadi mereka hanya diam dan membiarkan Violet beristirahat.Violet yang berada di dalam mobil Jordan hanya diam menatap bingung ke arah dua pria yang duduk membelakanginya. Violet sudah sedikit mengingat semua temannya, kecuali dua pria di depannya ini. Ia pun mendekatkan diri ke Tina."Tin, siapa dua pria itu? Penculik ya? Tapi kalau emang penculik gue ikhlas kok, lumayan penculiknya ganteng. Mau di tahan seumur hidup pun gue nggak masalah asalkan di kasih makan." Ucap Violet panjang lebar. Tina hanya menggeleng dan menundukkan kepalanya karena malu."Bukan, Vi. Yang sedang menyetir itu namanya Jordan dan di sebelahnya itu Laskar." Jelas Tina. Violet sih cuman manggut-manggut aja, nggak tah

    Last Updated : 2021-04-18
  • MEMORY   Kotak Memori

    Sore berganti malam, Violet menangkup wajahnya dengan tangan kanan dan melihat keluar jendela. Tv yang menyala di abaikan olehnya, pikiran Violet benar-benar tengah berkelana. Entah apa yang di pikirkan olehnya. Galang yang melihatnya pun merasa kasihan dan berjalan menghampiri Violet yang berada di ruang tamu."Nih, foto orang yang kamu pikirkan daritadi. Di belakangnya juga abang tulis nama dia." Galang menyerahkan foto Jordan yang tengah tertawa lepas, bibir Violet ikut tersenyum hanya dengan melihat foto Jordan."Kenapa pria ini terlihat tidak asing buatku?" Violet terus memperhatikan foto Jordan. Galang yang melihat adiknya tersenyum, lantas mengelus kepala Violet."Dah yuk makan." Ajak Galang.Violet duduk di meja belajarnya. Tidak, dia tidak belajar, melainkan terus memperhatikan foto Jordan. Dirinya tahu, mau di lihat berapa kali pun tetap Jordan tak dapat ia ingat. Tapi kenapa otaknya terus berkata bahwa Violet pernah mengenal Jordan. Kotak

    Last Updated : 2021-04-18
  • MEMORY   Gelang

    "Vio, siapa namaku?""Jordan.""Bagaimana dengan wajahku?""Tampan."Ya dari awal perjalanan sampai di tempat tujuan, percakapan itulah yang selalu keluar dari kedua bibir mereka. Violet sudah seperti anak TK yang tengah mengingat abjad dan angka saja. Langit sore yang berwarna kejinggaan menjadi latar pemandangan mereka untuk menikmati wahana taman bermain. Banyak anak-anak yang berlari kesana kemari untuk mencoba berbagai wahana, ada juga pasangan muda maupun tua yang menaiki perahu di tengah danau buatan, dan tentunya jomblo juga banyak berada disini. Tangan Jordan dan Violet saling bertaut, kata Jordan sih biar nggak terpisah."Kamu mau apa, Vi?" Tanya Jordan. Mereka berjalan pelan untuk melihat-lihat sebentar."Makan." Jawab Violet sambil menunjuk gerobak batagor, Jordan yang mendengar Violet ingin makan hanya tertawa renyah."Kamu selalu saja ingin makanan, tak pernah berubah." Jorden mencolet hidung Violet kemudian membawanya ke gerob

    Last Updated : 2021-04-20
  • MEMORY   Mari Berkenalan

    Ctas! Ctas! Suara cambuk yang mengudara dan beradu ke tubuh seseorang terdengar nyaring di sebuah ruangan yang luas nan gelap. Seorang anak lelaki yang berusia enam tahun menahan rasa perih di punggungnya akibat cambukan dari sang ibu, di seberangnya ada anak perempuan yang seusia dengannya tengah menutup wajahnya dengan boneka beruang putih, tak ingin melihat pemandangan sadis di depannya. Pria dewasa yang di ketahui adalah ayah mereka hanya menatap adegan di depannya dengan pandangan tanpa belas kasihan, sesekali ia menyesap kopi hitamnya.Anak lelaki tersebut terus berteriak memohon sambil menangis namun bukannya berhenti, cambukan itu semakin kuat memukul punggungnya yang benar-benar sudah bersimbah darah segar. Anak perempuan yang sedari tadi menutup wajahnya dan tak berani membuka suara pun akhirnya berteriak memohon agar semua pemandangan kejam ini segera di hentikan, tapi usahanya sia-sia. Bahkan para penjaga dan pelayan disana hanya bisa menatap iba ke

    Last Updated : 2021-04-20
  • MEMORY   Mawar Juliet

    Baru kali ini Jordan merasa malas untuk datang ke kampus, semua itu karena sosok ondel-ondel yang terus saja mengekorinya. Bahkan Laskar yang selalu menempel padanya enggan untuk mendekat, dan juga pemuda berwajah datar itu rela memutar jalan agar tak berpapasan dengan Jordan. Dan lebih gilanya lagi ketika Jordan pergi ke toilet, Fiona masih setia berdiri tak jauh dari toilet pria. Jordan terus-terusan menghembuskan nafasnya menahan amarah. Pada akhirnya Jordan melangkahkan kaki menuju perpustakaan, melewatkan jam istirahatnya untuk makan siang. Jordan sengaja mengambil banyak tumpukan buku dan menaruhnya di sisi kanan, kiri, dan depan. Semua ia lakukan agar tak melihat wajah Fiona. "Jordan, kapan kita bisa melakukan kencan?" Tanya Fiona dengan nada suara yang di buat manja. Seandainya Jordan memiliki sedikit sifat bar-bar seperti Violet, sudah di pastikan Fiona akan ia kubur hidup-hidup. Ngomong-ngomong soal kencan, Jordan jadi tersenyum dan mendapatkan sebu

    Last Updated : 2021-05-20

Latest chapter

  • MEMORY   Kesialan di Pagi Hari

    Pagi ini Violet sudah terburu-buru menuju kampus, ia lupa bahwa akan ada ujian praktik sedangkan dirinya belum menyiapkan apapun. Skuter listriknya pun melesak membelah jalanan. Karena ulahnya, Violet tak luput dari omelan para pejalan kaki, terutama ibu-ibu yang baru pulang dari pasar.Bukan hanya itu, Violet juga sempat hampir menabrak kucing kawin. Beruntung, ia tak di kejar dan di cakar oleh pasangan kucing itu. Di persimpangan, Violet belok ke kiri dan segera sampai di depan gedung kampus. Keadaan kampus masih tergolong sepi. Lagian orang gila mana yang datang ke kampus di jam setengah enam pagi? Ah iya, orang itu adalah Violet. Segera, Violet berjalan menuju rumah kaca."Aneh, kok pintunya nggak di kunci?" Perlahan tapi pasti, Violet membuka pintu dan berjalan masuk.Violet menoleh kesana kemari, mencari bunga-bunga yang menarik. Ketika ia tengah memilih bunga, pintu mendadak tertutup. Membuatnya terpaksa memutar tubuh rampingnya. Namun kepalanya malah men

  • MEMORY   Hujan di Surabaya

    "Kemarin kemana lo, Vi?" Saat ini Violet tengah di kerumunin teman-temannya layaknya semut yang melihat gula. Di bandingkan merasa terintimidasi, tatapan semua temannya lebih ke kepo untuk mencari bahan gosipan tentangnya. "Kepo banget dah!" Violet tak memperdulikan temannya dan memilih sibuk dengan makanannya. Lagian nggak mungkin kan kalau ia bilang semalam berada di apartemen Jordan, mana cuman berdua pula. Yang ada nanti akan tersebar gosip-gosip yang tak benar tentangnya. Apalagi yang ia hadapi teman-temannya sendiri yang memiliki mulut ember dan penguasa kerajaan pergosipan. Ohoho Violet tak mau mengambil resiko buruk itu. Dari kejauhan terlihat seorang gadis dengan rok lipit berwarna putih dan blouse berwarna pink pastel, tak lupa rambutnya yang di kuncir setengah. Berjalan mendekat ke kerumunan semut. Gadis itu memperlihatkan senyumannya yang semanis madu. "Wih siapa tuh cewek?" Tanya Fahri. Raisa yang di sebelahnya sudah menatap Fahri

  • MEMORY   Makan Malam

    Violet masuk ke kamar Jordan untuk mengganti pakaiannya. Kamar apartemen Jordan tidaklah besar, di sudut ruangan banyak buku pengetahuan dan terdapat beberapa pigura larva dan kelinci. Violet tersenyum melihatnya, Jordan yang terlihat manly ternyata memiliki hobi yang unyu. Segera Violet memakai kaos kebesaran milik Jordan yang berwarna hitam, ketika ingin mengganti celana, ia mendengus pelan."Di kira pinggangku segede kerbau apa?" Violet melempar celana pemberian Jordan begitu saja. Untungnya ia memakai celana pendek di balik dressnya, doakan saja semoga Jordan kuat iman.Seperti yang telah di duga, ketika Violet keluar kamar dengan pakaian barunya, membuat Jordan yang tengah memakan apel tersedak. Jordan menatap ke arah Violet, ternyata banyak bekas luka di kaki putihnya. Astaga kenapa ia baru menyadari hal itu?"Kenapa kamu menatapku begitu? Aku tahu kalo aku itu seksi." Violet mengibaskan rambut panjangnya ke belakang seperti iklan shampoo yang di bintangi

  • MEMORY   Kencan

    Violet memilih menggunakan dress selututnya yang berwarna biru langit, kedua sisi rambutnya ia kuncir lalu di cepol, menyisakan beberapa anak rambut di sisi kanan dan kirinya. Tak lupa ia mengikatnya dengan tali pita berwarna senada dengan dressnya. Oh Jordan lihatlah calon masa depanmu yang semanis gulali ini.Selesai berkutat dengan rambutnya, Violet mulai membuka lemari sepatunya. Walau anak orang mampu, sepatu Violet tidaklah mahal. Sepatu termahalnya saja hanya seharga dua ratus empat puluh ribu, itupun ia tawar menjadi dua ratus ribu saja.Kalau kata Violet, untuk apa mahal-mahal toh di pakai untuk memijak bumi. Begitu pula dengan tasnya, rata-rata harga tas yang di milikinya seharga empat puluh lima ribu, itupun ia beli ketika ada gratis ongkir atau diskon di toko-toko klontong.Intinya Violet anak yang irit dan sangat menyukai diskon, baginya yang penting barang tersebut layak di pakai. Violet mengambil sepatu flatshoes berwarna putih dengan

  • MEMORY   Mawar Juliet

    Baru kali ini Jordan merasa malas untuk datang ke kampus, semua itu karena sosok ondel-ondel yang terus saja mengekorinya. Bahkan Laskar yang selalu menempel padanya enggan untuk mendekat, dan juga pemuda berwajah datar itu rela memutar jalan agar tak berpapasan dengan Jordan. Dan lebih gilanya lagi ketika Jordan pergi ke toilet, Fiona masih setia berdiri tak jauh dari toilet pria. Jordan terus-terusan menghembuskan nafasnya menahan amarah. Pada akhirnya Jordan melangkahkan kaki menuju perpustakaan, melewatkan jam istirahatnya untuk makan siang. Jordan sengaja mengambil banyak tumpukan buku dan menaruhnya di sisi kanan, kiri, dan depan. Semua ia lakukan agar tak melihat wajah Fiona. "Jordan, kapan kita bisa melakukan kencan?" Tanya Fiona dengan nada suara yang di buat manja. Seandainya Jordan memiliki sedikit sifat bar-bar seperti Violet, sudah di pastikan Fiona akan ia kubur hidup-hidup. Ngomong-ngomong soal kencan, Jordan jadi tersenyum dan mendapatkan sebu

  • MEMORY   Mari Berkenalan

    Ctas! Ctas! Suara cambuk yang mengudara dan beradu ke tubuh seseorang terdengar nyaring di sebuah ruangan yang luas nan gelap. Seorang anak lelaki yang berusia enam tahun menahan rasa perih di punggungnya akibat cambukan dari sang ibu, di seberangnya ada anak perempuan yang seusia dengannya tengah menutup wajahnya dengan boneka beruang putih, tak ingin melihat pemandangan sadis di depannya. Pria dewasa yang di ketahui adalah ayah mereka hanya menatap adegan di depannya dengan pandangan tanpa belas kasihan, sesekali ia menyesap kopi hitamnya.Anak lelaki tersebut terus berteriak memohon sambil menangis namun bukannya berhenti, cambukan itu semakin kuat memukul punggungnya yang benar-benar sudah bersimbah darah segar. Anak perempuan yang sedari tadi menutup wajahnya dan tak berani membuka suara pun akhirnya berteriak memohon agar semua pemandangan kejam ini segera di hentikan, tapi usahanya sia-sia. Bahkan para penjaga dan pelayan disana hanya bisa menatap iba ke

  • MEMORY   Gelang

    "Vio, siapa namaku?""Jordan.""Bagaimana dengan wajahku?""Tampan."Ya dari awal perjalanan sampai di tempat tujuan, percakapan itulah yang selalu keluar dari kedua bibir mereka. Violet sudah seperti anak TK yang tengah mengingat abjad dan angka saja. Langit sore yang berwarna kejinggaan menjadi latar pemandangan mereka untuk menikmati wahana taman bermain. Banyak anak-anak yang berlari kesana kemari untuk mencoba berbagai wahana, ada juga pasangan muda maupun tua yang menaiki perahu di tengah danau buatan, dan tentunya jomblo juga banyak berada disini. Tangan Jordan dan Violet saling bertaut, kata Jordan sih biar nggak terpisah."Kamu mau apa, Vi?" Tanya Jordan. Mereka berjalan pelan untuk melihat-lihat sebentar."Makan." Jawab Violet sambil menunjuk gerobak batagor, Jordan yang mendengar Violet ingin makan hanya tertawa renyah."Kamu selalu saja ingin makanan, tak pernah berubah." Jorden mencolet hidung Violet kemudian membawanya ke gerob

  • MEMORY   Kotak Memori

    Sore berganti malam, Violet menangkup wajahnya dengan tangan kanan dan melihat keluar jendela. Tv yang menyala di abaikan olehnya, pikiran Violet benar-benar tengah berkelana. Entah apa yang di pikirkan olehnya. Galang yang melihatnya pun merasa kasihan dan berjalan menghampiri Violet yang berada di ruang tamu."Nih, foto orang yang kamu pikirkan daritadi. Di belakangnya juga abang tulis nama dia." Galang menyerahkan foto Jordan yang tengah tertawa lepas, bibir Violet ikut tersenyum hanya dengan melihat foto Jordan."Kenapa pria ini terlihat tidak asing buatku?" Violet terus memperhatikan foto Jordan. Galang yang melihat adiknya tersenyum, lantas mengelus kepala Violet."Dah yuk makan." Ajak Galang.Violet duduk di meja belajarnya. Tidak, dia tidak belajar, melainkan terus memperhatikan foto Jordan. Dirinya tahu, mau di lihat berapa kali pun tetap Jordan tak dapat ia ingat. Tapi kenapa otaknya terus berkata bahwa Violet pernah mengenal Jordan. Kotak

  • MEMORY   Pulang

    Akibat dari kejadian semalam yang di alami Violet, ia mendadak terkena demam ringan. Mereka pun memutuskan untuk segera pulang dan lagi Violet tak mengeluarkan sepatah kata pun, biasanya walau sedang sakit ia tetap akan banyak bicara. Karena tak ingin bertanya, jadi mereka hanya diam dan membiarkan Violet beristirahat.Violet yang berada di dalam mobil Jordan hanya diam menatap bingung ke arah dua pria yang duduk membelakanginya. Violet sudah sedikit mengingat semua temannya, kecuali dua pria di depannya ini. Ia pun mendekatkan diri ke Tina."Tin, siapa dua pria itu? Penculik ya? Tapi kalau emang penculik gue ikhlas kok, lumayan penculiknya ganteng. Mau di tahan seumur hidup pun gue nggak masalah asalkan di kasih makan." Ucap Violet panjang lebar. Tina hanya menggeleng dan menundukkan kepalanya karena malu."Bukan, Vi. Yang sedang menyetir itu namanya Jordan dan di sebelahnya itu Laskar." Jelas Tina. Violet sih cuman manggut-manggut aja, nggak tah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status