Beranda / CEO / MANIPULASI CINTA MAFIA / 7. MEMORI MASA LALU

Share

7. MEMORI MASA LALU

Penulis: QUEEN NIS CA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Ayah, siapa wanita ini?" tanya seorang anak perempuan yang termenung dengan wajah murung kala menyaksikan ayahnya membawa wanita lain ke rumahnya setelah sebulan lalu mereka mengadakan acara pemakaman untuk ibu si anak perempuan berusia 8 tahun itu.

"Rosy, mulai sekarang dia adalah ibumu. Cepat beri salam kepadanya," titah sang Ayah.

"Ibu? Ibu baru saja meninggal sebulan lalu. Dia bukan ibuku. Aku hanya memiliki satu ibu di dunia ini," ketusnya marah. Tak setuju ketika ayahnya membawa wanita lain untuk dijadikan istrinya, Rosy yang masih berusia 8 tahun gegas pergi meninggalkan rumah.

"Rosy! mau ke mana kamu?" Ayahnya dengan lantang berniat mencegah Rosy pergi. Namun, kepergian Rosy tak dapat dihentikan kala wanita di sampingnya merangkul lengan ayah Rosy.

"Biarkan dia menenangkan diri lebih dulu. Mungkin, dia masih belum bisa menerimaku sebagai ibunya. Sepertinya, aku yang kurang baik. Sayang, aku tidak pantas menjadi istrimu," lirihnya sayu sendu.

"Hussh, siapa yang bilang begitu?
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   8. APA YANG TELAH TERJADI?

    Setelah dirawat inap selama beberapa hari, akhirnya tiba hari di mana Edward diberi izin untuk pulang. Rasanya hati tak sabar ingin kembali ke rumah. Bukan karena merindukan rumahnya, tetapi merindukan seseorang yang ada di rumahnya. Walaupun sebenarnya ia sama sekali tak memahami bagaimana perasaannya yang sesungguhnya.Cklek … Perlahan Edward membuka pintu kamarnya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamarnya yang luas, namun tetap tak mendapati sosok yang ia cari.“Tuan … .”“Kaget aku!” Terkejut alami ketika seorang asisten rumah tangga memanggil namanya secara tiba-tiba. “Ah, Bi Mirna,” ucapnya. Dari namanya yang sangat khas, dapat ditebak dengan mudah jika dia berasal dari Indonesia. Benar, Bi Mirna adalah seorang TKW asal Indonesia.“Tuan lagi nyari Nona Rosy, ya?” tanyanya.“Em, eh, itu … ke mana dia?” tanyanya gagap.“Oooh, Nona Rosy baru saja keluar,” jawabnya.“Keluar? Ke mana dia? Sejak kapan?” cecarnya antusias.Tanpa menunggu jawaban dari Bi Mirna terlebih dahulu,

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   9. KECURIGAAN TAK BISA DIHINDARI

    "Sial! dia kabur?" murkanya. Tampaknya, ia tak berniat mengejarnya. Setelah membuat keributan besar, ia berlalu pergi begitu saja. Selang beberapa saat kemudian, dari luar kaca kafe, Rosy tampak melihat Edward yang berlari menuju kafe. Kemudian, Edward tanpa ragu menghampiri Rosy dan reflek menjatuhkannya ke dalam pelukannya. Netra Rosy membola, ia sangat terkejut. Jantungnya berdebar sangat kencang, seolah mengalahkan sirene mobil polisi yang akhirnya datang ke TKP. Edward mencengkram erat kedua bahu Rosy. Tatapan nanar nan tajam itu penuh kekhawatiran. Seraya bertanya, "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya. "A-aku baik-baik saja," gagapnya. "Benar?" Edward membutuhkan kepastian. "Oh, benar. Kurasa aku baik-baik saja," jawabnya. Sekali lagi, Edward menjatuhkan Rosy ke dalam pelukannya. Edward mendekap erat tubuh Rosy, seolah tak rela untuk melepaskannya lagi. Sedangkan Rosy masih tercengang dengan perlakuan Edward yang tampak tulus mengkhawatirkan keselamatannya. "Syuk

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   10. AKU MENCINTAIMU

    Tubuh Rosy reflek bangkit dari posisinya. Ia menatap nyalang wajah Edward, seolah menafsirkan makna bahwa ia tak habis pikir dan marah. "Sayang, dengarkan penjelasanku dulu... ." Edward mencoba membujuk Rosy sembari meraih lengan Rosy. Namun, dengan sigap Rosy langsung menepia dengan kasar. "Jangan panggil aku begitu. Sekarang jawab! sebenarnya, siapa aku? apa aku benar-benar tunanganmu. Jika tidak ada yang kau sembunyikan, maka jujurlah padaku dan tatap mataku!" Rosy meninggikan volume suaranya. Edward pun turut bangkit. Dia mencengkram kedua bahu Rosy seraya berucap, "Percaya atau tidak, kau adalah wanita yang paling kucintai. Kita sudah bertunangan dan sebentar lagi acara pernikahan kita akan digelar. Tapi karena kau sempat mengalami kecelakaan, kau melupakan segalanya. Kau juga melupakanku. Meskipun kau telah melupakanku, tapi tidak masalah bagiku. Aku bisa menerimanya. Coba pikirkan saja. Bayangkan jika seseorang yang kaucintai melupakanmu. Kira-kira, bagaimana perasaanmu? Tap

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   11. INSIDEN KONYOL

    "Good Morning," sapa Edward kala Rosy berjalan menuruni tangga. Di bawah sana tampak Edward yang telah menyiapkan banyak menu sarapan yang sengaja dihidangkan untuk Rosy. Netra Rosy terbelalak tatkala melihat makanan yang dimasak Edward. Ternyata selain tampan, Edward pun memiliki keterampilan memasak yang hebat. "Woah... apa kau yang menyiapkan semua ini?" tanya Rosy. Ia cukup terkesima. "Nah, aaaa... " Edward menyumpit satu hidangan dan meminta Rosy membuka mulutnya untuk mencicipi rasa masakannya. Rosy tersenyum kecil, lalu menyantap makanan yang disuapi oleholeh Edward. Ekspresinya tak biasa tatkala indera pengecapnya merasakan cita rasa yang luar biasa. "Bagaimana?" tanya Edward. "Kau... bagaimana mungkin kau bisa... ini enak sekali! apa sebelumnya kau seorang cheff?" pujinya. "Haha. Biasa saja. Ini hanya satu dari sekian banyak keterampilan yang ku kuasai." Edward merendah sekaligus membanggakan dirinya sendiri. "Benarkah?" Tanpa diminta, Rosy pun mencicipi satu

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   12. MALAM PENGANTIN TAPI BUKAN MALAM PERTAMA

    Kelvin datang dengan tenang seraya membisikkan sesuatu di telinga Edward. Kemudian, Edward pun menjawab, "Aku mengerti. Lakukan saja seperti biasanya," titahnya.Setelah itu, Edward kembali menyapa para tamu undangan. Pernikahan telah diberlangsungkan dengan lancar. Sementara Rosy kala itu tak tampak di acara, sebab sebelumnya dia berpamitan pergi ke ruang rias untuk mengganti gaun pengantinnya.Tak lama kemudian, Kelvin pun keluar dari mansion. Ia mencari-cari sosok Rachel yang tak tampak di hadapannya. Entah ke mana dia pergi. Yang jelas, di luar tak ada lagi keributan seperti sebelumnya."Aneh. Ke mana perginya wanita gila itu?" gumam Kelvin bertanya-tanya.Karena tak mendapati sosok Rachel, Kelvin pun kembali melanjutkan tugasnya. Beberapa waktu lalu, Rachel berharap bahwa keributan yang dia lakukan pasti akan mengundang paksa Edward untuk keluar melihatnya. Namun, dia tiba-tiba menerima sebuah telephon asing yang membuatnya cukup tertarik. Rachel sangat penasaran dengan topik ya

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   13. DENDAM DAN KEHANCURAN

    "Kenapa kau di sini? Sial! apa keamanan di rumahku semakin jelek? siapa yang mengizinkanmu masuk?" bentak Edward seraya mengomel kesal. Entah apa saja yang dikerjakan pada bodyguard di rumah Edward, sampai-sampai mereka meloloskan seorang Rachel. Entah karena para bodyguard, atau mungkin karena Rachel sendiri. Atau karena hal lainnya. Di situasi seperti itu, Rachel masih bisa tersenyum genit dengan santainya. Ia tak merasa takut sedikit pun tatkala Edward membentaknya. Mungkin karena kegembiran hati Rachel telah mengalahkan segalanya. "Kak Edward, apa kau sebahagia itu sampai-sampai kau sendiri lupa kalau kemarin kau yang membubarkan para bodyguard di sini?" celetuk Rachel. Tentang membubarkan bodyguard memang benar adanya. Edward sendiri yang telah meliburkan semua karyawannnya, termasuk para kemanan yang berjaga di rumahnya. Edward sendiri yang memberi cuti kepada mereka sebagai bentuk hadiah atas pernikahannya. Memang terdengar tidak masuk akal, tetapi Edward memang orang yang

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   14. MALAM SEMANIS ANGGUR MERAH

    "Sayang, kita telah sampai." Setelah melakukan penerbangan beberapa jam, akhirnya kedua pasutri yang hendak merayakan bulan madu telah tiba di tempat yang mereka tuju. [Bali, Indonesia] Tempat yang sangat terkenal di mancanegara. Tempat yang sangat cocok untuk para pasangan yang merayakan honeymoon. Sama halnya dengan sepasang pasutri yakni Edward dan Rosy. Turun di bandara, sebuah taksi yang dipesan tak lama langsung menjemput mereka berdua. Di perjalanan, Rosy terlelap karena terlalu lelah. Sementara Edward pun mencondongkan kepala Rosy ke pundaknya. 'Tak kusangka, ternyata permainan ini cukup menyenangkan,' batin Edward sembari mengulas senyum. Entah apa yang tengah dipikirkan isi kepalanya dan bagaimana perasaan dalam lubuk hatinya. Kemungkinan, dia benar-benar sekadar menikmati permainannya dengan seorang Rosy, ataukah hatinya mulai tersentuh dan merasa bahagia saat bersama dengan Rosy. *** "Di mana ini? gelap sekali." Rintih tangis seorang gadis kecil yang ketakuta

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   15. RENCANA MENGHANCURKAN

    Rachel reflek memalingkan wajahnya ketika akhirnya Tesla membuka masker yang menutupi wajahnya.“Kau bilang ingin melihat wajahku tanpa masker, tapi kenapa kau malah memalingkan wajahmu? Apa kau jijik?” sindirnya.“T-tidak. Aku hanya … lupakan. Pakai maskermu lagi,” titahnya.Tesla menyeringai kecil. Ia dapat menebak bahwa Rachel ketakutan melihat wajahnya yang hancur karena luka bakar. Namun, ia sama sekali tidak tersinggung dengan respon yang ditunjukkan oleh Rachel.“ Apa kau tahu dari mana aku mendapatkan luka ini?” tanyanya.“Aku tidak tahu. Juga tidak penasaran,” jawab Rachel acuh tak acuh.“Aku juga sama denganmu. Aku memiliki dendam mendalam terhadap wanita jalang itu,” cetusnya.Tiba-tiba Rachel menunjukkan sikap antusias. Ia yang sedari tadi memalingkan wajahnya ketika berbicara dengan Tesla, kini akhirnya dia menatapnya.“Jangan bilang … wanita jalang itu yang melakukan itu padamu,” tebaknya.“Benar. Itu memang dia. Dia yang merusak wajah tampanku. Dia menghancurkan hidupku

Bab terbaru

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   44

    "Siapa dia? apa murid baru lagi? kenapa akhir-akhir ini banyak sekali murid pindahan? wajahnya tidak asing.""Sepertinya, aku pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi di mana, ya?" "Iya. Aku juga seperti pernah melihatnya. Tapi, di mana ya?"Melihat seorang gadis berpenampilan modis, makeup tipis yang menghiasi wajahnya, serta rambut panjangnya yang tergerai dan terawat, seketika membuat semua siswa terkesima. Mereka kira siapa, tatkala gadis itu duduk di bangku milik Elsa, serentak semua orang dibuat terhenyak karena perubahan penampilan Elsa yang jauh berbeda. Tak hanya penampilannya saja, tetapi aura yang terpancar dalam dirinya dominan kuat."Ada apa dengan anak itu?" Bukan hanya siswa lain saja, termasuk Yena pun merasa ada yang berubah dengan Elsa. Elsa yang biasanya berpenampilan cupu dan rambut kepang dua, serta kacamata yang tak pernah lepas dari wajahnya, kini tiba-tiba mengubah penampilannya menjadi seperti orang lain yang jauh berbeda."Aneh sekali. Apa anak itu sedang pub

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   45

    Kali ini, sikap Rey benar-benar sangat serius dan terkesan menakutkan, seperti iblis yang tengah dipenuhi dengan dendam kesumatnya terhadap manusia bumi."Rey, aku mohon lepaskan aku! Aku sudah memohon kepadamu seperti ini. Punggungku sangat sakit, aku tidak bisa bernafas. Aku mohon ... ." Ucapan Hana terbata-bata karena nafasnya tak lega.Pada akhirnya, Hana menyerah kepada Rey. Ia merendahkan harga dirinya dan meminta Rey untuk segera melepaskannya. Akan tetapi, permohonan Hana tidak membuat Rey berbelas kasihan sedikit pun."Seorang curut hina sepertimu... ternyata berani memohon pengampunan dari kucing. Aku adalah kucing kelaparan. Pikirkan saja, apakah kucing yang kelaparan akan melepaskan tikus yang sudah ia terkam? Hana, kau tidak bisa lepas dari cengkramanku. Aku bisa menyakitimu, bahkan lebih dari ini," cetus Rey.Rey semakin menekan tubuh Hana di tembok dan membuat Hana semakin merasa kesakitan. Hana tak bisa lagi leluasa bergerak, dan kedua telapak tangannya mengepal. Kali

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   44

    Mendengar perkataan Hana, Rey pun hanya mengernyitkan kedua alisnya dan memikirkan arti dari perkataan Hana."Kalian? Para lelaki?" Rey bertanya-tanya."Ya, kalian. Kalian para lelaki. Tapi aku sama sekali tidak berdebar karenamu. Kau hanyalah Rey, lelaki yang nantinya pasti akan terobsesi denganku," cetus Hana dengan percaya diri."Jangan bilang kau . . . dengan lelaki lain, Ah, benar! Gadis murahan sepertimu, tentu saja sering melakukannya dengan banyak pria. Sudah berapa banyak pria yang kau cicipi?" Rey malah balik menyindir dan menuduh Hana.Hana pun tidak terima dengan perkataan Rey yang terdengar seolah-olah meremehkannya dan menuduhnya secara acak. Hana semakin menatap tajam netra Rey yang juga tak berkedip."Dengar, Rey . . . berhenti merendahkanku! Apa kau pikir kau akan merasa tinggi, setelah terus merendahkanku seperti ini?" Hana semakin geram dan gentar. Kedua telapak tangan Hana pun mulai mengepal."Tentu saja tidak. Kita berbeda, aku tidak sepertimu yang sangat hina. Ak

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   43

    Hana tidak sengaja melihat Rey yang sedang berada di tempat tongkrongan Rey biasanya. Tujuan Hana yaitu keluar dari halaman kampusnya. Namun, ketika melihat sosok Rey, Hana pun langsung memalingkan wajahnya."Kenapa bocah itu ada di sana? Aish! Merepotkan saja." Merasa dirinya ketimpa kesialan.Hana pun mendapat ide ketika melihat salah satu mahasiswi seumurannya, tengah berlalu melewatinya. Meski tidak mengenalnya, Hana tanpa malu meminta bantuannya."Kamu, siapa . . . tidak! siapa pun kamu, bantu aku dong!" Hana meminta bantuan kepada mahasiswi itu."...?"Mahasiswi itu awalnya merasa heran ketika Hana tiba-tiba menyaut lengannya yang tengah memegang buku. Hana menatap wajah mahasiswi itu dengan memelas, seperti isyarat memohon bantuan darinya.Mahasiswi itu pun tidak terlalu memperdulikannya, lalu ia membiarkan Hana berjalan di sampingnya. Hana melakukan hal itu agar seolah-olah dia adalah teman dekatnya, hanya untuk menghindari Rey.Hana berjalan di samping kirinya dan menutupi tu

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   42

    "Jadi, kau ingin aku membayar berapa?" tanya Hana sekali lagi. Nada suara Hana terkesan menantang."Tidak seru jika membayarnya dengan uang. Aku adalah orang kaya, aku tidak membutuhkan sepeser pun uang dari orang lain," cetus Johandra dengan bangganya.Mendengar ucapan Johandra yang terkesan angkuh, Hana pun hanya tersenyum kecil. Kemudian, ia pun berkacak sebelah pinggang. Tangan kanannya ditempatkan di pinggangnya."Hufft ... ." Hana menghela nafasnya sekejap, lalu melanjutkan perkataannya, "Lalu? Kau ingin aku membayar kompensasi dengan cara apa? Kau ini pamrih ya? Hanya benturan kecil seperti itu saja kau minta ganti rugi." Hana memprotes tindakan Johandra."Tentu saja, permintaan maaf saja tidak akan cukup. Jika ada orang yang mencuri di rumahmu, lalu kau melepaskannya dan memaafkannya begitu saja, tentu saja pencuri itu akan datang kembali keesokan harinya. Pencuri datang bukan untuk berkunjung dan berganti status menjadi tamu. Pencuri tetaplah pencuri, karena mencuri adalah ke

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   41

    Hana telah berhenti berlari menjauhi Rey. Kini, Hana tengah berjalan dengan santainya. Akan tetapi, Hana tiba-tiba ditabrak oleh seseorang dari arah samping.Orang tersebut menabrak Hana dari arah samping, dari balik samping tembok. Sedangkan Hana saat itu tengah berjalan lurus dengan santainya.Hana yang ditabrak olehnya pun sepontan terjatuh dan berteriak kesakitan. "Aaw!" pekiknya. "Siapa sih yang jalan nggak lihat-lihat?!!" protes Hana dengan lantang.Seketika buku-buku yang dibawa oleh Hana di lengannya pun terjatuh ke atas lantai. Buku-bukunya berantakan. Sedangkan Hana tengah sibuk mengusap lututnya yang terasa nyeri, karena membentur lantai keramik.Seseorang yang menabrak Hana pun membantu membereskan buku-buku milik Hana. Lalu, ia pun bertanya kepada Hana, "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya."Baik-baik saja kepalamu! Aku yang ditabrak seperti ini masih ditanya apa aku baik-baik saja. Seharusnya kau tanya, 'apa aku terluka?' Seharusnya begi ... ." Hana sengaja menggantung uca

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   40

    Setelah Resti menyelesaikan perkataannya, ia pun kembali meninggalkan Johandra. Sedangkan Johandra pribadi tidak menyerah untuk terus membujuk Resti."Resti, dengarkan aku dulu! Hei! Aku bisa membantumu." Resti tetap tidak menggubris Johandra. "Aku memang tidak bisa membantumu mendapatkan Reyhan, tapi aku bisa menargetkan Hana. Bagaimana? Apa kau tertarik?" Ucapan Johandra kali ini membuat Resti menghentikan langkahnya sekali lagi.Resti menghentikan langkahnya, tetapi ia tidak berbalik menatap Johandra yang jauh berada di belakangnya. Resti terhenti, sedangkan Johandra berjalan menghampiri.Johandra kali ini berada tepat di samping Resti. Resti menghembuskan nafasnya, lalu ia pun menoleh ke arah Johandra yang berada di sampingnya. Resti menatap Joahandra dengan tatapan malas, sama seperti sebelumnya."Kenapa? Bagaimana? Apa yang mau kau katakan? Ide apa yang kau punya?" tanya Resti dengan nada malas.Kemudian, Resti pun kembali meluruskan pandangannya ke arah depan, sembari melipat k

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   39

    Rey tidak bisa tidur semalaman, karena ia terus dihantui oleh bayangan Hana. Karena pagi telah tiba, Rey bangkit dari tempat tidurnya. Rasa kantuk yang dahsyat merajai tubuhnya. Untuk menghilangkan rasa kantuk tersebut, Rey berencana menghilangkannya dengan cara mandi di pagi hari.Rey mulai mengambil handuknya. Namun, sebelum ia menunda niatnya ketika ia melirik sekilas bayangan dirinya di cermin. Wajah Rey kusut, tampak lingkaran hitam seperti mata pada, melingkari kedua matanya."What?!!" Rey histeris. "Kenapa wajahku seperti ini?" gumamnya. "Ini karena Hana sialan itu," sambung Rey.Rey menyalahkan Hana, karena bayang-bayang Hana selalu mengganggu tidurnya. Hal itu yang membuat Rey tidak bisa tidur semalaman.Rey menyentak telapak tangannya ke atas meja. Ia tampak sangat kesal. Kegeramannya itu harus segera ia redakan dengan cara mandi."Yo, lihat siapa ini? Rey, kenapa wajahmu seperti itu?" tanya salah satu teman Rey.Rey berangkat ke kampus lebih awal dan langsung datang mengha

  • MANIPULASI CINTA MAFIA   38

    Reyhan akhirnya membuka pintu kamarnya. Rey berdiri di tengah pintu sembari menundukkan wajahnya. Hana yang kala itu berada tepat di hadapan Rey pun berencana ingin merangkul Rey. Namun, sebelum Hana sempat melakukannya, Rey sepontan mendorong tubuh Hana, hingga membuat Hana jatuh tersungkur di hadapannya. "Kau ini apaan? Keras kepala sekali! Sudah kubilang untuk pergi dari sini. Enyah kau!" Rey mengusir Hana. Ucapannya lantang dan perlakuannya kasar. Hana menatap wajah Rey yang tak balas menatap wajahnya. Hana tidak mengerti dengan sikap Rey dan perlakuan yang ia terima. Tidak biasanya Rey bersikap seperti ini kepadanya. Ia tidak mengerti mengapa Rey yang biasanya selalu lembut kepadanya berubah drastis dan menjadi kasar. "Rey... kau kenap—" Ucapan Hana langsung dipotong oleh Rey. "Apa kau tuli? Sudah kubilang pergi! Aku tidak ingin melihat wajahmu," cetus Rey. Hana bangkit kembali. Dia kembali mendekat ke arah Rey. Namun, belum sempat Hana mendekat lebih dekat, Rey melangkah ma

DMCA.com Protection Status