Mata Aisyah terpejam, mengatur detak jantung yang berdebar karena kejadian tak terduga yang di alaminya, tubuh mungilnya terasa sakit dihantam tubuh tinggi besar si pencopet.Jeda beberapa menit saja dengan jatuhnya Aisyah ke lantai, tiba-tiba.Gedubrak!Terlihat seorang pencopet jatuh terjerembab, menelungkup di lantai, menjatuhkan kursi plastik tukang es, pencopet itu secepatnya bangun lagi, ingin melarikan diri walau dengan kaki pincang, namun pemuda berseragam SMA itu terlihat gerak cepat menjegal kaki si pencopet lagi hingga terjatuh, sepertinya pemuda itu yang sudah membantu menjatuhkan pencopet itu.Namun gerak pencopet juga kalah cepat dengan para pengunjung yang geram dengan ulahnya, mereka segera menangkapnya dan memanggil satpam.Ada beberapa pengunjung yang tubuhnya terpelanting karena ditabrak badan besar si pencopet, mereka semua dibantu berdiri, termasuk Aisyah.Dalam posisi berdiri, Aisyah memperhatikan si pencopet sambil meringis kesakitan di bagian punggungnya, ke
Tiara tersenyum mendengar ucapan Pak Danu, Supir pribadi keluarganya."Anggap aja kalian ini seolah-olah calon mertuaku, sekarang di cicipi ya, terus koment dong, rasanya enak nggak, di makan pantes nggak?"Tiara bertanya sambil memperhatikan Bi Surya, Pak Danu dan Pisca yang mulai mencicipi masakannya."Hmmm, jos ini Non, enak banget, asli enak loh," puji Pisca."Sip Non, siapa dulu chef-nya hehehe," seloroh Bi Surya."Makasih ya Bi Surya, dah ngajarin aku, besok-besok ajarin lagi ya, soalnya Ibu mertua aku pinter masak, masa iya, menantunya nggak bisa masak, malu aku," seloroh Tiara."Oh ya, Pak Danu gimana komentarnya? Masakan aku, Kok diam aja?" Tiara bertanya sambil memperhatikan lekat Pak Danu, yang fokus dengan makanannya."Rasanya mantap Non, pasti senang suami dan mertua di masakin seperti ini, makasih ya Non kita bertiga dah di suruh nyicipin yang pertama kali, bikin Bapak terharu, walau cuma jadi calon mertua bohongan, ini bapak juga lagi makan sambil bayangin masakannya
Siang hari, di rumah DewiKesibukan menjelang hari pertunangan dimulai, acara sepakat diadakan di rumah orang tua Tiara.Dewa sendiri juga sibuk merenovasi rumah istrinya, dirubah menjadi istana kecil untuk mereka, keluarga kecilnya, karena Dewi dan anak-anaknya lebih nyaman tinggal di rumah peninggalan orangtuanya, mereka lebih senang bertemu dengan tetangga sekitar dan pembeli setiap hari.Dewa harus rela meninggalkan rumah besar nan mewah milik orang tuanya, tapi Dewa tetap bahagia tinggal dimanapun, asal selalu bersama istri tercinta dan anak-anak sambungnya.Apalagi sejak keluar hasil USG dari dokter kandungan jika Dewi mengandung anak kembar, kebahagiaan keluarga Hamijoyo semakin bertambah.Papa Handoko dan Mama Laura, langsung memerintah orang kepercayaannya mencari tukang-tukang profesional untuk membantu Dewa merenovasi rumah Dewi menjadi lebih indah, luas dan nyaman, juga membuat kamar untuk calon anak kembarnya."Alhamdulillah, akhirnya selesai juga, tinggal fokus ngurus a
"Hah! Beneran? Waduh, dah bagus nggak kena gampar kamu si Arga itu ya," ujar Ani geram."Nggak lah, jangan benci dia, yang salah itu para orang tua, anaknya kalau nggak tau apa-apa, jangan di bawa-bawa, sepertinya Arga belum ngerti, dia hanya ingin cari tahu aja, gue lebih baik menghindar, malah kasian kalau dia tau kebenarannya jadi ikut sakit hati," tutur Aisyah."Tuh kan, emang dasar lu orangnya nggak tegaan," tukas Mia.Setelah ke empat sahabat Aisyah selesai mencoba baju seragam untuk dikenakan di acara pertunangan Kak Ardi nanti, seragam sudah pas di badan mereka, kelima sahabat itu lanjut makan siang bersama.------Dewa dan Istrinya yang sudah selesai membersihkan diri dan bersiap pergi, melangkah ke arah warung makan miliknya, untuk mengecek nasi kotak yang akan dibawanya juga ke panti asuhan.Pasangan suami istri itu menyapa Putrinya dan sahabat-sahabatnya saat melihat keberadaan mereka di warung."Hallo Sayang Aisyah, hallo juga kalian semua, lagi di sini ternyata ya, selam
Arjuna, Bima, Dimas melirik ke arah Kakaknya, Dewa yang sedang memperhatikan anak gadis mereka, Bima dan Dimas juga ikut memperhatikan yang Arjuna lihat."Apa mereka sedang memperhatikan kita?" tanya Bima heran."Sepertinya iya, kok arah jalannya nggak sama, mereka menuju lapangan samping," ujar Sultan.Sultan yang sadar para gadis itu sesekali memperhatikan mereka, berinisiatif melambaikan tangan lalu mengarahkan telunjuknya ke arah Kak Dewa yang berdiri menunggu bersama Istrinya.Benar saja, para gadis itu sontak celingukan mencari keberadaan Dewa dan Dewi.Setelah sadar mereka salah jalan, tawa mereka justru berderai, saling berpegangan tangan dan bercanda, berjalan cepat menghampiri orang tua yang menunggu mereka."Ayah, Ibu Maaf, maafin daku," Aisyah menggelendot manja pada sang Ibu dengan malu-malu."Maaf Om, Tante, nggak fokus tadi," ujar teman-teman Aisyah."Nggak Apa-apa, ayo kita pulang ya." Dewa mengusap lembut puncak kepala putri sambungnya.Kedua orang tua ini mengetahui
"Binggung kenapa?" tanya Dewi heran."Bingung yang mana pengantinnya, Bapak sama Anak sama-sama ganteng dan keren, sama-sama bersinar wajahnya hehehe." Mbak Sumi cengengesan sambil menganggukkan kepala dengan sopan di depan Dewa."Bisa aja Mbak Sumi Ini," Dewi dan suaminya tersenyum mendengar candaan Mbak Sumi."Itu Non Aisyah juga cantik banget, takut di acara Kak Ardi nanti ada yang nekad ngelamar juga, nggak kuat lihat cakepnya?" Gurau Mbak Sumi lagi yang langsung disambut riuh teman-teman Ardi."Wah, gue boleh gercep nggak Ardi? Takut keduluan yang lain?" tanya salah seorang teman Ardi sambil nyengir."Gue juga pengen deketin sih, tapi ciut nyali liat bokapnye sama Abangnye pengusaha sukses hehehe," celetuk Fauzi.Ardi membalas dengan senyuman sambil melihat Adiknya yang cemberut malu-malu mencubit lengan Mbak Sumi.Lalu mereka memasuki mobil-mobil yang sudah disediakan, beberapa tetangga kanan kiri Dewi juga ikut bersama Bapak dan Ibu RT, bantu membawa seserahan buat pengantin
Melihat Danu yang seketika ada kekuatan dan semangat ingin ikut melihat acara, membuat Pisca makin heran."Ayo, kita ke sana sekarang," ujar Danu yang langsung berdiri, sambil mengganti masker dengan yang baru, yang sebelumnya dibuang karena basah air mata, tak lupa memasang kacamata dan topinya lagi."Habiskan dulu roti dan wedang jahenya, aku nggak mau sampai Mas Danu pingsan di acara ya," tegas Pisca, menatap Danu heran.Danu kembali duduk dan segera menghabiskan rotinya dengan cepat, tidak dikunyah sampai halus, hanya 2-3 kunyahan langsung di telan, lalu menghabiskan 1 gelas air putih hingga tak tersisa.Pisca benar-benar dibuat heran dan penasaran."Mas Danu, ada apa sebenarnya?" tanya Pisca."Nggak ada apa-apa, ayo keburu telat, takut selesai acaranya." Danu kekeh mengajak ke lokasi acara.Pisca tertawa sinis."Mas pikir aku nggak ngerti, cara kamu yang seperti ini aneh, sudah bisa ditebak, pasti ada sesuatu, tapi ya sudahlah, acara sudah mulai, ayo." Akhirnya Pisca harus mena
Acara dilanjutkan dengan live musik, Tiara dan Ardi mengundang salah satu Artis ternama Ibukota , para tamu juga dipersilahkan menyanyi yang berminat menyumbangkan suaranya.Hadir juga dari Panti Asuhan, Sultan, Bima, dan Dimas beserta anak-anak panti lainnya yang mempersembahkan musik Qosidahan dan Sholawatan, mereka semua terlatih bahkan mempunyai alat musik sendiri yang mereka bawa dari Panti, membawakan lagu spesial untuk kedua mempelai.Suara mereka ternyata sangat merdu, penampilan Putra-putri dari panti itu begitu memukau, bukan cuma suara mereka yang halus dan menyentuh, tapi wajah beberapa remaja yang berwajah bening, membuat yang menonton terpesona, termasuk Aisyah dan sahabat-sahabatnya. Itulah yang membuat Aisyah enggan naik ke panggung pelaminan Kakaknya, sampai-sampai sang Kakak langsung yang menghampirinya.Aisyah dari awal perjumpaan, memang sudah terpesona dengan wajah bening dan teduh milik Sultan, kini makin terpesona dengan suara merdunya yang menghipnotis banya
Happy ending Bab terakhir Orang-orang yang ada di ruangan semua terdiam. Menunggu, kata-kata apalagi yang akan mereka dengar dari Danu dan Pisca, yang mereka tau selama ini mereka hanya teman kerja, tidak pernah lihat mereka berdua aneh-aneh dan terlihat seperti orang jatuh cinta."Tidakkkk! Kita harus menikah Danu, aku sudah tinggalkan suami aku demi kamu, jadi kamu tidak boleh menikah dengan yang lain, kamu hanya menikah dengan aku, sekarang juga aku akan datang ke rumah yang kamu tinggali, kamu dimana sayang? Kamu harus pergi bersamaku," teriak Renita panik.Pisca yang sudah menahan jengkel dari tadi, langsung mengambil alih ponsel di tangan Danu."Hai, Tante cantik, apa kabar?Lama nggak jumpa kita ya, kok masih suka marah-marah aja sih?" ledek Pisca terkekeh mendengar nada Renita yang emosi.Yang lain justru mendengarkan dengan tegang dan penasaran."Heh, siapa kamu? Gadis ingusan? Nggak usah suka ikut campur urusan orang," hardik Renita."Loh, kalau urusan orang lain aku nggak s
Di Apartemen Renita.Renita menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa, kepalanya terasa pening karena terlalu banyak menangis.Wanita itu memejamkan mata sambil bersandar di sofa, menarik dan membuang nafas berkali-kali untuk menenangkan hatinya.Yang sudah terjadi ya sudahlah, pikirnya, kalau Hendra tidak memaafkan dan tak mencintai dirinya lagi, masih ada Danu yang selalu mengejarnya, sekarang fokus bagaimana cara menghubungi Danu lagi dan menjauhkannya dari Pisca.Renita mencari ponselnya untuk menghubungi Amel, menanyakan apakah sudah berhasil menjalankan perintah."Argh," teriak Renita gusar."Mati lagi baterainya." Renita segera meraih ponselnya untuk di cash.Beberapa menit menunggu dengan tak sabar wanita itu segera membuka layar ponselnya."Hah, akhirnya," pekik Renita senang setelah membaca chat masuk dari putrinya, Amel.Di rumah sakit, Dewi tersenyum bahagia memandang putri kembarnya, Dewa menyuapinya makan dengan penuh perhatian dan sayang, sedari tadi pria itu sibuk mengurus
Pisca akhirnya memberikan nomor ponsel dia, Pak Satpam juga Danu, dia merasa pria itu juga pasti tak mau berdiam diri selama tinggal di rumah ini walau statusnya bukan lagi sebagai pekerja.Danu pasti tetap merawat bunga-bunga di taman yang sudah bertahun-tahun dirawatnya bila keluarga Pak Bahtiar sedang di luar negeri, siapa tahu cincinnya ditemukan oleh lelaki itu, pikir Pisca.Dengan senang hati Amel kembali bergabung ke temen-temennya, ternyata tidak susah juga melakukan permintaan Mamanya, lumayan dapat 10 juta, bisiknya dalam hati, namun ada juga rasa heran di hati, untuk apa Mamanya meminta nomor ponsel Ayah kandung Ardi, apa mereka saling mengenal? Tanya Amel dalam hati.Amel membuka layar ponselnya ingin segera mengabarkan pada sang Mama, bahwa misinya berhasil.Namun nomor ponsel Renita tak tersambung juga, berkali-kali dicoba tetap saja tidak tersambung.--++++terimakasih readers, besok bab terakhir, tamatAmel tidak tahu bila orang tuanya bertengkar hebat dan ponsel Reni
"Mm-mas Hen dra," ujar Renita tergagap karena masih diliputi rasa terkejut."Kenapa gugup? Kenapa langsung pucat kaya maling tertangkep begitu? Apa video ini rupanya yang bikin kamu gelisah dari tadi?" Hendra bertanya pelan namun tatapan matanya tajam.Hendra mengarahkan ponsel yang dia pegang ke wajah Istrinya, menampakan video status Amel."Ada Danu rupanya, kamu rindu sekali dengan kekasih gelapmu itu? Sampai sebegitu bingungnya, hingga nekad menyuap banyak uang pada putrimu untuk mendapatkan keinginanmu," sindir Hendra, menegur istrinya tajam."Tenang Mas Hendra, semuanya bisa dibicarakan baik-baik, jangan salah paham dulu ya, aku bisa jelaskan," bujuk Renita dengan lembut dan manja berusaha meluluhkan kemarahan suaminya.Namun Hendra menepis tangan Renita yang berusaha merengkuhnya, lelaki yang merasa tersakiti itu, hatinya tak lagi sama seperti yang dulu. Sosok seorang suami yang manis, mengalah dan penyayang kini berubah menjadi sosok sadis dan penuh kebencian.Wajah Renita ya
Keluarga Hendra yang awalnya begitu menyayangi Renita karena masih ada ikatan saudara, kini berbalik jadi membenci istrinya setelah mengetahui perbuatannya mampu menyakiti hati Hendra, mereka hanya membenci kelakuannya yang berselingkuh dengan beberapa pria dan bersenang-senang dengan pria-pria itu dari hasil kerja keras suaminya. Padahal selama ini Hendra memuliakan Renita bak ratu, menuruti dan mencukupi semua kebutuhan dan keinginan Istri juga anak-anak nya, mereka adalah dunia dan kebahagiaan Hendra.Setelah mengetahui perselingkuhan Renita dengan berganti-ganti lelaki bahkan sampai menghidupi dan mencukupi pria yang bersamanya, membuat hati Hendra tercabik cabik, sementara dirimya banting tulang mencari nafkah demi untuk membahagiakannya, istrinya malah membahagiakan pria lain.Keluarga Hendra yang tak terima, mereka terus mengirim beberapa bukti berupa foto-foto Renita yang terciduk diam-diam oleh keluarga atau tetangga dan teman-teman Hendra yang melihat istrinya sedang jala
Begitu pun Dewa, Dewi dan keluarga yang lain juga fokus melihat ke arah sang pengantin putri, dengan penasaran yang sama seperti Danu.Tiara memandang wajah Pak Danu lekat, lalu berkata."Ayah Danu Syaputra, aku Tiara Bahtiar, aku sekarang anakmu juga, sekarang boleh 'kan aku memanggilmu Papa Danu? Atau Ayah Danu?" tanya Tiara dengan mengulas senyum di wajah bening dan cantiknya.Danu masih diam, terpukau tak percaya dengan pendengarannya."Terimakasih, Papa Danu, sudah menghadirkan Kak Ardi ke dunia ini dan menjadi penjaga serta imamku di dunia dan akhirat, Ayahku sekarang ada tiga, Ayah Bahtiar, Ayah Dewa dan tambah lagi Ayah Danu, jadi bertambah lagi orang yang akan menyayangi aku," ujar Tiara, lalu membungkukkan badan sambil mengambil tangan Danu dan mencium punggung tangan lelaki itu dengan takzim."Masya Allah," terdengar beberapa suara yang memuji apa yang Tiara lakukan, putri seorang pengusaha sukses, tidak malu mengakui mantan supir pribadinya selama ini sebagai Ayah Mertu
Sebesar apa pun sakit yang diberikan sang Ayah, namun kerinduan sebagai seorang anak masih lebih berat di hati Aisyah pada lelaki bergelar 'Ayah' itu.Melihat Kakaknya berjalan menghampiri lelaki yang memakai kacamata dan topi, Aisyah juga ikut mendekati."Ayah!" panggil Aisyah lembut.Danu yang mendengar suara putri kesayangannya yang kini sudah beranjak gadis, langsung membalikkan badan, kerinduannya tak terbendung lagi, ingin rasa hati memeluk dan dipeluk buah hatinya.Ditatapnya wajah cantik nan anggun itu, air mata Danu meluncur di balik kacamatanya, namun Danu tak mau membukanya, pria itu masih malu menghadapi pandangan orang dengan keadaannya saat ini, terutama Dewi dan Shella."Ayah ...ini ayah Danu?" tanya Aisyah dengan lembut dan suara bergetar menahan haru, sambil perlahan melangkah mendekat.Danu terharu, pria itu segera membentangkan kedua tangan, untuk menerima pelukan putrinya, walau ada ragu, takut Aisyah menolak dipeluk sang Ayah, saat ini hanya Aisyah yang mampu
Ardi memandang Ayah Dewa dan Ibunya dengan prustasi, tiba-tiba hatinya berdebar dan diliputi kecemasan luar biasa, takut membayangkan dan menghadapi reaksi orangtua Tiara bila tahu, supir pribadinya selama ini adalah Ayah kandung menantunya, besannya."Ada apa sih Kak, kok tegang seperti ini?" tanya Tiara menatap lekat mata Ardi, gadis itu mrmunggu jawaban yang jujur dari suaminya.Ardi balas memandang wajah Tiara, diraihnya kedua tangan sang Istri dan mengecupnya berkali-kali."Maafkan aku ya, kalau aku belum banyak bercerita tentang keluarga aku, tapi sebelumnya kamu tahu kan? Ayah Dewa adalah ayah sambung aku, suami kedua Ibu aku." tutur Ardi lembut, yang dibalas Anggukan kepala Tiara tanda mengerti."Sebelum ada Ayah Dewa, aku punya Ayah kandung yang menghilang tak ada kabar selama ini, dan aku tak pernah mengingat Ayah kandungku lagi." Ardi menghela napas sejenak."Lalu? Sekarang apa kamu mendengar kabarnya? Apakah itu yang membuatmu cemas sekarang ini?" tanya Tiara."Iya Saya
Wajah tampan yang Aldo miliki menurun dari kecantikan Mamanya Shella dan Ayahnya Aldi yang memang keturunan bule."Aldo, kenalin ini teman-teman aku, yang waktu itu aku cerita, yang itu mulai dari kanan Mia, Maya, Yuli, Nia."Aisyah memperkenalkan teman-temannya."Yang para cowok dari Panti Asuhan Ayah Dewa loh, udah kenal belum? Sudah pernah ke Panti?" tanya Aisyah sambil menatap Aldo.Aldo menggelengkan kepala, tanda belum pernah di ajak ke Panti oleh Om Dewa."Okey, kenalin dari yang kiri namanya Bima, Dimas, Sultan, Angga," ujar Aisyah menyebut satu persatu temannya."Hai salam kenal ya, aku Aldo," sapa Aldo melambaikan tangan pada semua teman Aisyah sambil mengulas senyum yang begitu manis hingga menampilkan lesung pipit di wajahnya.Tak ada yang membalas sapaan Aldo, karena para gadis itu terkesima juga terpesona dengan sosok Aldo yang tampil beda, pemuda itu memakai kemeja dan rompi dibalut jas tuxedo, celana panjang dan sepatu yang berkilat menunjukkan kualitas Harga mahalnya