Setelah berlari menembus hutan pinus beku, Jared cuma mendapati hamparan gurun salju luas yang seolah tak berbatas. Jared coba memanjat tebing batu yang cukup menjulang tinggi untuk mendapatkan jarak pandang lebih baik, bahkan mata ekstra mutannya pun cuma dapat melihat barisan gunung-gunung es abadi hingga ke ujung paling utara. Jared kembali mengeram dan meninju dinding tebing berlapis es hingga menimbulkan suara retakan. Jared tidak dapat menangkap tanda-tanda keberadaan Emillie meskipun dia yakin jarak mereka seharusnya sudah tidak terlalu jauh dan gadis itu sedang sangat butuh pertolongan. Jared coba memejamkan mata, coba untuk menfokuskan konsentrasi hingga tinggal terdengar suara desingan angin lirih dan degup jantungnya sendiri. Tapi Jared tetap tidak menemukan petunjuk apa-apa di ruang kosong kepalanya. Jared hanya meyakini satu hal 'putrinya ada di utara!' Emillie masih tidur meringkuk dalam gumpalan selimut hangat dan dekapan Gerald. Emillie sudah tertidur hampir empat ja
Gerald baru sadar jika wanita yang semalaman dia peluk sudah tidak ada, tempat tidur disampingnya kosong untuk diraba. Seketika rasanya seperti dejavu yang masih meninggalkan trauma.Gerald langsung melompat sigap, kamarnya masih setengah gelap. Kamar berlangit-langit kaca itu memang selalu dibiarkan gelap gulita ketika malam karena cahaya dapat menarik perhatian dari kejauhan.Gerald sudah hampir berlari keluar saat kembali syok melihat tubuh Emillie tergeletak di lantai."Oh, Tuhan!"Gerald langsung meraup tubuh lemas Emillie untuk dia baringkan kembali ke atas ranjang."Kau masih bernapas!"Gerald buru-buru memeriksa detak jantung serta denyut nadi Emillie. Masih hidup tapi semuanya lemah.Gerald buru-buru meluruskan tubuh wanitanya tanpa bantal, melonggarkan pakaian dan mengambil aroma menyengat untuk menarik kembali kesadarannya.Gerald tahu Emillie cuma pingsan tapi dia tetap panik, sama sekali tidak bisa tenang sampai kemudian Emillie mulai sadar ketika matahari terbit."Apa ya
Gerald terlihat meremas miliknya sendiri yang sudah sangat keras berbalut urat tebal berdenyut untuk Emellie hadapi. "Ayo aku ingin kau yang memasukkannya sendiri!" Meski tidak pernah memiliki rasa gentar, Emillie tetap merinding jika harus menelan batang keras berkepala sebesar itu. Gerald juga mulai membuka kancing depan kemeja Emillie sampai terurai. Gadis itu masih sangat ranum, belia yang cantik keras kepala. Gerald menjepit kedua puncak kenyal merekahnya dengan jari hingga bibir Emilie berdesis antara benci dan terusik. "Ayo!" Jika tidak ingat dirinya sedang punya misi yang harus dituntaskan, sungguh Emilie tidak akan sudi disentuh apa lagi harus melayani mutan goa seperti Gerald. Emillie mulai mendekat dan mengangkat pinggulnya. Gerald terlihat senang ketika melihat tangan Emillie menggenggamnya. Gerald mulai berdesis mengeram ketika merasakan puncak kepalanya ditekan ke permukaan lembut. Emillie masih merasa tidak akan cukup tapi terus berusaha dia desakkan sambil memusark
Hari masih pagi, Tobias datang ke Istana Arasyid untuk mengunjungi Jeny dan putranya. Bayi laki-laki berumur tiga minggu itu terlihat semakin tampan dengan alis tebalnya yang hitam pekat seperti milik Pangeran Albany."Boleh aku gendong?" tanya Tobias setelah menunggu Rasyid menyusu."Pelan-pelan, Papa."Jeny memindahkan Rasyid ke lengan Tobias yang sampai detik ini masih sulit percaya jika putri kecilnya sudah menjadi seorang ibu."Dia sangat tampan." Tobias terus dibuat takjub dengan malaikat kecil yang kali ini sudah berada dalam gendongannya."Rasyid sama sekali tidak mirip denganku."Kadang Jeny juga iri kenapa lebih banyak Pangeran Albany pada bayinya. Padahal Jeny yang mengandung, kesakitan, dan merasakan mual. Pangeran Albany cuma tinggal menyelip benih sekaligus menikmatinya. Jeny merasa tidak adil."Tapi lobang hidungnya sedikit mirip dengaymu." Tobias coba menghibur cuma dengan lobang hidung yang sebenarnya tidak ada bedanya."Cuma sedikit sekali!" Jeny terus menggerutu. "T
Harapan Emillie kembali hidup begitu mengetahui sang papa sedang berada tidak jauh dari tempatnya. Begitu mendapatkan telepon, Gerald juga langsung pergi entah ke mana. Emillie harus segera mencari akal untuk bisa memberitahu posisinya. Karena Emillie yakin, siapapun tidak akan menduga ada manusia hidup di celah batu seperti Gerald. Minimal Emillie harus bisa memberi tanda keberadaan manusia yang dapat di lihat dari jauh. Mungkin Emillie bisa membuat sinyal cahaya jika tidak memungkinkan untuk membuat asap di gurun salju. Tapi masalahnya, cahaya hanya dapat terlihat di malam hari dan Gerald nyaris tidak pernah tidur. Emillie sedang berpikir bagaimana membuat goa mau tidur. Emilie berbaring seorang diri di atas ranjang, memperhatikan langit-langit kaca di atas kepalanya. Gerald sudah pergi sejak pagi dan belum juga kembali sampai lewat tengah hari, tapi Emillie yakin mutan itu akan tetap pulang sebelum petang. Gerald tidak akan cukup bodoh untuk mengijinkannya membuat cahaya apa lagi
"Tahan mungkin agak sakit!" Tiva membantu Anelies melepas selang infus di pergelangan tangannya, darah segar sempat mengucur sampai kemudian Tiva memasang perban instan yang dia ambil dari tas ransel putrinya."Ayo anak-anak kita harus pergi!" Tiva juga membangunkan anak-anak sementara Anelies menggendong Husain. Anak-anak sudah tidak bertanya karena sudah terbiasa siaga setiap waktu."Kau bisa?" Tiva memastikan apa Anelies bisa mengendong bayinya."Tidak masalah." Meski masih agak lemas tapi Anelies berusaha mengatasinya. Tiva juga langsung menyeret lengan kedua putrinya untuk buru-buru keluar di ikuti Anelies yang mendekap Husain. Bayi laki-laki itu masih tidur dalam gendongan."Mainan Husain!" Salah satu putri Tiva melihat mainan karet milik Husain yang tertinggal."Sudah, biarkan saja!" Tiva tetap menarik gadis dua belas tahun itu untuk buru-buru."Husain akan menangis jika nati bangun!""Oh!" Tiva terkejut mendapati lengan putrinya lolos dari genggaman, dia berlari kembali meng
Asap hitam pekat ikut membumbung ke udara, masih dapat dilihat hingga jauh ke pinggiran kota. Benar-benar mengerikan untuk di ingat. Anelies terus mendekap Husain ke dalam pelukannya. Meski lega sudah berhasil lolos tapi mereka tadi benar-benar sudah nyaris tertangkap. Tiva masih mengemudi, membawa mereka ke bandara di mana Nathan sudah menunggu. "Apa Husain sudah bangun?" tanya salah satu dari putri Tiva. Belum sampai Anelies menjawab Husain langsung mendongak dari pelukan ibunya untuk mengintip dan mengajak tertawa. Benar-benar bayi menggemaskan. "Maaf, mainanmu hilang, nanti kita beli lagi." Bayi laki-laki tampan itu malah memekikkan tawa renyah, netra kehijauannya terlihat bulat bening sama sekali tidak nampak mengalami trauma. Tangan montok Husain meraih-raih putri cantik Tiva. "Kau mau kugendong?" Sebuah pekikan tawa lebih renyah kembali memberi jawaban. "Boleh aku memangkunya?" "Ya ..." Anelies memberikan Husain duduk di pangkuan si kembar untuk bermain. Diam-diam seben
Begitu kembali membuka kelopak mata, Anelies melihat dirinya sedang berbaring di sebuah ruangan serba puti dan tirai kebiruan. "Kau sudah bangun ...?" Anelies merasakan punggung tangannya sedang dikecup lembut dengan bibir hangat dan harum seseorang yang sangat dia kenal. "Yang Mulya ..." Pria rupawan itu benar-benar sedang berada di samping Anelies tau mungkin ia cuma sedang berhalusinasi karena rindu. Kelopak mata Aneleis juga masih terasa berat, kemungkinan kedua sepertinya lebih mendukung, dia cuma sekedar berhalusinasi melihat Yang Mulya Serkan. "Jika ini mimpi aku tidak ingin bangun dulu, Yang Mulya ...." Apa yang diucapkan Aneleis benar-benar terdengar konyol. "Kau tidak sedang bermimpi, aku juga membawa Hamdan serta Sofia untuk bertemu ibunya." "Oh, Tuhan ...!" Anelies langsung bangkit untuk duduk-duduk tapi Serkan segera kembali mendorongnya agar berbaring. "Kau masih harus istirahat, sebentar anak-anak akan di bawa Hulya ke mari setelah sarapan." Serkan mencium dan
BAB 193 BUKAN SIHIRSetelah Kai dan Mia pergi, Henry langsung bicara pada Livie."Teman Mia sangat aneh, aku curiga mentalnya tidak sehat!""Kulihat Tom sangat baik!" Livie malah membela Zontus. "Dia tidak minum alkohol, sangat disiplin menjaga Mia yang ceroboh dan kelihatannya Tom bukan tipe pemuda yang suka membual atau memamerkan kekayaan keluarganya!""Kenapa tidak sekalian kau sebutkan dia sangat tampan, sampai membuat para wanita tidak sadar dengan potensi psikopatnya!""Jangan berlebihan!" Livie menegur kecurigaan Henry."Akui saja, kau juga membela pemuda itu karena dia sangat tampan!"Livie langsung berhenti untuk menatap Henry."Sepertinya kau dan Kai hanya sedang cemburu!""Pemuda itu cuma ingin menguasai Mia, kenapa kau tidak bisa melihatnya!"******Mia pulang berdua dengan zontus, Lana tidak ikut mereka lagi karena Lana akan menginap di tempat Kai selama tiga malam. Seharusnya cukup melegakan bagi Mia, dia tidak harus mengurus keponakan nakal selama tiga hari. Tapi men
BAN 192 BERTEMU KAIWalaupun sudah duduk di dalam mobil Zontus, Mia tetap tidak bisa tenang. Jantung Mia terus berdebar-debar karena Zontus akan ikut bertemu dengan keluarganya, apa lagi di tempat Livie nanti juga akan ada Kai beserta istrinya."Mia apa kau tidak lupa membawakan baju gantiku?" Lana mengingatkan Mia. "Aku akan menginap di tempat Kai!""Ya, sudah ada di dalam tasmu!"Mia masih tegang karena memikirkan Zontus yang akan bertemu Kai. Selama mereka masuk ke dalam mobil, Zontus sama sekali belum bicara. Mustahil jika Mia tidak cemas, Mia takut Zontus membuat keluarganya celaka. Zontus bisa melenyapkan apapun cuma dengan menjentikkan jari jika sedikit saja merasa terusik atau marah.Begitu Zontus menghentikan mobilnya di area basement, Lana langsung buru-buru keluar paling dulu. Lana menenteng ransel kecil merah muda miliknya yang berisi pakaian ganti untuk menginap di tempat tinggal Kai."Ingat kau sudah berjanji untuk tidak menyakiti keluargaku!" Mia menoleh Zontus yang m
BAB 191 MEMANGSA PENYIHIRSekumpulan penyihir pria dan wanita yang telah berhasil ditangkap oleh para lycan dimasukkan ke sel bawah tanah. Sebuah sel khusus yang telah diberi perisai sihir lebih hebat dari Latuza.Seorang pria bungkuk yang baru dilempar masuk ke dalam sel coba menggunakan kemampuan sihirnya untuk mematahkan jeruji sel, tapi begitu tangan pria itu menyentuh jeruji besi, tiba-tiba tangannya terbakar dan menjerit."Aaaaaaaaaaa....!"Tangan penyihir bungkuk bukan cuma terbakar, tubuhnya juga terpental. Penyihir yang lain cuma menyaksikan tidak ada yang berani menolong atau membantu."Kau tidak akan bisa kabur!" Kata salah seorang penyihir wanita yang sudah hampir tiga hari berada di dalam sel. "Aku sudah melihat orang-orang keras kepala sepertimu sejak kemarin!""Untuk apa kita dikumpulkan seperti ini?" Penyihir bungkuk bertanya pada wanita di sampingnya."Aku tidak tahu!" Wanita berambut putih salju itu tidak berbohong. "Aku sedang bekerja di restoran ketika mereka dat
BAB 190 PENYIHIR WANITATheo kembali berada di tengah kawanan lycan. Kali ini pasukan elit para lycan sedang memburu seorang penyihir wanita yang bekerja di sebuah rumah sakit. Dokter wanita yang telah banyak menangani pasien persalinan itu ternyata jenis penyihir yang menyukai darah bayi untuk mempertahankan kecantikan dan umur panjang. Dokter Meriam Belis didatangi oleh para lycan ketika sedang menjilati darah bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya."Siapa kalian?" Wanita yang tetap terlihat muda di usia hampir seratus tahun itu terkejut melihat tiga orang pria berbadan tinggi besar berdiri di hadapannya. "Bagaimana kalian bisa masuk?"Ruang tindakan medis harusnya steril dari pengunjung."Ikut kami!" Salah satu lycan yang bicara.Dr. Belis langsung berdesis waspada dengan gigi serta mulutnya yang penuh darah. "Kalian serigala!"Penyihir wanita itu langsung meletakkan bayi dalam gendongannya, bayi yang masih merah itu langsung manggis kencang dan tiba-tiba kepala Dr. Belis berputar
BAB 189 KEMBALI"Aku yang memakamkan ayahmu," Theo memberi tahu putri Jhony. "Dia meminta untuk dimakamkan di samping istrinya.""Oh, ....!" Julie terkejut menahan sesak dengan mebekap mulutnya sendiri untuk sejenak menghela napas. "Bagaimana ayahku meningga?""Jhony mengalami kecelakaan di area proyek." Untuk bagian ini Theo berbohong. "Aku mengenal ayahmu dengan baik, kami kerja bersama di proyek pembangunan hotel."Julie sudah tidak lagi bertanya tapi dia kembali berjongkok di depan batu nisan ayahnya. Sepertinya gadis itu menagis tapi Theo tidak berani mengusik. Sampai cukup lama Theo berdiri menunggu di belakang gadis muda itu. Rasanya tidak mungkin jika Theo melupakan kematian Jhony begitu saja. Theo kembali bersumpah akan menghancurkan para lycan."Terima kasih untuk semuanya." Tiba-tiba Julie bangkit berdiri, mentap Theo untuk berterimakasih.Mendadak Theo yang tidak bisa bicara, karena dia memang tidak tahu apa seharusnya gadis muda itu berterima kasih karena Theo masih mera
BAB 188Theo terkejut mengetahui Jhony memiliki seorang anak gadis."Kau putri Jhony?"Gadis cantik berlesung pipi dalam itu langsung mengangguk kemudian mengulurkan tangan untuk berkenalan."Julie Parker!"Theo masih gugup ketika ikut menyebutkan namanya."Theo Haris!"Saat itu Jhony pernah bercerita pada Theo, jika dia baru memiliki hidup yang sempurna bersama sang istri. Ternyata Jhony dan istrinya baru memiliki bayi perempuan setelah beberapa tahun menikah dan tiba-tiba sebuah bencana mengerikan terjadi. Jhony tidak sengaja menyayat leher istrinya sampai terputus ketika dia sedang meledak tidak terkendali di masa awalnya berubah menjadi lycan.Setelah istri Jhony meninggal, Jhony menitipkan putri kecilnya pada sang kakak. Jhony pergi menjauhi keluarganya. Demi untuk menjaga keselamatan orang-orang yang dia cintai, Jhony rela hidup seorang diri hingga akhir hayatnya.Selama ini Jhony melarang putrinya untuk mencari. Tapi kemarin ketika Julie berkunjung ke makam ibunya, dia terkeju
BAB 187 SEORANG ANAK PEREMPUANSementara Gerald pergi untuk mencari tahu kelemahan Latuza, Theo harus menyusup dalam pasukan elit para lycan yang sedang memburu lone wolf dan penyihir. Untuk kesekian kalinya Theo berada di tengah kawanan untuk ikut membasmi jenisnya sendiri. Kali ini Theo sedang ikut dalam aksi pembantaian seorang lone wolf tua yang tinggal di sebuah apartemen kecil seorang diri. Begitu sadar tempat tinggalnya sudah dikepung, lycan berbulu abu pucat itu langsung meloncat dari jendela apartemennya untuk berlari kabur. Pasukan lycan pemburu yang telah mengepung juga langsung mengejar, jumlah mereka hampir lima belas ekor di antaranya Theo. Theo ikut berlari mengejar dan melopat tinggi untuk menghadang target buruan mereka. Secepat apapun lycan abu-abu itu berlari dia tetap bukan tandingan para lycan bercicin hitam, dalam sekejap dia sudah kembali terkepung."Grmmm!!!" Suara pimpinan pasukan elit lycan mengeram, memberi instruksi pada kawannya untuk langsung menghabi
BAB 186Diam-diam Theo memperhatikan foto Mia di ponselnya. Sungguh Theo ingin sekali menelpon Mia untuk sekedar mendengar suara gadis itu, tapi Theo masih takut. Theo takut melibatkan Mia dalam masalahnya. Diam-diam Theo juga bersumpah tidak akan menemui Mia sebelum semua urusannya dengan para lycan usai."Apa kau sudah menjalankan perintahku!" Tiba-tiba Gerald sudah berdiri di hadapan Theo.Theo buru-buru matikan layar ponsel dan memasukan benda itu ke dalam saku. Beruntung Gerald tidak sampai ikut melihat foto Mia."Ya!" Theo ikut bangkit berdiri."Ingat kau tetap harus sangat berhati-hati dengan identitasmu!" Gerald telah menyusun rapi semua rencana mereka. "Sekarang kau bukan 'lone wolf', kau harus bisa menyingkirkan egomu sebagai angota kawanan!"Gerald juga telah mengatur semua identitas Theo untuk bisa masuk ke jajaran pasukan elit para lycan. Theo akan menyelinap sebagai mata-mata di tengah kawanan.********Theo tidak akan tahu jika gadis yang sedang dia rindukan justru seda
BAB 185 INGIN MENGUASAI"Siapa dia?" Henry penasaran dengan pemuda yang sedang bersama Mia."Dia Tom!" Lana yang menjawab Henry. "Cowoknya Mia!"Saat itu juga Mia langsung menarik telinga Lana untuk mundur ke belakang pinggangnya. Sumpah Mia takut dengan reaksi Zontus terhadap Henry."Tom temanku di kampus." Mia buru-buru berbohong.Zontus terlihat seumuran Henry, dengan gaya pakaian yang juga sama-sama tidak kalah modis dan terlalu mahal. Henry kurang percaya jika mahasiswa berpenampilan seperti itu."Henry!" Henry mengulurkan tangan lebih dulu pada Zontus untuk memperkenalkan diri. "Aku sepupu Mia."Setelah itu Zontus baru mau bicara. "Tom!"Zontus memperkenalkan diri dengan nama menjijikkan yang diberikan Mia."Senang bertemu denganmu, Tom."Livie ikut berkenalan kemudian Lana menarik lengan Livie dan berjinjit ke telinganya untuk berbisik."Cowok Mia sangat tampan, dia juga membelikan sepatu untukku!""Oh, Ya!" Livie ikut tersenyum cemerlang pada Lana yang sedang pamer."Lihat T