" Pak Wira ?" ucapnya bersamaan dengan wajah kaget yang tidak bisa disembunyikan keduanya." Selamat pagi Pak Ridwan, Bu Ratih," sapa Pak Wira dengan sopan.Mereka membalas sapaan Pak Wira dengan kikuk." Selamat datang kembali Pak Wira di kantor ini," ucapku." Ta-tapi bu ada Andini yang memegang kendali manager keuangan," Ratih mencoba melawan." Andini sudah saya pindahkan ke bagian staf admin," jawabku tegas." Tidak bisa begitu Nis. Andini itu lebih kompeten dan berkali-kali ikut pelatihan," Mas Ridwan membela. " Pelatihan apa ? Nanti biar Pak Wira juga ikut," jawabku dingin." Pak Wira kan sudah berumur,"Aku tersenyum menyilangkan tangan di dada." Memangnya kenapa kalau berumur ? Memangnya yang tua tidak bisa dan tidak boleh berkembang ? Justru Pak Wira lebih lama berpengalaman dibidang ini,"" Ta-tapi Bun Andini lulusan S2. Saya kira lebih cocok dia yang menjadi manager bu. Pak Wira kan hanya S1,"" Mau dia S3 sekalipun kalau saya tidak mau ya tidak mau. Kenapa ? Karena An
Benar dugaanku. Mobil Mas Ridwan sudah ada di halaman. Kemungkinan dia menunggu di dalam mobil. Aku melangkah membuka pintu utama tanpa menghiraukan keberadaanya. Tetapi dia justru mengekor di belakangku" Lupa bawa istri mas ? Aku kok ditinggal ?" tanyaku." Istri ? Memang kamu menganggap aku ini suami ?" tanyanya balik.Aku diam. Selalu begitu. Dia menghubungkan dengan masalah kantor. " Harus ya mas selalu dihubungkan dengan masalah di kantor ?"" Ini tentang harga diriku Nis. Kamu seolah-olah menginjak harga diriku. Dan sama sekali tidak menghormatiku,"" Lalu, saat kau merombak kantor, apakah kamu juga izin aku ? Apakah itu juga namanya menghargai ?". Aku mulai tersulut emosi. Sama sekali ia tidak sadar ataupun intropeksi diri atas kelakuanya.Dia diam meninggalkanku naik ke lantai dua. Aku ikuti dia." Apakah etis juga seorang bos dan sekertaris berada di satu ruangan dengan pintu terkunci ? Kucing lapar diberi makan ikan asin pun pasti mau mas. "Emosiku mulai meledak-ledak. Ak
" Kamu penyebab kematian ibu,". Lagi dan lagi Mbak Mira menyerangku.Aku tertawa kecil mendengar sesuatu yang rasanya mustahil untuk aku lakukan. Dengan emosinya yang menggebu-nggebu serta kehadiran Ratih disini, semakin membuatku juga berusaha mati-matian mengontrol emosi." Mbak itu bicara apa ? Bagaimana bisa mbak mengatakan aku penyebab kematian ibu, sedangkan kita tinggal berjauhan,"" Jangan sok bodoh kamu,.Nis. Kamu melarang Ridwan mengirim uang untuk ibu untuk makan kami, sehingga saat ibu sakit, kami tidak bisa membawanya secepat mungkin ke rumah sakit. Dan untuk makan, ibu harus berjuang berjualan walau dalam kondisi badan tidak fit,"Mas Ridwan terperanjat kaget mendengar penuturan kakaknya. Aku meliriknya tajam karena memang dia sendiri lah dalang dari semua ini. " Baik. Kalau memang mbak Mira menuduh hegitu. Saya minta tolong, nanti ketika Anggun sadar, tanya lah. Dia tau faktanya. Dan untuk masalah ibu berjuang berjualan, kenapa mbak yang tidak menggantikan berjualan ?
" Menikah. Tidak dulu mbak," kata Ratih sedikit gugup.Semua mata tertuju padanya. Apalagi Ridwan dengan tatapan tajam. Dan Anggun debgan senyum sinisnya." Sudah aku duga, mbak Ratih itu tidak benar-benar tulus kepada Mas Ridwan. Ada udang dibalik batu." kata Anggun dengan nada meremehkan.Plak..Ratih memandang tanganya yang bergetar. Tangan itu tekah menampar pipi Anggun. Tetapi Anggun justru tersenyum." Ini perempuan yang kamu banggakan mas ? Yang lebih kamu pilih daripada wanita baik seperti Mbak Nisa ? Kamu itu sarjana mas. Tapi bodoh," ucap Anggun penuh penekanan." Bu-bukan maksudku tidak mau menikah dengan Mas Ridwan...,". Kata-kata Ratih terbata-bata." Sudah cukup. Anggun tolong sopan sedikit kamu. Ridwan itu adalah kakak kandungmu. Harusnya kamu lebih percaya kepada dia." Mira mencoba menengahi." Harusnya sudah cukup keluarga kita saling membodohi. Kakak harus tau fakta yang sebenarnya. Mas Ridwanlah yang aslinya bersalah. Mbak Anisa setiap bulan rutin memberi uang kepad
" Wajarlah Nis mereka itu kakak beradik," jawab Mas Ridwan santai.Deg. Lalu ada motif apa yang membuat Ratih mau menjadi sekertaris. Sementara dia sendiri aslinya kaya raya." Kenapa bengong seperti itu Nis ?"Mas Ridwan membuyarkan lamunanku." Ehm tidak. Ratih kan kaya, kenapa dia mau menjadi sekertaris mas ?" Seluruh perusahaanya kan ada diluar kita. Dia pikir mungkin kejauhan."Sebenarnya bisa saja ia tidak bekerja. Tetapi dana terus masuk ke dalam rekening nya. Lalu mengapa ia mendekati Mas Ridwan. Apa mungkin ia memang suka ? Memang sampah harusnya pantas masuk ke tong sampah.Aku ketik pesan pada Hisyam untuk bertemu. Masalah ini benar-benar rumit. Aku yakin ada motif lain dibalik semua ini." Nis, mau kemana ?" tanya Mbak Mira mengagetkanku. " Mau ketemu teman mbak,"." Ehm apa tidak ada makanan Nis ?" Maksud mbak ? Di kulkas ada tahu tempe kok. Maaf yaal masak sendiri. Bi Nah sedang cuti."Padahal aku lah yang menyuruh Bi Nah cuti sebulan. Untuk memberi pelajaran Mbak Mi
Jangan salahkan saya jika semua orang menjudge Bu Anisa sebagai wanita yang buruk,"" Kamu mengancam saya ?"" Agar Bu Anisa tau diri. Hisyam itu milik saya,"" Oh iya ? Silahkan ambil kalau Hisyam mau. Lagipula ancamanmu itu, saya tidak takut sedikitpun,"Aku melangkah pergi. Benar-benar tidak waras orang-orang di kantor ini. Apa mereka measa telindungi karena Ratih. Kenapa mereka tidak bekerja saja di perusahaanya Ratih.Aku muak jika harus bertemu wanita itu. Muak ingat apa yang telah dia lakukan. Bagaimana ia mengompor-ngompori keluarga Mas Ridwan untuk membenciku. Dia pun begitu, masih dengan tatapan tidak sukanya padaku. Ingin segera aku tanya apa maksud dia bekerja di perusahaan ayah ku. Sementara dia tak kekurangan harta walau sepeserpun. Tapi aku tidak boleh gegabah, aku takut ada rencana besar dibalik ini semua.Seminggu berlalu menunggu kedatangan Kak Roy terlalu lama. Aku diliputi rasa penasaran yang mendalam. Semakin aku memandang Ratih, senakin besar keinginankubuntuk me
" Pembantu ?". Mira tertawa sinis memandang lelaki berkaca mata hitam itu." Heh, kamu jangan asal ngomong ya. Saya kakak dari pemilik rumah ini,"Sang pria menatapnya dari atas sampai ke bawah. Ia melepas kaca matanya. Aura ketampananya semakin terpancar." Sejak kapan Anisa punya kakak perempuan ?" Mira salah tingkah." Saya kakak dari suaminya Anisa," ucap Mira penuh penekanan.Sang pria hanya mengibaskan tangan." Halah kakak ipar. Kenapa kamu disini ? Numpang hidup ? Dasar benalu,"Mira semakin geram dengan pria tersebut. Ia berlalu lalu naik ke atas." Heh pria asing. Jangan sembarangan masuk kamu. Bisa saya laporkan Pak Rt,"" Laporkan saja saya tidak takut,"" Dikira saya hanya menggertak ? Baik saya juga akan panggilkan warga,"Mira berlari ke luar rumah. Memanggil warga dan juga lapor ke Pak RT. Ada pria asing masuk rumah. Dia mengira dia perampok.Banyak warga berduyun-duyun mendatangi rumahnya. Pak RT dan RW juga turut serta." Mana mbak pria itu ?"" Tadi naik ke atas
" Bukan hanya itu, Nis. Kamu tau Markus Hanggara adalah orang yang sangat membenci ayah. Ia pernah masuk jeruji besi. Karena ayah yang melaporkan,"" Sekertaris yang bermain serong dengan Mas Ridwan ya anak dari Pak Markus itu, kak."" Kemungkinan memang ia sengaja masuk ke dalam perusahaan kita. Dan mempengaruhi suamimu untuk merombak tatanan perusahaan."" Apa mereka menginginkan perusahaan ayah kak ?"" Menurut kakak sih tidak. Mereka hanya ingin perusahaan ini bangkrut. Ya walaupun mereka salah satu pemilik saham. Tapi berapa sih nilainya saham disini daripada harta yang mereka punya."Ingin ku caci maki Ratih sekarang juga. Untuk apa dia membenarkan apa yang salah. Dan menyalahkan apa yang benar. Seharusnya mereka sadar, bahwa ayah mereka memang bersalah." Kedatanganku kesini untuk memberi tahukan sesuatu yang penting. Yang ayah ibu tidak sempat menceritakan,". Kak Roy membuka percakapan antara aku dan Mas Ridwan." Ridwan, sebenarnya Anisa bukanlah anak kandung ayah dan ibu. Di