Jared langsung terlonjak berdiri."Kenapa?" tanya Levine yang sedang duduk di samping Jared.Jared tidak menjawab dia langsung berlari menerobos hutan. Jared berlari seperti cheetah salju, dapat melompat hinggap di dahan pohon dan melesat di atas permukaan salju. Napas Jared bergemuruh panas, jantungnya berdentam hebat. Teriakan Emillie terdengar begitu nyata. Jared tahu putrinya dalam bahaya, gadis itu butuh pertolongan."Gerald!!!"Taring-taring serigala itu benar-benar mengerikan dan nafasnya bau busuk seperti bangkai. Jarak mereka semakin dekat. Udara kasar terus berdesing-desing hingga Emillie mulai meringkuk pasrah untuk diterkam sebelum membeku. Emillie juga sudah tidak berani membuka mata, karena jika sampai dia mati di situ mustahil jejaknya akan ditemukan. Keluarganya tidak akan pernah tahu bagaimana hidupnya telah berakhir, dia akan dianggap hilang begitu saja. "Papa ... Mom ... aku mencintai kalian ...."Ketika Emillie sudah benar-benar pasrah dengan akhir hidupnya, tiba-t
Setelah berlari menembus hutan pinus beku, Jared cuma mendapati hamparan gurun salju luas yang seolah tak berbatas. Jared coba memanjat tebing batu yang cukup menjulang tinggi untuk mendapatkan jarak pandang lebih baik, bahkan mata ekstra mutannya pun cuma dapat melihat barisan gunung-gunung es abadi hingga ke ujung paling utara. Jared kembali mengeram dan meninju dinding tebing berlapis es hingga menimbulkan suara retakan. Jared tidak dapat menangkap tanda-tanda keberadaan Emillie meskipun dia yakin jarak mereka seharusnya sudah tidak terlalu jauh dan gadis itu sedang sangat butuh pertolongan. Jared coba memejamkan mata, coba untuk menfokuskan konsentrasi hingga tinggal terdengar suara desingan angin lirih dan degup jantungnya sendiri. Tapi Jared tetap tidak menemukan petunjuk apa-apa di ruang kosong kepalanya. Jared hanya meyakini satu hal 'putrinya ada di utara!' Emillie masih tidur meringkuk dalam gumpalan selimut hangat dan dekapan Gerald. Emillie sudah tertidur hampir empat ja
Gerald baru sadar jika wanita yang semalaman dia peluk sudah tidak ada, tempat tidur disampingnya kosong untuk diraba. Seketika rasanya seperti dejavu yang masih meninggalkan trauma.Gerald langsung melompat sigap, kamarnya masih setengah gelap. Kamar berlangit-langit kaca itu memang selalu dibiarkan gelap gulita ketika malam karena cahaya dapat menarik perhatian dari kejauhan.Gerald sudah hampir berlari keluar saat kembali syok melihat tubuh Emillie tergeletak di lantai."Oh, Tuhan!"Gerald langsung meraup tubuh lemas Emillie untuk dia baringkan kembali ke atas ranjang."Kau masih bernapas!"Gerald buru-buru memeriksa detak jantung serta denyut nadi Emillie. Masih hidup tapi semuanya lemah.Gerald buru-buru meluruskan tubuh wanitanya tanpa bantal, melonggarkan pakaian dan mengambil aroma menyengat untuk menarik kembali kesadarannya.Gerald tahu Emillie cuma pingsan tapi dia tetap panik, sama sekali tidak bisa tenang sampai kemudian Emillie mulai sadar ketika matahari terbit."Apa ya
Gerald terlihat meremas miliknya sendiri yang sudah sangat keras berbalut urat tebal berdenyut untuk Emellie hadapi. "Ayo aku ingin kau yang memasukkannya sendiri!" Meski tidak pernah memiliki rasa gentar, Emillie tetap merinding jika harus menelan batang keras berkepala sebesar itu. Gerald juga mulai membuka kancing depan kemeja Emillie sampai terurai. Gadis itu masih sangat ranum, belia yang cantik keras kepala. Gerald menjepit kedua puncak kenyal merekahnya dengan jari hingga bibir Emilie berdesis antara benci dan terusik. "Ayo!" Jika tidak ingat dirinya sedang punya misi yang harus dituntaskan, sungguh Emilie tidak akan sudi disentuh apa lagi harus melayani mutan goa seperti Gerald. Emillie mulai mendekat dan mengangkat pinggulnya. Gerald terlihat senang ketika melihat tangan Emillie menggenggamnya. Gerald mulai berdesis mengeram ketika merasakan puncak kepalanya ditekan ke permukaan lembut. Emillie masih merasa tidak akan cukup tapi terus berusaha dia desakkan sambil memusark
Hari masih pagi, Tobias datang ke Istana Arasyid untuk mengunjungi Jeny dan putranya. Bayi laki-laki berumur tiga minggu itu terlihat semakin tampan dengan alis tebalnya yang hitam pekat seperti milik Pangeran Albany."Boleh aku gendong?" tanya Tobias setelah menunggu Rasyid menyusu."Pelan-pelan, Papa."Jeny memindahkan Rasyid ke lengan Tobias yang sampai detik ini masih sulit percaya jika putri kecilnya sudah menjadi seorang ibu."Dia sangat tampan." Tobias terus dibuat takjub dengan malaikat kecil yang kali ini sudah berada dalam gendongannya."Rasyid sama sekali tidak mirip denganku."Kadang Jeny juga iri kenapa lebih banyak Pangeran Albany pada bayinya. Padahal Jeny yang mengandung, kesakitan, dan merasakan mual. Pangeran Albany cuma tinggal menyelip benih sekaligus menikmatinya. Jeny merasa tidak adil."Tapi lobang hidungnya sedikit mirip dengaymu." Tobias coba menghibur cuma dengan lobang hidung yang sebenarnya tidak ada bedanya."Cuma sedikit sekali!" Jeny terus menggerutu. "T
Harapan Emillie kembali hidup begitu mengetahui sang papa sedang berada tidak jauh dari tempatnya. Begitu mendapatkan telepon, Gerald juga langsung pergi entah ke mana. Emillie harus segera mencari akal untuk bisa memberitahu posisinya. Karena Emillie yakin, siapapun tidak akan menduga ada manusia hidup di celah batu seperti Gerald. Minimal Emillie harus bisa memberi tanda keberadaan manusia yang dapat di lihat dari jauh. Mungkin Emillie bisa membuat sinyal cahaya jika tidak memungkinkan untuk membuat asap di gurun salju. Tapi masalahnya, cahaya hanya dapat terlihat di malam hari dan Gerald nyaris tidak pernah tidur. Emillie sedang berpikir bagaimana membuat goa mau tidur. Emilie berbaring seorang diri di atas ranjang, memperhatikan langit-langit kaca di atas kepalanya. Gerald sudah pergi sejak pagi dan belum juga kembali sampai lewat tengah hari, tapi Emillie yakin mutan itu akan tetap pulang sebelum petang. Gerald tidak akan cukup bodoh untuk mengijinkannya membuat cahaya apa lagi
"Tahan mungkin agak sakit!" Tiva membantu Anelies melepas selang infus di pergelangan tangannya, darah segar sempat mengucur sampai kemudian Tiva memasang perban instan yang dia ambil dari tas ransel putrinya."Ayo anak-anak kita harus pergi!" Tiva juga membangunkan anak-anak sementara Anelies menggendong Husain. Anak-anak sudah tidak bertanya karena sudah terbiasa siaga setiap waktu."Kau bisa?" Tiva memastikan apa Anelies bisa mengendong bayinya."Tidak masalah." Meski masih agak lemas tapi Anelies berusaha mengatasinya. Tiva juga langsung menyeret lengan kedua putrinya untuk buru-buru keluar di ikuti Anelies yang mendekap Husain. Bayi laki-laki itu masih tidur dalam gendongan."Mainan Husain!" Salah satu putri Tiva melihat mainan karet milik Husain yang tertinggal."Sudah, biarkan saja!" Tiva tetap menarik gadis dua belas tahun itu untuk buru-buru."Husain akan menangis jika nati bangun!""Oh!" Tiva terkejut mendapati lengan putrinya lolos dari genggaman, dia berlari kembali meng
Asap hitam pekat ikut membumbung ke udara, masih dapat dilihat hingga jauh ke pinggiran kota. Benar-benar mengerikan untuk di ingat. Anelies terus mendekap Husain ke dalam pelukannya. Meski lega sudah berhasil lolos tapi mereka tadi benar-benar sudah nyaris tertangkap. Tiva masih mengemudi, membawa mereka ke bandara di mana Nathan sudah menunggu. "Apa Husain sudah bangun?" tanya salah satu dari putri Tiva. Belum sampai Anelies menjawab Husain langsung mendongak dari pelukan ibunya untuk mengintip dan mengajak tertawa. Benar-benar bayi menggemaskan. "Maaf, mainanmu hilang, nanti kita beli lagi." Bayi laki-laki tampan itu malah memekikkan tawa renyah, netra kehijauannya terlihat bulat bening sama sekali tidak nampak mengalami trauma. Tangan montok Husain meraih-raih putri cantik Tiva. "Kau mau kugendong?" Sebuah pekikan tawa lebih renyah kembali memberi jawaban. "Boleh aku memangkunya?" "Ya ..." Anelies memberikan Husain duduk di pangkuan si kembar untuk bermain. Diam-diam seben
BAB 257 PERNIKAHANSemua keluarga yang telah berkumpul menunggu di beranda samping rumah peternakan yang pagarnya sudah dihias lilitan bunga segar dan pita putih menjuntai. Walaupun serba mendadak, Mara tetap tidak kehabisan cara untuk menciptakan pesta yang berkesan bagi putrinya. Selama ada uang berkuasa, semua bisa diatur dengan cepat.Beruntung rumah peternakan memiliki beranda yang cukup lebar. Seluruh pekerja peternakan ikut duduk dengan pakaian rapi di barisan kursi yang sudah mereka susun. Semua pengawal Serkan dari istana juga ikut serta. Diantara mereka semua yang bergerombol dalam obrolan, cuma Zontus yang tetap sendirian.Selain membuat orang takut untuk mendekat, Zontus memang sama sekali tidak miliki kawan atau keluarga. Zontus benar-benar berdiri di sana hanya untuk menunggu Mia, dia kurang perduli dengan yang lain. Walaupun Zontus terlihat dingin dan agak aneh, tapi tidak ada yang berani membicarakannya."Kapan Mia keluar?" Lana sudah tidak sabar."Tunggu saja jangan
BAB 256 BANYAK HAL TIDAK TERDUGABegitu mengetahui Zontus dapat membebaskan darah imortal, Jared langsung setuju dengan saran Anelies agar Mia menikah dengan Zontus. Tentu tujuan Jared pasti agar Mia bisa membujuk Zontus membantu Emillie serta keluarganya. Padahal sebenarnya Jared belum sepenuhnya rela Mia menikah.Mia masih sangat muda, Jared belum rela melepaskan putri kecilnya pada seorang laki-laki. Jared hanya mengikuti nasehat Anelies, dan ternyata Anelies benar. Dengan sangat tidak terduga Zontus mau menghargai mereka dengan pernikahan. Jared juga tidak menyangka, Zontus tetap akan memberi kesempatan untuk dirinya dan Mara sebagai orang tua.Sejak awal Mia memang hadir dengan sangat ajaib di tengah keluarga Jared. Mara selalu takut bila Mia bukan milik mereka. Walaupun Jared selalu berusaha menegarkan Mara, tapi sejatinya Jared juga sangata takut kehilangan. Beruntung Zontus tidak seburuk yang mereka semua pikiran selama ini. Tapi Zontus tetap bisa sangat keras bila urusannya d
BAB 255 PAGI YANG SEMPAT KACAU Mia tidak tahu, entah papanya baru bangun dari mimpi buruk, atau memang masih berjalan setengah bermimpi seram. "Kau dan Zontus harus menikah!" Tiba-tiba Mia dan Zontus diberi ultimatum keras. "Kalian harus segera menikah di hadapanku!" Setelah tersedak kaku, Mia langsung menoleh pada Zontus. "Zontus apa kau bisa menghapus ingatan papaku!" Seketika Jared langsung melotot lebar pada putrinya sendiri yang berani minta otaknya untuk dihapus. "Zontus cepat!" Mia menginjak kaki Zontus agar cepat bertindak. "Kau ingin aku menikahi Mia dengan cara seperti apa?" Ternyata Zontus malah menanggapi permintaan Jared. "Zontus!!!" Mia berdesis kesal tapi tidak dihiraukan. "Aku akan menikahi Mia di puncak gunung, di dasar laut atau di tengah hutan, di manapun asal dia mau!" "Aaaaaaa!!!" Saat itu juga Mia langsung menjerit histeris. "Kau pikir aku lumba-lumba!" Masalahnya Zontus telah hidup selama ribuan tahun, dia telah melalui banyak budaya denga
BAB 254 BICARA SERIUS Zontus benar-benar tidak bisa menembus ke dalam mata Yang Mulia Serkan, seperti ada perisai tebal yang terus menghalaunya. "Katakan siapa dirimu?" Zontus menuntut pertanyaan tegas. "Aku hanya manusia, seperti yang kau lihat." Serkan tetap berucap tenang. "Mustahil!" Zontus tidak mau percaya. "Kau menggunakan sihir!" "Tidak ada sihir!" Serkan menggeleng pelan. "Aku lahir dan hidup sebagai manusia, tidak ada keajaiban apapun." Serkan melangkah lebih dekat. "Tapi aku tetap tidak akan membiarkan siapapun mengusik keluargaku!" Zontus menatap tajam tapi Serkan memang sama sekali tidak gentar meskipun tahu mahluk immortal di hadapannya menguasai banyak sihir. "Kau tidak bisa membawa Pangeran Husain!" Serkan memberi pernyataan tegas. "Husain juga tidak akan berani pergi tanpa ijin dariku!" Bahkan Pangeran Husain sendiri pernah menyatakan jika dia lebih takut dengan babanya dari pada dengan Zontus. Zontus benar-benar bukan mahluk yang mau terkalahkan, dia
BAB 253 HARUS SEGERA DISELESAIKANZontus akan mengabulkan permintaan Mia sebagai hadiah ulang tahun. Zontus akan membebaskan Theo dari darah lycan. Zontus sudah setuju dan dia tidak mungkin mengingkari janjinya.Mia langsung bersemangat. Setelah bicara dengan Zontus, Mia langsung pergi menemui Gerald."Kita harus segera menemukan Theo!"Mia bicara di hadapan Gerald yang sedang duduk di perpustakaan bersama Emillie."Zontus sudah berjanji akan membebaskan Theo dari darah lycan asal kita membawa Theo ke hadapannya!"Gerald dan Emillie cukup terkejut mendengar Zontus mau membantu mereka."Kau serius?" Emillie bertanya dengan nada ragu. "Zontus bisa membersihkan darah lycan di tubuh Theo, atau Zontus malah akan melenyapkan nyawa Theo?"Emillie ragu jika mahluk seperti Zontus tidak mendendam pada pemuda yang juga suka mendekati wanitanya."Zontus tidak mungkin ingkar dengan janji serta ucapannya!" Mia sangat yakin. "Aku sangat mengenal Zontus!"Emillie menoleh Gerald untuk menunggu tanggap
BAB 252 MALAM TAHUN BARU BERSAMADari tepi hutan Helena melihat keluarga Jared dan Mara yang sedang berkumpul di meja makan malam. Semua anak-anak sedang berkumpul, Helena melihat mereka semua dengan dada ikut menghangat. Mara juga telah memaafkan Helena dengan kemurahan hatinya yang luar biasa.Mara dan Helena sama-sama seorang ibu, pasti mereka juga ingin yang terbaik bagi putri mereka. Helena telah memberitahu Mara jika suatu saat Zontus pasti akan kembali untuk menjemput Mia. Tidak ada yang dapat menghentikan Zontus, karena ratu negeri Utara memang hanya terlahir kembali untuk rajanya. Mara cuma minta pada Helena agar diberi waktu bersama Mia sebelum nanti Zontus mengambilnya.*******Ketika melihat Zontus datang, Mara langsung menjatuhkan semua gelas kristal yang sedang dia bawa. Mara sudah tahu Zontus akan datang menjemput Mia tapi dia tidak menduga akan secepat ini. Mara tidak tahu jika tujuan Zontus adalah Pangeran Husain. Sepanjang makan malam itu Mara terus diliputi rasa tak
BAB 251 BERKUMPULJulie memandikan anjing hitam yang dia bawa pulang dari pemakaman dengan mengunakan air dari selang di halaman."Ayo berputar lagi!" Julie memberi perintah. "Biar kubersihkan kaki kirimu!"Theo terus berputar patuh mengikuti perintah Julie yang sedang menggosok bulunya dengan busa sabun mandinya yang harum."Ingat nanti malam adalah malam tahun baru, kau harus bersih!"Julie juga terus mengajak Theo bicara. "Bibiku baru meninggal dua bulan lalu, sekarang aku juga sendirian."Theo bersuara lirih sambil menggosokkan hidung ke lengan Julie."Terima kasih." Ternyata Julie paham dengan maksud anjing hitam itu untuk bersimpati.Sebenarnya Julie juga tidak memiliki teman bercerita. Selama ini Julie hanya sibuk bekerja dan mengurus bibinya yang sakit-sakitan."Aku keringkan bulumu dulu baru kau bisa makan."Julie buru-buru masuk ke dalam rumah untuk mengambil handuk dan pengering rambut."Ayo kemari!" Julie memanggil dari teras.Theo segera berlari mendekat utuk dikering
BAB 250 MENJADI ANJINGMenjelang malam akhir tahun, hujan terus turun seolah tanpa jeda, begitu pagi agak cerah Julie buru-buru pergi keluar dengan pikup tuanya. Hari masih pagi, Julie berniat pergi mengunjungi makam kedua orang tuanya sebelum malam pergantian tahun.Ketika sampai di pemakaman, Julie terkejut melihat seekor anjing jenis serigala berbulu hitam legam sedang meringkuk di samping makam ayahnya. Sepertinya anjing kurus itu sudah berada di sana sejak hujan semalam, bulunya terlihat kotor kumal oleh percikan tanah lumpur basah."Hai apa kau lapar?"Julie bertanya pada anjing kurus yang terlihat lemah dengan perut cekung."Kau tidur dan kehujanan di sini?"Kebetulan Julie sedang membawa roti isi sisa sarapannya yang belum habis untuk dia ulurkan. Theo yang sudah sangat lapar langsung mengigit roti isi daging asap yang terasa sangat lezat luar biasa setelah beberapa hari tanpa makan. Theo makan dengan lahap dari tangan Julie yang juga sama sekali tidak merasa jijik atau takut
BAB 249"Apa Theo tidak ikut?" Mara baru ingat untuk menanyakan Theo karena Mia cuma datang sendirian."Theo sedang sibuk Mom." Mia terpaksa berbohong."Padahal kemarin dia berjanji akan ikut." Mara nampak kecewa.Seharusnya Mia memang pulang bersama Theo. Tapi sepertinya Theo sedang ingin balas tidak datang. Akhirnya Mia pulang sendiri."Anak muda itu sudah sangat baik, dia selalu menjagamu." Mara terus mengagumi Theo.Sampai di sini, ternyata Mia juga baru sadar jika tidak mudah untuk menjaga persahabatan dan asmara. Kadang harus ada yang mengalah atau lebih dipilih, meskipun sama-sama tidak ada yang buruk."Theo adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki."Mia mempertegas kata 'sahabat' untuk Theo, meski untuk sekarang Mia juga belum bisa menyebut nama Zontus. Zontus masih pergi, Mia belum bisa memberitahu siapapun bila Zontus masih hidup. Zontus sedang menyelesaikan semua urusannya dan tidak ingin kembali diganggu. Yang pasti Zontus juga sedang berjuang keras untuk mereka sem