Beranda / Romansa / MEMORY / Abang Pulang

Share

Abang Pulang

Penulis: Shesil KN
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-02 21:23:00

"Angkat tangan kalian!!" Teriak Violet tepat ketika ia berhasil masuk ke dalam rumah

Dua pemuda berpakaian hitam dan vintage mengangkat kedua tangan sesuai perintah. Dan saat itu juga Violet mengerjapkan matanya beberapa kali, lantas wajahnya langsung memerah karena malu. 

"Kamu kenapa sih, dek? Astaga, ini di rumah bukan hutan. Kenapa teriak-teriak kayak kera? Pasti karena pergaulan mu bersama tiga babi itu kan?" Banyak pertanyaan keluar dari mulut Galang, abangnya Violet. 

Bukannya menjawab, Violet hanya diam dan melihat bunga mawar kuning di tangan saudaranya itu. Bunga itu dari tokonya bukan? Tapi kapan abangnya ini membeli bunga? 

"Maaf bang, kalau gitu Vio ke kamar." Violet langsung ngibrit ke kamar. Malu guys, apalagi di depan cogan. Hilang sudah image manis yang selama ini Violet perlihatkan. 

Sedangkan Galang hanya menggelengkan kepalanya, kapan adiknya itu akan bertingkah normal. Sepertinya dia harus di ruqiah biar sembuh. 

"Lang, gue pulang dulu. Masih ada kerjaan." Jordan menepuk pundak Galang dan pergi meninggalkan rumah Galang.

Hari semakin sore dan Violet masih sibuk dengan bunga-bunga di belakang rumahnya. Sungguh sangat menenangkan hanya dengan melihat bunga-bunga ini bermekaran. Violet mengambil beberapa jenis bunga dan menyusunnya di dalam vas, kemudian membawanya ke ruang tamu. 

Galang keluar dengan pakaian rapi, ia menunduk. Tangan kirinya sibuk mengancing kemeja bagian lengan kanannya. Rambut hitamnya tertata rapi, aroma teratai yang manis menyeruak, alis Galang terpahat sangat indah. Bibirnya melengkung membentuk senyuman ketika mendapati adiknya tengah sibuk dengan bunga. 

"Daripada gabut, mending ikut abang aja." Ajak Galang.

Violet terkejut mendengar suara Galang yang tepat di belakangnya. Untung saja vas antik di tangannya tidak jatuh. Kalau tidak kan sayang, ya walaupun bagi keluarga Violet harga vas ini bukanlah apa-apa. Tapi bagi Violet yang mempunyai jiwa-jiwa hemat pangkal kaya, walau ia sudah kaya sejak lahir. Tetap saja harga vas ini mahal dan hanya membuang-buang uang jika membeli yang baru nanti.

"Emang mau kemana?" Tanya Violet.

"Ada deh. Dah sana siap-siap." Galang menepuk pucuk kepala Violet lembut, kemudian berjalan menuju sofa dan menghidupkan tv.

Mendengar ajakan dari Galang, tentu saja Violet senang. Sudah lama ia tak menghabiskan waktu bersama abangnya itu. Maklum abangnya sering ke London, mengurus perusahaan yang ada disana. Sedangkan orang tua mereka sedang liburan ke Jogja. Jadi wajar jika Violet sering sendirian di rumah, Violet sih suka saja. Toh dia jadi bebas mau ngapain dan jalan kemana pun yang ia mau.

Untung saja menunggu Violet bersiap-siap tidak memakan waktu banyak, hanya lima belas menit dan dia pun sudah siap dengan sweater putih dan celana panjang berwarna lilac. Rambutnya ia kuncir setengah, memberikan kesan manis. Untuk sepatu, dia hanya menggunakan sepatu sneakers berwarna hitam.

Dan disinilah Galang dan Violet, di depan restoran besar nan megah. Gedung yang memiliki warna kuning keemasan itu berdiri kokoh, yaiyalah namanya juga baru di bangun. Semua orang yang berkunjung memakai pakaian rapi, mewah, dan tentunya mahal. Violet yang paling mencolok di antara mereka.

Galang langsung membawa Violet menuju meja yang sudah di booking, disana ada sosok pria tinggi tengah duduk di temani segelas kopi. Ia memakai jas putih, kemeja biru, dan sepatu putih. Tampan sekali, seperti malaikat saja. Violet duduk di hadapannya, sedangkan Galang duduk di dekat jendela sebelah kiri Violet.

"Awal juga lo datang." Sapa Galang ke pria yang sibuk dengan ponselnya sedaritadi.

"Ah iya, soalnya nanti ada pertemuan keluarga juga." Jawab pria tersebut. Ia tersenyum ke arah Violet. Nggak tau apa senyumannya itu membuat jantung Violet tidak karuan jadinya.

"Kita bertemu lagi. Ini sudah keempat kalinya."

Galang memandang heran ke arah temannya itu. Empat kali bertemu? Yang benar saja. Violet mengernyitkan dahinya, empat kali bertemu? Dimana? Emangnya siapa pria ini?

"Maaf, empat kali bertemu? Kapan?" Tanya Violet. Ah maafkan ingatan Violet yang di bawah rata-rata. Tapi anehnya ia berhasil masuk universitas ternama lewat jalur beasiswa walaupun memiliki ingatan yang sangat minim.

"Pertama kita bertemu di kantin kampus, kedua di toko bunga, ketiga di rumahmu, dan keempat disini. Sudah ingat?" Jelas Jordan.

Violet memiringkan kepalanya, masih berpikir. Siapa pria di hadapannya ini, apa iya dia bertemu dengannya? Galang yang sedaritadi jadi obat nyamuk pun membuka suara.

"Maaf, Dan. Dia emang punya ingatan yang lemah, terutama terhadap orang asing yang baru ditemuinya hanya dalam beberapa hari." Jordan yang mendengarnya hanya tersenyum dan mengangguk mengerti.

Jordan menulis sesuatu di sapu tangannya dan memberikannya ke Violet.

"Apa nih? Gue bukan fans dia, kok dikasih tanda tangan?"

Tapi tetap Violet menerima pemberian Jordan. Lumayan bisa dijadiin serbet entar di rumah, sekalian hemat uang untuk membeli serbet baru.

Seorang wanita dengan dress hitam yang pas di tubuhnya menghampiri meja mereka dan tanpa permisi ia duduk di pangkuan Jordan. Violet yang melihatnya tentu saja risih, sudah jelas wajah Jordan terlihat tidak suka.

"Mbak disini itu restoran bukan sebuah klub rendahan." Kata Violet.

Wanita di depannya ini terlihat seusia dengan pria di hadapan Violet, ah dia melupakan nama Jordan lagi. Seksi, cantik, wangi, tinggi, tapi sayang low attitude. Dia yang begitu, Violet yang malu.

"Suka-suka gue lah. Ini bocah siapa sih berani banget ngatain gue." Wanita itu bukannya turun malah semakin menjadi di pangkuan Jordan. Dan Jordan malah hanya diam, pengen Violet tinju jadinya.

"Dia adek gue, kenapa?" Jawab Galang. Ia tak suka jika adiknya yang manis, imut, lucu ini di sudutkan oleh seseorang. Lagian yang dikatakan adiknya benar adanya kok.

"Pindah." Titah Jordan, dingin. Wajah dan intonasi berbicaranya jadi mirip seperti sepupunya, datar dan dingin.

Mendengar suara Jordan yang berubah, wanita itu pun minggir dan duduk di sebelah Jordan dengan benar. Setelah berjam-jam duduk dan menghabiskan waktu disana, Violet dan Galang pun undur diri.

Mereka kembali berjalan menyusuri jalanan kota yang mulai macet, menggunakan sweety si mobil antik berwarna kuning milik Galang tentunya. Sepanjang perjalanan, mereka habiskan dengan celotehan yang tak ada henti-hentinya, bahkan sampai bergosip. Astaga lingkungan tinggal Violet tak jauh-jauh dari gosip, tobat nak tobat.

Galang mengarahkan mobilnya menuju mall. Tanpa malu Violet menggandeng tangan Galang, Galang sih membiarkan adiknya itu melakukan hal apapun dengannnya asalkan tidak membuatnya malu. Alasan Violet ngegandeng tangan Galang sih biar nggak keliatan jomblo gitu loh. Mereka sudah mengitari seluruh mall dan belum ada membeli apapun.

"Kamu mau apa, Vi?" Tanya Galang.

"Makan."

Galang terkejut bukan main, ini perut adeknya karet apa gimana? Baru juga satu jam yang lalu mereka makan, padahal badan adeknya kurus. Iya, bodynya pun cuman lurus kayak penggaris. Nggak enak buat di peluk. Mereka pun kembali berkeliling mencari tempat makanan, pada akhirnya Violet mendapatkan makanannya yaitu seporsi KFC. Sedangkan Galang hanya memesan kentang goreng dan minuman soda. Melihat Violet makan dengan lahap membuat perut Galang terasa penuh. Dan apa ini? Violet malah minta tambah, astaga Galang menyesal membawa adeknya jalan.

Langit gelap semakin gelap, menandakan akan turunnya hujan malam ini. Jordan melihat keluar jendela kamarnya di temani segelas teh hangat di tangannya. Perjodohan? Apa ini masih di jaman kerajaan? Jordan memiliki pilihannya sendiri dan dia sudah menemukannya. Mengingat kejadian yang terjadi sepanjang hari ini, bibir Jordan melengkung ke atas. Wajah manis Violet tercetak jelas di ingatannya. Suara pintu yang terbuka, memaksa Jordan untuk menunda kegiatannya yang mengingat wajah Violet.

Seorang wanita yang sudah berkepala lima, berjalan menghampiri Jordan. Menepuk pundaknya dan mengelus pucuk kepala anak semata wayangnya ini.

"Kamu nggak harus nerima perjodohan itu, karena ibu tau kamu sudah dewasa dan bisa menentukan pendamping yang cocok denganmu. Ayah sedang membujuk pamanmu untuk membatalkan perjodohan itu, kamu tenang saja." Jelas Fitri -Ibunya Jordan- berusaha menenangkan pikiran putranya.

"Jordan sama sekali nggak memikirkan itu, bu. Ibu tenang aja dan istirahaht, hari sudah larut."

Mendengar jawaban anaknya, Fitri pun pergi meninggalkan Jordan sendirian di kamarnya. Jordan langsung menghabiskan teh yang berada di tangannya dalam sekali teguk, selanjutnya ia menuju kasurnya dan menuju alam mimpi. Mungkin saja ia akan bertemu lagi dengan Violet di dalam mimpi malam ini.

Bab terkait

  • MEMORY   Desahan

    Violet sangat semangat pagi ini, bagaimana tidak, ada pria tampan yang menunggunya di depan rumah dengan mobil putihnya. Ah Violet lupa lagi siapa nama pria itu, yang pasti dia teman abangnya. Danis selaku tetangga sebelah kanan rumah Violet pun melihat hal itu."Bisa jadi bahan gosip nih." Danis pun berangkat ke kampus duluan, tentunya dengan semangat karena membawa berita yang panas.Mobil putih yang dinaiki Violet pun berhenti di parkiran kampus, Violet membuka sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil untuk keluar. Begitu pula dengan Jordan. Mereka berdua kaget dengan banyaknya mahasiswa yang berkumpul dekat parkiran, ada juga yang di atas balkon, di dekat pos keamanan, dan juga di hall. Violet merasa tak nyaman dengan keadaan ini, berbanding terbalik dengan Jordan yang biasa saja. Banyak gadis dan pemuda yang pundung. Tapi bentaran doang, soalnya di kampus ini kan masih banyak primadona yang tampan atau cantik nan kaya.Di saat jam istirahat. Setelah

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-04
  • MEMORY   Memikirkannya

    Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, lampu kamar yang berada di lantai dua sebuah kamar terlihat masih menyala. Menandakan pemiliknya masih terjaga. Violet dengan piyama putih tengah bersandar di kepala kasur sambil membaca novel horror yang baru di belinya beberapa hari lalu. Tapi anehnya, kali ini Violet tak bisa fokus dengan bacaannya. Beberapa kali ia bangun untuk mengisi air putih, tetap saja ia tak bisa fokus. Apa yang sebenarnya di pikirkan oleh otaknya? Suara ketukan pintu terdengar, membuat Violet terpaksa menutup novelnya untuk kesekian kalinya. Ia pun beranjak dari kasur dan membukakan pintu. "Gimana sama teman abang tadi?" Tanya Galang. Tanpa izin ia masuk dan duduk di kursi belajar Violet. "Teman abang yang mana? Raja? Atau Fajar?" Tanya Violet. "Bukan." Jawab Galang cepat. Violet semakin bingung dibuat abangnya, teman yang mana coba? Violet hanya tahu teman-teman Galang yang memang membantu usa

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-06
  • MEMORY   Jadian?!

    Jordan tahu ia harus membuat interaksi di antara dirinya dan Violet. Sepanjang perjalanan hanya ada kesunyian, sampai akhirnya Violet tak tahan dan membuka suara. Membicarakan hal random yang sangat tak berfaedah. Dan terasalah suasana hangat di dalam mobil putih itu. Jordan bersyukur mengenal Violet yang mudah mencari topik pembicaraan, tidak seperti dirinya."Hm aku boleh minta nomormu? Hitung-hitung agar kita bisa kenal dekat dan kamu bisa mengingatku." Ucap Jordan. Violet mengadahkan tangan kanannya bermaksud meminta hp milik Jordan. Dan tentunya Jordan mengetahui itu, ia memberikan tas kecilnya begitu saja ke tangan Violet. Mendapat persetujuan, Violet langsung membuka tas dan mengambil hp Jordan. Ternyata hp nya tidak di kunci sama sekali. Violet pun mengetikkan nomornya disana, setelahnya ia mengembalikan tas beserta isi-isinya kepada Jordan.Sesampainya di depan rumah Violet, ia tak langsung masuk. Tentu ia berterima kasih dan menawarkan Jordan untuk singg

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-09
  • MEMORY   Holiday

    Hari demi hari berganti, sampai akhirnya hari yang mereka tunggu telah tiba. Semua orang telah berkumpul di kediaman Violet, tas-tas besar bersandar di tiang teras rumahnya. Mereka akan berlibur ke Villa milik Fahri, tentunya pelayan di sana sudah di usir eh di liburkan maksudnya. Biasalah Fahri kan anak yang manja apa-apa pelayan yang ngerjain. Mobil biru langit yang terlihat antik berhenti di depan rumah Violet, terlihat seorang pria dengan pakaian serba putih turun dari mobil yang seperti kereta kencana milik malaikat."Gue belum mati kan ya?" Tanya Danis yang langsung di hadiahi geplakan dari Gilang."Kagak lah, kalo lo mati yang nyabut tuh bakal make pakaian serba hitam. Suram kayak masa depan lo." Ucap Gilang dengan tangan terlipat di depan dada.Pria itu adalah Jordan dan di sebelah kanannya ada sepupunya, Laskar. Merasa semua sudah berkumpul, mereka pun mengangkat barang-barang yang akan mereka bawa kemudian memeriksanya kembali agar tak ada yang ketinggala

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-11
  • MEMORY   Pulang

    Akibat dari kejadian semalam yang di alami Violet, ia mendadak terkena demam ringan. Mereka pun memutuskan untuk segera pulang dan lagi Violet tak mengeluarkan sepatah kata pun, biasanya walau sedang sakit ia tetap akan banyak bicara. Karena tak ingin bertanya, jadi mereka hanya diam dan membiarkan Violet beristirahat.Violet yang berada di dalam mobil Jordan hanya diam menatap bingung ke arah dua pria yang duduk membelakanginya. Violet sudah sedikit mengingat semua temannya, kecuali dua pria di depannya ini. Ia pun mendekatkan diri ke Tina."Tin, siapa dua pria itu? Penculik ya? Tapi kalau emang penculik gue ikhlas kok, lumayan penculiknya ganteng. Mau di tahan seumur hidup pun gue nggak masalah asalkan di kasih makan." Ucap Violet panjang lebar. Tina hanya menggeleng dan menundukkan kepalanya karena malu."Bukan, Vi. Yang sedang menyetir itu namanya Jordan dan di sebelahnya itu Laskar." Jelas Tina. Violet sih cuman manggut-manggut aja, nggak tah

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-18
  • MEMORY   Kotak Memori

    Sore berganti malam, Violet menangkup wajahnya dengan tangan kanan dan melihat keluar jendela. Tv yang menyala di abaikan olehnya, pikiran Violet benar-benar tengah berkelana. Entah apa yang di pikirkan olehnya. Galang yang melihatnya pun merasa kasihan dan berjalan menghampiri Violet yang berada di ruang tamu."Nih, foto orang yang kamu pikirkan daritadi. Di belakangnya juga abang tulis nama dia." Galang menyerahkan foto Jordan yang tengah tertawa lepas, bibir Violet ikut tersenyum hanya dengan melihat foto Jordan."Kenapa pria ini terlihat tidak asing buatku?" Violet terus memperhatikan foto Jordan. Galang yang melihat adiknya tersenyum, lantas mengelus kepala Violet."Dah yuk makan." Ajak Galang.Violet duduk di meja belajarnya. Tidak, dia tidak belajar, melainkan terus memperhatikan foto Jordan. Dirinya tahu, mau di lihat berapa kali pun tetap Jordan tak dapat ia ingat. Tapi kenapa otaknya terus berkata bahwa Violet pernah mengenal Jordan. Kotak

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-18
  • MEMORY   Gelang

    "Vio, siapa namaku?""Jordan.""Bagaimana dengan wajahku?""Tampan."Ya dari awal perjalanan sampai di tempat tujuan, percakapan itulah yang selalu keluar dari kedua bibir mereka. Violet sudah seperti anak TK yang tengah mengingat abjad dan angka saja. Langit sore yang berwarna kejinggaan menjadi latar pemandangan mereka untuk menikmati wahana taman bermain. Banyak anak-anak yang berlari kesana kemari untuk mencoba berbagai wahana, ada juga pasangan muda maupun tua yang menaiki perahu di tengah danau buatan, dan tentunya jomblo juga banyak berada disini. Tangan Jordan dan Violet saling bertaut, kata Jordan sih biar nggak terpisah."Kamu mau apa, Vi?" Tanya Jordan. Mereka berjalan pelan untuk melihat-lihat sebentar."Makan." Jawab Violet sambil menunjuk gerobak batagor, Jordan yang mendengar Violet ingin makan hanya tertawa renyah."Kamu selalu saja ingin makanan, tak pernah berubah." Jorden mencolet hidung Violet kemudian membawanya ke gerob

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-20
  • MEMORY   Mari Berkenalan

    Ctas! Ctas! Suara cambuk yang mengudara dan beradu ke tubuh seseorang terdengar nyaring di sebuah ruangan yang luas nan gelap. Seorang anak lelaki yang berusia enam tahun menahan rasa perih di punggungnya akibat cambukan dari sang ibu, di seberangnya ada anak perempuan yang seusia dengannya tengah menutup wajahnya dengan boneka beruang putih, tak ingin melihat pemandangan sadis di depannya. Pria dewasa yang di ketahui adalah ayah mereka hanya menatap adegan di depannya dengan pandangan tanpa belas kasihan, sesekali ia menyesap kopi hitamnya.Anak lelaki tersebut terus berteriak memohon sambil menangis namun bukannya berhenti, cambukan itu semakin kuat memukul punggungnya yang benar-benar sudah bersimbah darah segar. Anak perempuan yang sedari tadi menutup wajahnya dan tak berani membuka suara pun akhirnya berteriak memohon agar semua pemandangan kejam ini segera di hentikan, tapi usahanya sia-sia. Bahkan para penjaga dan pelayan disana hanya bisa menatap iba ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-20

Bab terbaru

  • MEMORY   Kesialan di Pagi Hari

    Pagi ini Violet sudah terburu-buru menuju kampus, ia lupa bahwa akan ada ujian praktik sedangkan dirinya belum menyiapkan apapun. Skuter listriknya pun melesak membelah jalanan. Karena ulahnya, Violet tak luput dari omelan para pejalan kaki, terutama ibu-ibu yang baru pulang dari pasar.Bukan hanya itu, Violet juga sempat hampir menabrak kucing kawin. Beruntung, ia tak di kejar dan di cakar oleh pasangan kucing itu. Di persimpangan, Violet belok ke kiri dan segera sampai di depan gedung kampus. Keadaan kampus masih tergolong sepi. Lagian orang gila mana yang datang ke kampus di jam setengah enam pagi? Ah iya, orang itu adalah Violet. Segera, Violet berjalan menuju rumah kaca."Aneh, kok pintunya nggak di kunci?" Perlahan tapi pasti, Violet membuka pintu dan berjalan masuk.Violet menoleh kesana kemari, mencari bunga-bunga yang menarik. Ketika ia tengah memilih bunga, pintu mendadak tertutup. Membuatnya terpaksa memutar tubuh rampingnya. Namun kepalanya malah men

  • MEMORY   Hujan di Surabaya

    "Kemarin kemana lo, Vi?" Saat ini Violet tengah di kerumunin teman-temannya layaknya semut yang melihat gula. Di bandingkan merasa terintimidasi, tatapan semua temannya lebih ke kepo untuk mencari bahan gosipan tentangnya. "Kepo banget dah!" Violet tak memperdulikan temannya dan memilih sibuk dengan makanannya. Lagian nggak mungkin kan kalau ia bilang semalam berada di apartemen Jordan, mana cuman berdua pula. Yang ada nanti akan tersebar gosip-gosip yang tak benar tentangnya. Apalagi yang ia hadapi teman-temannya sendiri yang memiliki mulut ember dan penguasa kerajaan pergosipan. Ohoho Violet tak mau mengambil resiko buruk itu. Dari kejauhan terlihat seorang gadis dengan rok lipit berwarna putih dan blouse berwarna pink pastel, tak lupa rambutnya yang di kuncir setengah. Berjalan mendekat ke kerumunan semut. Gadis itu memperlihatkan senyumannya yang semanis madu. "Wih siapa tuh cewek?" Tanya Fahri. Raisa yang di sebelahnya sudah menatap Fahri

  • MEMORY   Makan Malam

    Violet masuk ke kamar Jordan untuk mengganti pakaiannya. Kamar apartemen Jordan tidaklah besar, di sudut ruangan banyak buku pengetahuan dan terdapat beberapa pigura larva dan kelinci. Violet tersenyum melihatnya, Jordan yang terlihat manly ternyata memiliki hobi yang unyu. Segera Violet memakai kaos kebesaran milik Jordan yang berwarna hitam, ketika ingin mengganti celana, ia mendengus pelan."Di kira pinggangku segede kerbau apa?" Violet melempar celana pemberian Jordan begitu saja. Untungnya ia memakai celana pendek di balik dressnya, doakan saja semoga Jordan kuat iman.Seperti yang telah di duga, ketika Violet keluar kamar dengan pakaian barunya, membuat Jordan yang tengah memakan apel tersedak. Jordan menatap ke arah Violet, ternyata banyak bekas luka di kaki putihnya. Astaga kenapa ia baru menyadari hal itu?"Kenapa kamu menatapku begitu? Aku tahu kalo aku itu seksi." Violet mengibaskan rambut panjangnya ke belakang seperti iklan shampoo yang di bintangi

  • MEMORY   Kencan

    Violet memilih menggunakan dress selututnya yang berwarna biru langit, kedua sisi rambutnya ia kuncir lalu di cepol, menyisakan beberapa anak rambut di sisi kanan dan kirinya. Tak lupa ia mengikatnya dengan tali pita berwarna senada dengan dressnya. Oh Jordan lihatlah calon masa depanmu yang semanis gulali ini.Selesai berkutat dengan rambutnya, Violet mulai membuka lemari sepatunya. Walau anak orang mampu, sepatu Violet tidaklah mahal. Sepatu termahalnya saja hanya seharga dua ratus empat puluh ribu, itupun ia tawar menjadi dua ratus ribu saja.Kalau kata Violet, untuk apa mahal-mahal toh di pakai untuk memijak bumi. Begitu pula dengan tasnya, rata-rata harga tas yang di milikinya seharga empat puluh lima ribu, itupun ia beli ketika ada gratis ongkir atau diskon di toko-toko klontong.Intinya Violet anak yang irit dan sangat menyukai diskon, baginya yang penting barang tersebut layak di pakai. Violet mengambil sepatu flatshoes berwarna putih dengan

  • MEMORY   Mawar Juliet

    Baru kali ini Jordan merasa malas untuk datang ke kampus, semua itu karena sosok ondel-ondel yang terus saja mengekorinya. Bahkan Laskar yang selalu menempel padanya enggan untuk mendekat, dan juga pemuda berwajah datar itu rela memutar jalan agar tak berpapasan dengan Jordan. Dan lebih gilanya lagi ketika Jordan pergi ke toilet, Fiona masih setia berdiri tak jauh dari toilet pria. Jordan terus-terusan menghembuskan nafasnya menahan amarah. Pada akhirnya Jordan melangkahkan kaki menuju perpustakaan, melewatkan jam istirahatnya untuk makan siang. Jordan sengaja mengambil banyak tumpukan buku dan menaruhnya di sisi kanan, kiri, dan depan. Semua ia lakukan agar tak melihat wajah Fiona. "Jordan, kapan kita bisa melakukan kencan?" Tanya Fiona dengan nada suara yang di buat manja. Seandainya Jordan memiliki sedikit sifat bar-bar seperti Violet, sudah di pastikan Fiona akan ia kubur hidup-hidup. Ngomong-ngomong soal kencan, Jordan jadi tersenyum dan mendapatkan sebu

  • MEMORY   Mari Berkenalan

    Ctas! Ctas! Suara cambuk yang mengudara dan beradu ke tubuh seseorang terdengar nyaring di sebuah ruangan yang luas nan gelap. Seorang anak lelaki yang berusia enam tahun menahan rasa perih di punggungnya akibat cambukan dari sang ibu, di seberangnya ada anak perempuan yang seusia dengannya tengah menutup wajahnya dengan boneka beruang putih, tak ingin melihat pemandangan sadis di depannya. Pria dewasa yang di ketahui adalah ayah mereka hanya menatap adegan di depannya dengan pandangan tanpa belas kasihan, sesekali ia menyesap kopi hitamnya.Anak lelaki tersebut terus berteriak memohon sambil menangis namun bukannya berhenti, cambukan itu semakin kuat memukul punggungnya yang benar-benar sudah bersimbah darah segar. Anak perempuan yang sedari tadi menutup wajahnya dan tak berani membuka suara pun akhirnya berteriak memohon agar semua pemandangan kejam ini segera di hentikan, tapi usahanya sia-sia. Bahkan para penjaga dan pelayan disana hanya bisa menatap iba ke

  • MEMORY   Gelang

    "Vio, siapa namaku?""Jordan.""Bagaimana dengan wajahku?""Tampan."Ya dari awal perjalanan sampai di tempat tujuan, percakapan itulah yang selalu keluar dari kedua bibir mereka. Violet sudah seperti anak TK yang tengah mengingat abjad dan angka saja. Langit sore yang berwarna kejinggaan menjadi latar pemandangan mereka untuk menikmati wahana taman bermain. Banyak anak-anak yang berlari kesana kemari untuk mencoba berbagai wahana, ada juga pasangan muda maupun tua yang menaiki perahu di tengah danau buatan, dan tentunya jomblo juga banyak berada disini. Tangan Jordan dan Violet saling bertaut, kata Jordan sih biar nggak terpisah."Kamu mau apa, Vi?" Tanya Jordan. Mereka berjalan pelan untuk melihat-lihat sebentar."Makan." Jawab Violet sambil menunjuk gerobak batagor, Jordan yang mendengar Violet ingin makan hanya tertawa renyah."Kamu selalu saja ingin makanan, tak pernah berubah." Jorden mencolet hidung Violet kemudian membawanya ke gerob

  • MEMORY   Kotak Memori

    Sore berganti malam, Violet menangkup wajahnya dengan tangan kanan dan melihat keluar jendela. Tv yang menyala di abaikan olehnya, pikiran Violet benar-benar tengah berkelana. Entah apa yang di pikirkan olehnya. Galang yang melihatnya pun merasa kasihan dan berjalan menghampiri Violet yang berada di ruang tamu."Nih, foto orang yang kamu pikirkan daritadi. Di belakangnya juga abang tulis nama dia." Galang menyerahkan foto Jordan yang tengah tertawa lepas, bibir Violet ikut tersenyum hanya dengan melihat foto Jordan."Kenapa pria ini terlihat tidak asing buatku?" Violet terus memperhatikan foto Jordan. Galang yang melihat adiknya tersenyum, lantas mengelus kepala Violet."Dah yuk makan." Ajak Galang.Violet duduk di meja belajarnya. Tidak, dia tidak belajar, melainkan terus memperhatikan foto Jordan. Dirinya tahu, mau di lihat berapa kali pun tetap Jordan tak dapat ia ingat. Tapi kenapa otaknya terus berkata bahwa Violet pernah mengenal Jordan. Kotak

  • MEMORY   Pulang

    Akibat dari kejadian semalam yang di alami Violet, ia mendadak terkena demam ringan. Mereka pun memutuskan untuk segera pulang dan lagi Violet tak mengeluarkan sepatah kata pun, biasanya walau sedang sakit ia tetap akan banyak bicara. Karena tak ingin bertanya, jadi mereka hanya diam dan membiarkan Violet beristirahat.Violet yang berada di dalam mobil Jordan hanya diam menatap bingung ke arah dua pria yang duduk membelakanginya. Violet sudah sedikit mengingat semua temannya, kecuali dua pria di depannya ini. Ia pun mendekatkan diri ke Tina."Tin, siapa dua pria itu? Penculik ya? Tapi kalau emang penculik gue ikhlas kok, lumayan penculiknya ganteng. Mau di tahan seumur hidup pun gue nggak masalah asalkan di kasih makan." Ucap Violet panjang lebar. Tina hanya menggeleng dan menundukkan kepalanya karena malu."Bukan, Vi. Yang sedang menyetir itu namanya Jordan dan di sebelahnya itu Laskar." Jelas Tina. Violet sih cuman manggut-manggut aja, nggak tah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status