"Boleh tanya nggak Mas, mungkin sedikit kurang sopan, masalah pribadi soalnya," tanya Pisca penasaran."Ya, nggak apa-apa, tanya aja," ujar Danu sambil tetap fokus ke jalan raya, dia cukup lega, Pisca sudah mau bicara."Apa Mas Danu cerai dengan mantan istri juga gara-gara wanita itu?" tanya Pisca hati-hati.Danu tercekat, dia tak mampu menjawab, wajahnya sedikit resah.Sekali melihat reaksi Danu, Pisca sudah paham, lalu dia bertanya lagi."Apa mantan Istri Mas Danu ngamuk atau marah?" pancing Pisca."Tidak, dia sangat sabar, hanya marah sedikit," ujar Danu jujur, dengan Pisca dia tak ingin berbohong, hatinya merasa percaya bersamanya."Kok marah sedikit? Memang nggak cinta sama kamu? Jadi Mantan Mas danu menyerah tanpa melawan atau melabrak kalian?" tanya Pisca lagi dengan pasang wajah makin penasaran."Dewi sangat mencintaiku, aku yang tidak mencintainya, kami menikah dijodohkan, kasarnya dipaksa oleh Ibuku, mungkin Ibuku punya hutang budi pada orang tua Dewi, dia hanya marah sebe
"Loh?! Kok salah Mama sih? Bagaimana bisa?" tanya Shella heran, sambil menyeruput jus buahnya, karena tenggorokannya tiba tiba terasa kering."Ya Mama yang salah, kenapa aku dilahirkan super ganteng, harusnya ganteng aja biar nggak banyak penggemar," ujar Aldo datar."0hhh, sok ganteng dia rupanya," ujar Shella yang disambut tawa oleh Ardi dan keluarga yang lain."Hallo, Pagi semuanya, maaf telat gabung ya." Dewa yang baru datang langsung bergabung di meja makan, duduk di dekat istrinya.Dewi langsung terdiam, dan menelan saliva, dia ingin sekali berlari dan memeluk lelaki yang sudah sah menjadi suaminya, ingin cemberut dia malu sama Mama dan Shella, ingin pura-pura tersenyum tak bisa, karena dari kemarin dia tak mendapat pelukan dari sang suami, hanya pelukan, sambil mencium aroma tubuhnya, hanya itu saja yang dia mau, tapi suaminya tak mengerti.Saat di Saudi hanya mereka berdua saja, jadi Dewi tak perlu malu memeluk atau dipeluk suami, sekarang sudah berkumpul bersama keluarga be
Dewa menepuk dahinya, seperti itukah ngambeknya ibu hamil, atau ada sesuatu yang memang membuat Istrinya kecewa? Dewa terus bertanya-tanya."Telpon Pak Aziz Nak, mundurkan jadwal meetingnya, temui Istrimu, tanya baik-baik, mungkin ada keinginannya yang kamu lupakan, jaga hati Istrimu, dia mengandung anak pertamamu," ujar Mama Laura tersenyum teduh, sambil mengusap bahu Putranya."Baik Ma," jawab Dewa.Shella juga ikutan menepuk bahu Kakaknya."Yang sabar ya, Calon Ayah hehehe, cepet ke kamar, Ibu hamil kalau merajuk nggak lama kok" gurau Shella lalu berlalu masuk ke dalam rumah.Setelah menelpon Pak Aziz, dan mengatur jadwal meeting yang di undur, Dewa berjalan menuju kamarnya untuk melihat keadaan Istrinya.Saat melewati ruang makan, Dewa melihat Papanya sedang sarapan ditemani sang Istri, pria itu menghampiri kedua orang tua angkatnya."Pagi Pa, tadi aku telpon Pak Aziz, aku nggak bisa hadir ke kantor pagi," jawabnya lesu."Nggak apa-apa, Mama kamu sudah cerita, cepat temui Istrim
Di rumah keluarga Pak Fandi"Ayo Nak, bantu Bunda bersiap, katakan pada Rudi, siap-siap antar Ayah dan Bunda ke rumah Kakakmu, kami lama tak berjumpa, kemarin mereka sudah sampai di rumah setelah lama bulan madu di Saudi," ujar Bunda Yulia pada Seruni dengan wajah sumringah."Ya Bunda, sudah selesai, tinggal mengemas kue dan roti spesial buat Kakak Dewi tersayang," ujar Seruni lembut sambil mencium pipi Bunda Yulia yang sedang dibantunya memakai swater.Bu Yulia tertawa kecil, dia suka sekali dengan perlakuan lembut Seruni yang selama ini merawatnya dengan baik dan sabar, hingga kakinya sudah bisa berjalan lagi."Dewi hamil Nak, aku mau punya cucu walau bukan cucu kandungku, seandainya Hanif juga segera menikah lalu punya anak, bahagianya kami, di usia tua ini bisa merasakan menimang cucu," ujar Bu Yulia lirih "Berdoa saja terus Bunda, Mas Hanif masih memulihkan hatinya, kalau yang suka sama Mas Hanif pasti banyak, tapi butuh waktu, nggak gampang melupakan orang yang di cintai, usia
"Ardi, sebenarnya aku ingin bertemu Ibu Dewi, tapi Papa nggak bolehin aku keluar sendiri, harus diantar supir, atau ..." ucapan Tiara menggantung.Saat ini dirinya dengan sang kekasih, Ardi sedang mengobrol via telpon."Atau apa? Orang tuaku pasti senang, kalau kamu mau datang ke rumah, ada oleh-oleh dari Saudi buat kamu," ujar Ardi lembut.Tiara langsung tersenyum mendengarnya, bukan karena dia mau mendapatkan oleh-oleh, tetapi karena perhatian orang tua sang kekasih hati kepadanya."Baiklah, pulang sekolah nanti jemput aku di sekolah ya, terus antar pulang dulu, berganti pakaian sekalian pamitan sama Papa Mama. Mereka juga ingin kenalan sama kamu, mau ya?" pinta Tiara setengah memaksa."Baiklah, pulang sekolah aku langsung menuju sekolah kamu, ditunggu ya, sekarang aku balik ke kelas lagi ya," ujar Ardi."Iya sayang, selamat belajar by by." Tiara lalu menghentikan obrolannya lalu mematikan ponselnya.Hati gadis itu berdebar membayangkan akan bertemu dengan keluarga Ardi, namun wa
Di rumah Orang tua Tiara"Mas Danu mau kopi? Mau saya buatkan?" tanya Bi Surya yang melihat Danu, supir Majikannya masuk ke dapur."Ya Bi, makasih ya," jawab Danu."Nggak jemput Non Tiara?" tanya Bi Surya sambil menyalakan kompor."Non Tiara barusan kirim pesan, nggak usah dijemput katanya, mau pulang diantar teman," ujar Danu lalu duduk di meja makan tempat para karyawan di rumah ini berkumpul saat makan."Teman? Non Tiara jarang bawa teman ke rumah ini, karena sering keluar negeri, Non Tiara juga orangnya lebih senang sendiri dengan kesibukannya, temen siapa ya? Pasti teman istimewa yang bisa deket sama Non, apa mungkin pacarnya ya?" gumam Bi Surya penasaran."Kalau sama pacarnya juga nggak Apa-apa Bi, Non Tiara juga sudah besar, apalagi di izinkan datang ke sini, berarti orang tua mereka merestui," ujar Danu."Iya juga ya, semoga Non Tiara dapat pria idaman yang saling mencintai dan mumpuni, bisa melindungi dan bertanggung jawab, membahagiakannya dunia akhirat, Aamiin Yra," ujar Bi
"Ardi, setelah lulus sekolah, ada rencana kuliah di mana? Di Indonesia saja atau di luar negeri," tanya Pak Bahtiar."Kuliah di sini saja Om, biar dekat sama keluarga, nggak tega pergi jauh dari Ibu," jawab Ardi sopan."Bukannya Ibu kamu sudah ada Pak Dewa yang pasti selalu menjaga Istrinya, dan kamu bisa lanjut kuliah di luar negeri bareng Tiara, putri kami setelah lulus akan lanjut kuliah di luar negeri, ikut serta menemani kami, saya ada tugas di sana."Ardi terkejut mendengar penjelasan dari Om Bahtiar, begitu pun wajah sang gadis, terlihat menunduk sedih, dia tidak berani menentang rencana orang tua yang telah merawat, melindungi dan menyayanginya penuh kasih sayang."Maksud Om bagaimana? Kalian mau pergi lagi ke Luar Negeri dalam waktu lama? Tiara juga?" Ardi bertanya cemas, sambil menatap lekat wajah teduh Papa dari kekasih hatinya."Ya, benar," jawab Pak Bahtiar tegas menatap lekat pula ke arah sang Pemuda di depannya yang terlihat mulai panik."Tidak Om! Jangan bawa Tiara,
"Tunangan? Dua pasangan? Siapa?" tanya Bunda Yulia keheranan.Ayah Fandi yang sedang mengobrol dengan Dewa juga menyimak pembicaraan.Ardi dan Tiara yang sedang membahas cincin pertunangannya juga ikut mendengarkan.Dewi memandang ke arah Hanif dan Seruni."Sepertinya aku melihat aura bahagia dan saling terpesona nich, di wajah kalian saat saling memandang dan bicara, yakin nich adik-adik aku nggak pengen segera di halalin aja. Ayo dong jangan kalah sama Ardi yang masih bau kencur, sudah berani ngelamar langsung di depan calon mertua," ujar Dewi sambil menaik turunkan kedua alisnya, memberi kode bahwa dia turut bahagia dan mendukung hubungan mereka berdua.Seketika wajah tegang tergambar jelas di wajah Hanif dan Seruni, kala pandangan mata kedua orang tuanya dan semua yang ada di ruangan kini fokus menatap dirinya.Hanif garuk-garuk kepalanya sambil senyum-senyum tersipu, dia binggung menjawab, karena orangtuanya belum mengetahui hal ini."Hanif? Benarkah yang diucapkan Mbak kamu?" t
Happy ending Bab terakhir Orang-orang yang ada di ruangan semua terdiam. Menunggu, kata-kata apalagi yang akan mereka dengar dari Danu dan Pisca, yang mereka tau selama ini mereka hanya teman kerja, tidak pernah lihat mereka berdua aneh-aneh dan terlihat seperti orang jatuh cinta."Tidakkkk! Kita harus menikah Danu, aku sudah tinggalkan suami aku demi kamu, jadi kamu tidak boleh menikah dengan yang lain, kamu hanya menikah dengan aku, sekarang juga aku akan datang ke rumah yang kamu tinggali, kamu dimana sayang? Kamu harus pergi bersamaku," teriak Renita panik.Pisca yang sudah menahan jengkel dari tadi, langsung mengambil alih ponsel di tangan Danu."Hai, Tante cantik, apa kabar?Lama nggak jumpa kita ya, kok masih suka marah-marah aja sih?" ledek Pisca terkekeh mendengar nada Renita yang emosi.Yang lain justru mendengarkan dengan tegang dan penasaran."Heh, siapa kamu? Gadis ingusan? Nggak usah suka ikut campur urusan orang," hardik Renita."Loh, kalau urusan orang lain aku nggak s
Di Apartemen Renita.Renita menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa, kepalanya terasa pening karena terlalu banyak menangis.Wanita itu memejamkan mata sambil bersandar di sofa, menarik dan membuang nafas berkali-kali untuk menenangkan hatinya.Yang sudah terjadi ya sudahlah, pikirnya, kalau Hendra tidak memaafkan dan tak mencintai dirinya lagi, masih ada Danu yang selalu mengejarnya, sekarang fokus bagaimana cara menghubungi Danu lagi dan menjauhkannya dari Pisca.Renita mencari ponselnya untuk menghubungi Amel, menanyakan apakah sudah berhasil menjalankan perintah."Argh," teriak Renita gusar."Mati lagi baterainya." Renita segera meraih ponselnya untuk di cash.Beberapa menit menunggu dengan tak sabar wanita itu segera membuka layar ponselnya."Hah, akhirnya," pekik Renita senang setelah membaca chat masuk dari putrinya, Amel.Di rumah sakit, Dewi tersenyum bahagia memandang putri kembarnya, Dewa menyuapinya makan dengan penuh perhatian dan sayang, sedari tadi pria itu sibuk mengurus
Pisca akhirnya memberikan nomor ponsel dia, Pak Satpam juga Danu, dia merasa pria itu juga pasti tak mau berdiam diri selama tinggal di rumah ini walau statusnya bukan lagi sebagai pekerja.Danu pasti tetap merawat bunga-bunga di taman yang sudah bertahun-tahun dirawatnya bila keluarga Pak Bahtiar sedang di luar negeri, siapa tahu cincinnya ditemukan oleh lelaki itu, pikir Pisca.Dengan senang hati Amel kembali bergabung ke temen-temennya, ternyata tidak susah juga melakukan permintaan Mamanya, lumayan dapat 10 juta, bisiknya dalam hati, namun ada juga rasa heran di hati, untuk apa Mamanya meminta nomor ponsel Ayah kandung Ardi, apa mereka saling mengenal? Tanya Amel dalam hati.Amel membuka layar ponselnya ingin segera mengabarkan pada sang Mama, bahwa misinya berhasil.Namun nomor ponsel Renita tak tersambung juga, berkali-kali dicoba tetap saja tidak tersambung.--++++terimakasih readers, besok bab terakhir, tamatAmel tidak tahu bila orang tuanya bertengkar hebat dan ponsel Reni
"Mm-mas Hen dra," ujar Renita tergagap karena masih diliputi rasa terkejut."Kenapa gugup? Kenapa langsung pucat kaya maling tertangkep begitu? Apa video ini rupanya yang bikin kamu gelisah dari tadi?" Hendra bertanya pelan namun tatapan matanya tajam.Hendra mengarahkan ponsel yang dia pegang ke wajah Istrinya, menampakan video status Amel."Ada Danu rupanya, kamu rindu sekali dengan kekasih gelapmu itu? Sampai sebegitu bingungnya, hingga nekad menyuap banyak uang pada putrimu untuk mendapatkan keinginanmu," sindir Hendra, menegur istrinya tajam."Tenang Mas Hendra, semuanya bisa dibicarakan baik-baik, jangan salah paham dulu ya, aku bisa jelaskan," bujuk Renita dengan lembut dan manja berusaha meluluhkan kemarahan suaminya.Namun Hendra menepis tangan Renita yang berusaha merengkuhnya, lelaki yang merasa tersakiti itu, hatinya tak lagi sama seperti yang dulu. Sosok seorang suami yang manis, mengalah dan penyayang kini berubah menjadi sosok sadis dan penuh kebencian.Wajah Renita ya
Keluarga Hendra yang awalnya begitu menyayangi Renita karena masih ada ikatan saudara, kini berbalik jadi membenci istrinya setelah mengetahui perbuatannya mampu menyakiti hati Hendra, mereka hanya membenci kelakuannya yang berselingkuh dengan beberapa pria dan bersenang-senang dengan pria-pria itu dari hasil kerja keras suaminya. Padahal selama ini Hendra memuliakan Renita bak ratu, menuruti dan mencukupi semua kebutuhan dan keinginan Istri juga anak-anak nya, mereka adalah dunia dan kebahagiaan Hendra.Setelah mengetahui perselingkuhan Renita dengan berganti-ganti lelaki bahkan sampai menghidupi dan mencukupi pria yang bersamanya, membuat hati Hendra tercabik cabik, sementara dirimya banting tulang mencari nafkah demi untuk membahagiakannya, istrinya malah membahagiakan pria lain.Keluarga Hendra yang tak terima, mereka terus mengirim beberapa bukti berupa foto-foto Renita yang terciduk diam-diam oleh keluarga atau tetangga dan teman-teman Hendra yang melihat istrinya sedang jala
Begitu pun Dewa, Dewi dan keluarga yang lain juga fokus melihat ke arah sang pengantin putri, dengan penasaran yang sama seperti Danu.Tiara memandang wajah Pak Danu lekat, lalu berkata."Ayah Danu Syaputra, aku Tiara Bahtiar, aku sekarang anakmu juga, sekarang boleh 'kan aku memanggilmu Papa Danu? Atau Ayah Danu?" tanya Tiara dengan mengulas senyum di wajah bening dan cantiknya.Danu masih diam, terpukau tak percaya dengan pendengarannya."Terimakasih, Papa Danu, sudah menghadirkan Kak Ardi ke dunia ini dan menjadi penjaga serta imamku di dunia dan akhirat, Ayahku sekarang ada tiga, Ayah Bahtiar, Ayah Dewa dan tambah lagi Ayah Danu, jadi bertambah lagi orang yang akan menyayangi aku," ujar Tiara, lalu membungkukkan badan sambil mengambil tangan Danu dan mencium punggung tangan lelaki itu dengan takzim."Masya Allah," terdengar beberapa suara yang memuji apa yang Tiara lakukan, putri seorang pengusaha sukses, tidak malu mengakui mantan supir pribadinya selama ini sebagai Ayah Mertu
Sebesar apa pun sakit yang diberikan sang Ayah, namun kerinduan sebagai seorang anak masih lebih berat di hati Aisyah pada lelaki bergelar 'Ayah' itu.Melihat Kakaknya berjalan menghampiri lelaki yang memakai kacamata dan topi, Aisyah juga ikut mendekati."Ayah!" panggil Aisyah lembut.Danu yang mendengar suara putri kesayangannya yang kini sudah beranjak gadis, langsung membalikkan badan, kerinduannya tak terbendung lagi, ingin rasa hati memeluk dan dipeluk buah hatinya.Ditatapnya wajah cantik nan anggun itu, air mata Danu meluncur di balik kacamatanya, namun Danu tak mau membukanya, pria itu masih malu menghadapi pandangan orang dengan keadaannya saat ini, terutama Dewi dan Shella."Ayah ...ini ayah Danu?" tanya Aisyah dengan lembut dan suara bergetar menahan haru, sambil perlahan melangkah mendekat.Danu terharu, pria itu segera membentangkan kedua tangan, untuk menerima pelukan putrinya, walau ada ragu, takut Aisyah menolak dipeluk sang Ayah, saat ini hanya Aisyah yang mampu
Ardi memandang Ayah Dewa dan Ibunya dengan prustasi, tiba-tiba hatinya berdebar dan diliputi kecemasan luar biasa, takut membayangkan dan menghadapi reaksi orangtua Tiara bila tahu, supir pribadinya selama ini adalah Ayah kandung menantunya, besannya."Ada apa sih Kak, kok tegang seperti ini?" tanya Tiara menatap lekat mata Ardi, gadis itu mrmunggu jawaban yang jujur dari suaminya.Ardi balas memandang wajah Tiara, diraihnya kedua tangan sang Istri dan mengecupnya berkali-kali."Maafkan aku ya, kalau aku belum banyak bercerita tentang keluarga aku, tapi sebelumnya kamu tahu kan? Ayah Dewa adalah ayah sambung aku, suami kedua Ibu aku." tutur Ardi lembut, yang dibalas Anggukan kepala Tiara tanda mengerti."Sebelum ada Ayah Dewa, aku punya Ayah kandung yang menghilang tak ada kabar selama ini, dan aku tak pernah mengingat Ayah kandungku lagi." Ardi menghela napas sejenak."Lalu? Sekarang apa kamu mendengar kabarnya? Apakah itu yang membuatmu cemas sekarang ini?" tanya Tiara."Iya Saya
Wajah tampan yang Aldo miliki menurun dari kecantikan Mamanya Shella dan Ayahnya Aldi yang memang keturunan bule."Aldo, kenalin ini teman-teman aku, yang waktu itu aku cerita, yang itu mulai dari kanan Mia, Maya, Yuli, Nia."Aisyah memperkenalkan teman-temannya."Yang para cowok dari Panti Asuhan Ayah Dewa loh, udah kenal belum? Sudah pernah ke Panti?" tanya Aisyah sambil menatap Aldo.Aldo menggelengkan kepala, tanda belum pernah di ajak ke Panti oleh Om Dewa."Okey, kenalin dari yang kiri namanya Bima, Dimas, Sultan, Angga," ujar Aisyah menyebut satu persatu temannya."Hai salam kenal ya, aku Aldo," sapa Aldo melambaikan tangan pada semua teman Aisyah sambil mengulas senyum yang begitu manis hingga menampilkan lesung pipit di wajahnya.Tak ada yang membalas sapaan Aldo, karena para gadis itu terkesima juga terpesona dengan sosok Aldo yang tampil beda, pemuda itu memakai kemeja dan rompi dibalut jas tuxedo, celana panjang dan sepatu yang berkilat menunjukkan kualitas Harga mahalnya