"Emhh ... Jangan. Berhenti, sialan!" Lenguhan-lenguhan menggoda terlontar dari mulut seorang wanita yang terikat di kursi dengan kedua kaki yang terbuka lebar. "Jauhkan tangan kotormu itu, sebelum aku memotong lidah dan mencungkil mata busukmu itu!" ancamnya.
Sensasi kenikmatan yang dirasakannya secara tidak sadar membuatnya terlena. Ia meliuk-liukkan tubuhnya kala seorang pria dengan aksi nakalnya sengaja mempermainkan hasratnya. Pria itu tak berniat menghentikan aksinya, hingga membuat tubuh sang wanita menegang karena merasa harga dirinya telah terluka. Pria itu berhasil membuat sang wanita terlena hingga kesulitan mengatur napasnya."Edward, jangan macam-macam. Lepaskan aku sekarang juga sebelum kelompokku datang dan menghabisimu," ancam Rosy."Hahaha." Bukannya merasa takut, Edward justru tertawa terbahak-bahak mendengar ancaman Rosy yang menurutnya tidak menakutkan sama sekali. Edward bahkan menganggapnya terlalu konyol. "Jika mereka berani datang, aku akan membunuh semuanya. Aku akan membunuh semua pengikutmu dan menghancurkan organisasimu," cetusnya dengan mata berapi-api.Edward mencengkram rahang Rosy dengan kuat, lalu mendekatkannya ke wajahnya seraya berkata, "Rosy, salahkan kekasihmu yang telah membunuh kekasihku. Aku berjanji akan membalaskan dendam ini. Karena kau sudah di sini, jadilah pemuas nafsuku. Jangan harap kau bisa pergi dari sini," cetusnya."Akhh ... Jangan!" Tubuh Rosy menggelinjang kesakitan tatkala Edward telah berhasil membobol pertahanannya. Kesucian yang selama ini dia jaga, kini terenggut oleh musuhnya yang bejat.Melihat darah yang melumuri kejantanan miliknya, seketika Edward merasa heran. Kedua alisnya berkerut karena tak menyangka bahwa seorang wanita seperti Rosy ternyata masih perawan."Ternyata kau masih perawan. Kukira Tesla sering menikmatimu," gumamnya." J-jangan berpikir macam-macam. Tesla tidak berengsek sepertimu. Aku juga bukan wanita murahan!" cetus Rosy dengan suara bergetar, menahan kemurkaannya.Edward tersenyum miring kala berhasil membuat wanita di hadapannya semakin membenci perbuatan bejatnya."Nona Rosy, karena ini kali pertamamu, maka akan kubuat kau tidak akan bisa melupakan sensasi yang kuberikan. Akan kubuat kau selalu mengingat bahwa akulah yang telah merenggutnya. Hahaha." Edward tertawa terbahak-bahak, lalu melanjutkan aksinya yang bejat."Edward, tunggu saja. Aku pasti akan memotong lidah dan kejantananmu itu!" ancam Rosy. Kemurkaan dan dendam menguasai hatinya."HAHAHA! Baiklah, akan kutunggu hari itu. Tapi sebelum itu, aku harus menikmatimu hingga puas sebelum membunuhmu!" cetus Edward.BRAKK!DOR!DOR!DOR!Suara bising baku hantam yang terdengar di bawah sana sepontan menghentikan aksi panas mereka berdua. Edward terpaksa menghentikan aksinya, lalu bersiap merencanakan sesuatu yang sempat diaturnya matang-matang."Aku tahu kalian akan datang. Baiklah. Tunggu saja. Akan kukubur kalian semua di sini!" cetus Edward dengan geram."Edward. Mereka datang untuk melubangi kepalamu. Nantikan kematianmu sebentar lagi!" timpal Rosy dengan geram."Owh, benarkah? Belum ada yang pasti, entah kepala siapa yang akan terlubangi," balas Edward meremehkan.Sekelompok gengster yang datang dengan gesit serta cekatan menerobos pintu dan memporak-porandakan markas milik Edward. Suara baku hantam dan tembakan terdengar sangat jelas di luar sana. Rosy telah menduga bahwa kekasihnya akan datang untuk menyelamatkannya."Sudah kubilang, mereka akan datang membunuhmu!" cetus Rosy. Guratan senyum disertai tawanya yang menggema sangat memuaskan hatinya.Tatapan nyalang Edward dilempar ke arah Rosy. Ekspresi wajahnya lebih mengerikan dari sebelumnya. Tanpa aba-aba, Edward menodongkan sebuah pistol ke kening Rosy. Tinggal menunggu waktu saja, Edward akan memustuskan menarik pelatuknya atau tidak."Mari kita lihat siapa yang akan mati terlebih dahulu. Setidaknya, aku sudah mencicipi rasa tubuhmu sebelum aku mati. Mati pun tidak akan menyesal," balas Edward dengan senyum semirik di wajahnya.Tubuh Rosy menegang. Keringat dingin mengucur di pelipisnya. Tatapannya tertuju pada pistol yang siap untuk merenggut nyawanya sewaktu-waktu."Lihatlah wajahmu yang menyedihkan itu. Kenapa? Setelah bersikap arogan, sekarang kau takut mati? Dengar, Nona Rosy. Aku menculikmu dengan mempertaruhkan nyawaku. Aku tidak pernah takut mati. Palingan ... Kita akan mati bersama. Seperti cara kekasihmu merenggut nyawa kekasihku, kali ini akulah yang akan merenggut nyawamu," cetusnya dengan sikap arogan sembari mengeratkan rahangnya.BRAK!!!Pintu didobrak dari luar. Kekasih Rosy yang bernama Tesla pun berhasil menemukan ruangan di mana Rosy disekap oleh Edward. Tesla menerobos masuk bersama dengan para bawahannya yang siaga melancarkan baku tembak.Melihat kekasihnya yang tengah disekap oleh sang musuh membuat Tesla menggeram seketika. Andaikan Edward tak mengancam Rosy dengan pistol, ia pasti akan menembak musuhnya saat itu juga dan menyelamatkan kekasihnya."Turunkan senjata kalian sekarang juga. Atau tidak, aku akan menembaknya!" ancam Edward seraya mencekik leher Rosy dengan pistol yang masih ditodongkan dengan satu tangannya yang lain."Rosy, jangan takut. Aku pasti akan menyelamatkanmu," ucap Tesla dengan suara lembut demi meyakinkan Rosy agar percaya pada perkataannya.Rosy yang sudah ketakutan setengah mati pun hanya bisa memasrahkan semuanya dan mempercayakan keselamatannya demi kekasihnya."Edward, jika kau berani melukainya sedikit saja, aku pasti tidak akan mengampunimu," ancam Tesla dengan lantang.Tesla sengaja menuruti perintah Edward dan menurunkan senjatanya, beserta rekannya yang lain. Setelah Tesla menurunkan senjatanya, Edward pun akhirnya melepaskan tali pengikat di tubuh Rosy.Tiba-tiba salah seorang rekan yang datang bersama dengan Tesla datang membisikkan sesuatu di telinganya."Tuan, kami telah mendapatkan barang yang Anda inginkan," bisiknya di telinga Tesla."Bagus," balas Tesla. "Edward, menyerahlah. Aku sudah tidak peduli lagi dengan wanita itu. Sudah lama sekali aku ingin menyingkirkannya. Bunuh saja jika mau," cetus Tesla.Bagaikan petir menyambar. Tak disangka, kekasih yang sangat dicintainya itu akan mengorbankan nyawanya setelah mendapatkan apa yang diinginkannya."Tidak berguna! Rosy, ternyata kau hanya sampah!" hina Edward seraya mencekik leher Rosy. "Sekali lagi. Jika kalian tidak mundur, akan kubunuh pemimpin kalian!" ancam Edward."Bunuh saja dia! Jika dia mati, maka aku yang akan menggantikan posisinya. Hahahah!" Tesla tertawa bahagia.Tak disangka, selama ini Rosy ternyata telah jatuh cinta kepada pria yang salah. Alasan Tesla mendekatinya dan memperlakukannya dengan baik hanya demi memuaskan ambisi liarnya. Setelah Tesla mendapat apa yang diinginkannya, maka dia tak lagi membutuhkan Rosy."Sialan! Kalian yang meminta aku melakukan ini!" cetus Edward. Ia melepaskan ikatan Rosy, namun tak sengaja merobek pakaiannya. Terbukalah kulit bahu Rosy yang putih mulus.Tatapan Edward tertuju pada tanda lahir berbentuk bunga melati di pundaknya. Edward yang awalnya berniat membunuh Rosy, tiba-tiba terkecoh dan sengaja mengurungkan niatnya.'Siapa Rosy sebenarnya? kenapa dia memiliki tanda lahir seperti itu di bahunya?' batin Edward bertanya-tanya.DOR!!!Peluru diluncurkan ke arah Edward, namun meleset. Kepekaan Edward terhadap serangan mendadak yang menolongnya menghindari peluru yang melesat hampir mengenai kepalanya."Hari ini bukanlah hari kematianku!" cetus Edward.TUT ...TUT ...TUT ...BAM!DUARRR!DUARRR!DUARRR!Suara ledakan bom yang terdengar nyaring menggetarkan jiwa, seketika meratakan seisi ruangan.Apakah Edward dan Rosy berhasil selamat?Setelah meledakkan satu bangunan, Edward membawa Rosy keluar melalui rute bawah tanah. Dia sengaja membuat Rosy tak sadarkan diri, lalu membawanya menuju ke tempat yang telah dia janjikan bersama dengan bawahannya."Tuan, apa Anda baik-baik saja?" tanya Kelvin sekadar basa-basi, walaupun sebenarnya dia sangat mengenal siapa Edward. Ya, tidak mungkin sesuatu terjadi kepada seorang Edward yang cerdik dan licik."Omong kosong," celetuk Edward sembari menampilkan senyum miring. "Apa kau lupa siapa aku?" ujarnya percaya diri."Tentu saja tidak. Kalau begitu, silakan." Kelvin membukakan pintu mobil seraya mempersilakan agar Edward masuk ke dalam.Tanpa menunda waktu, mereka pun masuk ke dalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan gila di atas rata-rata."Tuan, apa kau jatuh cinta kepada sang Ratu?" goda Kelvin kala membuka pembicaraan."Kelvin, apa kau merasa sangat bosan?" ketusnya."Tidak, hanya saja ... aku merasa aneh. Bukankah seharusnya kau membunuhnya, tapi kenapa kau malah membawa
Emmm ... untuk saat ini memang belum. Tapi tenang saja, sebentar lagi kita akan menjadi suami istri sungguhan," tutur Edward."Belum? apa maksudmu?" Rosy sama sekali tidak mengerti."Sayang, sekarang kau adalah kekasihku. Satu-satunya wanita yang paling kucintai. Menikahlah denganku. Aku akan bersikap baik dan membahagiakanmu." Sebuah lamaran yang dilontarkan secara tiba-tiba. Entah bagaimana otak Edward sedang bekerja, dia bahkan dapat berbohong tanpa mengedikpkan mata sekali pun.Antara bimbang dan ragu. Rosy saat ini sangat kebingungan. Baru saja terbangun, ia tiba-tiba menerima lamaran dari seorang pria yang entah apa dia pernah mengenalnya. Ditambah, saat ini dia sama sekali tak mengingat kejadian di masa lalu, termasuk siapa dirinya sendiri. Rasanya sangat aneh dan berlawanan. Dia kesulitan menjelaskan perasaannya.Seorang Edward yang telah lama meneliti obat-obatan terlarang, kini dengan sengaja menggunakannya kepada salah satu kelinci percobaannya. Tidak disangka, ternyata efe
"Edward! Eward! Di mana kau? Edward!” Nyonya Britsh berteriak mencari Edward saat ia akhirnya tiba di mansion milik Edward.Nyonya Bristh tidak sendiri. Kali ini, dia datang bersama dengan Rachel. Sudah sering ia datang, tetapi tak pernah menjumpai anaknya. Tidak, lebih tepatnya anak sambungnya. Benar, Edward hanyalah anak sambung dari Nyonya Britsh. Sedangkan ibu kandung Edward telah lama meninggal. Mengenai ayahnya, ini cukup sensitif dalam pembahasan.Ayah Edward dulunya adalah seorang CEO atau pengusaha dan memiliki seorang teman yang sangat dekat. Namun, temannya mengkhianatinya dan menjebloskannya ke penjara. Di dalam penjara, ia menderita penyakit parah dan meninggal dunia. Kini, Edward tak memiliki keluarga lagi selain ibu sambungnya yang tak pernah dia anggap sebagai keluarganya.“Sepertinya, Edward sedang tidak di rumah. Tante, apa kita harus kembali lagi? ini sudah kesekian kalinya.” Ucapan Rachel terdengar kecewa.“Berandalan itu memang sulit diatur. Sudahlah--,”“Siapa ka
Pada malam di tengah hujan deras, Edward mengalami kecelakaan. Mobil yang dikendarainya menggelinding ke tebing. Untungnya, meskipun Edward terluka parah, toleransinya terhadap rasa sakit sangatlah kuat. Dia tak peduli dengan lukanya, asalkan dia dapat menyelamatkan nyawanya sendiri, ia takkan menyerah.Tetes demi tetes darah mengalir di keningnya yang bocor. Meskipun demikian, ia masih memiliki cukup tenaga untuk menghancurkan kaca mobil untuk keluar dari sana. Bau asap mulai tercium, kemudian...DUARRR!!!Mobil milik Edward meledak dan terbakar."Halo. Saya sudah berhasil membunuhnya. Bagaimana dengan yang Anda janjikan?""Kerja bagus. Akan kukirimkan lewat rekeningmu. Setelah ini, pastikan kau segera meninggalkan Negara ini. Jangan pernah kembali."Sekian obrolan yang terhubung antara supir track dengan partnernya.***'Bau obat yang menyengat. Di mana ini?' batin Edward.Perlahan Edward membuka netranya. Entah mengapa, sekujur tubuhnya terasa berat dan kaku untuk digerakkan. Hanya
"Sial! apa kau yakin, mayat itu bukan dia?" geram Edward seraya mengepalkan kedua telapak tangannya. "Tuan, Anda tidak pernah ragu dengan hasil penyelidikanku. Mayat itu bukanlah mayat Tesla, melainkan anak buahnya. Saya yakin, dia pasti telah melarikan diri," cetua Kelvin. Markas besar organisasi Black Devil yang tak lain adalah markas perkumpulan Mafia terbesar di London. Tak perlu ditanya siapa pemimpinnya, tentu saja dia adalah Edward Jesyleo. Setelah menjadi mata-mata di markas musuhnya, bahkan menjadi bodyguar seorang Mafia Queeen yakni Zanilia Rosyaliz, akhirnya Edward kembali ke sarangnya dan memimpin kembali setelah sekian lama. Tujuannya telah tercapai. Selama menjadi mata-mata, dia telah berhasil mengumpulkan banyak informasi dari pihak musuh. Tak hanya itu saja, kembali ke tujuan awalnya adalah membalaskan dendam. Edward berhasil membunuh pemimpin Mafia, ayah Rosy yang bernama Jackie Robert. Edward membunuhnya diam-diam tanpa ada yang mengetahuinya, bahkan sampai saat i
"Ayah, siapa wanita ini?" tanya seorang anak perempuan yang termenung dengan wajah murung kala menyaksikan ayahnya membawa wanita lain ke rumahnya setelah sebulan lalu mereka mengadakan acara pemakaman untuk ibu si anak perempuan berusia 8 tahun itu."Rosy, mulai sekarang dia adalah ibumu. Cepat beri salam kepadanya," titah sang Ayah."Ibu? Ibu baru saja meninggal sebulan lalu. Dia bukan ibuku. Aku hanya memiliki satu ibu di dunia ini," ketusnya marah. Tak setuju ketika ayahnya membawa wanita lain untuk dijadikan istrinya, Rosy yang masih berusia 8 tahun gegas pergi meninggalkan rumah."Rosy! mau ke mana kamu?" Ayahnya dengan lantang berniat mencegah Rosy pergi. Namun, kepergian Rosy tak dapat dihentikan kala wanita di sampingnya merangkul lengan ayah Rosy."Biarkan dia menenangkan diri lebih dulu. Mungkin, dia masih belum bisa menerimaku sebagai ibunya. Sepertinya, aku yang kurang baik. Sayang, aku tidak pantas menjadi istrimu," lirihnya sayu sendu."Hussh, siapa yang bilang begitu?
Setelah dirawat inap selama beberapa hari, akhirnya tiba hari di mana Edward diberi izin untuk pulang. Rasanya hati tak sabar ingin kembali ke rumah. Bukan karena merindukan rumahnya, tetapi merindukan seseorang yang ada di rumahnya. Walaupun sebenarnya ia sama sekali tak memahami bagaimana perasaannya yang sesungguhnya.Cklek … Perlahan Edward membuka pintu kamarnya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamarnya yang luas, namun tetap tak mendapati sosok yang ia cari.“Tuan … .”“Kaget aku!” Terkejut alami ketika seorang asisten rumah tangga memanggil namanya secara tiba-tiba. “Ah, Bi Mirna,” ucapnya. Dari namanya yang sangat khas, dapat ditebak dengan mudah jika dia berasal dari Indonesia. Benar, Bi Mirna adalah seorang TKW asal Indonesia.“Tuan lagi nyari Nona Rosy, ya?” tanyanya.“Em, eh, itu … ke mana dia?” tanyanya gagap.“Oooh, Nona Rosy baru saja keluar,” jawabnya.“Keluar? Ke mana dia? Sejak kapan?” cecarnya antusias.Tanpa menunggu jawaban dari Bi Mirna terlebih dahulu,
"Sial! dia kabur?" murkanya. Tampaknya, ia tak berniat mengejarnya. Setelah membuat keributan besar, ia berlalu pergi begitu saja. Selang beberapa saat kemudian, dari luar kaca kafe, Rosy tampak melihat Edward yang berlari menuju kafe. Kemudian, Edward tanpa ragu menghampiri Rosy dan reflek menjatuhkannya ke dalam pelukannya. Netra Rosy membola, ia sangat terkejut. Jantungnya berdebar sangat kencang, seolah mengalahkan sirene mobil polisi yang akhirnya datang ke TKP. Edward mencengkram erat kedua bahu Rosy. Tatapan nanar nan tajam itu penuh kekhawatiran. Seraya bertanya, "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya. "A-aku baik-baik saja," gagapnya. "Benar?" Edward membutuhkan kepastian. "Oh, benar. Kurasa aku baik-baik saja," jawabnya. Sekali lagi, Edward menjatuhkan Rosy ke dalam pelukannya. Edward mendekap erat tubuh Rosy, seolah tak rela untuk melepaskannya lagi. Sedangkan Rosy masih tercengang dengan perlakuan Edward yang tampak tulus mengkhawatirkan keselamatannya. "Syuk
"Siapa dia? apa murid baru lagi? kenapa akhir-akhir ini banyak sekali murid pindahan? wajahnya tidak asing.""Sepertinya, aku pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi di mana, ya?" "Iya. Aku juga seperti pernah melihatnya. Tapi, di mana ya?"Melihat seorang gadis berpenampilan modis, makeup tipis yang menghiasi wajahnya, serta rambut panjangnya yang tergerai dan terawat, seketika membuat semua siswa terkesima. Mereka kira siapa, tatkala gadis itu duduk di bangku milik Elsa, serentak semua orang dibuat terhenyak karena perubahan penampilan Elsa yang jauh berbeda. Tak hanya penampilannya saja, tetapi aura yang terpancar dalam dirinya dominan kuat."Ada apa dengan anak itu?" Bukan hanya siswa lain saja, termasuk Yena pun merasa ada yang berubah dengan Elsa. Elsa yang biasanya berpenampilan cupu dan rambut kepang dua, serta kacamata yang tak pernah lepas dari wajahnya, kini tiba-tiba mengubah penampilannya menjadi seperti orang lain yang jauh berbeda."Aneh sekali. Apa anak itu sedang pub
Kali ini, sikap Rey benar-benar sangat serius dan terkesan menakutkan, seperti iblis yang tengah dipenuhi dengan dendam kesumatnya terhadap manusia bumi."Rey, aku mohon lepaskan aku! Aku sudah memohon kepadamu seperti ini. Punggungku sangat sakit, aku tidak bisa bernafas. Aku mohon ... ." Ucapan Hana terbata-bata karena nafasnya tak lega.Pada akhirnya, Hana menyerah kepada Rey. Ia merendahkan harga dirinya dan meminta Rey untuk segera melepaskannya. Akan tetapi, permohonan Hana tidak membuat Rey berbelas kasihan sedikit pun."Seorang curut hina sepertimu... ternyata berani memohon pengampunan dari kucing. Aku adalah kucing kelaparan. Pikirkan saja, apakah kucing yang kelaparan akan melepaskan tikus yang sudah ia terkam? Hana, kau tidak bisa lepas dari cengkramanku. Aku bisa menyakitimu, bahkan lebih dari ini," cetus Rey.Rey semakin menekan tubuh Hana di tembok dan membuat Hana semakin merasa kesakitan. Hana tak bisa lagi leluasa bergerak, dan kedua telapak tangannya mengepal. Kali
Mendengar perkataan Hana, Rey pun hanya mengernyitkan kedua alisnya dan memikirkan arti dari perkataan Hana."Kalian? Para lelaki?" Rey bertanya-tanya."Ya, kalian. Kalian para lelaki. Tapi aku sama sekali tidak berdebar karenamu. Kau hanyalah Rey, lelaki yang nantinya pasti akan terobsesi denganku," cetus Hana dengan percaya diri."Jangan bilang kau . . . dengan lelaki lain, Ah, benar! Gadis murahan sepertimu, tentu saja sering melakukannya dengan banyak pria. Sudah berapa banyak pria yang kau cicipi?" Rey malah balik menyindir dan menuduh Hana.Hana pun tidak terima dengan perkataan Rey yang terdengar seolah-olah meremehkannya dan menuduhnya secara acak. Hana semakin menatap tajam netra Rey yang juga tak berkedip."Dengar, Rey . . . berhenti merendahkanku! Apa kau pikir kau akan merasa tinggi, setelah terus merendahkanku seperti ini?" Hana semakin geram dan gentar. Kedua telapak tangan Hana pun mulai mengepal."Tentu saja tidak. Kita berbeda, aku tidak sepertimu yang sangat hina. Ak
Hana tidak sengaja melihat Rey yang sedang berada di tempat tongkrongan Rey biasanya. Tujuan Hana yaitu keluar dari halaman kampusnya. Namun, ketika melihat sosok Rey, Hana pun langsung memalingkan wajahnya."Kenapa bocah itu ada di sana? Aish! Merepotkan saja." Merasa dirinya ketimpa kesialan.Hana pun mendapat ide ketika melihat salah satu mahasiswi seumurannya, tengah berlalu melewatinya. Meski tidak mengenalnya, Hana tanpa malu meminta bantuannya."Kamu, siapa . . . tidak! siapa pun kamu, bantu aku dong!" Hana meminta bantuan kepada mahasiswi itu."...?"Mahasiswi itu awalnya merasa heran ketika Hana tiba-tiba menyaut lengannya yang tengah memegang buku. Hana menatap wajah mahasiswi itu dengan memelas, seperti isyarat memohon bantuan darinya.Mahasiswi itu pun tidak terlalu memperdulikannya, lalu ia membiarkan Hana berjalan di sampingnya. Hana melakukan hal itu agar seolah-olah dia adalah teman dekatnya, hanya untuk menghindari Rey.Hana berjalan di samping kirinya dan menutupi tu
"Jadi, kau ingin aku membayar berapa?" tanya Hana sekali lagi. Nada suara Hana terkesan menantang."Tidak seru jika membayarnya dengan uang. Aku adalah orang kaya, aku tidak membutuhkan sepeser pun uang dari orang lain," cetus Johandra dengan bangganya.Mendengar ucapan Johandra yang terkesan angkuh, Hana pun hanya tersenyum kecil. Kemudian, ia pun berkacak sebelah pinggang. Tangan kanannya ditempatkan di pinggangnya."Hufft ... ." Hana menghela nafasnya sekejap, lalu melanjutkan perkataannya, "Lalu? Kau ingin aku membayar kompensasi dengan cara apa? Kau ini pamrih ya? Hanya benturan kecil seperti itu saja kau minta ganti rugi." Hana memprotes tindakan Johandra."Tentu saja, permintaan maaf saja tidak akan cukup. Jika ada orang yang mencuri di rumahmu, lalu kau melepaskannya dan memaafkannya begitu saja, tentu saja pencuri itu akan datang kembali keesokan harinya. Pencuri datang bukan untuk berkunjung dan berganti status menjadi tamu. Pencuri tetaplah pencuri, karena mencuri adalah ke
Hana telah berhenti berlari menjauhi Rey. Kini, Hana tengah berjalan dengan santainya. Akan tetapi, Hana tiba-tiba ditabrak oleh seseorang dari arah samping.Orang tersebut menabrak Hana dari arah samping, dari balik samping tembok. Sedangkan Hana saat itu tengah berjalan lurus dengan santainya.Hana yang ditabrak olehnya pun sepontan terjatuh dan berteriak kesakitan. "Aaw!" pekiknya. "Siapa sih yang jalan nggak lihat-lihat?!!" protes Hana dengan lantang.Seketika buku-buku yang dibawa oleh Hana di lengannya pun terjatuh ke atas lantai. Buku-bukunya berantakan. Sedangkan Hana tengah sibuk mengusap lututnya yang terasa nyeri, karena membentur lantai keramik.Seseorang yang menabrak Hana pun membantu membereskan buku-buku milik Hana. Lalu, ia pun bertanya kepada Hana, "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya."Baik-baik saja kepalamu! Aku yang ditabrak seperti ini masih ditanya apa aku baik-baik saja. Seharusnya kau tanya, 'apa aku terluka?' Seharusnya begi ... ." Hana sengaja menggantung uca
Setelah Resti menyelesaikan perkataannya, ia pun kembali meninggalkan Johandra. Sedangkan Johandra pribadi tidak menyerah untuk terus membujuk Resti."Resti, dengarkan aku dulu! Hei! Aku bisa membantumu." Resti tetap tidak menggubris Johandra. "Aku memang tidak bisa membantumu mendapatkan Reyhan, tapi aku bisa menargetkan Hana. Bagaimana? Apa kau tertarik?" Ucapan Johandra kali ini membuat Resti menghentikan langkahnya sekali lagi.Resti menghentikan langkahnya, tetapi ia tidak berbalik menatap Johandra yang jauh berada di belakangnya. Resti terhenti, sedangkan Johandra berjalan menghampiri.Johandra kali ini berada tepat di samping Resti. Resti menghembuskan nafasnya, lalu ia pun menoleh ke arah Johandra yang berada di sampingnya. Resti menatap Joahandra dengan tatapan malas, sama seperti sebelumnya."Kenapa? Bagaimana? Apa yang mau kau katakan? Ide apa yang kau punya?" tanya Resti dengan nada malas.Kemudian, Resti pun kembali meluruskan pandangannya ke arah depan, sembari melipat k
Rey tidak bisa tidur semalaman, karena ia terus dihantui oleh bayangan Hana. Karena pagi telah tiba, Rey bangkit dari tempat tidurnya. Rasa kantuk yang dahsyat merajai tubuhnya. Untuk menghilangkan rasa kantuk tersebut, Rey berencana menghilangkannya dengan cara mandi di pagi hari.Rey mulai mengambil handuknya. Namun, sebelum ia menunda niatnya ketika ia melirik sekilas bayangan dirinya di cermin. Wajah Rey kusut, tampak lingkaran hitam seperti mata pada, melingkari kedua matanya."What?!!" Rey histeris. "Kenapa wajahku seperti ini?" gumamnya. "Ini karena Hana sialan itu," sambung Rey.Rey menyalahkan Hana, karena bayang-bayang Hana selalu mengganggu tidurnya. Hal itu yang membuat Rey tidak bisa tidur semalaman.Rey menyentak telapak tangannya ke atas meja. Ia tampak sangat kesal. Kegeramannya itu harus segera ia redakan dengan cara mandi."Yo, lihat siapa ini? Rey, kenapa wajahmu seperti itu?" tanya salah satu teman Rey.Rey berangkat ke kampus lebih awal dan langsung datang mengha
Reyhan akhirnya membuka pintu kamarnya. Rey berdiri di tengah pintu sembari menundukkan wajahnya. Hana yang kala itu berada tepat di hadapan Rey pun berencana ingin merangkul Rey. Namun, sebelum Hana sempat melakukannya, Rey sepontan mendorong tubuh Hana, hingga membuat Hana jatuh tersungkur di hadapannya. "Kau ini apaan? Keras kepala sekali! Sudah kubilang untuk pergi dari sini. Enyah kau!" Rey mengusir Hana. Ucapannya lantang dan perlakuannya kasar. Hana menatap wajah Rey yang tak balas menatap wajahnya. Hana tidak mengerti dengan sikap Rey dan perlakuan yang ia terima. Tidak biasanya Rey bersikap seperti ini kepadanya. Ia tidak mengerti mengapa Rey yang biasanya selalu lembut kepadanya berubah drastis dan menjadi kasar. "Rey... kau kenap—" Ucapan Hana langsung dipotong oleh Rey. "Apa kau tuli? Sudah kubilang pergi! Aku tidak ingin melihat wajahmu," cetus Rey. Hana bangkit kembali. Dia kembali mendekat ke arah Rey. Namun, belum sempat Hana mendekat lebih dekat, Rey melangkah ma