Masker sudah tidak menutup wajah wanita itu. Bethany siap untuk melihat siapa yang ada di baliknya. "Bella?" Bethany berusaha mengintip wajah yang hampir tertutup rambut itu. "Kau bukan Bella." Seketika Bethany menjadi lemas, harapannya bertemu kembarannya telah sirna. Alex, Vallery dan David berlari menghampirinya. Mengkhawatirkan keadaannya. Alex memeluk Bethany, seolah sudah menduga hal ini. "Tenanglah. Kita akan menemukannya nanti," ucap Alex sambil mengelus rambut Bethany. Wanita yang dikira adalah kembaran Bethany tadi berusaha menjauhi mereka. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun. Bahkan setelah salah dikira orang lain. "Tunggu," pinta Alex ketika wanita itu hendak pergi. Wanita itu sontak berhenti dan menoleh ke arahnya. "Ada apa?" "Siapa yang mengirimmu ke sini?" tanya Alex merasa curiga. "Tidak ada. Aku hanya relawan," jawab wanita itu masih dengan memalingkan wajahnya. "Kau pikir aku akan percaya?" tanya Alex lagi mempertegas kalimatnya. "Aku
Keesokan harinya, Alex sudah memindahkan beberapa posisi meja di ruangan yang akan menjadi meja kerja barunya dengan tim barunya. Lebih tepatnya, dia melakukannya dengan terpaksa untuk partner kerja barunya, Cathy. "Good morning Alex!" Dengan suara yang begitu riang, Cathy memasuki ruangan dan langsung menyorkan wajahnya untuk memberikan Alex ciuman selamat pagi. "Kau tidak bisa melakukan itu, Cathy," jawab Alex ketika ia dengan sigap memundurkan badannya dari wanita itu. "Pekerjaan baru. Ruangan baru. Tim baru. Ya, semua terlihat sangat baru." Alex melihat Robert memasuki ruangan sambil bergumam pada dirinya sendiri. Diikuti David yang masuk ke dalam ruangan dengan malas-malasan. Tak lama kemudian, Bethany datang. Alex menghampirinya dan memberikan sedikit kecupan pada pipinya. Bethany sedikit terkejut dengan serangan tiba-tiba tersebut. "Kau sengaja?" tanya Bethany sambil berbisik. "Biarkan dia melihat ini." Alex menunjuk Cathy dengan sudut matanya. "Kalau be
Semakin hari, Cathy semakin muak dengan tingkah laku Bethany dan teman-temannya. Mereka hanya datang ke kantor untuk melakukan pekerjaan kecil sesekali. Bersantai-santai di meja masing-masing. Dan yang paling parah, mereka hanya datang untuk mengisi tanda kehadiran dan pergi lagi untuk bersenang-senang. Sementara Cathy, dia sangat sibuk dengan pekerjaan project Beauty Reborn yang sangat menumpuk. Hanya berdua dengan Alex dalam satu tim, dia pikir akan menjadi surga baginya. Namun, Alex bahkan tidak berbicara dengannya sama sekali. Pekerjaan pun dia lakukan semuanya sendiri. Alex juga lebih sering keluar menemui beberapa influencer yang tergabung dalam project ini. *** Satu bulan menjelang hari peluncuran produk dari Beauty Reborn .... Bethany mengunjungi penthouse Alex. Ia sudah mengabari Alex bahwa dirinya akan datang. Namun, Alex tidak menyambutnya dan hanya menyuruhnya masuk sendiri ke dalam ruangan. Bethany melihat Alex dikelilingi oleh banyak sekali dokumen yan
Setelah Danny memberitahu bahwa dia menyerah untuk membiarkan Alex dan Cathy menangani project ini, Bethany tampak senang dan segera memberitahu rekannya yang lain. "Hei! Buang keripik kentang kalian! Hari ini kita akan mulai bekerja lagi," teriak Bethany ketika masuk ke dalam ruang kerja yang sudah penuh dengan sampah makanan ringan di atas meja. "Akhirnya kalian mau bekerja? Sepertinya Danny cukup memarahimu di ruangannya tadi, ya?" kata Cathy dengan sindiran. "Kau salah paham Cathy. Sebenarnya, di sini kaulah yang posisinya sangat terancam," ucap Alex ketika menyusul memasuki ruangan. Cathy mengerutkan keningnya, mencari tahu maksud dari perkataan Alex barusan. "Maksudmu?" Tiba-tiba, Danny memasuki ruangan Dan membuat semua mata terpaku padanya. "Cathy, kau dipindahkan ke divisi lain. Dan sisanya, cepat kerjakan project itu hingga tuntas." Setelah mengucapkan beberapa kata perintah tersebut, Danny kembali keluar ruangan. Vallery dan Betty saling memandang. Memp
Haidy masih kebingungan setelah Bethany memberi tahu bahwa dia membutuhkan dia dan James untuk projectnya. "Apa yang kau rencanakan? Kau bilang butuh kami?" tanya Haidy memastikan. "Ya, aku baru saja terpikir untuk melibatkan kalian berdua dalam project ini. Sebagai pasangan. Aku ingin membuat sebuah vlog tentang pasangan baru. Bagaimana? Apa kalian bersedia?" tanya Bethany. Haidy dan James saling memandang dengan ragu. Tidak menyangka Bethany akan mengatakan hal itu pada mereka. "Kalian tidak perlu menjawabnya sekarang. Kami akan kembali ke kantor. Kalian bisa menghubungi kami nanti." Alex tiba-tiba menarik Bethany dan mengajaknya untuk pergi. "Sampai jumpa. Aku akan menghubungi kalian nanti, ya?" Bethany tersenyum lalu mengukuti Alex ke luar. ***Sesampainya di kantor, Alex menarik Bethany ke sebuah ruangan yang cukup sepi. "Alex, kau bertingkah aneh. Ada apa?" Tanya Bethany yang sejak tadi masih mengukuti ke mana pun Alex membawanya pergi. "Aku? Bukankah kau yang tiba-tiba
Bethany merasakan jantungnya terasa seperti berhenti sesaat ketika wanita di hadapannya menemukan dirinya dan Alex di sebuah gudang tersembunyi di dalam kantor mereka. "Aku menjawab seluruh telepon masuk dari para influencer dan kalian malah bersenang-senang di sini, huh?!" "Vallery!" Bethany langsung mengenali rekannya tersebut. "Kau bahkan tidak melihat bagian paling serunya," timpal Alex sambil terkekeh. Vallery memutar bola matanya ke atas sambil mendesah pelan. "Mumpung kau ada di sini, Alex. Aku ingin bertanya suatu hal." "Apa?" "Kenapa pekerjaanmu sangat buruk sekali. Aku sampai harus mengganti banyak halaman pada dokumen yang kau kerjakan." Bethany memandang Alex membuat sebuah protes di ekspresinya. "Apa? Jangan salahkan aku. Cathy bahkan tidak bisa melakukan apa pun. Dan membuat dokumen seperti itu bukan keahlianku," ucap Alex berusaha membela diri. Bethany akhirnya berdiri sambil membetulkan lekukan pada roknya yang hampir kusut. Ia kemudian berpali
Di dalam sebuah ruang pertemuan yang luas, panggung yang dirancang cukup megah dan lampu sorot yang menyala, Bethany berdiri di atas panggung tersebut dengan tatapan kosong. Dalam hatinya berpikir bahwa ia semakin dekat dengan keberhasilan project. Di sisi lain dalam hatinya, dia sangat merindukan saudari kembarnya. Perasaan bersalah terus menghantuinya. Perusahaan yang menyebabkan kembarannya menghilang, kini malah ia sokong menuju kesuksesan. "Apa yang kau pikirkan?" Sebuah tangan melingkar di pinggangnya dari belakang. Bethany menoleh, Alex sudah memeluknya dan membenamkan kepalanya di lehernya. "Alex. Hentikan," ucap Bethany dengan waspada. Mereka masih di depan publik. Dia tidak menyangka Alex akan seberani itu. "Mereka semua sudah pulang." Alex membalik tubuh Bethany untuk menghadap ke arahnya. Tatapannya kini tajam mencari jawaban melalui mata Bethany yang terlihat habis menangis. "Kau teringat Bella lagi?" tanya Alex dengan tangan yang sudah memegang pipi Bet
Dengan Alex yang tiba-tiba tubuh di hadapannya. Bethany hanya bisa menopang tubuh itu. Dia sangat lemas tapi berusaha untuk kuat menahan tubuhnya dan emosinya. Sekuat tenaga Bethany akhirnya berhasil membuat dirinya mengeluarkan suara. "Siapa pun tolong panggil ambulans!" Seorang wartawan di dekatnya langsung menghubungi panggilan darurat. "Alex. Please ... kau harus bertahan." Bethany masih memeluk Alex. Alex masih mengeluarkan suara erangan kesakitan. Bethany mulai menangis. Dia sangat takut kehilangan Alex. Beberapa saat kemudian, seorang paramedis menghampiri mereka dan melakukan pertolongan pertama pada Alex. Setelah dilakukan pertolongan pertama tersebut. Mereka menggotong tubuh Alex untuk masuk ke dalam ambulans. Paramedis lain menghampiri Bethany dan memeriksa keadaannya. "Kau tidak apa-apa?" tanya wanita paramedis itu. Bethany tidak menjawab pertanyaan tersebut. Dia hanya melontarkan pertanyaan balik. "Apa aku bisa ikut di ambulans itu?" Paramedis meme