"Ardi, setelah lulus sekolah, ada rencana kuliah di mana? Di Indonesia saja atau di luar negeri," tanya Pak Bahtiar."Kuliah di sini saja Om, biar dekat sama keluarga, nggak tega pergi jauh dari Ibu," jawab Ardi sopan."Bukannya Ibu kamu sudah ada Pak Dewa yang pasti selalu menjaga Istrinya, dan kamu bisa lanjut kuliah di luar negeri bareng Tiara, putri kami setelah lulus akan lanjut kuliah di luar negeri, ikut serta menemani kami, saya ada tugas di sana."Ardi terkejut mendengar penjelasan dari Om Bahtiar, begitu pun wajah sang gadis, terlihat menunduk sedih, dia tidak berani menentang rencana orang tua yang telah merawat, melindungi dan menyayanginya penuh kasih sayang."Maksud Om bagaimana? Kalian mau pergi lagi ke Luar Negeri dalam waktu lama? Tiara juga?" Ardi bertanya cemas, sambil menatap lekat wajah teduh Papa dari kekasih hatinya."Ya, benar," jawab Pak Bahtiar tegas menatap lekat pula ke arah sang Pemuda di depannya yang terlihat mulai panik."Tidak Om! Jangan bawa Tiara,
"Tunangan? Dua pasangan? Siapa?" tanya Bunda Yulia keheranan.Ayah Fandi yang sedang mengobrol dengan Dewa juga menyimak pembicaraan.Ardi dan Tiara yang sedang membahas cincin pertunangannya juga ikut mendengarkan.Dewi memandang ke arah Hanif dan Seruni."Sepertinya aku melihat aura bahagia dan saling terpesona nich, di wajah kalian saat saling memandang dan bicara, yakin nich adik-adik aku nggak pengen segera di halalin aja. Ayo dong jangan kalah sama Ardi yang masih bau kencur, sudah berani ngelamar langsung di depan calon mertua," ujar Dewi sambil menaik turunkan kedua alisnya, memberi kode bahwa dia turut bahagia dan mendukung hubungan mereka berdua.Seketika wajah tegang tergambar jelas di wajah Hanif dan Seruni, kala pandangan mata kedua orang tuanya dan semua yang ada di ruangan kini fokus menatap dirinya.Hanif garuk-garuk kepalanya sambil senyum-senyum tersipu, dia binggung menjawab, karena orangtuanya belum mengetahui hal ini."Hanif? Benarkah yang diucapkan Mbak kamu?" t
Mata Aisyah terpejam, mengatur detak jantung yang berdebar karena kejadian tak terduga yang di alaminya, tubuh mungilnya terasa sakit dihantam tubuh tinggi besar si pencopet.Jeda beberapa menit saja dengan jatuhnya Aisyah ke lantai, tiba-tiba.Gedubrak!Terlihat seorang pencopet jatuh terjerembab, menelungkup di lantai, menjatuhkan kursi plastik tukang es, pencopet itu secepatnya bangun lagi, ingin melarikan diri walau dengan kaki pincang, namun pemuda berseragam SMA itu terlihat gerak cepat menjegal kaki si pencopet lagi hingga terjatuh, sepertinya pemuda itu yang sudah membantu menjatuhkan pencopet itu.Namun gerak pencopet juga kalah cepat dengan para pengunjung yang geram dengan ulahnya, mereka segera menangkapnya dan memanggil satpam.Ada beberapa pengunjung yang tubuhnya terpelanting karena ditabrak badan besar si pencopet, mereka semua dibantu berdiri, termasuk Aisyah.Dalam posisi berdiri, Aisyah memperhatikan si pencopet sambil meringis kesakitan di bagian punggungnya, ke
Tiara tersenyum mendengar ucapan Pak Danu, Supir pribadi keluarganya."Anggap aja kalian ini seolah-olah calon mertuaku, sekarang di cicipi ya, terus koment dong, rasanya enak nggak, di makan pantes nggak?"Tiara bertanya sambil memperhatikan Bi Surya, Pak Danu dan Pisca yang mulai mencicipi masakannya."Hmmm, jos ini Non, enak banget, asli enak loh," puji Pisca."Sip Non, siapa dulu chef-nya hehehe," seloroh Bi Surya."Makasih ya Bi Surya, dah ngajarin aku, besok-besok ajarin lagi ya, soalnya Ibu mertua aku pinter masak, masa iya, menantunya nggak bisa masak, malu aku," seloroh Tiara."Oh ya, Pak Danu gimana komentarnya? Masakan aku, Kok diam aja?" Tiara bertanya sambil memperhatikan lekat Pak Danu, yang fokus dengan makanannya."Rasanya mantap Non, pasti senang suami dan mertua di masakin seperti ini, makasih ya Non kita bertiga dah di suruh nyicipin yang pertama kali, bikin Bapak terharu, walau cuma jadi calon mertua bohongan, ini bapak juga lagi makan sambil bayangin masakannya
Siang hari, di rumah DewiKesibukan menjelang hari pertunangan dimulai, acara sepakat diadakan di rumah orang tua Tiara.Dewa sendiri juga sibuk merenovasi rumah istrinya, dirubah menjadi istana kecil untuk mereka, keluarga kecilnya, karena Dewi dan anak-anaknya lebih nyaman tinggal di rumah peninggalan orangtuanya, mereka lebih senang bertemu dengan tetangga sekitar dan pembeli setiap hari.Dewa harus rela meninggalkan rumah besar nan mewah milik orang tuanya, tapi Dewa tetap bahagia tinggal dimanapun, asal selalu bersama istri tercinta dan anak-anak sambungnya.Apalagi sejak keluar hasil USG dari dokter kandungan jika Dewi mengandung anak kembar, kebahagiaan keluarga Hamijoyo semakin bertambah.Papa Handoko dan Mama Laura, langsung memerintah orang kepercayaannya mencari tukang-tukang profesional untuk membantu Dewa merenovasi rumah Dewi menjadi lebih indah, luas dan nyaman, juga membuat kamar untuk calon anak kembarnya."Alhamdulillah, akhirnya selesai juga, tinggal fokus ngurus a
"Hah! Beneran? Waduh, dah bagus nggak kena gampar kamu si Arga itu ya," ujar Ani geram."Nggak lah, jangan benci dia, yang salah itu para orang tua, anaknya kalau nggak tau apa-apa, jangan di bawa-bawa, sepertinya Arga belum ngerti, dia hanya ingin cari tahu aja, gue lebih baik menghindar, malah kasian kalau dia tau kebenarannya jadi ikut sakit hati," tutur Aisyah."Tuh kan, emang dasar lu orangnya nggak tegaan," tukas Mia.Setelah ke empat sahabat Aisyah selesai mencoba baju seragam untuk dikenakan di acara pertunangan Kak Ardi nanti, seragam sudah pas di badan mereka, kelima sahabat itu lanjut makan siang bersama.------Dewa dan Istrinya yang sudah selesai membersihkan diri dan bersiap pergi, melangkah ke arah warung makan miliknya, untuk mengecek nasi kotak yang akan dibawanya juga ke panti asuhan.Pasangan suami istri itu menyapa Putrinya dan sahabat-sahabatnya saat melihat keberadaan mereka di warung."Hallo Sayang Aisyah, hallo juga kalian semua, lagi di sini ternyata ya, selam
Arjuna, Bima, Dimas melirik ke arah Kakaknya, Dewa yang sedang memperhatikan anak gadis mereka, Bima dan Dimas juga ikut memperhatikan yang Arjuna lihat."Apa mereka sedang memperhatikan kita?" tanya Bima heran."Sepertinya iya, kok arah jalannya nggak sama, mereka menuju lapangan samping," ujar Sultan.Sultan yang sadar para gadis itu sesekali memperhatikan mereka, berinisiatif melambaikan tangan lalu mengarahkan telunjuknya ke arah Kak Dewa yang berdiri menunggu bersama Istrinya.Benar saja, para gadis itu sontak celingukan mencari keberadaan Dewa dan Dewi.Setelah sadar mereka salah jalan, tawa mereka justru berderai, saling berpegangan tangan dan bercanda, berjalan cepat menghampiri orang tua yang menunggu mereka."Ayah, Ibu Maaf, maafin daku," Aisyah menggelendot manja pada sang Ibu dengan malu-malu."Maaf Om, Tante, nggak fokus tadi," ujar teman-teman Aisyah."Nggak Apa-apa, ayo kita pulang ya." Dewa mengusap lembut puncak kepala putri sambungnya.Kedua orang tua ini mengetahui
"Binggung kenapa?" tanya Dewi heran."Bingung yang mana pengantinnya, Bapak sama Anak sama-sama ganteng dan keren, sama-sama bersinar wajahnya hehehe." Mbak Sumi cengengesan sambil menganggukkan kepala dengan sopan di depan Dewa."Bisa aja Mbak Sumi Ini," Dewi dan suaminya tersenyum mendengar candaan Mbak Sumi."Itu Non Aisyah juga cantik banget, takut di acara Kak Ardi nanti ada yang nekad ngelamar juga, nggak kuat lihat cakepnya?" Gurau Mbak Sumi lagi yang langsung disambut riuh teman-teman Ardi."Wah, gue boleh gercep nggak Ardi? Takut keduluan yang lain?" tanya salah seorang teman Ardi sambil nyengir."Gue juga pengen deketin sih, tapi ciut nyali liat bokapnye sama Abangnye pengusaha sukses hehehe," celetuk Fauzi.Ardi membalas dengan senyuman sambil melihat Adiknya yang cemberut malu-malu mencubit lengan Mbak Sumi.Lalu mereka memasuki mobil-mobil yang sudah disediakan, beberapa tetangga kanan kiri Dewi juga ikut bersama Bapak dan Ibu RT, bantu membawa seserahan buat pengantin