"Ayah baru? Maksudnya apa sih Kak?" tanya Aisyah polos.Ibu menggeleng-gelengkan kepala, memintaku agar menyudahi obrolan ini, namun aku tidak setuju, aku masih ingin menggoda adikku."Ayah baru itu, kalau Ibu menikah lagi, jadi punya suami baru, suami Ibu itu yang jadi Ayah baru Aisyah," jelasku."Ibu emang mau nikah lagi? Berarti Ayah tiri namanya Kak, galak nggak? Aisyah nggak mau! Takut punya Ayah tiri jahat kayak di tivi-tivi?" ujarnya sendu.Ibu hanya diam menyimak dan memperhatikan aku dan Aisyah mengobrol."Nggak semua Ayah tiri jahat Dek, ada yang baik dan super baik juga kok, makanya sering-sering berdoa ya, semua Aisyah di kasih Ayah tiri yang baik," ujarku."Sudah Kak! Aku pernah berdoa kok, Ya Allah semoga Aisyah bisa punya Ayah lagi yang sayang sama Ibu, Kakak dan Aisyah seperti Om Dewa, gitu Kak," katanya polos.Aku menahan tawa, sambil melihat reaksi Ibu yang tercengang.Tiba-tiba ponselku berdering."Om Dewa? Panjang umur Dek! Habis diomongin orangnya telpon," katak
KEKECEWAAN SHELLA PADA DEWIBAB 52Aku melirik jam dinding lagi, jam tiga lebih lima belas menit, masih ada waktu, jam 5 sore sudah harus dibawa ke rumah Shella."Mbak Dewi! Ini bikin nasi gorengnya seberapa banyak?" tanya Gembong yang baru datang langsung aku tugaskan memasak nasi goreng spesial."Kira-kira untuk 25 porsi kalau sudah jadi masukin ke termos nasi ya, biar awet hangat," ujarku sambil meneliti yang harus dipersiapkan, ada 5 ekor bebek goreng, ayam panggang, ikan bakar, aneka lalapan, sambel tomat terasi dan sambel mangga muda, tumis kangkung, rica-rica, tongseng.Aku tak perhitungan dengan apa yang akan aku bawa, mereka selama ini sangat baik dan selalu menolongku dengan iklasMama Laura tadi bilang tamunya dari Saudi, rekan-rekannya yang lain juga datang bersama istrinya, aku siapkan juga menu Indonesia lainnya yang tidak ada di warungku, seperti sate dan pecel.--------Setelah rapi semua menu, aku segera membersihkan diri dan bersiap-siap. Ardi dan Aisyah sudah rapi l
Aku segera keluar dan menutup pintu kamar Shella, kaki ini berjalan melangkah ke arah ruang sholatan, karena adzan magrib sudah terdengar, pandanganku menoleh sejenak ke arah para tamu yang berkumpul karena aku bisa melihatnya dari posisi yang aku lalui.Mata ini melihat para tamu yang dari Saudi, teringat kata Shella 2-3 hari lagi mereka akan kembali ke negaranya bersama Kak Dewa juga.Mata ini penasaran mencari sosok Kak Dewa yang tadi terlihat memakai pakaian sangat rapi, begitu tampan dan berkarisma.Saat mata ini menemukan sosok yang aku cari, dia sedang duduk bersama para tamu, ternyata Kak Dewa juga sedang menatapku.Ya Ampun! Jantung ini tiba-tiba berdetak lebih cepat, kenapa bisa barengan sih saling melihatnya, aku segera memalingkan wajah, namun ada perasaan nyaman setelah melihat wajah Kak Dewa, eh. Jadi senyum senyum sendiri.Setelah sholat magrib berjamaah, mereka semua makan malam bersama, tempat terpisah, untuk para lelaki di sebelah kanan untuk para perempuan di meja
Terdengar bisikan lembut di telingaku."Kenapa Kakak nggak boleh pergi?" Kak dewa bertanya padaku dengan nada menggoda, dia seperti ingin tahu isi hati ini."Nggak! Jangan pergi ..!" jawabku tegas masih tak ingin melepas pelukan, aku juga tak berani mengungkap rasa di hati ini."Ana Uhibbuka Fillah ( Aku mencintaimu karena Allah)," bisik Kak Dewa lembut di telingaku."Ahabbakilladzii ahbabtani ilahuu (Semoga Allah SWT mencintaimu Dzat yang telah membuatmu mencintaiku karena-Nya)," jawabku lirih."Dewi ...! Mau kah jadi Istri Kakak? Malam ini aku memintamu, bersediakah kamu menjadi pendamping hidupku?!" tanya Kak dewa sambil mengangkat dagu ini agar menatapnya juga.Aku mendongak menatap sosok tinggi tegap dan wajah yang semakin membuat kagum diri ini, lalu menganggukkan kepala sambil tersenyum malu-malu.Mata itu menatapku lekat, makin dekat, pesonanya mampu membuat diri ini terhipnotis, bergetar sekujur tubuhku kala bibir penuh nan sexy itu menyentuh bibirku, terasa hangat, aku tak
Ceklek!Shella membuka pintu kamarnya."Dewi, lu langsung ke kamar mandi aja ya, cuci muka dulu, sebelum dimake up," ujar Shella."Okey, Besti!" Aku berjalan menuju kamar mandi dalam ruangan ini.Namun baru saja melangkah, Shella memanggilku."Dewi ...!" panggil Shella.Aku berhenti dan menatap ke arahnya, menunggu apa yang akan dibicarakannya."Gue masih penasaran deh, kalian berdua ngobrol apa aja tadi, gimana bisa sampe terjadi pernikahan dadakan ini, terus gimana tadi cara kalian berdua sama-sama tahu saling mencintai, terus jadian, cerita ya nanti ... Pokoknya harus cerita ke gue!" Shella mendesak, bertanya padaku dengan beruntun dan antusias."Ih ...! Ogah .... malu cerita, dilarang kepo!" ujarku dengan wajah malu-malu, lalu segera melangkah lagi ke toilet."Yaelah ...! Sama adek ipar nggak boleh begitu woy! Kakak ipar, nggak boleh durhaka ya," seru Shella pura-pura merajuk.Aku hanya membalasnya dengan tersenyum.Ceklek! Pintu terbuka, lalu muncul wajah Kak Dewa. Tersenyum m
POV AUTHOR"Saya terima nikah dan kawinnya, Dewi Kusumaningati binti Sukoco dengan Mas Kawin seperangkat alat sholat beserta 1 set perhiasan emas murni tunai." Dewa dengan lantang dan lancar mengucapkan ijab kabulnya."Alhamdulillah, sah ...!""Sah ...!"Sah ...!"Riuh suara semua orang yang ada di ruangan, menjadi saksi pernikahan Dewa dan Dewi, dalam pernikahan yang tak terduga ini.Papa, Mama dan Shella terlihat menangis terharu. Kakek dan Nenek duduk manis di tempat yang membuat mereka nyaman, karena ruangan penuh kerabat dekat dan para tamu. Mereka berkumpul ikut menyalami para tamu.Kedua mempelai saling berpandangan, dan tersenyum. Lalu terdengar riuh suara."Cium ...!""Cium ...!""Cium ...!"Dewi menunduk malu-malu, lalu kedua tangan Dewa memegang kepala Istrinya dan mengecup cukup lama kening wanita yang di cintainya yang kini sudah sah menjadi istrinya.Tepuk tangan riuh terdengar dari mereka yang turut berbahagia dengan pernikahan ini, walau sederhana namun sangat meri
Dewi masuk dan merapikan tempat tidur di kamar Dewa, karena acara pernikahan ini mendadak, dia dan anak-anaknya tak ada yang membawa baju ganti, untung Shella punya stock baju tidur yang masih belum dipakai dan memberikannya untuk Dewi dan Aisyah.Baju Ardi sudah dibawakan, meminjam punya temannya.Ada kegugupan dalam diri Dewi, karena ini malam pertama tidur bersama suami barunya.Ceklek!Dewa keluar dari kamar mandi hanya memakai celana pendek saja dan kaos singlet ketat menampilkan lekuk tubuh dan otot-ototnya yang kekar.Hati dan tubuh Dewi berdesir, salah tingkah dan tak berani menatap ke arah suaminya. Dia tetap asik dengan kegiatan merapikan meja rias, meletakkan mahar yang diberikan untuknya tadi.Dewa tersenyum geli melihat kegugupan wanita yang baru saja di nikahinya.Lalu Dewa mendekat dan memeluk pinggang istrinyanya perlahan dari belakang."Sayang ...! Aku sekarang sudah jadi suamimu, kenapa malu, aku milikmu seutuhnya, siap memanjakan kamu dan dimanjakan olehmu." De
"Kalau mau lihat putri kita ya nggak apa-apa, dibangunin diajak Subuhan bersama.""Kalau sarapan sudah ada Bibi Nuha dan Mbak yang masak, biarkan mereka yang bekerja ya, kamu nggak usah ikut-ikutan ke dapur, kamu khusus perhatiin ke aku aja," ujar Dewa pada istrinya.Lagi-lagi Dewi tersenyum, entah bucin, entah karena ucapan suaminya memang lucu."Iya Kak, aku mau bangunin anak-anak, kita sholat subuh berjamaah ya, sekalian ngobrol yang rencana mau pergi ke Saudi, mumpung ini hari Minggu libur sekolah, aku mikirnya Aisyah aja, bisa nggak ditinggal beberapa bulan," ujar Dewi resah."Iya Sayang ...! Nanti pas sarapan bersama kita obrolin ya, hari ini Pak Aziz mengurus dokumen keberangkatan yang di perlukan buat ke Saudi nanti." "Ini Dek ...! Ambil ...! Bawa kartu ini ya, pakai untuk keperluan kamu dan anak-anak," ujar Dewa memberikan kartu ATM berwarna hitam pada istrinya.Dewi menerima kartu ATM pemberian suaminya. "Kasih aku uang tunai aja Kak, aku jarang pakai ATM." Dewi menolak p