Pinggul Emilie terpantul-pantul licin di atas lantai basah, persis seperti yang pernah Gerald bayangkan untuk menyiksanya sampai kesulitan bernapas. Gerald terus menumbuk dengan giat, mengisi wanitanya dengan sebanyak mungkin peluh jantan. Sekujur tubuh Gerald juga masih terbakar, dia belum puas, liar dan penuh nafsu binatang. Geraman Gerald benar-benar seperti singa lapar penghuni goa yang baru mendapat tangkapan rusa. Gerald sangat lapar dengan tubuh mangsa yang begitu lezat. Geraman terakhirnya sangat panas, tumbukan Gerald menerjal kuat hingga ke puncak ledakan hebat. Emillie sudah lemas pasrah melihat Gerald sedang memusarkan pinggul kejang untuk melumuri mulut rahimnya. Saat itu Emillie cuma berpikir, jika Gerald sampai benar-benar membuatnya hamil, dia tinggal melakukan aborsi. Emillie tidak mau mengandung bayi mutan goa tidak beradab. Emilie serius tetang akan membuang benih Gerald ke tempat sampah. Setelah menuntaskan perbuatan gilanya Gerald masih menelusuri sekujur tubuh
Seharusnya mimpi memang tidak terasa senyata ini. Bibir Anelies terus dibekap agar tidak bersuara ketika terus Serkan tikami sampai tersedak-sedak.Anelies berpegang kencang pada kepala ranjang, menahan tubuhnya yang bergoncang sambil memperhatikan siluet punggung Yang Mulya Sekan ketika bergerak dalam gelap. Yang Mulya Serkan benar-benar sedang mengisinya dengan sesak. Hal selanjutnya yang Anelies khawatirkan adalah kamar Tiva yang cuma bersebelahan dengan mereka. Rasanya sangat kacau tapi Anelies juga sedang sangat ingin, dia tidak mau lelakinya berhenti. Untungnya tidur Husain sangat lelap setelah menghabiskan tiga botol susu. Cuma Husain yang tidak dapat Anelies susui karena mereka sempat terpisah dan sekarang kondisi Anelies juga sedang hamil."Yang Mulya ..." Anelies tetap tidak tahan untuk merintih.Bukannya Husain yang menyusu tapi malah Serkan. Lumatan Yang Mulya Serkan sangat panas, kontan menghidupkan seluruh kelenjar hormon sensitif Anelies untuk tumbuh semakin peka menyam
Begitu mendengar suara Emilie menjerit, gadis itu sudah terlanjur menggelinding dengan gumpalan selimut dari atas tangga. Gerald langsung reflek melempat piring di tangannya untuk bergerak secepat kilat menangkap rubuh Emilie tapi dia tetap sedikit terlambat."Oh, Tuhan ....!" Kaki Emilie membentur sudut anak tangga. "Kakiku!"Gerald segera menarik selimut yang masih melilit-lilit tubuh Emillie untuk memeriksa, pergelangan kaki gadis itu terlihat memar merah."Apa yang kau lakukan!" Meskipun terdengar kesal Gerald tetap langsung membopong tubuh Emillie yang baru dia tangkap untuk langsung dia angkat ke atas sofa."Aku mencium bau asap kebakaran!""Jangan konyol, tidak ada yang terbakar!" Gerald kembali memeriksa pergelangan kaki Emilie yang dengan sangat cepat membengkak."Ambilkan es!" Emilie langsung berteriak memberi perintah dengan nada galak meskipun dia sedang butuh pertolongan.Jika tidak ingat gadis itu benar-benar kesakitan mungkin Gerald juga tidak akan mau. Gerald segera ke
Jared langsung terlonjak berdiri."Kenapa?" tanya Levine yang sedang duduk di samping Jared.Jared tidak menjawab dia langsung berlari menerobos hutan. Jared berlari seperti cheetah salju, dapat melompat hinggap di dahan pohon dan melesat di atas permukaan salju. Napas Jared bergemuruh panas, jantungnya berdentam hebat. Teriakan Emillie terdengar begitu nyata. Jared tahu putrinya dalam bahaya, gadis itu butuh pertolongan."Gerald!!!"Taring-taring serigala itu benar-benar mengerikan dan nafasnya bau busuk seperti bangkai. Jarak mereka semakin dekat. Udara kasar terus berdesing-desing hingga Emillie mulai meringkuk pasrah untuk diterkam sebelum membeku. Emillie juga sudah tidak berani membuka mata, karena jika sampai dia mati di situ mustahil jejaknya akan ditemukan. Keluarganya tidak akan pernah tahu bagaimana hidupnya telah berakhir, dia akan dianggap hilang begitu saja. "Papa ... Mom ... aku mencintai kalian ...."Ketika Emillie sudah benar-benar pasrah dengan akhir hidupnya, tiba-t
Setelah berlari menembus hutan pinus beku, Jared cuma mendapati hamparan gurun salju luas yang seolah tak berbatas. Jared coba memanjat tebing batu yang cukup menjulang tinggi untuk mendapatkan jarak pandang lebih baik, bahkan mata ekstra mutannya pun cuma dapat melihat barisan gunung-gunung es abadi hingga ke ujung paling utara. Jared kembali mengeram dan meninju dinding tebing berlapis es hingga menimbulkan suara retakan. Jared tidak dapat menangkap tanda-tanda keberadaan Emillie meskipun dia yakin jarak mereka seharusnya sudah tidak terlalu jauh dan gadis itu sedang sangat butuh pertolongan. Jared coba memejamkan mata, coba untuk menfokuskan konsentrasi hingga tinggal terdengar suara desingan angin lirih dan degup jantungnya sendiri. Tapi Jared tetap tidak menemukan petunjuk apa-apa di ruang kosong kepalanya. Jared hanya meyakini satu hal 'putrinya ada di utara!' Emillie masih tidur meringkuk dalam gumpalan selimut hangat dan dekapan Gerald. Emillie sudah tertidur hampir empat ja
Gerald baru sadar jika wanita yang semalaman dia peluk sudah tidak ada, tempat tidur disampingnya kosong untuk diraba. Seketika rasanya seperti dejavu yang masih meninggalkan trauma.Gerald langsung melompat sigap, kamarnya masih setengah gelap. Kamar berlangit-langit kaca itu memang selalu dibiarkan gelap gulita ketika malam karena cahaya dapat menarik perhatian dari kejauhan.Gerald sudah hampir berlari keluar saat kembali syok melihat tubuh Emillie tergeletak di lantai."Oh, Tuhan!"Gerald langsung meraup tubuh lemas Emillie untuk dia baringkan kembali ke atas ranjang."Kau masih bernapas!"Gerald buru-buru memeriksa detak jantung serta denyut nadi Emillie. Masih hidup tapi semuanya lemah.Gerald buru-buru meluruskan tubuh wanitanya tanpa bantal, melonggarkan pakaian dan mengambil aroma menyengat untuk menarik kembali kesadarannya.Gerald tahu Emillie cuma pingsan tapi dia tetap panik, sama sekali tidak bisa tenang sampai kemudian Emillie mulai sadar ketika matahari terbit."Apa ya
Gerald terlihat meremas miliknya sendiri yang sudah sangat keras berbalut urat tebal berdenyut untuk Emellie hadapi. "Ayo aku ingin kau yang memasukkannya sendiri!" Meski tidak pernah memiliki rasa gentar, Emillie tetap merinding jika harus menelan batang keras berkepala sebesar itu. Gerald juga mulai membuka kancing depan kemeja Emillie sampai terurai. Gadis itu masih sangat ranum, belia yang cantik keras kepala. Gerald menjepit kedua puncak kenyal merekahnya dengan jari hingga bibir Emilie berdesis antara benci dan terusik. "Ayo!" Jika tidak ingat dirinya sedang punya misi yang harus dituntaskan, sungguh Emilie tidak akan sudi disentuh apa lagi harus melayani mutan goa seperti Gerald. Emillie mulai mendekat dan mengangkat pinggulnya. Gerald terlihat senang ketika melihat tangan Emillie menggenggamnya. Gerald mulai berdesis mengeram ketika merasakan puncak kepalanya ditekan ke permukaan lembut. Emillie masih merasa tidak akan cukup tapi terus berusaha dia desakkan sambil memusark
Hari masih pagi, Tobias datang ke Istana Arasyid untuk mengunjungi Jeny dan putranya. Bayi laki-laki berumur tiga minggu itu terlihat semakin tampan dengan alis tebalnya yang hitam pekat seperti milik Pangeran Albany."Boleh aku gendong?" tanya Tobias setelah menunggu Rasyid menyusu."Pelan-pelan, Papa."Jeny memindahkan Rasyid ke lengan Tobias yang sampai detik ini masih sulit percaya jika putri kecilnya sudah menjadi seorang ibu."Dia sangat tampan." Tobias terus dibuat takjub dengan malaikat kecil yang kali ini sudah berada dalam gendongannya."Rasyid sama sekali tidak mirip denganku."Kadang Jeny juga iri kenapa lebih banyak Pangeran Albany pada bayinya. Padahal Jeny yang mengandung, kesakitan, dan merasakan mual. Pangeran Albany cuma tinggal menyelip benih sekaligus menikmatinya. Jeny merasa tidak adil."Tapi lobang hidungnya sedikit mirip dengaymu." Tobias coba menghibur cuma dengan lobang hidung yang sebenarnya tidak ada bedanya."Cuma sedikit sekali!" Jeny terus menggerutu. "T
BAB 6 KACAUSudah hampir setengah jam Putri Sofia masuk ke dalam toilet dan sampai sekarang belum keluar. Penata makeup dan gaun yang tadi bersabar menunggu akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu toilet."Putri Sofia!"Sama sekali tidak ada jawaban dari dalam."Putri Sofia, apa Anda baik-baik saja?"Tetap tidak ada jawaban, mereka semua mulai cemas. Dua orang yang lain ikut mengetuk pintu, memutar handel dan mendorong."Pintunya terkunci dari dalam!"Mereka panik."Panggil pengawal!"Salah satu dari mereka berlari keluar untuk memangil pengawal sementara yang lain terus berusaha menggedor pintu toilet sambil memanggil nama Putri Sofia berulang-ulang. Benar-benar tidak ada jawaban dari dalam, mustahil jika mereka semua tidak cemas ketakutan, apa lagi Putri Sofia sudah hampir setengah jam di dalam kamar toilet.Tiga orang pengawal wanita tiba, mereka langsung mencongkel daun pintu kamar mandi untuk didobrak paksa."Oh, Tuhan!"Mereka semua syok, Putri Sofia sudah tidak ada di d
BAB 5 PANGERAN AL-WALEEDPangeran Al-Waleed adalah putra mahkota dari kerajaan besar super kaya raya. Selain berparas tampan, Pangeran Al-Waleed juga sangat di segani sebagai politisi muda brilian. Raja Haleed berharap putra mahkotanya segera bisa menikahi putri Yang Mulya Serkan. Mereka sama-sama memiliki harapan besar untuk bisa menjalin kekeluargaan.Tahun ini usia Pangeran Al-Waleed dua puluh delapan tahun, sudah cukup matang untuk menikah dan memiliki keturunan. Selisih usia sepuluh tahun antara Pangeran Al-Waleed dengan Putri Sofia tidak akan jadi soal, Pangeran Al-Waleed masih sangat muda dan luar biasa tampan. Pria yang jauh lebih dewasa justru akan lebih tenang untuk menghadapi Putri Sofia yang masih sangat muda dan manja."Apa saya boleh masuk Pangeran?" Suara Abdul mengetuk daun pintu kamar Pangeran Al-Waleed dari luar."Masuklah."Abdul adalah pengawal kepercayaan raja Khaleed yang sekarang juga dipercaya untuk mendampingi putra mahkota. Setelah mendorong daun pintu untu
BAB 4 DELAPAN BELAS TAHUNSelain Pangeran Hamdan dan Pangeran Habibi, Yang Mulya Serkan juga memiliki seorang putra tampan yang mulai beranjak remaja. Tahun ini usia Pangeran Husain sudah menginjak empat belas tahun, pemuda tampan itu terlihat sedang fokus membaca buku filsafat di perpustakaan istana. Semakin tumbuh dewasa, Pangeran Husain semakin mirip dengan Brandon Lington yang diam-diam suka menekuni buku filsafat serta sejarah.Nampaknya Pangeran Husain semakin penasaran dan terus penasaran dengan asal mula kemampuan spesialnya. Husain merasa perlu mengetahui sumber energi terbesar dalam dirinya untuk dapat dia kendalikan dengan sempurna. Pangeran Husain telah berjanji akan membantu Zontus terlepas dari darah immortal, mereka harus berhasil, tidak boleh gagal lagi.Pangeran Husain masih fokus memahami kalimat filsafat yang sangat ambigu mengenai para leluhur kerajan dan tiba-tiba datang pengganggu tidak di undang."Husain lihat ini!" Pangeran Habibi datang untuk pamer. "Aku berf
BAB 3 KEMENANGANFaaz berhasil menjadi juara pertandingan berkuda untuk piala Putra Mahkota dengan total hadiah sepuluh juta dolar. Kemenangan yang masih terasa seperti mimpi. Faaz berhasil mengalahkan atlet-atlet ternama lainya termasuk Pangeran Yusuf. Begitu Faaz turun dari atas punggung kuda, beberapa wartawan langsung datang mengerumuninya untuk wawancara."Apa yang ingin kau sampaikan untuk kemenangan menakjubkan ini?""Ini adalah mimpi, saya masih kehabisan kata-kata untuk menggambarkan apa yang saya rasakan ini." Faaz gugup menghadapi pertanyaan media. "Aku ingin berterima kasih pada kedua sahabatku!"Faaz langsung merangkul Ahmed dan Ramzi untuk ikut berfoto di hadapan kamera para wartawan."Tanpa mereka aku tidak akan berdiri di arena ini!" Faaz terus berbangga pada kedua sahabatnya. "Aku sangat beruntung!""Kau akan mendapatkan sepuluh juta dolar, apa rencanamu setelah ini?"Antusiasme para wartawan tidak kalah menggebu dengan hadirnya juara baru dari seorang anak muda yang
BAB 2 PUTRI SOFIASebagai putri dari raja kaya raya, sejak kecil Putri Sofia telah hidup di tengah kemegahan serta kemewahan Istana Zubair, selalu jadi yang paling cantik dan disayang oleh Yang Mulya Serkan. Karena kecantikannya Putri Sofia tidak pernah diperbolehkan pergi ke sekolah umum, meski demikian Putri Sofia tetap mendapatkan pendidikan privat dari guru-guru terbaik. Sekarang Putri Sofia telah tumbuh menjadi gadis cantik jelita yang cerdas, sopan dan tetap sangat dimanja.Karena Putri Sofia tidak pernah bergaul di luar lingkungan istana, lingkungan pergaulan yang sempit membuat Putri Sofia diam-diam mengagumi sepupunya sendiri sejak mereka masih anak-anak. Hanya Pangeran Yusuf yang selalu paling tampan di mata Putri Sofia. Putri Sofia tidak pernah perduli dengan perjodohannya dengan Pangeran Al-Waleed.Belum ada yang tahu mengenai rencana perjodohan Putri Sofia dengan Pangeran Al-Waleed, seharusnya Putri Sofia sendiri juga belum tahu seandainya dia tidak diam-diam menguping pe
BAB 1 Al-FAAZATiga orang pemuda terlihat sedang berkuda mengelilingi perbukitan tandus, mereka berlomba untuk memacu kaki kuda masing-masing sekencang mungkin. Persaingan semakin keras dan sengit begitu memasuki putaran ke dua. Sejak putaran awal kuda Arab berbulu perunggu yang terus melesat di barisan paling depan, terus meluncur seperti peluru berkaki empat. Jantung ikut berdebar keras, darah ikut mengalir panas bercampur luapan api adrenalin. Setelah tiga kali putaran, kuda perunggu tetap jadi yang terdepan hingga kedua rekannya meledakkan teriakan."Faaz kau hebat!" Ahmed berteriak sampai serak"Kau harus ikut pertandingan tahun ini!" Ramzi ikut memberi semangat pada kawannya yang tidak pernah terkalahkan dalam berkuda."Aku bukan penunggang kuda profesional." Faaz melompat turun dari atas punggung kuda untuk menghampiri kedua rekannya Ramzi dan Ahmed."Aku yakin kau bisa menjadi juara! Kau memiliki kemampuan alami, dari darah dan jantungmu! Kau bisa mengalahkan para profesional
BAB 297 EXSTRA PARTTIGA TAHUN KEMUDIANMia melihat keluar halaman melalui jendela kamar, dia melihat induk rusa dan kedua anaknya. Mia baru sadar jika kedua anak rusa tetap anak-anak setelah tiga tahun berlalu. Rusa-rusa itu adalah mahluk sihir, mahluk sihir peliharaan Putri Eluise yang sama sekali tidak berubah setelah sekian abad berlalu dan pemiliknya telah melupakannya. Dunia benar-benar tidak berjalan sebagimana mestinya buat mereka.Mia beralih memperhatikan telapak tangannya di bawah pantulan sinar jingga matahari pagi yang sedang cerah. Mia melihat aliran darah kebiruan dibalik kulit punggung telapak tangannya. Manusia memiliki aliran darah hangat berdenyut hidup. Hidup artinya tumbuh, terus berubah dan pasti akan menua. Seharusnya Mia bersyukur dengan segala keistimewaan manusia yang terus bersikeras ingin Zontus pertahankan seperti itu.Mia masih memperhatikan urat nadi di punggung telapak tangannya ketika kemudian melihat Zontus berjalan di halaman. Zontus sedang memetik a
BAB 296Sepulang dari pesta pernikahan Theo dan Julie, Mia yang baru berganti pakaian menyusul duduk di samping Zontus. Zontus terlihat baru menghidupkan layar laptopnya ketika Mia mulai bicara."Sepertinya aku setuju dengan saranmu mengenai bayi tabung."Zontus terkejut mendengar Mia tiba-tiba kembali membahas mengenai bayi tabung."Papaku juga berasal dari hasil inseminasi buatan yang dibekukan dan ditanamkan pada rahim wanita lain beberapa tahun kemudian setelah James Loghan lahir. Papaku dan James Loghan sebenarnya adalah hasil iseminasi buatan dari satu sel telur, sama seperti Gerald dengan Nathan, mereka kembar identik tapi tumbuh di rahim wanita berbeda."Mia menceritakan semua hal yang tadi baru dia dengar dari Aron Loghan. Niat awal Mia, sebenarnya cuma ingin curhat pada Aron tentang keinginan Zontus mengenai bayi tabung. Awalnya Mia mengeluh sedih, tapi ternyata Aron justru sangat mendukung hingga memberikan banyak contoh nyata dari orang-orang di dekat mereka."Sepertinya
BAB 295 MENDAPATKAN KELUARGASetelah mengucapkan janji pernikahan, Theo memakaikan sebuah cincin berlian cantik di jari manis Juli."Terima kasih karena telah menyelamatkanku dari dunia gelap tanpa masa depan. Terimakasih kasih telah hadir dengan hatimu yang penuh cinta tanpa batas." Theo mencium pengantin cantiknya di hadapan semua tamu.Semua yang tahu perjalanan Theo bersama Julie pasti akan terharu melihat Theo berani menentang keluarganya untuk nekat menikahi Julie. Gerald dan Emillie juga datang ke pernikahan Theo, mereka duduk dalam satu meja bersama Mara, Mia dan Zontus. Mara juga ikut sangat bangga melihat Jared berjalan mendampingi Julie. Julie yang telah hidup sebatang kara kali ini akan ikut mendapatkan banyak keluarga."Oh, dia sangat manis." Mara menitikkan airmata haru ketika mendengar Theo menyebut nama Julie sebagai istrinya.Suara tepuk tangan dan ucapan selamat serempak bergemuruh dari para tamu yang ikut berbahagia. Cuma Mrs. Haris yang sama sekali tidak mau memb