Yakutsk adalah salah satu tempat dengan cuaca paling ekstrim serta mengerikan di dunia. Semua orang harus membekali diri dengan peralatan keselamatan saat berada diperjalanan, karena jika mobil mereka mogok di tengah jalan dan tidak bisa menghubungi pertolongan maka sama halnya dengan kematian. Mereka akan membeku sama seperti fosil-fosil mammoth raksasa yang masih utuh terkubur di lapisan es kota Yakutsk. Jared berpura-pura tersesat setelah mobil yang dia kendarai kehabisan bahan bakar, dia berjalan keluar untuk mencari pertolongan dan mulai menggigil beku ketika salah seorang penduduk kampung menemukanya. "Kau masih bernapas?" pria pengendara kereta luncur itu menggoncang tubuh Jared. "Ya ..." Jared berdesis lemas. "Oh Tuhan kau sudah hampir membeku anak muda!" Pria itu segera membawa Jared naik ke atas kereta luncurnya yang ditarik oleh tujuh ekor serigala. Jared terus pura-pura menggigil dengan punggung gemetar yang sangat meyakinkan. Jared tidak bertanya dirinya kan dibawa k
"Ayo merapatlah jika kau kedinginan ..." Gerald benar-benar tega mengejek Emillie yang sudah mengigil hampir membeku tanpa belas kasihan."Lebih baik kugigit lidahku sampai mati dari pada menjadi budakmu!" Emilie balas menatap Gerald tanpa bergeming.Emellie sama sekali tidak tahu jika mutan seperti Gerald justru akan semakin tertantang dengan gadis pemarah keras kepala. Karena itu Gerald kurang tertarik dengan wanita-wanita di perkampungan yang cenderung menurutinya dengan suka rela. Semakin keras, maka wanita itu akan semakin layak sebagai betinanya."Menyingkir kau, Gerald!" Emillie berbaring kaku mengabaikan rasa dingin yang sudah berubah mendidih jadi uap panas.Gerald tetap merangkak ke atas tubuh Emellie, tidak perduli meskipun gadis itu merasa jijik untuk sekedar terkena tetesan air dari tubuhnya. Gerald malah meraba pangkal paha Emillie dan tersenyum sangat licik karena tahu mangsanya tidak akan bisa kabur atau mepertahankan kesombongan. Tiba-tiba Gerald menyelipkan jari ten
Pinggul Emilie terpantul-pantul licin di atas lantai basah, persis seperti yang pernah Gerald bayangkan untuk menyiksanya sampai kesulitan bernapas. Gerald terus menumbuk dengan giat, mengisi wanitanya dengan sebanyak mungkin peluh jantan. Sekujur tubuh Gerald juga masih terbakar, dia belum puas, liar dan penuh nafsu binatang. Geraman Gerald benar-benar seperti singa lapar penghuni goa yang baru mendapat tangkapan rusa. Gerald sangat lapar dengan tubuh mangsa yang begitu lezat. Geraman terakhirnya sangat panas, tumbukan Gerald menerjal kuat hingga ke puncak ledakan hebat. Emillie sudah lemas pasrah melihat Gerald sedang memusarkan pinggul kejang untuk melumuri mulut rahimnya. Saat itu Emillie cuma berpikir, jika Gerald sampai benar-benar membuatnya hamil, dia tinggal melakukan aborsi. Emillie tidak mau mengandung bayi mutan goa tidak beradab. Emilie serius tetang akan membuang benih Gerald ke tempat sampah. Setelah menuntaskan perbuatan gilanya Gerald masih menelusuri sekujur tubuh
Seharusnya mimpi memang tidak terasa senyata ini. Bibir Anelies terus dibekap agar tidak bersuara ketika terus Serkan tikami sampai tersedak-sedak.Anelies berpegang kencang pada kepala ranjang, menahan tubuhnya yang bergoncang sambil memperhatikan siluet punggung Yang Mulya Sekan ketika bergerak dalam gelap. Yang Mulya Serkan benar-benar sedang mengisinya dengan sesak. Hal selanjutnya yang Anelies khawatirkan adalah kamar Tiva yang cuma bersebelahan dengan mereka. Rasanya sangat kacau tapi Anelies juga sedang sangat ingin, dia tidak mau lelakinya berhenti. Untungnya tidur Husain sangat lelap setelah menghabiskan tiga botol susu. Cuma Husain yang tidak dapat Anelies susui karena mereka sempat terpisah dan sekarang kondisi Anelies juga sedang hamil."Yang Mulya ..." Anelies tetap tidak tahan untuk merintih.Bukannya Husain yang menyusu tapi malah Serkan. Lumatan Yang Mulya Serkan sangat panas, kontan menghidupkan seluruh kelenjar hormon sensitif Anelies untuk tumbuh semakin peka menyam
Begitu mendengar suara Emilie menjerit, gadis itu sudah terlanjur menggelinding dengan gumpalan selimut dari atas tangga. Gerald langsung reflek melempat piring di tangannya untuk bergerak secepat kilat menangkap rubuh Emilie tapi dia tetap sedikit terlambat."Oh, Tuhan ....!" Kaki Emilie membentur sudut anak tangga. "Kakiku!"Gerald segera menarik selimut yang masih melilit-lilit tubuh Emillie untuk memeriksa, pergelangan kaki gadis itu terlihat memar merah."Apa yang kau lakukan!" Meskipun terdengar kesal Gerald tetap langsung membopong tubuh Emillie yang baru dia tangkap untuk langsung dia angkat ke atas sofa."Aku mencium bau asap kebakaran!""Jangan konyol, tidak ada yang terbakar!" Gerald kembali memeriksa pergelangan kaki Emilie yang dengan sangat cepat membengkak."Ambilkan es!" Emilie langsung berteriak memberi perintah dengan nada galak meskipun dia sedang butuh pertolongan.Jika tidak ingat gadis itu benar-benar kesakitan mungkin Gerald juga tidak akan mau. Gerald segera ke
Jared langsung terlonjak berdiri."Kenapa?" tanya Levine yang sedang duduk di samping Jared.Jared tidak menjawab dia langsung berlari menerobos hutan. Jared berlari seperti cheetah salju, dapat melompat hinggap di dahan pohon dan melesat di atas permukaan salju. Napas Jared bergemuruh panas, jantungnya berdentam hebat. Teriakan Emillie terdengar begitu nyata. Jared tahu putrinya dalam bahaya, gadis itu butuh pertolongan."Gerald!!!"Taring-taring serigala itu benar-benar mengerikan dan nafasnya bau busuk seperti bangkai. Jarak mereka semakin dekat. Udara kasar terus berdesing-desing hingga Emillie mulai meringkuk pasrah untuk diterkam sebelum membeku. Emillie juga sudah tidak berani membuka mata, karena jika sampai dia mati di situ mustahil jejaknya akan ditemukan. Keluarganya tidak akan pernah tahu bagaimana hidupnya telah berakhir, dia akan dianggap hilang begitu saja. "Papa ... Mom ... aku mencintai kalian ...."Ketika Emillie sudah benar-benar pasrah dengan akhir hidupnya, tiba-t
Setelah berlari menembus hutan pinus beku, Jared cuma mendapati hamparan gurun salju luas yang seolah tak berbatas. Jared coba memanjat tebing batu yang cukup menjulang tinggi untuk mendapatkan jarak pandang lebih baik, bahkan mata ekstra mutannya pun cuma dapat melihat barisan gunung-gunung es abadi hingga ke ujung paling utara. Jared kembali mengeram dan meninju dinding tebing berlapis es hingga menimbulkan suara retakan. Jared tidak dapat menangkap tanda-tanda keberadaan Emillie meskipun dia yakin jarak mereka seharusnya sudah tidak terlalu jauh dan gadis itu sedang sangat butuh pertolongan. Jared coba memejamkan mata, coba untuk menfokuskan konsentrasi hingga tinggal terdengar suara desingan angin lirih dan degup jantungnya sendiri. Tapi Jared tetap tidak menemukan petunjuk apa-apa di ruang kosong kepalanya. Jared hanya meyakini satu hal 'putrinya ada di utara!' Emillie masih tidur meringkuk dalam gumpalan selimut hangat dan dekapan Gerald. Emillie sudah tertidur hampir empat ja
Gerald baru sadar jika wanita yang semalaman dia peluk sudah tidak ada, tempat tidur disampingnya kosong untuk diraba. Seketika rasanya seperti dejavu yang masih meninggalkan trauma.Gerald langsung melompat sigap, kamarnya masih setengah gelap. Kamar berlangit-langit kaca itu memang selalu dibiarkan gelap gulita ketika malam karena cahaya dapat menarik perhatian dari kejauhan.Gerald sudah hampir berlari keluar saat kembali syok melihat tubuh Emillie tergeletak di lantai."Oh, Tuhan!"Gerald langsung meraup tubuh lemas Emillie untuk dia baringkan kembali ke atas ranjang."Kau masih bernapas!"Gerald buru-buru memeriksa detak jantung serta denyut nadi Emillie. Masih hidup tapi semuanya lemah.Gerald buru-buru meluruskan tubuh wanitanya tanpa bantal, melonggarkan pakaian dan mengambil aroma menyengat untuk menarik kembali kesadarannya.Gerald tahu Emillie cuma pingsan tapi dia tetap panik, sama sekali tidak bisa tenang sampai kemudian Emillie mulai sadar ketika matahari terbit."Apa ya
BAB 53 SERANGAN TIBA-TIBA Kurang lebih lima belas mil dari perbatasan kota yang dijaga ketat oleh pasukan tentara musuh, tenda relawan medis berjejer di dekat hilir sungai. Tenda-tenda tersebut sengaja di pindahkan ke dekat tepian sungai agar diam-diam bisa mempermudah penyelundupan para tawanan untuk mendapat pertolongan.Setelah lebih dari enam bulan para tim relawan dikirim ke medan pertempuran, sepertinya mereka cuma semakin tersingkir jauh dari kota yang telah di duduki oleh pihak musuh. Pihak musuh menerbitkan larangan keras bagi siapapun untuk memasuki kota. Penduduk sipil yang masih terjebak di tengah kota sebagian menjadi sandera dan sebagian besar dalam kondisi memprihatinkan, terutama wanita dan anak-anak.Setiap hari gelap para relawan militer akan menyelinap melalui jalur sungai untuk membawa korban terluka dan membebaskan sandera. Kamp para tentara relawan juga terletak tidak jauh dari tenda tim medis agar memudahkan akses bagi mereka untuk saling membantu dan berbagi
BAB 52 HARUS PATUHPutri Sofia yang baru kembali dari asik berlibur langsung dibuat terkejut melihat Hamna sudah menunggunya di Istana Zubair."Apa yang kau lakukan di sini?""Pangeran Al-Waleed mengirim saya untuk menjaga Anda, Putri Sofia.""Mustahil!" Putri Sofia tidak percaya. "Pangeran Al-Waleed telah mengembalikan mu!""Silahkan Anda bicara sendiri dengan Pangeran Al-Waleed."Saat itu juga Putri Sofia menghubungi Pangeran Al-Waleed melalui telepon. Setelah tiga kali nada sambung, Pangeran Al-Waleed langsung menyambut dengan ucapan salam keselamatan dengan nada lembut."Kenapa Hamna ada di Istana Zubair?" Putri Sofia yang sedang terburu emosi langsung menerjang dengan pertanyaan lantang tanpa membalas ucapan salam."Aku yang mengutusnya untuk menjagamu." Pangeran Al-Waleed masih berusaha tenang dengan sikap dewasa."Aku sudah punya Zahra, aku tidak butuh pengawal lagi." Sofia menolak. "Aku tidak suka dengan pengawal yang Anda kirim!""Suka atau tidak suka, kau tetap harus dija
BAB 51 PERTEMPURAN AKAN KEMBALI DIMULAI "Ternyata Putri Sofia pergi berlibur dengan Pangeran Yusuf." Abdul langsung melapor pada Pangeran Al-Waleed. "Darimana kau mendapat informasi itu?" Pangeran Al-Waleed melempar tatapan tajam pada pengawalnya. "Pangeran kecil itu yang baru bercerita." Abdul dan Pangeran Al-Waleed memperhatikan Pangeran Habibi yang masih duduk sendirian. "Tidak mungkin anak-anak akan berbohong" Abdul melanjutkan. "Dia juga memberitahu jika Putri Sofia menyimpan banyak foto Pangeran Yusuf." Telinga Pangeran Al-Waleed semakin terbakar, rongga dadanya bergemuruh hebat dengan rasa panas. "Kembali kirim Hamna untuk mengawasi Putri Sofia!" ****** Terlepas dari hati Putri Sofia yang masih bimbang dan perasaan Pangeran Yusuf yang belum bisa terbalas, mereka tetap harus menjadi saudara yang saling menyayangi. "Apapun yang bakal terjadi aku tidak ingin hal tersebut merubah hubungan kita." Yusuf menggenggam tangan Putri Sofia. "Ya?" Putri Sofia mengangguk
BAB 50 SOFIA & YUSUFSetelah berpisah di savana dengan perasaan cemas, Pangeran Yusuf benar-benar tidak bisa berhenti memikirkan Putri Sofia, apa lagi setelah itu Putri Sofia juga tidak turun untuk makan malam. Pangeran Yusuf sangat takut telah bertindak ceroboh.Dalam pikiran Yusuf, Putri Sofia tetap gadis muda yang masih sangat polos, belum pernah tersentuh oleh laki-laki. Seharusnya Yusuf tidak tergesa-gesa. Sekarang Yusuf merasa sangat bodoh karena tidak dapat menahan diri."Dimana Sofia?" Emillie yang bertanya dimeja makan."Sepertinya dia kelelahan setelah berkuda." Mara yang menjawab. "Zahra sudah mengantar makan malam Sofia ke kamar."Meski tahu penyebabnya, Pangeran Yusuf tidak berani ikut bicara.Sampai larut tengah malam Yusuf melihat kamar Putri Sofia masih terang benderang, tapi Yusuf tidak berani mengusik. Sekedar mengirim pesan pun Pangeran Yusuf tidak berani.Sepanjang malam itu sebenarnya Putri Sofia dan Pangeran Yusuf sedang sama-sama tidak bisa tidur. Sampai lewat
BAB 49 PUTRI SOFIA BERLIBURPutri Sofia mengirim pesan kepada Pangeran Al-Waleed bahwa dirinya tidak bisa datang ke Istana Tamir.[Maaf Pangeran Al-Waleed, saya tidak bisa hadir ke pesta ulangtahun Anda karena mendadak harus menjenguk kakekku]Kakek berarti keluarga dari ibu Putri Sofia. Pangeran Al-Waleed tidak banyak bertanya karena selama ini Yang Mulya Serkan diketahui sangat privat merahasiakan keluarga istrinya.[Semoga kakek Anda diberi kesehatan dan selalu dilimpahi keberkahan, Putri Sofia]Pangeran Al-Waleed membalas pesan dari Putri Sofia dengan sebuah doa seperti adab pria terhormat. Pangeran Alwaleed berpikir kakek putri Sofia pasti sudah jompo dan sakit sakitan.*********"Jared apa kau bisa diam sebentar saja!" Mara berteriak pada suaminya yang sudah kembali berada di atas punggung kuda."Aku hanya ingin mengajak anak-anak berkeliling di perbukitan."Jared mengajak Pangeran Yusuf, Putri Sofia, Pangeran Rasyid, dan tentunya Lana yang tidak mau ketingalan sebagai pasukan h
BAB 48 PILIHAN PUTRI SOFIAEmillie dan Gerald datang berkunjung ke Istana Zubair karena kebetulan mereka sedang berada di timur. Gerald bertemu dengan Yang Mulya Serkan untuk membicarakan masalah pertempuran yang semakin memanas. Sementara itu Emillie pergi menemui Anelies karena tidak mau ikut campur urusan laki-laki.Emillie bukan cuma terkejut karena melihat tingkah Pangeran Al-Waleed yang mengirim begitu banyak kotak kado merah muda, Emilie juga terkejut mendengar putri Sofia demam tinggi karena tekanan stress."Aku bukan cuma takut Sofia jatuh sakit, aku paling takut bila dia kembali nekat kabur." Anelies mengungkapkan kerisauannya pada Emillie. "Aku hanya menginginkan kebahagian untuk Sofia, tapi Yang Mulya Serkan dan seluruh negeri ini pasti juga menginginkan putri kami bersama pria yang setara dengannya."Artinya Sofia tetap tidak bisa bersama sembarangan laki-laki, pernikahannya tetap harus di atur oleh keluarga kerajaan. "Sepertinya Putri Sofia cuma perlu berlibur." Emil
BAB 47 MENJADI GILAFaaz diseret ke sebuah ruangan berdinding biru terang, terdapat banyak sekat kaca tembus pandang dengan berbagai mesin canggih digital. Laboratorium kota telah dikuasai pihak musuh dan mereka alih fungsikan sebagai tempat penyiksaan manusia paling keji.Suara teriakan keras terdengar dari ujung lorong kaca. Suara seorang pria yang terus meraung tersiksa dengan pedih, sesekali juga terdengar suara lecutan disusul tangis memohon ampun. Faaz berusaha menutup rapat telinganya dan tahu dirinya bakal segera bernasib serupa."Ayo cepat seret dia ke mari!"Kaki Faaz kesulitan berjalan tegak karena lututnya juga telah bertubi-tubi mendapat pukulan keras."Beruntung kami tidak akan memotong kaki dan lenganmu!"Faaz masih berani menatap tajam untuk menunjukkan sikap tanpa gentar."Beraninya kau menantangku!"Faaz kembali mendapat pukulan keras hingga sisi rahangnya berderak."Sebentar lagi seluruh kesombongan di kepalamu akan lenyap!"Faaz didorong ke kursi metal, kaki, tang
BAB 46 TANTANGAN BERATKomandan tim relawan telah mengkonfirmasi pada media yang telah meliput kejadian tembakan rudal dua hari yang lalu."Tidak ditemukan tubuh korban di lokasi kejadian!" Kemal juga telah mencari berbagai berita mengenai kejadian tersebut."Pagi setelah ledakan, warga cuma melihat bekas kendaraan militer yang telah hancur. Kondisinya sangat parah. Seandainya Faaz masih selamat dari maut, pasti kali ini dia juga sudah tertangkap oleh pihak lawan.""Oh, Tuhan...!" Kemal terus mencengkeram rambut di kepalanya.Tertangkap sebagai penyusup hukumannya bisa sangat keras mengerikan.*******Putri Sofia sedang duduk di balkon bersama Yang Mulya Seika ketika Zahra datang melapor."Putri Sofia, baru saja Pangeran Al-Waleed datang untuk menjenguk Anda."Sofia cukup terkejut karena dia pikir Pangeran Al-Waleed tidak akan nekat datang."Aku belum mau bertemu siapapun!" Putri Sofia menolak Pangeran Al-Waleed di hadapan Yang Mulya Seika. "Katakan saja aku masih perlu istirahat."
BAB 45 SIAPA YANG AKAN MENANGPutri Sofia baru pulih dari demam, sudah mulai mau menghabiskan sarapan tanpa rasa mual."Hari ini Yang Mulya Seika akan datang mengunjungi Anda, Putri Sofia."Putri Sofia tersenyum bahagia mendengar neneknya akan datang menjenguk. Di antara semua orang di keluarga istana, Yang Mulya Seika adalah orang yang bakal selalu membela Putri Sofia sebagai cucu kesayangannya. Bahkan Serkan tidak kan berani menentang jika ibunya yang telah bicara."Siapkan gaun hadiah dari nenekku, aku ingin memakainya hari ini."Zahra terus mendampingi Putri Sofia yang masih terlihat agak pucat tapi sudah kembali bersemangat. Zahra tidak berani memberitahu Putri Sofia mengenai kabar duka yang baru dia dapatkan mengenai adiknya.******Pangeran Al-Waleed sedang dalam acara kunjungan kenegaraan di Eropa ketika Hamna memberi kabar mengenai kondisi Putri Sofia."Putri Sofia sedang sakit sejak dua hari yang lalu.""Kenapa kau baru memberitahuku?" Pangeran Al-Waleed cukup terkejut dan a