Bethany dan kedua rekannya yang lain sudah di sambut oleh Wendy. Wendy menyuruh mereka segera masuk ke area pabrik. "Ini benar-benar sudah bisa beroperasi?" tanya Bethany dengan takjub. "Ya, sebagian besar sudah bisa digunakan. Bagian lainnya sudah 80% dalam proses pembangunan," ujar Wendy dengan senyuman. "Ayahmu benar-benar mencurahkan uangnya untuk ini semua?" Vallery bertanya dengan rasa yang sama takjubnya dengan Bethany. Wendy terkekeh mendengar pertanyaan Vallery. "Walaupun tidak semua uangnya habis untuk ini. Ya, kurasa dia memang sangat memprioritaskan pabrik ini. Terutama karena pabrik ini menjadi salah satu mata pencaharian sebagian besar penduduk desa." "Bagaimana bantuan yang dikirim perusahaan selama para pekerja tidak bisa mencari nafkah?" tanya David penasaran. "Sesuai yang kalian janjikan sebelumnya. Bantuan itu terus menerus datang. Beberapa bahkan berasal dari seorang relawan yang tidak diketahui namanya, " jelas Wendy. "Relawan?" Bethany menyip
Bethany merasakan pelukan Alex yang membuat tubuhnya seketika menjadi rileks. Ia hanya terdiam beberapa saat, hingga akhirnya membalas pelukan Alex dengan erat. "Kita berbaikan, ya?" tanya Alex sekali lagi. Bethany tidak menjawab apapun. Ia kemudian hanya mengangguk dengan pelan mengkonfirmasi hal tersebut. Alex tersenyum dan makin mempererat pelukannya. "Tunggu sebentar lagi. Biarkan aku seperti ini." "Bagaimana kau bisa datang ke sini?" tanya Bethany pada akhirnya. "Tentu saja untuk menemui pacarku." Alex membuat keyakinan dalam suaranya. "Apa kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu di sana?" tanya Bethany begitu mengingat pembagian tugas darinya. Alex melonggarkan pelukannya sedikit, ia menatap Bethany seolah-olah sedang merajuk. "Oh, jadi sekarang kau sedang berperan sebagai ketua tim?" Bethany terkekeh mendengar pertanyaan itu. Ia kembali mengikuti permainannya. "Oh tentu saja. Aku ketua tim dan kau hanya anggota. Seharusnya kau menyelesaikan pekerjaanmu di sana
Masker sudah tidak menutup wajah wanita itu. Bethany siap untuk melihat siapa yang ada di baliknya. "Bella?" Bethany berusaha mengintip wajah yang hampir tertutup rambut itu. "Kau bukan Bella." Seketika Bethany menjadi lemas, harapannya bertemu kembarannya telah sirna. Alex, Vallery dan David berlari menghampirinya. Mengkhawatirkan keadaannya. Alex memeluk Bethany, seolah sudah menduga hal ini. "Tenanglah. Kita akan menemukannya nanti," ucap Alex sambil mengelus rambut Bethany. Wanita yang dikira adalah kembaran Bethany tadi berusaha menjauhi mereka. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun. Bahkan setelah salah dikira orang lain. "Tunggu," pinta Alex ketika wanita itu hendak pergi. Wanita itu sontak berhenti dan menoleh ke arahnya. "Ada apa?" "Siapa yang mengirimmu ke sini?" tanya Alex merasa curiga. "Tidak ada. Aku hanya relawan," jawab wanita itu masih dengan memalingkan wajahnya. "Kau pikir aku akan percaya?" tanya Alex lagi mempertegas kalimatnya. "Aku
Keesokan harinya, Alex sudah memindahkan beberapa posisi meja di ruangan yang akan menjadi meja kerja barunya dengan tim barunya. Lebih tepatnya, dia melakukannya dengan terpaksa untuk partner kerja barunya, Cathy. "Good morning Alex!" Dengan suara yang begitu riang, Cathy memasuki ruangan dan langsung menyorkan wajahnya untuk memberikan Alex ciuman selamat pagi. "Kau tidak bisa melakukan itu, Cathy," jawab Alex ketika ia dengan sigap memundurkan badannya dari wanita itu. "Pekerjaan baru. Ruangan baru. Tim baru. Ya, semua terlihat sangat baru." Alex melihat Robert memasuki ruangan sambil bergumam pada dirinya sendiri. Diikuti David yang masuk ke dalam ruangan dengan malas-malasan. Tak lama kemudian, Bethany datang. Alex menghampirinya dan memberikan sedikit kecupan pada pipinya. Bethany sedikit terkejut dengan serangan tiba-tiba tersebut. "Kau sengaja?" tanya Bethany sambil berbisik. "Biarkan dia melihat ini." Alex menunjuk Cathy dengan sudut matanya. "Kalau be
Semakin hari, Cathy semakin muak dengan tingkah laku Bethany dan teman-temannya. Mereka hanya datang ke kantor untuk melakukan pekerjaan kecil sesekali. Bersantai-santai di meja masing-masing. Dan yang paling parah, mereka hanya datang untuk mengisi tanda kehadiran dan pergi lagi untuk bersenang-senang. Sementara Cathy, dia sangat sibuk dengan pekerjaan project Beauty Reborn yang sangat menumpuk. Hanya berdua dengan Alex dalam satu tim, dia pikir akan menjadi surga baginya. Namun, Alex bahkan tidak berbicara dengannya sama sekali. Pekerjaan pun dia lakukan semuanya sendiri. Alex juga lebih sering keluar menemui beberapa influencer yang tergabung dalam project ini. *** Satu bulan menjelang hari peluncuran produk dari Beauty Reborn .... Bethany mengunjungi penthouse Alex. Ia sudah mengabari Alex bahwa dirinya akan datang. Namun, Alex tidak menyambutnya dan hanya menyuruhnya masuk sendiri ke dalam ruangan. Bethany melihat Alex dikelilingi oleh banyak sekali dokumen yan
Setelah Danny memberitahu bahwa dia menyerah untuk membiarkan Alex dan Cathy menangani project ini, Bethany tampak senang dan segera memberitahu rekannya yang lain. "Hei! Buang keripik kentang kalian! Hari ini kita akan mulai bekerja lagi," teriak Bethany ketika masuk ke dalam ruang kerja yang sudah penuh dengan sampah makanan ringan di atas meja. "Akhirnya kalian mau bekerja? Sepertinya Danny cukup memarahimu di ruangannya tadi, ya?" kata Cathy dengan sindiran. "Kau salah paham Cathy. Sebenarnya, di sini kaulah yang posisinya sangat terancam," ucap Alex ketika menyusul memasuki ruangan. Cathy mengerutkan keningnya, mencari tahu maksud dari perkataan Alex barusan. "Maksudmu?" Tiba-tiba, Danny memasuki ruangan Dan membuat semua mata terpaku padanya. "Cathy, kau dipindahkan ke divisi lain. Dan sisanya, cepat kerjakan project itu hingga tuntas." Setelah mengucapkan beberapa kata perintah tersebut, Danny kembali keluar ruangan. Vallery dan Betty saling memandang. Memp
Haidy masih kebingungan setelah Bethany memberi tahu bahwa dia membutuhkan dia dan James untuk projectnya. "Apa yang kau rencanakan? Kau bilang butuh kami?" tanya Haidy memastikan. "Ya, aku baru saja terpikir untuk melibatkan kalian berdua dalam project ini. Sebagai pasangan. Aku ingin membuat sebuah vlog tentang pasangan baru. Bagaimana? Apa kalian bersedia?" tanya Bethany. Haidy dan James saling memandang dengan ragu. Tidak menyangka Bethany akan mengatakan hal itu pada mereka. "Kalian tidak perlu menjawabnya sekarang. Kami akan kembali ke kantor. Kalian bisa menghubungi kami nanti." Alex tiba-tiba menarik Bethany dan mengajaknya untuk pergi. "Sampai jumpa. Aku akan menghubungi kalian nanti, ya?" Bethany tersenyum lalu mengukuti Alex ke luar. ***Sesampainya di kantor, Alex menarik Bethany ke sebuah ruangan yang cukup sepi. "Alex, kau bertingkah aneh. Ada apa?" Tanya Bethany yang sejak tadi masih mengukuti ke mana pun Alex membawanya pergi. "Aku? Bukankah kau yang tiba-tiba
Bethany merasakan jantungnya terasa seperti berhenti sesaat ketika wanita di hadapannya menemukan dirinya dan Alex di sebuah gudang tersembunyi di dalam kantor mereka. "Aku menjawab seluruh telepon masuk dari para influencer dan kalian malah bersenang-senang di sini, huh?!" "Vallery!" Bethany langsung mengenali rekannya tersebut. "Kau bahkan tidak melihat bagian paling serunya," timpal Alex sambil terkekeh. Vallery memutar bola matanya ke atas sambil mendesah pelan. "Mumpung kau ada di sini, Alex. Aku ingin bertanya suatu hal." "Apa?" "Kenapa pekerjaanmu sangat buruk sekali. Aku sampai harus mengganti banyak halaman pada dokumen yang kau kerjakan." Bethany memandang Alex membuat sebuah protes di ekspresinya. "Apa? Jangan salahkan aku. Cathy bahkan tidak bisa melakukan apa pun. Dan membuat dokumen seperti itu bukan keahlianku," ucap Alex berusaha membela diri. Bethany akhirnya berdiri sambil membetulkan lekukan pada roknya yang hampir kusut. Ia kemudian berpali