Home / Romansa / MEMORY / Memikirkannya

Share

Memikirkannya

Author: Shesil KN
last update Last Updated: 2021-04-06 11:38:17

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, lampu kamar yang berada di lantai dua sebuah kamar terlihat masih menyala. Menandakan pemiliknya masih terjaga. Violet dengan piyama putih tengah bersandar di kepala kasur sambil membaca novel horror yang baru di belinya beberapa hari lalu. 

Tapi anehnya, kali ini Violet tak bisa fokus dengan bacaannya. Beberapa kali ia bangun untuk mengisi air putih, tetap saja ia tak bisa fokus. Apa yang sebenarnya di pikirkan oleh otaknya? Suara ketukan pintu terdengar, membuat Violet terpaksa menutup novelnya untuk kesekian kalinya. Ia pun beranjak dari kasur dan membukakan pintu. 

"Gimana sama teman abang tadi?" Tanya Galang. Tanpa izin ia masuk dan duduk di kursi belajar Violet. 

"Teman abang yang mana? Raja? Atau Fajar?" Tanya Violet. 

"Bukan." Jawab Galang cepat. 

Violet semakin bingung dibuat abangnya, teman yang mana coba? Violet hanya tahu teman-teman Galang yang memang membantu usahanya. Violet menepuk-nepuk dahinya, mencari jawaban dari pertanyaan Galang. Galang menatap tak tega melihat adiknya yang kesulitan dalam mengingat. Galang tersenyum maklum. Ia mengelus pelan kepala Violet. 

"Jadi kamu belum bisa mengingatnya ya. Ya sudah, tak usah di paksa. Besok dia pasti mengunjungimu lagi. Tidurlah, ini udah malam." Ucap Galang. Ia mengecup puncak kepala Violet kemudian pergi keluar dari kamar adiknya itu. 

Violet menuruti perkataan Galang. Ia segera baring dan menarik selimut, tak lupa ia mematikan lampu kamarnya. Tapi tetap saja ia tak bisa tidur, ia masih memikirkan siapa orang yang dimaksud Galang. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. 

"Astaga! Gue ngantuk, otak tolong biarkan gue tidur ya. Besok gue ada pengambilan nilai." Mohon Violet ke otaknya. Walau tak akan di respon. 

Ia pun memaksa matanya untuk terpejam dan mulai menghitung kutu. Pada akhirnya ia pun tertidur. 

Jika Violet telah tertidur, maka berbanding terbalik dengan seorang pria di kamarnya. Jordan masih termenung menatap keluar jendela. Pikirannya hanya tertuju pada Violet. 

"Bagaimana aku bisa membuatmu mengingat ku?" Ucap Jordan sambil menatap langit malam yang dihiasi bintang yang bertebaran. 

Jordan kembali melihat meja kerjanya yang menampilkan laptop yang masih menyala dan banyak kertas penting disana. Jordan menghembuskan napasnya dan berjalan menuju meja kerja. Membereskan kertas yang sedikit berantakan, mematikan laptopnya, kemudian menuju kasur dan mematikan lampu kamarnya. 

"Mimpi indah, Violet." 

***

Pagi ini Violet sudah siap untuk berangkat kuliah, tapi entah kenapa ia seperti tengah menunggu seseorang untuk menjemputnya. Violet terus melihat keluar jendela rumahnya, menatap jalanan komplek yang begitu lengang. 

"Dari semalam siapa sih yang gue pikirkan? Dan siapa pula yang gue tunggu?" Mendengar celotehan Violet, Galang pun menghampirinya. 

"Mau berangkat bareng? Mumpung abang bisa antar jemput." Ajak Galang. Tentu saja Violet menerima dengan senang hati. 

Walau terkadang abangnya ini iseng, tapi Galang ini memiliki sisi yang protektif ke Violet. Tak ada yang boleh mendekati adiknya kalau tidak langsung menemuinya untuk meminta izin. Padahal orang tua mereka tidak sampai segitunya. Lagian Violet tau mana yang baik dan mana yang nggak. 

Bahkan untuk teman-teman Galang yang ingin mendekati adiknya tidak di perbolehkan Galang, hanya beberapa yang di percaya oleh Galang. Termasuk Jordan. Galang tak ingin kelemahan adiknya malah dijadikan kesempatan untuk berbuat jahat yang malah membuat Violet sakit. Galang tak akan membiarkan hal itu terjadi. 

Setelah sampai di kampus, Violet turun begitu pula dengan Galang. Violet yang melihat Galang mengikutinya mengernyit bingung. 

"Kok ikut turun?" Tanya Violet. 

"Kenapa? Pengen cari jodoh, katanya disini banyak cewek-cewek cantik." Mata Galang sudah menyapu kesana kemari mencari alamat sang jodoh. 

"Inget yang di London sana, bang." Ucap Violet. Ia pun menggeleng dan berjalan meninggalkan Galang. 

Melihat Violet yang sudah jauh dari pandangannya, Galang pun segera mengejarnya. Banyak mahasiswa keheranan melihat Galang, mereka semua menerka-nerka siapakah sosok lelaki yang mengekori Violet. 

"Jangan-jangan dia sasaeng?!" 

"Astaga kalau begitu Violetku dalam bahaya!" 

"Tapi dilihat dari pakaiannya dia orang baik dan kaya."

"Tunggu! Aku seperti mengenalnya, tapi siapa?" 

Kira-kira begitulah suara bisik-bisik tetangga. Violet berhenti dan melihat ke belakang. 

"Ngapain ngikutin adek sih, bang?!" Tanya Violet. 

"Nggak papa, sekalian pengen liat-liat kampus. Ke kantin yuk." Ajak Galang.

Astaga ada apa dengan Galang hari ini? Apa kepalanya ada terbentur sesuatu tadi?

"Bang, aku harus nyiapin berbagai bunga untuk pengambilan nilai pagi ini bang. Bukannya abang ada rapat jam sebelas siang?" Usir Violet. Sepertinya ia salah karena telah menerima tawaran abangnya pagi ini.

"Ah itu bisa di atur," Galang mengibaskan tangannya ke belakang. Matanya menyipit, melihat tiga sosok yang tak asing di penglihatannya.

"WOI TIGA BABI!" Teriak Galang yang langsung menjadi pusat perhatian. Dia diam saja sudah menjadi pusat perhatian apalagi kalau teriak seperti tarzan.

"Kita bukan babi, bang." Ucap Gilang dengan tangan di lipat di depan dada.

Iya tiga babi yang dimaksud Galang adalah Gilang, Danis, dan Okta. Panggilan itu tentu di buat oleh Galang, lihatlah mereka selalu bertiga dan seperti tiga babi di buku dongeng yang pernah Galang baca. Dan Galang disini sebagai serigalanya.

"Kalau bukan babi, kenapa kalian mau-maunya datang ke hadapanku? Bukankah itu membuktikan bahwa kalian memang para babi itu." Jelas Galang.

Jika saja Galang bukan abang dari Violet dan tentunya lebih tua dari mereka bertiga, Galang sudah pasti di cincang oleh ketiga orang yang Galang sebut babi.

"Udah buruan kenapa lo manggil kita?" Tanya Danis.

"Nggak papa, manggil doang."

Danis, Gilang, dan Okta mengepalkan tangan karena geram.

"Sabarkanlah diri ini, Tuhan." Ucap mereka bertiga di dalam hati.

Akhirnya Violet berhasil mengusir abangnya dan menyelesaikan tugasnya. Ia pun berjalan menuju kantin dimana teman-temannya tengah makan siang. Tapi aneh, sepanjang jalan Violet selalu menoleh kiri, kanan, depan, dan belakang seakan mencari seseorang.

"Siapa sih yang gue cari dari semalam?"

Bahkan ketika makan bersama teman-temannya dia banyak melamun, memikirkan orang yang sama sekali tak diketahui olehnya. Candaan teman-temannya pun tak di hiraukannya, begitu pula dengan gosip yang biasanya Violet akan semangat mendengarnya.

"Aelah Vi, baru juga sehari nggak ngeliat Jordan dah galau aja lo." Ucap Fahri.

Violet mengernyitkan dahinya, siapa orang yang dimaksud Fahri. Apa iya orang itu yang dipikrkan Violet? Lagian ia tak mengenalnya.

"Jangan bilang lo juga belum bisa mengingatnya." Ucap Raisa.

Violet semakin bingung, ia tahu ia memiliki masalah dalam mengingat. Tapi tak pernah memikirkan sampai segininya, biasanya ia akan acuh dan tak akan memikirkannya. Jika lupa, ya sudah orang itu pun tak penting untuknya. Tapi orang yang teman-temannya sebut, apakah penting baginya? Jika orang penting bagi Violet, ia tak akan mudah melupakannya.

"Laskar, lo punya foto Jordan kan? Tunjukkan ke Violet gih." Perintah Danis. Laskar hanya mengangguk dan memperlihatkan foto Jordan yang ada di hp nya.

Terlihat pria dengan kaos biru, bercelana putih dan memakai sandal jepit hitam tengah tersenyum lebar di kursi taman. Apa benar pria ini yang di pikirkan olehnya? Tapi kalau boleh jujur dia sangat tampan, aelah sempet-sempetnya pikiran Violet memujinya. 

"Kemana dia, Las? Kok nggak ada?" Tanya Okta sambil mencocol kentang gorengnya ke sambal indofood. Di endorse nih sama indofood hahaha.

"Kerja, kendala." Jawab Laskar. Singkat, padat, dan nggak jelas.

"Ooh gitu, semoga cepat selesai deh masalahnya." Ucap Tina. Semua temannya menatap heran ke arahnya. Bagaimana bisa dia mengerti? Mereka saja hanya tahu dari kata kerja nya doang.

Violet tak mempedulikan teman-temannya, ia masih fokus menatap foto seseorang di hp Laskar.

"Dia Jordan? Kenapa aku memikirkannya? Apa dia orang penting? Apa aku pernah bertemu dengannya?"

Kepala Violet semakin pusing karenanya. Inilah akibatnya jika ia berusaha mengingat hal yang telah terlupakan olehnya, kotak memorinya menolak untuk mengingat orang ini. Sejenak Violet memegang kepalanya yang sakit, hal itu tak luput dari penglihatan teman-temannya.

"Tak usah terlalu di pikirkan, Vio. Lama-lama juga lo bakal ingat kayak lo ngenal Raisa, Fahri, Tina dan yang lainnya." Ucap Gilang sambil tersenyum. Violet hanya mengangguk, semoga ia bisa segera mengingatnya. Entah kenapa hatinya sakit ketika tahu bahwa ia melupakannya.

Violet tak bodoh soal perasaan, ia tahu bahwa ia telah jatuh cinta pada pria yang tak di ingatnya ini. Jika Violet mudah melupakannya, itu berarti mereka belum kenal lama dan tak ada hal spesial yang dilalui mereka. Lalu kenapa hatinya bisa jatuh begitu saja?

Di lain tempat, ketika urusannya selesai. Jordan membawa mobilnya menyusuri jalan raya menuju sebuah perusahaan yang sama besar dengan miliknya. Jordan melangkahkan kakinya, ketika ia masuk ke dalam perusahaan senyuman terukir di wajah ramahnya. Ia menaiki lift menuju lantai tiga. Jordan sampai di depan ruangan sang pemilik, tanpa permisi Jordan langsung membuka pintu begitu saja. Sedangkan sang pemilik yang sudah mengetahui siapa pelaku dari kelakuan tidak sopan di perusahaannya ini hanya diam dan menatap laptopnya.

"Lo bisa jemput dia." Ucap Galang. Ia tahu maksud kedatangan temannya yang sedang mendekati adiknya.

"Hehehe tau aja lo." Jordan hanya terkekeh dan langsung duduk di sofa tentunya tanpa izin pula.

"Gue mau minta nomor adek lo." Ucap Jordan, Galang megernyit heran.

"Minta aja sama orangnya, kenapa ke gue?"

"Gue cuman ngasih tau, nanti gue minta sendiri ke Violet kok." Jordan menyandarkan tubuhnya, membuang rasa penatnya sesaat.

"Sebentar lagi dia pulang, jemput gih." Usir Galang. Jordan yang memiliki tingkat kepekaan di atas rata-rata pun mengerti bahwa ia sudah menganggu Galang. Ia pun pergi meninggalkan Galang tanpa pamit. Seperti jelangkung saja dia, datang tak di undang pergi tak di antar. Kok tubuh Galang mendadak merinding disko?

"Mungkin karena aura bucin yang menguar dari Jordan tadi."

Jordan sudah berada di parkiran kampusnya, menunggu Violet keluar dari kelasnya. Lima menit kemudian Violet pun keluar dan pastinya melewati parkiran begitu saja. Jordan yang tahu kalau Violet tak mengingatnya pun memanggilnya, awalnya Violet hanya menatapnya dengan heran. Tapi tak lama kemudian ia melangkah mendekati Jordan.

"Siapa ya?" Tanya Violet.

"Ini aku Jordan. Aku di suruh Galang buat menjemput kamu." Jawab Jordan.

Awalnya Violet ragu, siapa Jordan ini? Kok bisa mengenal abangnya? Apa dia asisten baru abangnya? Kalau begitu bagaimana dengan nasib Raja? Apa dia jadi pengangguran atau dia malah turun tahta? Hei buanglah pikiran absurdmu, Violet.

"Karena kamu tampan dan kelihatan anak baik-baik, maka aku akan pulang bersamamu." Ucap Violet dengan tersenyum. Sedangkan Jordan tersenyum seperti biasa, namun dengan detak jantung yang tak karuan.

"Bu! Anakmu di bilang tampan sama calon istri nih! Astaga jantung jangan berdetak tak karuan dong! Entar kalau lo mendadak berhenti dan gue jadi mati, jadinya kan gue nggak bisa bersama Violet dong ah!"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
ci panda
wkwkwk spertinya harus siap2 nabung buat beli koin soalnya ceritanya bagus bangeeet! eh kak author ada sosmed engga? aku pingin follow kakak~
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MEMORY   Jadian?!

    Jordan tahu ia harus membuat interaksi di antara dirinya dan Violet. Sepanjang perjalanan hanya ada kesunyian, sampai akhirnya Violet tak tahan dan membuka suara. Membicarakan hal random yang sangat tak berfaedah. Dan terasalah suasana hangat di dalam mobil putih itu. Jordan bersyukur mengenal Violet yang mudah mencari topik pembicaraan, tidak seperti dirinya."Hm aku boleh minta nomormu? Hitung-hitung agar kita bisa kenal dekat dan kamu bisa mengingatku." Ucap Jordan. Violet mengadahkan tangan kanannya bermaksud meminta hp milik Jordan. Dan tentunya Jordan mengetahui itu, ia memberikan tas kecilnya begitu saja ke tangan Violet. Mendapat persetujuan, Violet langsung membuka tas dan mengambil hp Jordan. Ternyata hp nya tidak di kunci sama sekali. Violet pun mengetikkan nomornya disana, setelahnya ia mengembalikan tas beserta isi-isinya kepada Jordan.Sesampainya di depan rumah Violet, ia tak langsung masuk. Tentu ia berterima kasih dan menawarkan Jordan untuk singg

    Last Updated : 2021-04-09
  • MEMORY   Holiday

    Hari demi hari berganti, sampai akhirnya hari yang mereka tunggu telah tiba. Semua orang telah berkumpul di kediaman Violet, tas-tas besar bersandar di tiang teras rumahnya. Mereka akan berlibur ke Villa milik Fahri, tentunya pelayan di sana sudah di usir eh di liburkan maksudnya. Biasalah Fahri kan anak yang manja apa-apa pelayan yang ngerjain. Mobil biru langit yang terlihat antik berhenti di depan rumah Violet, terlihat seorang pria dengan pakaian serba putih turun dari mobil yang seperti kereta kencana milik malaikat."Gue belum mati kan ya?" Tanya Danis yang langsung di hadiahi geplakan dari Gilang."Kagak lah, kalo lo mati yang nyabut tuh bakal make pakaian serba hitam. Suram kayak masa depan lo." Ucap Gilang dengan tangan terlipat di depan dada.Pria itu adalah Jordan dan di sebelah kanannya ada sepupunya, Laskar. Merasa semua sudah berkumpul, mereka pun mengangkat barang-barang yang akan mereka bawa kemudian memeriksanya kembali agar tak ada yang ketinggala

    Last Updated : 2021-04-11
  • MEMORY   Pulang

    Akibat dari kejadian semalam yang di alami Violet, ia mendadak terkena demam ringan. Mereka pun memutuskan untuk segera pulang dan lagi Violet tak mengeluarkan sepatah kata pun, biasanya walau sedang sakit ia tetap akan banyak bicara. Karena tak ingin bertanya, jadi mereka hanya diam dan membiarkan Violet beristirahat.Violet yang berada di dalam mobil Jordan hanya diam menatap bingung ke arah dua pria yang duduk membelakanginya. Violet sudah sedikit mengingat semua temannya, kecuali dua pria di depannya ini. Ia pun mendekatkan diri ke Tina."Tin, siapa dua pria itu? Penculik ya? Tapi kalau emang penculik gue ikhlas kok, lumayan penculiknya ganteng. Mau di tahan seumur hidup pun gue nggak masalah asalkan di kasih makan." Ucap Violet panjang lebar. Tina hanya menggeleng dan menundukkan kepalanya karena malu."Bukan, Vi. Yang sedang menyetir itu namanya Jordan dan di sebelahnya itu Laskar." Jelas Tina. Violet sih cuman manggut-manggut aja, nggak tah

    Last Updated : 2021-04-18
  • MEMORY   Kotak Memori

    Sore berganti malam, Violet menangkup wajahnya dengan tangan kanan dan melihat keluar jendela. Tv yang menyala di abaikan olehnya, pikiran Violet benar-benar tengah berkelana. Entah apa yang di pikirkan olehnya. Galang yang melihatnya pun merasa kasihan dan berjalan menghampiri Violet yang berada di ruang tamu."Nih, foto orang yang kamu pikirkan daritadi. Di belakangnya juga abang tulis nama dia." Galang menyerahkan foto Jordan yang tengah tertawa lepas, bibir Violet ikut tersenyum hanya dengan melihat foto Jordan."Kenapa pria ini terlihat tidak asing buatku?" Violet terus memperhatikan foto Jordan. Galang yang melihat adiknya tersenyum, lantas mengelus kepala Violet."Dah yuk makan." Ajak Galang.Violet duduk di meja belajarnya. Tidak, dia tidak belajar, melainkan terus memperhatikan foto Jordan. Dirinya tahu, mau di lihat berapa kali pun tetap Jordan tak dapat ia ingat. Tapi kenapa otaknya terus berkata bahwa Violet pernah mengenal Jordan. Kotak

    Last Updated : 2021-04-18
  • MEMORY   Gelang

    "Vio, siapa namaku?""Jordan.""Bagaimana dengan wajahku?""Tampan."Ya dari awal perjalanan sampai di tempat tujuan, percakapan itulah yang selalu keluar dari kedua bibir mereka. Violet sudah seperti anak TK yang tengah mengingat abjad dan angka saja. Langit sore yang berwarna kejinggaan menjadi latar pemandangan mereka untuk menikmati wahana taman bermain. Banyak anak-anak yang berlari kesana kemari untuk mencoba berbagai wahana, ada juga pasangan muda maupun tua yang menaiki perahu di tengah danau buatan, dan tentunya jomblo juga banyak berada disini. Tangan Jordan dan Violet saling bertaut, kata Jordan sih biar nggak terpisah."Kamu mau apa, Vi?" Tanya Jordan. Mereka berjalan pelan untuk melihat-lihat sebentar."Makan." Jawab Violet sambil menunjuk gerobak batagor, Jordan yang mendengar Violet ingin makan hanya tertawa renyah."Kamu selalu saja ingin makanan, tak pernah berubah." Jorden mencolet hidung Violet kemudian membawanya ke gerob

    Last Updated : 2021-04-20
  • MEMORY   Mari Berkenalan

    Ctas! Ctas! Suara cambuk yang mengudara dan beradu ke tubuh seseorang terdengar nyaring di sebuah ruangan yang luas nan gelap. Seorang anak lelaki yang berusia enam tahun menahan rasa perih di punggungnya akibat cambukan dari sang ibu, di seberangnya ada anak perempuan yang seusia dengannya tengah menutup wajahnya dengan boneka beruang putih, tak ingin melihat pemandangan sadis di depannya. Pria dewasa yang di ketahui adalah ayah mereka hanya menatap adegan di depannya dengan pandangan tanpa belas kasihan, sesekali ia menyesap kopi hitamnya.Anak lelaki tersebut terus berteriak memohon sambil menangis namun bukannya berhenti, cambukan itu semakin kuat memukul punggungnya yang benar-benar sudah bersimbah darah segar. Anak perempuan yang sedari tadi menutup wajahnya dan tak berani membuka suara pun akhirnya berteriak memohon agar semua pemandangan kejam ini segera di hentikan, tapi usahanya sia-sia. Bahkan para penjaga dan pelayan disana hanya bisa menatap iba ke

    Last Updated : 2021-04-20
  • MEMORY   Mawar Juliet

    Baru kali ini Jordan merasa malas untuk datang ke kampus, semua itu karena sosok ondel-ondel yang terus saja mengekorinya. Bahkan Laskar yang selalu menempel padanya enggan untuk mendekat, dan juga pemuda berwajah datar itu rela memutar jalan agar tak berpapasan dengan Jordan. Dan lebih gilanya lagi ketika Jordan pergi ke toilet, Fiona masih setia berdiri tak jauh dari toilet pria. Jordan terus-terusan menghembuskan nafasnya menahan amarah. Pada akhirnya Jordan melangkahkan kaki menuju perpustakaan, melewatkan jam istirahatnya untuk makan siang. Jordan sengaja mengambil banyak tumpukan buku dan menaruhnya di sisi kanan, kiri, dan depan. Semua ia lakukan agar tak melihat wajah Fiona. "Jordan, kapan kita bisa melakukan kencan?" Tanya Fiona dengan nada suara yang di buat manja. Seandainya Jordan memiliki sedikit sifat bar-bar seperti Violet, sudah di pastikan Fiona akan ia kubur hidup-hidup. Ngomong-ngomong soal kencan, Jordan jadi tersenyum dan mendapatkan sebu

    Last Updated : 2021-05-20
  • MEMORY   Kencan

    Violet memilih menggunakan dress selututnya yang berwarna biru langit, kedua sisi rambutnya ia kuncir lalu di cepol, menyisakan beberapa anak rambut di sisi kanan dan kirinya. Tak lupa ia mengikatnya dengan tali pita berwarna senada dengan dressnya. Oh Jordan lihatlah calon masa depanmu yang semanis gulali ini.Selesai berkutat dengan rambutnya, Violet mulai membuka lemari sepatunya. Walau anak orang mampu, sepatu Violet tidaklah mahal. Sepatu termahalnya saja hanya seharga dua ratus empat puluh ribu, itupun ia tawar menjadi dua ratus ribu saja.Kalau kata Violet, untuk apa mahal-mahal toh di pakai untuk memijak bumi. Begitu pula dengan tasnya, rata-rata harga tas yang di milikinya seharga empat puluh lima ribu, itupun ia beli ketika ada gratis ongkir atau diskon di toko-toko klontong.Intinya Violet anak yang irit dan sangat menyukai diskon, baginya yang penting barang tersebut layak di pakai. Violet mengambil sepatu flatshoes berwarna putih dengan

    Last Updated : 2021-05-20

Latest chapter

  • MEMORY   Kesialan di Pagi Hari

    Pagi ini Violet sudah terburu-buru menuju kampus, ia lupa bahwa akan ada ujian praktik sedangkan dirinya belum menyiapkan apapun. Skuter listriknya pun melesak membelah jalanan. Karena ulahnya, Violet tak luput dari omelan para pejalan kaki, terutama ibu-ibu yang baru pulang dari pasar.Bukan hanya itu, Violet juga sempat hampir menabrak kucing kawin. Beruntung, ia tak di kejar dan di cakar oleh pasangan kucing itu. Di persimpangan, Violet belok ke kiri dan segera sampai di depan gedung kampus. Keadaan kampus masih tergolong sepi. Lagian orang gila mana yang datang ke kampus di jam setengah enam pagi? Ah iya, orang itu adalah Violet. Segera, Violet berjalan menuju rumah kaca."Aneh, kok pintunya nggak di kunci?" Perlahan tapi pasti, Violet membuka pintu dan berjalan masuk.Violet menoleh kesana kemari, mencari bunga-bunga yang menarik. Ketika ia tengah memilih bunga, pintu mendadak tertutup. Membuatnya terpaksa memutar tubuh rampingnya. Namun kepalanya malah men

  • MEMORY   Hujan di Surabaya

    "Kemarin kemana lo, Vi?" Saat ini Violet tengah di kerumunin teman-temannya layaknya semut yang melihat gula. Di bandingkan merasa terintimidasi, tatapan semua temannya lebih ke kepo untuk mencari bahan gosipan tentangnya. "Kepo banget dah!" Violet tak memperdulikan temannya dan memilih sibuk dengan makanannya. Lagian nggak mungkin kan kalau ia bilang semalam berada di apartemen Jordan, mana cuman berdua pula. Yang ada nanti akan tersebar gosip-gosip yang tak benar tentangnya. Apalagi yang ia hadapi teman-temannya sendiri yang memiliki mulut ember dan penguasa kerajaan pergosipan. Ohoho Violet tak mau mengambil resiko buruk itu. Dari kejauhan terlihat seorang gadis dengan rok lipit berwarna putih dan blouse berwarna pink pastel, tak lupa rambutnya yang di kuncir setengah. Berjalan mendekat ke kerumunan semut. Gadis itu memperlihatkan senyumannya yang semanis madu. "Wih siapa tuh cewek?" Tanya Fahri. Raisa yang di sebelahnya sudah menatap Fahri

  • MEMORY   Makan Malam

    Violet masuk ke kamar Jordan untuk mengganti pakaiannya. Kamar apartemen Jordan tidaklah besar, di sudut ruangan banyak buku pengetahuan dan terdapat beberapa pigura larva dan kelinci. Violet tersenyum melihatnya, Jordan yang terlihat manly ternyata memiliki hobi yang unyu. Segera Violet memakai kaos kebesaran milik Jordan yang berwarna hitam, ketika ingin mengganti celana, ia mendengus pelan."Di kira pinggangku segede kerbau apa?" Violet melempar celana pemberian Jordan begitu saja. Untungnya ia memakai celana pendek di balik dressnya, doakan saja semoga Jordan kuat iman.Seperti yang telah di duga, ketika Violet keluar kamar dengan pakaian barunya, membuat Jordan yang tengah memakan apel tersedak. Jordan menatap ke arah Violet, ternyata banyak bekas luka di kaki putihnya. Astaga kenapa ia baru menyadari hal itu?"Kenapa kamu menatapku begitu? Aku tahu kalo aku itu seksi." Violet mengibaskan rambut panjangnya ke belakang seperti iklan shampoo yang di bintangi

  • MEMORY   Kencan

    Violet memilih menggunakan dress selututnya yang berwarna biru langit, kedua sisi rambutnya ia kuncir lalu di cepol, menyisakan beberapa anak rambut di sisi kanan dan kirinya. Tak lupa ia mengikatnya dengan tali pita berwarna senada dengan dressnya. Oh Jordan lihatlah calon masa depanmu yang semanis gulali ini.Selesai berkutat dengan rambutnya, Violet mulai membuka lemari sepatunya. Walau anak orang mampu, sepatu Violet tidaklah mahal. Sepatu termahalnya saja hanya seharga dua ratus empat puluh ribu, itupun ia tawar menjadi dua ratus ribu saja.Kalau kata Violet, untuk apa mahal-mahal toh di pakai untuk memijak bumi. Begitu pula dengan tasnya, rata-rata harga tas yang di milikinya seharga empat puluh lima ribu, itupun ia beli ketika ada gratis ongkir atau diskon di toko-toko klontong.Intinya Violet anak yang irit dan sangat menyukai diskon, baginya yang penting barang tersebut layak di pakai. Violet mengambil sepatu flatshoes berwarna putih dengan

  • MEMORY   Mawar Juliet

    Baru kali ini Jordan merasa malas untuk datang ke kampus, semua itu karena sosok ondel-ondel yang terus saja mengekorinya. Bahkan Laskar yang selalu menempel padanya enggan untuk mendekat, dan juga pemuda berwajah datar itu rela memutar jalan agar tak berpapasan dengan Jordan. Dan lebih gilanya lagi ketika Jordan pergi ke toilet, Fiona masih setia berdiri tak jauh dari toilet pria. Jordan terus-terusan menghembuskan nafasnya menahan amarah. Pada akhirnya Jordan melangkahkan kaki menuju perpustakaan, melewatkan jam istirahatnya untuk makan siang. Jordan sengaja mengambil banyak tumpukan buku dan menaruhnya di sisi kanan, kiri, dan depan. Semua ia lakukan agar tak melihat wajah Fiona. "Jordan, kapan kita bisa melakukan kencan?" Tanya Fiona dengan nada suara yang di buat manja. Seandainya Jordan memiliki sedikit sifat bar-bar seperti Violet, sudah di pastikan Fiona akan ia kubur hidup-hidup. Ngomong-ngomong soal kencan, Jordan jadi tersenyum dan mendapatkan sebu

  • MEMORY   Mari Berkenalan

    Ctas! Ctas! Suara cambuk yang mengudara dan beradu ke tubuh seseorang terdengar nyaring di sebuah ruangan yang luas nan gelap. Seorang anak lelaki yang berusia enam tahun menahan rasa perih di punggungnya akibat cambukan dari sang ibu, di seberangnya ada anak perempuan yang seusia dengannya tengah menutup wajahnya dengan boneka beruang putih, tak ingin melihat pemandangan sadis di depannya. Pria dewasa yang di ketahui adalah ayah mereka hanya menatap adegan di depannya dengan pandangan tanpa belas kasihan, sesekali ia menyesap kopi hitamnya.Anak lelaki tersebut terus berteriak memohon sambil menangis namun bukannya berhenti, cambukan itu semakin kuat memukul punggungnya yang benar-benar sudah bersimbah darah segar. Anak perempuan yang sedari tadi menutup wajahnya dan tak berani membuka suara pun akhirnya berteriak memohon agar semua pemandangan kejam ini segera di hentikan, tapi usahanya sia-sia. Bahkan para penjaga dan pelayan disana hanya bisa menatap iba ke

  • MEMORY   Gelang

    "Vio, siapa namaku?""Jordan.""Bagaimana dengan wajahku?""Tampan."Ya dari awal perjalanan sampai di tempat tujuan, percakapan itulah yang selalu keluar dari kedua bibir mereka. Violet sudah seperti anak TK yang tengah mengingat abjad dan angka saja. Langit sore yang berwarna kejinggaan menjadi latar pemandangan mereka untuk menikmati wahana taman bermain. Banyak anak-anak yang berlari kesana kemari untuk mencoba berbagai wahana, ada juga pasangan muda maupun tua yang menaiki perahu di tengah danau buatan, dan tentunya jomblo juga banyak berada disini. Tangan Jordan dan Violet saling bertaut, kata Jordan sih biar nggak terpisah."Kamu mau apa, Vi?" Tanya Jordan. Mereka berjalan pelan untuk melihat-lihat sebentar."Makan." Jawab Violet sambil menunjuk gerobak batagor, Jordan yang mendengar Violet ingin makan hanya tertawa renyah."Kamu selalu saja ingin makanan, tak pernah berubah." Jorden mencolet hidung Violet kemudian membawanya ke gerob

  • MEMORY   Kotak Memori

    Sore berganti malam, Violet menangkup wajahnya dengan tangan kanan dan melihat keluar jendela. Tv yang menyala di abaikan olehnya, pikiran Violet benar-benar tengah berkelana. Entah apa yang di pikirkan olehnya. Galang yang melihatnya pun merasa kasihan dan berjalan menghampiri Violet yang berada di ruang tamu."Nih, foto orang yang kamu pikirkan daritadi. Di belakangnya juga abang tulis nama dia." Galang menyerahkan foto Jordan yang tengah tertawa lepas, bibir Violet ikut tersenyum hanya dengan melihat foto Jordan."Kenapa pria ini terlihat tidak asing buatku?" Violet terus memperhatikan foto Jordan. Galang yang melihat adiknya tersenyum, lantas mengelus kepala Violet."Dah yuk makan." Ajak Galang.Violet duduk di meja belajarnya. Tidak, dia tidak belajar, melainkan terus memperhatikan foto Jordan. Dirinya tahu, mau di lihat berapa kali pun tetap Jordan tak dapat ia ingat. Tapi kenapa otaknya terus berkata bahwa Violet pernah mengenal Jordan. Kotak

  • MEMORY   Pulang

    Akibat dari kejadian semalam yang di alami Violet, ia mendadak terkena demam ringan. Mereka pun memutuskan untuk segera pulang dan lagi Violet tak mengeluarkan sepatah kata pun, biasanya walau sedang sakit ia tetap akan banyak bicara. Karena tak ingin bertanya, jadi mereka hanya diam dan membiarkan Violet beristirahat.Violet yang berada di dalam mobil Jordan hanya diam menatap bingung ke arah dua pria yang duduk membelakanginya. Violet sudah sedikit mengingat semua temannya, kecuali dua pria di depannya ini. Ia pun mendekatkan diri ke Tina."Tin, siapa dua pria itu? Penculik ya? Tapi kalau emang penculik gue ikhlas kok, lumayan penculiknya ganteng. Mau di tahan seumur hidup pun gue nggak masalah asalkan di kasih makan." Ucap Violet panjang lebar. Tina hanya menggeleng dan menundukkan kepalanya karena malu."Bukan, Vi. Yang sedang menyetir itu namanya Jordan dan di sebelahnya itu Laskar." Jelas Tina. Violet sih cuman manggut-manggut aja, nggak tah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status