"Hah! Beneran? Waduh, dah bagus nggak kena gampar kamu si Arga itu ya," ujar Ani geram."Nggak lah, jangan benci dia, yang salah itu para orang tua, anaknya kalau nggak tau apa-apa, jangan di bawa-bawa, sepertinya Arga belum ngerti, dia hanya ingin cari tahu aja, gue lebih baik menghindar, malah kasian kalau dia tau kebenarannya jadi ikut sakit hati," tutur Aisyah."Tuh kan, emang dasar lu orangnya nggak tegaan," tukas Mia.Setelah ke empat sahabat Aisyah selesai mencoba baju seragam untuk dikenakan di acara pertunangan Kak Ardi nanti, seragam sudah pas di badan mereka, kelima sahabat itu lanjut makan siang bersama.------Dewa dan Istrinya yang sudah selesai membersihkan diri dan bersiap pergi, melangkah ke arah warung makan miliknya, untuk mengecek nasi kotak yang akan dibawanya juga ke panti asuhan.Pasangan suami istri itu menyapa Putrinya dan sahabat-sahabatnya saat melihat keberadaan mereka di warung."Hallo Sayang Aisyah, hallo juga kalian semua, lagi di sini ternyata ya, selam
Arjuna, Bima, Dimas melirik ke arah Kakaknya, Dewa yang sedang memperhatikan anak gadis mereka, Bima dan Dimas juga ikut memperhatikan yang Arjuna lihat."Apa mereka sedang memperhatikan kita?" tanya Bima heran."Sepertinya iya, kok arah jalannya nggak sama, mereka menuju lapangan samping," ujar Sultan.Sultan yang sadar para gadis itu sesekali memperhatikan mereka, berinisiatif melambaikan tangan lalu mengarahkan telunjuknya ke arah Kak Dewa yang berdiri menunggu bersama Istrinya.Benar saja, para gadis itu sontak celingukan mencari keberadaan Dewa dan Dewi.Setelah sadar mereka salah jalan, tawa mereka justru berderai, saling berpegangan tangan dan bercanda, berjalan cepat menghampiri orang tua yang menunggu mereka."Ayah, Ibu Maaf, maafin daku," Aisyah menggelendot manja pada sang Ibu dengan malu-malu."Maaf Om, Tante, nggak fokus tadi," ujar teman-teman Aisyah."Nggak Apa-apa, ayo kita pulang ya." Dewa mengusap lembut puncak kepala putri sambungnya.Kedua orang tua ini mengetahui
"Binggung kenapa?" tanya Dewi heran."Bingung yang mana pengantinnya, Bapak sama Anak sama-sama ganteng dan keren, sama-sama bersinar wajahnya hehehe." Mbak Sumi cengengesan sambil menganggukkan kepala dengan sopan di depan Dewa."Bisa aja Mbak Sumi Ini," Dewi dan suaminya tersenyum mendengar candaan Mbak Sumi."Itu Non Aisyah juga cantik banget, takut di acara Kak Ardi nanti ada yang nekad ngelamar juga, nggak kuat lihat cakepnya?" Gurau Mbak Sumi lagi yang langsung disambut riuh teman-teman Ardi."Wah, gue boleh gercep nggak Ardi? Takut keduluan yang lain?" tanya salah seorang teman Ardi sambil nyengir."Gue juga pengen deketin sih, tapi ciut nyali liat bokapnye sama Abangnye pengusaha sukses hehehe," celetuk Fauzi.Ardi membalas dengan senyuman sambil melihat Adiknya yang cemberut malu-malu mencubit lengan Mbak Sumi.Lalu mereka memasuki mobil-mobil yang sudah disediakan, beberapa tetangga kanan kiri Dewi juga ikut bersama Bapak dan Ibu RT, bantu membawa seserahan buat pengantin
Melihat Danu yang seketika ada kekuatan dan semangat ingin ikut melihat acara, membuat Pisca makin heran."Ayo, kita ke sana sekarang," ujar Danu yang langsung berdiri, sambil mengganti masker dengan yang baru, yang sebelumnya dibuang karena basah air mata, tak lupa memasang kacamata dan topinya lagi."Habiskan dulu roti dan wedang jahenya, aku nggak mau sampai Mas Danu pingsan di acara ya," tegas Pisca, menatap Danu heran.Danu kembali duduk dan segera menghabiskan rotinya dengan cepat, tidak dikunyah sampai halus, hanya 2-3 kunyahan langsung di telan, lalu menghabiskan 1 gelas air putih hingga tak tersisa.Pisca benar-benar dibuat heran dan penasaran."Mas Danu, ada apa sebenarnya?" tanya Pisca."Nggak ada apa-apa, ayo keburu telat, takut selesai acaranya." Danu kekeh mengajak ke lokasi acara.Pisca tertawa sinis."Mas pikir aku nggak ngerti, cara kamu yang seperti ini aneh, sudah bisa ditebak, pasti ada sesuatu, tapi ya sudahlah, acara sudah mulai, ayo." Akhirnya Pisca harus mena
Acara dilanjutkan dengan live musik, Tiara dan Ardi mengundang salah satu Artis ternama Ibukota , para tamu juga dipersilahkan menyanyi yang berminat menyumbangkan suaranya.Hadir juga dari Panti Asuhan, Sultan, Bima, dan Dimas beserta anak-anak panti lainnya yang mempersembahkan musik Qosidahan dan Sholawatan, mereka semua terlatih bahkan mempunyai alat musik sendiri yang mereka bawa dari Panti, membawakan lagu spesial untuk kedua mempelai.Suara mereka ternyata sangat merdu, penampilan Putra-putri dari panti itu begitu memukau, bukan cuma suara mereka yang halus dan menyentuh, tapi wajah beberapa remaja yang berwajah bening, membuat yang menonton terpesona, termasuk Aisyah dan sahabat-sahabatnya. Itulah yang membuat Aisyah enggan naik ke panggung pelaminan Kakaknya, sampai-sampai sang Kakak langsung yang menghampirinya.Aisyah dari awal perjumpaan, memang sudah terpesona dengan wajah bening dan teduh milik Sultan, kini makin terpesona dengan suara merdunya yang menghipnotis banya
Wajah tampan yang Aldo miliki menurun dari kecantikan Mamanya Shella dan Ayahnya Aldi yang memang keturunan bule."Aldo, kenalin ini teman-teman aku, yang waktu itu aku cerita, yang itu mulai dari kanan Mia, Maya, Yuli, Nia."Aisyah memperkenalkan teman-temannya."Yang para cowok dari Panti Asuhan Ayah Dewa loh, udah kenal belum? Sudah pernah ke Panti?" tanya Aisyah sambil menatap Aldo.Aldo menggelengkan kepala, tanda belum pernah di ajak ke Panti oleh Om Dewa."Okey, kenalin dari yang kiri namanya Bima, Dimas, Sultan, Angga," ujar Aisyah menyebut satu persatu temannya."Hai salam kenal ya, aku Aldo," sapa Aldo melambaikan tangan pada semua teman Aisyah sambil mengulas senyum yang begitu manis hingga menampilkan lesung pipit di wajahnya.Tak ada yang membalas sapaan Aldo, karena para gadis itu terkesima juga terpesona dengan sosok Aldo yang tampil beda, pemuda itu memakai kemeja dan rompi dibalut jas tuxedo, celana panjang dan sepatu yang berkilat menunjukkan kualitas Harga mahalnya
Ardi memandang Ayah Dewa dan Ibunya dengan prustasi, tiba-tiba hatinya berdebar dan diliputi kecemasan luar biasa, takut membayangkan dan menghadapi reaksi orangtua Tiara bila tahu, supir pribadinya selama ini adalah Ayah kandung menantunya, besannya."Ada apa sih Kak, kok tegang seperti ini?" tanya Tiara menatap lekat mata Ardi, gadis itu mrmunggu jawaban yang jujur dari suaminya.Ardi balas memandang wajah Tiara, diraihnya kedua tangan sang Istri dan mengecupnya berkali-kali."Maafkan aku ya, kalau aku belum banyak bercerita tentang keluarga aku, tapi sebelumnya kamu tahu kan? Ayah Dewa adalah ayah sambung aku, suami kedua Ibu aku." tutur Ardi lembut, yang dibalas Anggukan kepala Tiara tanda mengerti."Sebelum ada Ayah Dewa, aku punya Ayah kandung yang menghilang tak ada kabar selama ini, dan aku tak pernah mengingat Ayah kandungku lagi." Ardi menghela napas sejenak."Lalu? Sekarang apa kamu mendengar kabarnya? Apakah itu yang membuatmu cemas sekarang ini?" tanya Tiara."Iya Saya
Sebesar apa pun sakit yang diberikan sang Ayah, namun kerinduan sebagai seorang anak masih lebih berat di hati Aisyah pada lelaki bergelar 'Ayah' itu.Melihat Kakaknya berjalan menghampiri lelaki yang memakai kacamata dan topi, Aisyah juga ikut mendekati."Ayah!" panggil Aisyah lembut.Danu yang mendengar suara putri kesayangannya yang kini sudah beranjak gadis, langsung membalikkan badan, kerinduannya tak terbendung lagi, ingin rasa hati memeluk dan dipeluk buah hatinya.Ditatapnya wajah cantik nan anggun itu, air mata Danu meluncur di balik kacamatanya, namun Danu tak mau membukanya, pria itu masih malu menghadapi pandangan orang dengan keadaannya saat ini, terutama Dewi dan Shella."Ayah ...ini ayah Danu?" tanya Aisyah dengan lembut dan suara bergetar menahan haru, sambil perlahan melangkah mendekat.Danu terharu, pria itu segera membentangkan kedua tangan, untuk menerima pelukan putrinya, walau ada ragu, takut Aisyah menolak dipeluk sang Ayah, saat ini hanya Aisyah yang mampu