Bab 8
AKIBAT MENGHAMILI KEMBANG DESA
___________&
"Bismillahirrahmanirrahim. Bu, izinkan aku melamar anakmu-Marni," ucap Angga tanpa ragu sedikitpun, membuat Ningsih tercengang.
Akhirnya yang Ningsih harapkan benar terjadi. Memimpikan putrinya di pinang lekaki baik, pintar, dan shaleh. Tetapi, dia ragu setelah mengetahui tabiat asli putrinya. Dia merasa putrinya tak pantas di sandingkan dengan Angga.
"Nanging, ngopo cah bagus gelem nglamar Marni? Sliramu pun ngerti dewe tho, Marni ki jane ora pantes nyanding kowe."
**"T-tapi, kenapa nak baik, ingin melamar Marni? Bukankah kamu tahu sendiri, Marni tidak layak untukmu." Air mata di sudut mata diusap kasar dengan kain jarik yang menutupi kedua kaki Marni.
"Bu, arwah sing ono neng awak'e Marni kui dendaman. Ora reti dhe'e ora bakal puas yen tujuane pun kelaksono. Iso ae, malah gae loro awak'e Marni.
Aku yakin, yen Marni iso di bimbing, lan dhe'e diawasi wae. Mugi selamat."
**"Bu, arwah yang ada di tubuh Marni, pendendam. Dia mungkin tidak akan pernah puas meski tujuannya sudah tercapai. Bisa jadi akan menyakiti tubuh Marni.
Aku yakin, jika Marni di segera di bimbing, dan dalam pengawasan yang ketat. Dia pasti selamat."
Ningsih haru, tetapi keputusan ini tak mudah dia terima begitu saja. Bagaimana dengan pendapat Marni nantinya. Dia tidak mau mengecewakan putrinya, kalau-kalau putrinya menolak. Tidak sama dengan seperti keinginannya.
Ningsih termenung melihat putrinya, diusapnya kaki Marni yang terasa dingin.
"Mengko esok, aku dang celuk penghulu. Ibu pun ngrestuni?"
**"Bu, besok pagi aku akan panggilkan penghulu. Ibu sudah setuju, kan?"
"Ibu, wedhi, Gus. Rung iso nggawe putusan. Marni ki ora seneng nek di pekso. Dhe'e mengko nesu, yen kepinginane ibu ora podho karo karepe dhe'e."
**"Ibu, takut, nak. Ibu belum bisa ambil keputusan. Marni tidak suka di paksa. Dia bisa marah, jika keinginan ibu tidak sesuai dengan pemikirannya." Ningsih menyerah.
Angga tersentuh mendengar itu. Iya tahu betul Ningsih menghargai keputusan putrinya, tetapi di sisi lain Angga bisa merasakan bahwa Ningsih merasakan takut, pada sosok Marni.
"Insyaallah, Marni yo setuju, Bu. Ben aku gowo hijrah tanpa fitah. Yen, aku mboten di restui. Aku mesti tindak soko mriki."
**"Insyaallah, Marni setuju, Bu. Biarkan aku membawa dia hijrah tanpa fitnah. Jika aku tidak di izinkan menikahinya, aku akan pergi dari desa ini."
Angga mesesap teh buatannya sendiri, ia mulai merasakan kantuk. Tak ingin tidur begitu saja dia memilih berwudhu dan shalat malam, diteruskan dengan mengaji beberapa Juz.
Krakk
Krakk
Kroakkk! Brugh!
"Astagfirullahal'adzim," Angga tersentak dengan suara jatuh dari atas genting seperti hendak meruntuhkan dirinya. Dia melihat langit-langit di ruangan khusus shalat dengan seksama, namun tidak ada apapun diatas. Tapi ...
"Gus! Gus!" teriak Ningsing dari ruang tengah membuat Angga terburu untuk menghampiri mereka.
Ghendingan itu terdengar lagi. Marni mengayunkan tangan kekanan kekiri dengan lembut, membelakangi Ningsih. Angga tak habis pikir, mengapa arwah itu datang lagi dan waktu seolah lama mengunjungi fajar. Untuk sampai je waktu subuh pun rasanya terlalu lama.
"Kenapa kamu datang lagi?" bentak Angga yang akan mendekati Marni.
"Nduk, istighfar, nduk!!!"
**"Sayang, istighfar, nak!" rintih Ningsih memelas. Dia ingin sekali menghampiri putrinya, namun terlalu takut. Dia merasa tak berdaya, melihat anaknya telah di rasuki kembali.
"Lungo!!! lungo'o soko rogo anakku. Gowo'en loro mu meng wong sing mbatheni kowe!!!"
**"Pergi, pergilah dari tubuh anakku. Bawa saja sakitmu pada orang yang telah membuatmu membatin!!!" usir Ningsih meraung pada arwah yang kini menari-nari di tubuh Marni. Kini dia murka setelah apa yang terjadi pada Marni.
Marni yang masih membelakangi keduanya tertawa menyeringai, menakutkan. Seperti tertawa kesakitan, mirip rintihan, kadang tertawa lepas menggelegar. Bulu kuduk Angga seketika berdiri mendengarnya. Dia pun aslinya takut, tapi lebih takut jika sama sekali dia tak bisa menolong Ningsih yang sudah dia anggap sebagai ibunya sendiri.
Andai saja ada waktu, Angga ingin meminta bantuan orang lain. Namun, lagi semua terjadi selalu mendadak. Mau tak mau dia hadapi sendiri.
"Marni sadarlah, sadarlah!" Dengan nada pelan Angga mulai mengalah. Dia ingin tahu alasan mereka bedua dalam satu raga.
"Aku minta kau,pergi dari sini!!!"
Angin berhembus terasa kencang. Rambut Marni yang tergerai lurus, berterbangan. Dia membalikkan badan. Nampaklah wajah seram yang sering berubah.
Angga segera mendekati Marni, mendekap bahunya dan menuntunnya untuk segera duduk. Sedangkan Ningsih duduk di kursi yang letaknya tak jauh dari ambenan.
Marni menoleh. Angga menatap matanya teduh, tanpa rasa takut. Perlahan Marni berubah menjadi Marni yang biasanya, dia kembali pingsan, mungkin arwah itu sudah pergi.
"Ibu, saiki nerimo kowe. Sesuk, ndang kawinen cepet-cepet."
**"Ibu, menerimamu sekarang. Besok, kamu boleh menikahinya."
Angga mendengar itu, lega. Namun dia harus bersiap membawa Marni pada Yudha.
____________
Siapa Yudha sebenarnya, ada hubungan apa antara Angga dan Yudha?
Bab 9________🖤__________"Ibu, saiki nerimo kowe. Sesuk, ndang kawinen cepet-cepet."**"Ibu, menerimamu sekarang. Besok, kamu boleh menikahinya." Angga mendengar itu, lega. Namun dia harus bersiap membawa Marni pada Yudha. Tepatnya menyelesaikan urusan antara arwah penasaran itu dengan Yudha.___Pagi di sambut bahagia oleh Ningsih. Setelah semalaman dia begitu ketakutan. Namun sekalipun dia tidak menceritakan perihal itu pada orang sekitar. Hanya saja, para tetamu yang turut diikut sertakan untuk menjadi saksi, merasa sedikit kaget dengan kabar pernikahan mendadak ini.Di dalam kamar, Marni berdandan seadanya dengan kebaya merah yang menyala, sangat kontras dengan kulit putihnya. Pikirannya masih bimbang, masih tak percaya bahwa hari ini dia akan melangsungkan pernikahan, ingin menolak pernikahan itu dengan alasan tidak saling mengenal, tetapi ibunya memaksa. Sempat melawan ibunya, namun ibunya terlihat tidak takut dan hanya menangis dalam diam, membuat hati kecil Marni teriris. D
Bab 10AKIBAT MENGHAMILI KEMBANG DESA__________🖤_________Aji mendengarkan diantara mereka pun kaget, tetapi hanya bisa terdiam. Dia yakin, percaya atau tidak, yang menyambut kepulangannya saat malam itu adalah Marni, dengan suara yang menyeramkan. Makanya dia kaget dan langsung jatuh pingsan. "Apa jangan-jangan dia wanita jadi-jadian. Hih, demit. Menyesal aku telah mengintip dia saat berganti baju," batin Aji."Katanya sih, mereka tidak pacaran. Tapi Den Angga memang jauh hari ingin melamar Marni, dan baru terlaksana sekarang." Pak RT Suroyo menjelaskan. Singkong di tangannya terasa panas hingga membuat ucapannya sedikit gagap.Semua terlihat manggut-manggut, tapi fikiran mereka berbeda-beda. "Sayang, ya. Coba kawin saja sama aku," ucap Dani cengengesan. "Lha, istrimu? Apa mau, di poligami?" timpal Pak RT Suroyo tertawa."Gayamu, Dan. Giliran sudah berhadapan sama istrinya langsung, melempem, kayak kerupuk kesiram kuah." Wandi membalas dengan gelak tawa, menambah suasana pos ron
Bab 11AKIBAT MENGHAMILI KEMBANG DESA________🖤_______"Ji, apa itu?" Keduanya beringsut mundur, rerimbunan itu begerak-gerak seperti ada sesuatu di dalamnya.Wusshh ...Angin sedikit lebih kencang, membuat keadaan jadi lebih mencekam dirasakan keduanya. Begitu serius, merasakan takut tidak karuan, Aji melangkah maju dan memastikan meraba dengan ranting kayu yang panjang. Ternyata, "Meong!!!" Seekor kucing berbulu hiris, bejalan santai bak model fasion week Citayam.Keduanya menghela nafas lega, setelah keringat membanjiri wajahnya, paniknya melebihi bertemu mantan, ternyata kena prank seekor kucing."Tak kira apaan tadi, s i a l a n!" gerutu Wandi.Mereka lalu duduk di bangku dekat sungai, terlihat pemandangan air yang mengalir tenang. Sayangnya malam ini sinar bulan tak begitu terang, cukup mengurangi keindahan sungai yang berukuran besar ini. Jika gelap seperti ini, suasana curam, mirip di kuburan. Bahkan suara airnya, seperti memberi kesan mistis."Makanya, Wan. Jangan berhalusin
Bab 12________🖤_______"Mas!!!" teriak Marni histeris sambil melepas pelukan lelaki itu."Dek Marni, tolong!!! Akhhh ... "Wandi terseret ke dalam air, di lihatnya samar kain merah membelit dikaki, perlahan naik ke tubuhnya dengan cepat.Wandi meronta sekuat tenaga, disela itu dia melihat sosok Marni berubah menjadi pucat bagai m a y a t, lemas tak berdaya dengan mata tertutup."Apa dia juga m a t i tenggelam?" batinnya. Ingin berusaha menolong, tapi tubuhnya kini terkunci, kain itu melilit sampai ke kepala menutup semua bagian tubuh Wandi tanpa ampun, membuat wandi merasakan sesak.Di balik usaha Wandi, Marni tertawa puas. Suaranya nyaring, tapi menyedihkan. Wandi menyadari itu, ternyata Marni bukanlah Marni. Dia jelmaan demit, seperti yang di katakan Aji. Dalam hati dia menyesal telah tepancing pada nafsunya, yang berakibat fatal."Nikmati, nikmati kematian mu, Wandi. Aku paling benci lelaki hidung belang sepertimu." Di c e k i k nya Wandi dalam keadaan meronta di dalam air. Teta
Bab 13AKIBAT MENGHAMILI KEMBANG DESA___________🖤__________"Innalilahi wa innailaihi rojiun, Wandi tenggelam?" ucap Angga ikut prihatin, tak menyangka dengan usia seseorang yang tiba-tiba di jemput, tak pandang usia dan waktu. Padahal belum lama ini, almarhum sempat menyapa dirinya, yang akan berangkat kerja. Kadang juga bertemu, saat sholat subuh di masjid."Betul, Mas. Dia tenggelam, tapi ... " Pak RT tengah tak enak hati meneruskan perkataannya, beberapa kali membenarkan posisi duduknya karena merasa tak nyaman."Tapi, kenapa Pak?" Dilihatnya Pak RT, dengan gelagatnya menghawatirkan. Sedari tadi terlihat tak nyaman, sepertinya dia merasa tidak enak untuk berkata jujur. "Lantas masalah apa, sampai membuat dia gelisah?" batin Angga."Kenapa, Pak?" tanya Angga lagi."Dia ... Dia ditenggelamkan oleh Marni," ucap Pak RT, ragu-ragu."Apa?!!" Angga begitu terkejut. Ya, setelah melihat reaksi di sekelilingnya, hanya dirinya yang terkejut. Yang lain mungkin sudah tahu masalahnya apa, te
Bab 13 ___________🖤__________ "Innalilahi wa innailaihi rojiun, Wandi tenggelam?" ucap Angga ikut prihatin, tak menyangka dengan usia seseorang yang tiba-tiba di jemput, tak pandang usia dan waktu. Padahal belum lama ini, almarhum sempat menyapa dirinya, yang akan berangkat kerja. Kadang juga bertemu, saat sholat subuh di masjid. "Betul, Mas. Dia tenggelam, tapi ... " Pak RT tengah tak enak hati meneruskan perkataannya, beberapa kali membenarkan posisi duduknya karena merasa tak nyaman. "Tapi, kenapa Pak?" Dilihatnya Pak RT, dengan gelagatnya menghawatirkan. Sedari tadi terlihat tak nyaman, sepertinya dia merasa tidak enak untuk berkata jujur. "Lantas masalah apa, sampai membuat dia gelisah?" batin Angga. "Kenapa, Pak?" tanya Angga lagi. "Dia ... Dia ditenggelamkan oleh Marni," ucap Pak RT, ragu-ragu. "Apa?!!" Angga begitu terkejut. Ya, setelah melihat reaksi di sekelilingnya, hanya dirinya yang terkejut. Yang lain mungkin sudah tahu masalahnya apa, termasuk Ningsih. Angga
Bab 13___________🖤__________"Innalilahi wa innailaihi rojiun, Wandi tenggelam?" ucap Angga ikut prihatin, tak menyangka dengan usia seseorang yang tiba-tiba di jemput, tak pandang usia dan waktu. Padahal belum lama ini, almarhum sempat menyapa dirinya, yang akan berangkat kerja. Kadang juga bertemu, saat sholat subuh di masjid."Betul, Mas. Dia tenggelam, tapi ... " Pak RT tengah tak enak hati meneruskan perkataannya, beberapa kali membenarkan posisi duduknya karena merasa tak nyaman."Tapi, kenapa Pak?" Dilihatnya Pak RT, dengan gelagatnya menghawatirkan. Sedari tadi terlihat tak nyaman, sepertinya dia merasa tidak enak untuk berkata jujur. "Lantas masalah apa, sampai membuat dia gelisah?" batin Angga."Kenapa, Pak?" tanya Angga lagi."Dia ... Dia ditenggelamkan oleh Marni," ucap Pak RT, ragu-ragu."Apa?!!" Angga begitu terkejut. Ya, setelah melihat reaksi di sekelilingnya, hanya dirinya yang terkejut. Yang lain mungkin sudah tahu masalahnya apa, termasuk Ningsih. Angga menoleh
Bab 14AKIBAT MENGHAMILI KEMBANG DESA"Ayo b a k a r saja!!! Dia juga yang menyebabkan Pak Radhi kehilangan nyawa," ucap seseorang yang mengompori keadaan menjadi lebih parah. Dia, ternyata dukun di wilayah ini. Dia juga yang mengobati Aji ketika sakit, setelah di ganggu arwah Nyai Asih. Dia Mbah Manto, di sebut orang tetua, semenjak dirinya tenar menjadi ahli pengusir roh tak kasat mata, bertahun-tahun lalu. Mungkin usianya saat ini sama dengan buyut Marni yang sudah meninggal, hanya saja dia lebih beruntung, masih di beri kekuatan di usianya yang sekarang.Mendengar penuturan itu, Angga begitu terkejut. Bagaimana tidak, rumor itu yang hanya sekedar gosip malah terdengar lagi ditelinganya. Jika benar, lalu siapa saksinya? Dia begitu sangat ingin tahu, jangan hanya sembarangan menuduh. Dan jika benar lagi, maka dia yakin, Marni tengah dirasuki arwah penasaran itu."Ayo, tunggu apa lagi!!! Sebelum dia berubah menjadi s e t a n dan memangsa korban lainnya." Mbah Manto menyungging senyu