POV Ardi"Hallo Bro, Lu jadi ke Bali?" Fauzi, sahabatku bertanya, namun matanya tetap fokus menatap layar ponsel, kami tetangga rumah, dia sering menginap di rumahku, kami juga satu sekolahan."Kurang tahu gue zi, gimana keluarga Tante aja, berangkat okey, nggak juga nggak apa-apa," jawabku santai."Eh, tapi di Bali banyak turis loh ... bisa buat konten, ngobrol sama mereka, pakai bahasa mereka, lalu kita terjemahkan artinya, dan menginfokan pengucapan yang benar di konten," ujar Fauzi."Iya juga, gimana nanti aja deh, sekarang juga lagi sibuk edit naskah cerita berbahasa asing dan terjemahannya, bikin naskah yang mengedukasi dulu.""Lu bantu promo juga di group literasi ya," ujarku."Okey Bro ..! Eh Ardi, otak lu nggak keriting, encer banget dah, tiap hari bikin naskah, edit naskah, bikin konten, masih sekolah, bantu kerjaan Om lu, bantu nyokap lu, keren tau nggak." Fauzi berdecak kagum."Hidup gue keras zi dari kecil, nyokap gue berjuang demi anak-anaknya, tiap hari bangun subuh, t
BAB 50Fauzi terus saja menggodaku dan tertawa keras, melihat aku dan Tiara tersipu malu Tok tok tok!"Ardi Sayang, ini Ibu Nak." Terdengar pintu kamar, ruangan kedap suara yang aku pakai untuk ruang bekerja dan bikin tugas di ketuk Ibuku."Sebentar ya," kataku pada Tiara, yang dibalas dengan anggukannya.Aku memutar kenop pintu Ceklek!"Ya Bu?" ucapku."Tadi Ibu lihat ada temen kamu yang datang, ayo di ajak makan dulu, Sholat dhuhur dulu ya," kata Ibuku.Aku membuka pintu lebar-lebar agar Ibu bisa melihat Fauzi juga."Tante," Fauzi menyapa dan menganggukkan kepala dengan sopan. Ibu membalasnya dengan tersenyum.Namun pandangan Ibu berhenti pada ponselku yang masih menyala, dia memperhatikan sosok yang terlihat di ponselku. Tiara yang merasa diperhatikan menyapa dan memberikan senyumannya."Hallo ...! Tante Dewi, apa kabar? Senang bisa melihat Tante lagi, Tante tambah cantik loh," ujar Tiara.Ibu masih diam dengan alis menaut."Siapa dia Ardi? Ibu seperti pernah melihatnya, tapi dim
"Ayah baru? Maksudnya apa sih Kak?" tanya Aisyah polos.Ibu menggeleng-gelengkan kepala, memintaku agar menyudahi obrolan ini, namun aku tidak setuju, aku masih ingin menggoda adikku."Ayah baru itu, kalau Ibu menikah lagi, jadi punya suami baru, suami Ibu itu yang jadi Ayah baru Aisyah," jelasku."Ibu emang mau nikah lagi? Berarti Ayah tiri namanya Kak, galak nggak? Aisyah nggak mau! Takut punya Ayah tiri jahat kayak di tivi-tivi?" ujarnya sendu.Ibu hanya diam menyimak dan memperhatikan aku dan Aisyah mengobrol."Nggak semua Ayah tiri jahat Dek, ada yang baik dan super baik juga kok, makanya sering-sering berdoa ya, semua Aisyah di kasih Ayah tiri yang baik," ujarku."Sudah Kak! Aku pernah berdoa kok, Ya Allah semoga Aisyah bisa punya Ayah lagi yang sayang sama Ibu, Kakak dan Aisyah seperti Om Dewa, gitu Kak," katanya polos.Aku menahan tawa, sambil melihat reaksi Ibu yang tercengang.Tiba-tiba ponselku berdering."Om Dewa? Panjang umur Dek! Habis diomongin orangnya telpon," katak
KEKECEWAAN SHELLA PADA DEWIBAB 52Aku melirik jam dinding lagi, jam tiga lebih lima belas menit, masih ada waktu, jam 5 sore sudah harus dibawa ke rumah Shella."Mbak Dewi! Ini bikin nasi gorengnya seberapa banyak?" tanya Gembong yang baru datang langsung aku tugaskan memasak nasi goreng spesial."Kira-kira untuk 25 porsi kalau sudah jadi masukin ke termos nasi ya, biar awet hangat," ujarku sambil meneliti yang harus dipersiapkan, ada 5 ekor bebek goreng, ayam panggang, ikan bakar, aneka lalapan, sambel tomat terasi dan sambel mangga muda, tumis kangkung, rica-rica, tongseng.Aku tak perhitungan dengan apa yang akan aku bawa, mereka selama ini sangat baik dan selalu menolongku dengan iklasMama Laura tadi bilang tamunya dari Saudi, rekan-rekannya yang lain juga datang bersama istrinya, aku siapkan juga menu Indonesia lainnya yang tidak ada di warungku, seperti sate dan pecel.--------Setelah rapi semua menu, aku segera membersihkan diri dan bersiap-siap. Ardi dan Aisyah sudah rapi l
Aku segera keluar dan menutup pintu kamar Shella, kaki ini berjalan melangkah ke arah ruang sholatan, karena adzan magrib sudah terdengar, pandanganku menoleh sejenak ke arah para tamu yang berkumpul karena aku bisa melihatnya dari posisi yang aku lalui.Mata ini melihat para tamu yang dari Saudi, teringat kata Shella 2-3 hari lagi mereka akan kembali ke negaranya bersama Kak Dewa juga.Mata ini penasaran mencari sosok Kak Dewa yang tadi terlihat memakai pakaian sangat rapi, begitu tampan dan berkarisma.Saat mata ini menemukan sosok yang aku cari, dia sedang duduk bersama para tamu, ternyata Kak Dewa juga sedang menatapku.Ya Ampun! Jantung ini tiba-tiba berdetak lebih cepat, kenapa bisa barengan sih saling melihatnya, aku segera memalingkan wajah, namun ada perasaan nyaman setelah melihat wajah Kak Dewa, eh. Jadi senyum senyum sendiri.Setelah sholat magrib berjamaah, mereka semua makan malam bersama, tempat terpisah, untuk para lelaki di sebelah kanan untuk para perempuan di meja
Terdengar bisikan lembut di telingaku."Kenapa Kakak nggak boleh pergi?" Kak dewa bertanya padaku dengan nada menggoda, dia seperti ingin tahu isi hati ini."Nggak! Jangan pergi ..!" jawabku tegas masih tak ingin melepas pelukan, aku juga tak berani mengungkap rasa di hati ini."Ana Uhibbuka Fillah ( Aku mencintaimu karena Allah)," bisik Kak Dewa lembut di telingaku."Ahabbakilladzii ahbabtani ilahuu (Semoga Allah SWT mencintaimu Dzat yang telah membuatmu mencintaiku karena-Nya)," jawabku lirih."Dewi ...! Mau kah jadi Istri Kakak? Malam ini aku memintamu, bersediakah kamu menjadi pendamping hidupku?!" tanya Kak dewa sambil mengangkat dagu ini agar menatapnya juga.Aku mendongak menatap sosok tinggi tegap dan wajah yang semakin membuat kagum diri ini, lalu menganggukkan kepala sambil tersenyum malu-malu.Mata itu menatapku lekat, makin dekat, pesonanya mampu membuat diri ini terhipnotis, bergetar sekujur tubuhku kala bibir penuh nan sexy itu menyentuh bibirku, terasa hangat, aku tak
Ceklek!Shella membuka pintu kamarnya."Dewi, lu langsung ke kamar mandi aja ya, cuci muka dulu, sebelum dimake up," ujar Shella."Okey, Besti!" Aku berjalan menuju kamar mandi dalam ruangan ini.Namun baru saja melangkah, Shella memanggilku."Dewi ...!" panggil Shella.Aku berhenti dan menatap ke arahnya, menunggu apa yang akan dibicarakannya."Gue masih penasaran deh, kalian berdua ngobrol apa aja tadi, gimana bisa sampe terjadi pernikahan dadakan ini, terus gimana tadi cara kalian berdua sama-sama tahu saling mencintai, terus jadian, cerita ya nanti ... Pokoknya harus cerita ke gue!" Shella mendesak, bertanya padaku dengan beruntun dan antusias."Ih ...! Ogah .... malu cerita, dilarang kepo!" ujarku dengan wajah malu-malu, lalu segera melangkah lagi ke toilet."Yaelah ...! Sama adek ipar nggak boleh begitu woy! Kakak ipar, nggak boleh durhaka ya," seru Shella pura-pura merajuk.Aku hanya membalasnya dengan tersenyum.Ceklek! Pintu terbuka, lalu muncul wajah Kak Dewa. Tersenyum m
POV AUTHOR"Saya terima nikah dan kawinnya, Dewi Kusumaningati binti Sukoco dengan Mas Kawin seperangkat alat sholat beserta 1 set perhiasan emas murni tunai." Dewa dengan lantang dan lancar mengucapkan ijab kabulnya."Alhamdulillah, sah ...!""Sah ...!"Sah ...!"Riuh suara semua orang yang ada di ruangan, menjadi saksi pernikahan Dewa dan Dewi, dalam pernikahan yang tak terduga ini.Papa, Mama dan Shella terlihat menangis terharu. Kakek dan Nenek duduk manis di tempat yang membuat mereka nyaman, karena ruangan penuh kerabat dekat dan para tamu. Mereka berkumpul ikut menyalami para tamu.Kedua mempelai saling berpandangan, dan tersenyum. Lalu terdengar riuh suara."Cium ...!""Cium ...!""Cium ...!"Dewi menunduk malu-malu, lalu kedua tangan Dewa memegang kepala Istrinya dan mengecup cukup lama kening wanita yang di cintainya yang kini sudah sah menjadi istrinya.Tepuk tangan riuh terdengar dari mereka yang turut berbahagia dengan pernikahan ini, walau sederhana namun sangat meri