Gerald terlihat meremas miliknya sendiri yang sudah sangat keras berbalut urat tebal berdenyut untuk Emellie hadapi. "Ayo aku ingin kau yang memasukkannya sendiri!" Meski tidak pernah memiliki rasa gentar, Emillie tetap merinding jika harus menelan batang keras berkepala sebesar itu. Gerald juga mulai membuka kancing depan kemeja Emillie sampai terurai. Gadis itu masih sangat ranum, belia yang cantik keras kepala. Gerald menjepit kedua puncak kenyal merekahnya dengan jari hingga bibir Emilie berdesis antara benci dan terusik. "Ayo!" Jika tidak ingat dirinya sedang punya misi yang harus dituntaskan, sungguh Emilie tidak akan sudi disentuh apa lagi harus melayani mutan goa seperti Gerald. Emillie mulai mendekat dan mengangkat pinggulnya. Gerald terlihat senang ketika melihat tangan Emillie menggenggamnya. Gerald mulai berdesis mengeram ketika merasakan puncak kepalanya ditekan ke permukaan lembut. Emillie masih merasa tidak akan cukup tapi terus berusaha dia desakkan sambil memusark
Hari masih pagi, Tobias datang ke Istana Arasyid untuk mengunjungi Jeny dan putranya. Bayi laki-laki berumur tiga minggu itu terlihat semakin tampan dengan alis tebalnya yang hitam pekat seperti milik Pangeran Albany."Boleh aku gendong?" tanya Tobias setelah menunggu Rasyid menyusu."Pelan-pelan, Papa."Jeny memindahkan Rasyid ke lengan Tobias yang sampai detik ini masih sulit percaya jika putri kecilnya sudah menjadi seorang ibu."Dia sangat tampan." Tobias terus dibuat takjub dengan malaikat kecil yang kali ini sudah berada dalam gendongannya."Rasyid sama sekali tidak mirip denganku."Kadang Jeny juga iri kenapa lebih banyak Pangeran Albany pada bayinya. Padahal Jeny yang mengandung, kesakitan, dan merasakan mual. Pangeran Albany cuma tinggal menyelip benih sekaligus menikmatinya. Jeny merasa tidak adil."Tapi lobang hidungnya sedikit mirip dengaymu." Tobias coba menghibur cuma dengan lobang hidung yang sebenarnya tidak ada bedanya."Cuma sedikit sekali!" Jeny terus menggerutu. "T
Harapan Emillie kembali hidup begitu mengetahui sang papa sedang berada tidak jauh dari tempatnya. Begitu mendapatkan telepon, Gerald juga langsung pergi entah ke mana. Emillie harus segera mencari akal untuk bisa memberitahu posisinya. Karena Emillie yakin, siapapun tidak akan menduga ada manusia hidup di celah batu seperti Gerald. Minimal Emillie harus bisa memberi tanda keberadaan manusia yang dapat di lihat dari jauh. Mungkin Emillie bisa membuat sinyal cahaya jika tidak memungkinkan untuk membuat asap di gurun salju. Tapi masalahnya, cahaya hanya dapat terlihat di malam hari dan Gerald nyaris tidak pernah tidur. Emillie sedang berpikir bagaimana membuat goa mau tidur. Emilie berbaring seorang diri di atas ranjang, memperhatikan langit-langit kaca di atas kepalanya. Gerald sudah pergi sejak pagi dan belum juga kembali sampai lewat tengah hari, tapi Emillie yakin mutan itu akan tetap pulang sebelum petang. Gerald tidak akan cukup bodoh untuk mengijinkannya membuat cahaya apa lagi
"Tahan mungkin agak sakit!" Tiva membantu Anelies melepas selang infus di pergelangan tangannya, darah segar sempat mengucur sampai kemudian Tiva memasang perban instan yang dia ambil dari tas ransel putrinya."Ayo anak-anak kita harus pergi!" Tiva juga membangunkan anak-anak sementara Anelies menggendong Husain. Anak-anak sudah tidak bertanya karena sudah terbiasa siaga setiap waktu."Kau bisa?" Tiva memastikan apa Anelies bisa mengendong bayinya."Tidak masalah." Meski masih agak lemas tapi Anelies berusaha mengatasinya. Tiva juga langsung menyeret lengan kedua putrinya untuk buru-buru keluar di ikuti Anelies yang mendekap Husain. Bayi laki-laki itu masih tidur dalam gendongan."Mainan Husain!" Salah satu putri Tiva melihat mainan karet milik Husain yang tertinggal."Sudah, biarkan saja!" Tiva tetap menarik gadis dua belas tahun itu untuk buru-buru."Husain akan menangis jika nati bangun!""Oh!" Tiva terkejut mendapati lengan putrinya lolos dari genggaman, dia berlari kembali meng
Asap hitam pekat ikut membumbung ke udara, masih dapat dilihat hingga jauh ke pinggiran kota. Benar-benar mengerikan untuk di ingat. Anelies terus mendekap Husain ke dalam pelukannya. Meski lega sudah berhasil lolos tapi mereka tadi benar-benar sudah nyaris tertangkap. Tiva masih mengemudi, membawa mereka ke bandara di mana Nathan sudah menunggu. "Apa Husain sudah bangun?" tanya salah satu dari putri Tiva. Belum sampai Anelies menjawab Husain langsung mendongak dari pelukan ibunya untuk mengintip dan mengajak tertawa. Benar-benar bayi menggemaskan. "Maaf, mainanmu hilang, nanti kita beli lagi." Bayi laki-laki tampan itu malah memekikkan tawa renyah, netra kehijauannya terlihat bulat bening sama sekali tidak nampak mengalami trauma. Tangan montok Husain meraih-raih putri cantik Tiva. "Kau mau kugendong?" Sebuah pekikan tawa lebih renyah kembali memberi jawaban. "Boleh aku memangkunya?" "Ya ..." Anelies memberikan Husain duduk di pangkuan si kembar untuk bermain. Diam-diam seben
Begitu kembali membuka kelopak mata, Anelies melihat dirinya sedang berbaring di sebuah ruangan serba puti dan tirai kebiruan. "Kau sudah bangun ...?" Anelies merasakan punggung tangannya sedang dikecup lembut dengan bibir hangat dan harum seseorang yang sangat dia kenal. "Yang Mulya ..." Pria rupawan itu benar-benar sedang berada di samping Anelies tau mungkin ia cuma sedang berhalusinasi karena rindu. Kelopak mata Aneleis juga masih terasa berat, kemungkinan kedua sepertinya lebih mendukung, dia cuma sekedar berhalusinasi melihat Yang Mulya Serkan. "Jika ini mimpi aku tidak ingin bangun dulu, Yang Mulya ...." Apa yang diucapkan Aneleis benar-benar terdengar konyol. "Kau tidak sedang bermimpi, aku juga membawa Hamdan serta Sofia untuk bertemu ibunya." "Oh, Tuhan ...!" Anelies langsung bangkit untuk duduk-duduk tapi Serkan segera kembali mendorongnya agar berbaring. "Kau masih harus istirahat, sebentar anak-anak akan di bawa Hulya ke mari setelah sarapan." Serkan mencium dan
"Aku menyukaimu!"Kata 'suka' bagi Gerald cuma terkesan seperti suka terhadap rasa manis atau asam dalam makanan yang kebetulan cocok di ujung lidah ketika dicicipi, karena itu dia bisa begitu enteng mengucapkannya."Kau milikku!"Penegasan itu juga cuma makin membuat Emillie merinding."Sampai kapan?" Emillie pilih memancing pertanyaan. "Sampai kapan kau akan menyukaiku?""Aku tidak tahu ...."Sudah Emillie duga, Gerald memang bukan tipe yang akan membuang energi untuk merayu wanita."Apa kau tidak menyukaiku?" Tiba-tiba Gerald membalik pertanyaan."Oh!" Emillie mendadak gugup karena memang sedang dalam misi curang untuk menipu Gerald."Kadang!" Emillie pilih jawaban aman. "Aku suka jika kau tidak memaksa."Gerald terlihat berpikir sebentar tapi sepertinya dia benar-benar percaya."Aku suka mandi denganmu!" Gerald meletakkan pisau pemotong wortelnya utuk menghampiri Emillie di seberang meja."Aku juga suka telanjang denganmu!"Bibir Emillie diraih dengan ujung jari."Aku suka mema
Diam-diam Sanaz datang ke tempat tinggal Tobias. Selama mengambil cuti dari semua pekerjaan, Tobias tinggal seorang diri di sebuah resort pulau buatan yang dia beli beberapa bulan lalu. Resort bergaya mediterania itu memiliki halaman cukup luas, dengan berbagai fasilitas super mewah yang menempati tanah seluas hampir lima belas hektar. Terdapat istal kuda lengkap dengan arena pacuan eksklusif, landasan pacu jet pribadi serta lapangan golf dan polo. Tobias Harlot adalah pria kaya dengan gaya hidup super mahal, bergaul di lingkungan kelas atas, pengusaha, politisi, bahkan 'royal family', serta kalangan intelektual. Maka jangan heran jika jaringan koneksinya juga sangat luas. Nama Tobias Harlot bukan cuma dikenal sebagai pebisnis sukses dan CEO Loghan Global, Tobias juga merupakan atlit polo, menembak, serta berkuda yang masih sangat aktif di kalangan masyarakat kelas atas Hampton. Ketika Sanaz tiba, Tobias terlihat sedang menembak sasaran lontar mengunakan senapan. Tembakan Tobias sel
BAB 6 KACAUSudah hampir setengah jam Putri Sofia masuk ke dalam toilet dan sampai sekarang belum keluar. Penata makeup dan gaun yang tadi bersabar menunggu akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu toilet."Putri Sofia!"Sama sekali tidak ada jawaban dari dalam."Putri Sofia, apa Anda baik-baik saja?"Tetap tidak ada jawaban, mereka semua mulai cemas. Dua orang yang lain ikut mengetuk pintu, memutar handel dan mendorong."Pintunya terkunci dari dalam!"Mereka panik."Panggil pengawal!"Salah satu dari mereka berlari keluar untuk memangil pengawal sementara yang lain terus berusaha menggedor pintu toilet sambil memanggil nama Putri Sofia berulang-ulang. Benar-benar tidak ada jawaban dari dalam, mustahil jika mereka semua tidak cemas ketakutan, apa lagi Putri Sofia sudah hampir setengah jam di dalam kamar toilet.Tiga orang pengawal wanita tiba, mereka langsung mencongkel daun pintu kamar mandi untuk didobrak paksa."Oh, Tuhan!"Mereka semua syok, Putri Sofia sudah tidak ada di d
BAB 5 PANGERAN AL-WALEEDPangeran Al-Waleed adalah putra mahkota dari kerajaan besar super kaya raya. Selain berparas tampan, Pangeran Al-Waleed juga sangat di segani sebagai politisi muda brilian. Raja Haleed berharap putra mahkotanya segera bisa menikahi putri Yang Mulya Serkan. Mereka sama-sama memiliki harapan besar untuk bisa menjalin kekeluargaan.Tahun ini usia Pangeran Al-Waleed dua puluh delapan tahun, sudah cukup matang untuk menikah dan memiliki keturunan. Selisih usia sepuluh tahun antara Pangeran Al-Waleed dengan Putri Sofia tidak akan jadi soal, Pangeran Al-Waleed masih sangat muda dan luar biasa tampan. Pria yang jauh lebih dewasa justru akan lebih tenang untuk menghadapi Putri Sofia yang masih sangat muda dan manja."Apa saya boleh masuk Pangeran?" Suara Abdul mengetuk daun pintu kamar Pangeran Al-Waleed dari luar."Masuklah."Abdul adalah pengawal kepercayaan raja Khaleed yang sekarang juga dipercaya untuk mendampingi putra mahkota. Setelah mendorong daun pintu untu
BAB 4 DELAPAN BELAS TAHUNSelain Pangeran Hamdan dan Pangeran Habibi, Yang Mulya Serkan juga memiliki seorang putra tampan yang mulai beranjak remaja. Tahun ini usia Pangeran Husain sudah menginjak empat belas tahun, pemuda tampan itu terlihat sedang fokus membaca buku filsafat di perpustakaan istana. Semakin tumbuh dewasa, Pangeran Husain semakin mirip dengan Brandon Lington yang diam-diam suka menekuni buku filsafat serta sejarah.Nampaknya Pangeran Husain semakin penasaran dan terus penasaran dengan asal mula kemampuan spesialnya. Husain merasa perlu mengetahui sumber energi terbesar dalam dirinya untuk dapat dia kendalikan dengan sempurna. Pangeran Husain telah berjanji akan membantu Zontus terlepas dari darah immortal, mereka harus berhasil, tidak boleh gagal lagi.Pangeran Husain masih fokus memahami kalimat filsafat yang sangat ambigu mengenai para leluhur kerajan dan tiba-tiba datang pengganggu tidak di undang."Husain lihat ini!" Pangeran Habibi datang untuk pamer. "Aku berf
BAB 3 KEMENANGANFaaz berhasil menjadi juara pertandingan berkuda untuk piala Putra Mahkota dengan total hadiah sepuluh juta dolar. Kemenangan yang masih terasa seperti mimpi. Faaz berhasil mengalahkan atlet-atlet ternama lainya termasuk Pangeran Yusuf. Begitu Faaz turun dari atas punggung kuda, beberapa wartawan langsung datang mengerumuninya untuk wawancara."Apa yang ingin kau sampaikan untuk kemenangan menakjubkan ini?""Ini adalah mimpi, saya masih kehabisan kata-kata untuk menggambarkan apa yang saya rasakan ini." Faaz gugup menghadapi pertanyaan media. "Aku ingin berterima kasih pada kedua sahabatku!"Faaz langsung merangkul Ahmed dan Ramzi untuk ikut berfoto di hadapan kamera para wartawan."Tanpa mereka aku tidak akan berdiri di arena ini!" Faaz terus berbangga pada kedua sahabatnya. "Aku sangat beruntung!""Kau akan mendapatkan sepuluh juta dolar, apa rencanamu setelah ini?"Antusiasme para wartawan tidak kalah menggebu dengan hadirnya juara baru dari seorang anak muda yang
BAB 2 PUTRI SOFIASebagai putri dari raja kaya raya, sejak kecil Putri Sofia telah hidup di tengah kemegahan serta kemewahan Istana Zubair, selalu jadi yang paling cantik dan disayang oleh Yang Mulya Serkan. Karena kecantikannya Putri Sofia tidak pernah diperbolehkan pergi ke sekolah umum, meski demikian Putri Sofia tetap mendapatkan pendidikan privat dari guru-guru terbaik. Sekarang Putri Sofia telah tumbuh menjadi gadis cantik jelita yang cerdas, sopan dan tetap sangat dimanja.Karena Putri Sofia tidak pernah bergaul di luar lingkungan istana, lingkungan pergaulan yang sempit membuat Putri Sofia diam-diam mengagumi sepupunya sendiri sejak mereka masih anak-anak. Hanya Pangeran Yusuf yang selalu paling tampan di mata Putri Sofia. Putri Sofia tidak pernah perduli dengan perjodohannya dengan Pangeran Al-Waleed.Belum ada yang tahu mengenai rencana perjodohan Putri Sofia dengan Pangeran Al-Waleed, seharusnya Putri Sofia sendiri juga belum tahu seandainya dia tidak diam-diam menguping pe
BAB 1 Al-FAAZATiga orang pemuda terlihat sedang berkuda mengelilingi perbukitan tandus, mereka berlomba untuk memacu kaki kuda masing-masing sekencang mungkin. Persaingan semakin keras dan sengit begitu memasuki putaran ke dua. Sejak putaran awal kuda Arab berbulu perunggu yang terus melesat di barisan paling depan, terus meluncur seperti peluru berkaki empat. Jantung ikut berdebar keras, darah ikut mengalir panas bercampur luapan api adrenalin. Setelah tiga kali putaran, kuda perunggu tetap jadi yang terdepan hingga kedua rekannya meledakkan teriakan."Faaz kau hebat!" Ahmed berteriak sampai serak"Kau harus ikut pertandingan tahun ini!" Ramzi ikut memberi semangat pada kawannya yang tidak pernah terkalahkan dalam berkuda."Aku bukan penunggang kuda profesional." Faaz melompat turun dari atas punggung kuda untuk menghampiri kedua rekannya Ramzi dan Ahmed."Aku yakin kau bisa menjadi juara! Kau memiliki kemampuan alami, dari darah dan jantungmu! Kau bisa mengalahkan para profesional
BAB 297 EXSTRA PARTTIGA TAHUN KEMUDIANMia melihat keluar halaman melalui jendela kamar, dia melihat induk rusa dan kedua anaknya. Mia baru sadar jika kedua anak rusa tetap anak-anak setelah tiga tahun berlalu. Rusa-rusa itu adalah mahluk sihir, mahluk sihir peliharaan Putri Eluise yang sama sekali tidak berubah setelah sekian abad berlalu dan pemiliknya telah melupakannya. Dunia benar-benar tidak berjalan sebagimana mestinya buat mereka.Mia beralih memperhatikan telapak tangannya di bawah pantulan sinar jingga matahari pagi yang sedang cerah. Mia melihat aliran darah kebiruan dibalik kulit punggung telapak tangannya. Manusia memiliki aliran darah hangat berdenyut hidup. Hidup artinya tumbuh, terus berubah dan pasti akan menua. Seharusnya Mia bersyukur dengan segala keistimewaan manusia yang terus bersikeras ingin Zontus pertahankan seperti itu.Mia masih memperhatikan urat nadi di punggung telapak tangannya ketika kemudian melihat Zontus berjalan di halaman. Zontus sedang memetik a
BAB 296Sepulang dari pesta pernikahan Theo dan Julie, Mia yang baru berganti pakaian menyusul duduk di samping Zontus. Zontus terlihat baru menghidupkan layar laptopnya ketika Mia mulai bicara."Sepertinya aku setuju dengan saranmu mengenai bayi tabung."Zontus terkejut mendengar Mia tiba-tiba kembali membahas mengenai bayi tabung."Papaku juga berasal dari hasil inseminasi buatan yang dibekukan dan ditanamkan pada rahim wanita lain beberapa tahun kemudian setelah James Loghan lahir. Papaku dan James Loghan sebenarnya adalah hasil iseminasi buatan dari satu sel telur, sama seperti Gerald dengan Nathan, mereka kembar identik tapi tumbuh di rahim wanita berbeda."Mia menceritakan semua hal yang tadi baru dia dengar dari Aron Loghan. Niat awal Mia, sebenarnya cuma ingin curhat pada Aron tentang keinginan Zontus mengenai bayi tabung. Awalnya Mia mengeluh sedih, tapi ternyata Aron justru sangat mendukung hingga memberikan banyak contoh nyata dari orang-orang di dekat mereka."Sepertinya
BAB 295 MENDAPATKAN KELUARGASetelah mengucapkan janji pernikahan, Theo memakaikan sebuah cincin berlian cantik di jari manis Juli."Terima kasih karena telah menyelamatkanku dari dunia gelap tanpa masa depan. Terimakasih kasih telah hadir dengan hatimu yang penuh cinta tanpa batas." Theo mencium pengantin cantiknya di hadapan semua tamu.Semua yang tahu perjalanan Theo bersama Julie pasti akan terharu melihat Theo berani menentang keluarganya untuk nekat menikahi Julie. Gerald dan Emillie juga datang ke pernikahan Theo, mereka duduk dalam satu meja bersama Mara, Mia dan Zontus. Mara juga ikut sangat bangga melihat Jared berjalan mendampingi Julie. Julie yang telah hidup sebatang kara kali ini akan ikut mendapatkan banyak keluarga."Oh, dia sangat manis." Mara menitikkan airmata haru ketika mendengar Theo menyebut nama Julie sebagai istrinya.Suara tepuk tangan dan ucapan selamat serempak bergemuruh dari para tamu yang ikut berbahagia. Cuma Mrs. Haris yang sama sekali tidak mau memb