Range rover milik Jayden berjalan dengan senyap menjadi teman, karena dua manusia memilih untuk diam dan menikmati perjalanan. Tak ada yang memulai percakapan atau hanya basa basi. Sam memilih untuk bermain dengan ponsel pintarnya dari pada adu pandang dengan sang Papa.
Seperti yang dikatakan oleh Jayden pada Neta, dia meluangkan waktu untuk menjemput putra semata wayangnya. Namun sebenarnya Sam ingin dijemput oleh sesorang yang mengantarkannya tadi pagi.
“Gimana harinya? Apakah menyenangkan?”
Sam tidak mengalihkan pandangannya dari ponselnya. Dia masih asik bermain dengannya
“Biasa aja, nggak ada yang special”
Jayden menarik nafasnya, mencoba menahan emosi karena Sam tidak mau sama sekali menatap ke arahnya.
“Sam, kalau diajak orang tua ngomong tu tatap mukanya” Tegas Jayden.
Sam menyimpan ponselnya di kantong celananya lalu menatap kearah Papanya. “Em, nih udah ya. Papa kenapa sih tumben banget jemput Sam? Kenapa nggak Neta aja yang jemput? Kan jadi enak kan dia, hari ini rebahan mulu pasti kerjanya” gerutu Sam karena tidak terima Papanya yang menjemput dirinya. Padahal kan dia mau yang jemput Neta. Kan lumayan bisa pamer ke temen kalau dia punya Mama sebening Neta.
“Kamu mau celaka, karena dijemput Wanita sial itu?”
“Dia punya nama Pa, Namanya Agneta. Dan tadi pagi dia ngebut udah izin sama aku karena aku hampir terlambat. Kalau Neta nyetir mobil nggak ngebut tadi pagi aku bisa kena hukum si tua bangka Marcus itu Pa. Dan inget ya Papa yang bikin Neta telat bangunin aku tu Papa” bisa dilihat jelas kalau Sam bener-bener marah karena Papanya menyalahkan Neta, padahal sebenarnya tidak salah sama sekali.
Sam juga tahu Neta udah mendapatkan hukuman dari Papanya sehingga yang menjemput dirinya adalah Jayden bukan Neta.
“Mulai peduli ya kamu sama Wanita sial itu? Ingat ya Sam, Wanita itu yang buat kamu nggak bisa bertemu dengan Ibu kandung mu. Dia yang bunuh Bunda Salma” Sekali lagi Jayden menegaskan kembali bahwa Neta adalah tersangka utama dalam membunuh Salma bunda kandung dari Sam.
Sam terbungkam seketika seakan kalimat yang terucap dari mulut Papanya itu mampu membungkam kalimat pembelaan yang sudah dia susun untuk membela Neta. Kembali mobil berjalan dengan ditemani keheningan, karena sekarang Sam sudah kembali asik dengan ponselnya.
.
.
.
Sam turun dari mobil meninggalkan Papanya yang menatapnya dengan heran. Biasanya Sam akan bertanya kepadanya kapan dia akan pulang untuk makan malam, atau untuk bermain game bersama. Tapi hari ini tidak seperti biasanya Sam malah langsung pergi begitu saja.
“Dasar, anak itu”
Jayden menggelengkan kepala, lalu memutar balik mobilnya menuju gerbang, sekarang dia harus kembali ke kantor karena ada pekerjaan yang harus dia selesaikan hari ini.
Disisi lain Sam disambut hangat oleh Neta, Neta segera menghampiri Sam dengan segelas jus mangga ditangannya. Tapi segera ditepis oleh Sam hingga segelas jus tersebut jatuh dan gelasnya pecah.
“Jangan sok peduli dasar pembunuh” bentak Sam matanya memerah dan raut mukanya terkesan marah.
Dada Net nyeri, kalimat itu begitu menyakiti hatinya. Tentu saja Sam membencinya mau tak mau Neta tidak bisa menyangkal bahwa kata-kata tersebut akan keluar dari mulut Sam. Namun sejujurnya Neta lebih terima kata-kata kasar dari mulut Sam dari pada kata pembunuh itu sangat membuat hatinya sakit.
Kata-katamu lebih sakit dari pada hukuman Papa mu Sam
Setelah mengatakan itu, Sam segera pergi dan mengunci dirinya dalam kamarnya. Sam sudah tidak perduli dengan tangan Neta yang berdarah karena sayatan tajam dari gelas yang pecah, ataupun tangisan tanpa suara Neta.
Neta terduduk kaku dilantai. Menatap nanar punggung lebar anaknya yang sudah menggilang dibalik kamarnya.
“Maafkan mama nak, Mama memang pembunuh”
Lirih Neta dan tangisnya semakin membasahi pipinya.
***
Sejak pulang dari sekolah Sam terus mengurung dirinya di dalam kamar. Neta sudah berdiri di depan pintu kamar sang putra ragu untuk mengetuk pintunya. Namun di sisi lain dia juga takut anaknya sakit karena dari siang tidak ada sesuap nasi yang mampir di perutnya.
Setelah beberapa kali menghela nafasnya Neta memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Sam.
“Sam, sayang mama mohon buka pintu nya nak. Kamu belum makan dari siang, nanti kamu sakit Sam” Panggil Neta namun tidak ada sautan dari dalam kamar Sam.
“Sam, sayang buka pintunya nak”
“Sam”
“Samuel?”
Pada ketukan ketiga Sam membuka pintu kamarnya. Sudut bibir Neta membentuk lengkungan karena anaknya akhirnya membuka pintunya.
Neta memasukin kamar Sam “Mama bawain kamu makan malam sama susu coklat” Neta menata makanan dan cemilan yang dia bawa dari bawah ke meja belajar Sam yang sekarang alih fungsi untuk sementara waktu.
“Gue nggak laper” jawab Sam dingin sambil bersandar ditembok dan kedua tangannya disilangkan didepan dada.
“Kamu belum makan dari siang, Mama mohon kamu makan sedikit saja” Neta memohon kepada Sam dengan muka melasnya “Mama nggak mau kamu sakit sayang” jelas Wanita berumur 34 tahun itu khawatir dengan anaknya.
“Gue nggak laper Neta. Gue bilang kagak ya kagak. Sekarang lo keluar dari kamar gue buruan, sambil bawa makanan lo itu”
“Kamu boleh marah sama Mama, tapi jangan sampai kamu siksa diri kamu Sam, dengan cara
nggak makan. Kalau kamu nggak makan, bagaimana bisa kamu balas dendam sama saya? Untuk masalah tadi pagi, saya minta maaf dari hati saya, juga untuk kematian bunda kamu saya juga minta maaf. Sekarang makan ya walau hanya sesuap”Tolong jangan baikin gue Neta
Teriak Sam dalam hatinya. “Iya gue makan, tapi lo keluar dari kamar gue buruan”
Rasa khawatir Neta menguap seketika, Neta tidak bisa menahan senyumnya. “bagus, kalau begitu saya keluar” Neta keluar sambil menepuk pundak Sam.
Anjir, malah senyum ahhhh bangsat
umpat Sam dalam hati. Sejujurnya rasa benci Sam semakin hari semakin berkurang karena perhatian dari Neta. Namun Sam saja yang masih menyangkal perasaan itu.”Makan sesuap aja, biar Neta makin ngerasa bersalah” monolog Sam sambil memakan sesuap nasi dengan ayam bakar dan sayur brokoli.
Namun sesuap demi sesuap Sam masukan semua makan yang ada di meja belajarnya ke dalam perutnya. Sebenarnya Sam laper cuman gengsi aja tu anak. Tak hanya makan malamnya yang sudah habis, susu dan buah juga sudah berpindah dari piring ke perutnya.
“Lah kok abis sih? Pasti setan yang ikutan makan” kembali Sam bermonolog dengan dirinya sendiri.
***
Selesai mengantar makan malam untuk Sam, Neta duduk di ruang tamu, mala mini dia memutuskan untuk tidur disini sambil menunggu Jayden pulang dari kantornya. Neta meraba dada kirinya
“Kak Salma? Apa kau tidak khawatir dengan suami mu?” monolog Neta sambil merasakan detak jantungnya.
“Papa Sam, kenapa kamu belum pulang?” rasa khawatir pada Sam sudah mereda, namun berganti dengan rasa khawatir pada Papa Sam.
Neta akui selama lima belas tahun hidup bersama Jayden layaknya sepasang suami istri, Neta menaruh perasaan pada Jayden Anthonie. Bohong jika seorang Wanita yang telah tinggal bersama seorang pria selama bertahun-tahun dalam atap tanpa cinta, terlebih Neta yang sudah menyerahkan semuanya termasuk kesuciannya. Neta sangat mencitai Jayden.Siapa yang tidak akan jatuh dalam pesona pria dingin itu? Neta salah satunya yang terperangkap dalam pesona Papa Sam. Pesona duren sawit Duda keren sarang duit. Begitu beberapa orang memanggilnya.Neta berumur sembilan belas tahun usia yang masih tergolong muda untuk menjadi ibu. Memang bukan ibu kandung, melainkan ibu sambung dari Samuel. Selama lima belas tahun terakhir Neta merawat Sam dengan sepunuh hati layaknya ibu yang melahirkan Sam. Neta bahkan melakukan kewajiban layaknya seorang istri untuk Jayden dengan status dirinya dan Jayden belum menikah. Iya belum menikah. Neta tak bisa menolak ataupun mengi
“Kamu kemana sih Papa Sam? Sudah seminggu nggak pulang ke rumah? Ini juga sudah tengah malam, tapi kamu nggak pulang ke rumah”Neta merasa khawatir karena Papa Sam, alias Jayden Anthonie tidak pulang selama seminggu terakhir. Beberapa jam yang lalu dia menghubungi Avi sekretaris Jayden, dia mengatakan bahwa Jayden tidak masuk ke kantor selama seminggu terakhir ini dan semua pekerjaan dia serahkan kepada David orang kepercayaan Jayden.Ingin rasanya Neta menelefon Jayden untuk menanyakan kabar dirinya, namun keberaniannya tidak cukup untuk melakukan itu. Jangankan menelefon, sekedar chat aja dia nggak berani.Perasaan cemas, dan khawatir menjadi satu. Jadilah Neta overthingking malam ini, Neta ingin menghilangkan overthingkingnya namun tidak bisa. Neta takut Jayden menemukan pengganti Salma itulah bahan overthingking Neta, yang coba Neta tepis jauh-jauh.Tapi Neta tidak pernah berfikir ada sosok peremuan yang akan menggantikan tugasnya merawat
Subuh pukul empat pagi, Jayden pulang setelah seminggu menghabiskan waktu bersama Natasha. Neta yang telah terlelap dalam tidurnya tidak menyadari bahwa sang tuan telah kembali ke rumah. Pagi ini diruang makan rumah keluarga Anthonie hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring. Terlihat Neta yang sibuk melayani sepasang ayah dan anak yang sedang menikmati sarapan mereka. Jayden segera menuntaskan sarapannya, karena ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini juga. Sedangkan Sam sangat menikmati sarapannya dengan tenang. Selama melayani sarapan Jayden, ada sesuatu yang menganjal pikiran Neta. Papa Sam pulang jam berapa semalam? Terus dimana saja dia tidur seminggu ini?. Ingin rasanya Neta bertanya namun kenyataanya Neta tidak memiliki keberanian untuk itu semua. Jayden berdiri begitu sarapannya selesai. Netranya menatap Neta yang tengah menuangkan susu coklat untuk Sam. “Ehem…” dehem Jayden untuk mendapatkan
Neta mengetuk pintu ruangan dengan nomor 4 tersebut selama tiga kali, setelah mendapatkan izin untuk masuk dari dalam sana. Neta baru masuk kedalam ruangan.Yang pertama kali Neta lihat di ruangan tersebut adalah anak remaja laki-laki seusia Sam. Dapat Neta lihat beberapa luka yang sudah diobati juga tangan kirinya yang sedang diperban. Sepertinya Sam keteralaluan kali ini.“Anda siapa?” Tanya Travis, dia kebingungan bidadari mana yang bertamu di ruang rawatnya.Neta tersenyum hangat lalu mengulurkan tangannya “perkenalkan saya Agneta Kaluna, Mama dari Samuel Anthonie”Tentu saja Travis kaget mengetahui fakta bahwa Sam mempunyai Mama secantik dan semuda Neta. “Saya Travis, tante kesini untuk apa ya?”“Tante kesini, untuk meminta maaf atas nama Samuel” Neta mengelus punggung tangan Travis yang terbebas dari gips. “Orang tua kamu dimana nak? Saya juga ingin minta maaf terhadap orang tua kamu
Sam, buru-buru keluar dari mobil begitu menyadari bahwa dirinya telah sampai dirumah. Sedari tadi Sam yang udah laper dan mengantuk hanya diam, mengabaikan pertanyaan Neta. Sam sedikit melirik Neta dengan ekor matanya. Sam mengetahui bahwa Neta tengah merasa bersalah karena sikapnya yang seketika dingin. Sam sengaja, dia balas dendam kepada Neta. Hal ini dilakukan Sam karena selama dirumah sakit, Neta hanya mengajak bicara Travis sedangkan dirinya terabaikan oleh Neta. “rasain gak enak kan gue cuekin” batin Sam Sam menaiki tangga menuju kamarnya, Neta dari tadi mengikuti kemana Sam pergi. Tiba-tiba Sam berhenti dan berbalik menatap kearah Neta. Neta yang tidak melihat jalan di belakangnya menabrak dada Sam. Sam melepas jaketnya, melemparnya kearah Neta. “tolong cuciin! Besuk mau gue pake lagi” Neta memunggut jaket dengan bercak darah punya Travis lalu menatap Sam “Iya Nak, Mama cuciin” namun jawaban dari Neta tak dihiraukan oleh Sam.
Neta memastikan Sam sudah benar-benar menuju alam mimpi, dengan perlahan Neta melepaskan pelukan Sam pada dirinya dan menggantinya dengan guling. “Good night my angel, have nice dream” kecup Neta pada kening Sam. Kebiasaan yang sudah lama tidak dia lakukan beberapa tahun terakhir ini.Baru saja keluar dari kamar Sam, Neta sudah dicegat oleh Jayden. “langsung masuk kamar saya” perintah sang tuan. Sudah dapat Neta pastikan aka nada ‘hukuman’ part dua yang sudah menantinya. Sedangkan Jayden turun ke lantai satu. Mungkin mengambil peralatan untuk menyiksanya, pikir NetaNeta mematuhi perintah dari Jayden, memasukin kamar Jayden yang berhawa dingin. Kamar bernuansa hitam terasa sangat kelam, gelap dan menyeramkan. Karena tidak ada sofa untuk dirinya duduk, Neta memutuskan untuk duduk dilantai.Tak berselang lama, Jayden datang membawa kantong putih entah isinya apa, “Astaga, ngapain duduk disitu?” tanya Jayden heran, ad
Sudah pukul tujuh sore, Sam masih belum pulang dari sekolah. Neta sudah menghubungi Travis dan bertanya mengenai keberadaan Sam namun Travis menjawab tidak mengetahui Sam berada.Tidak hanya menelefon Travis, Neta juga menelefon Papanya Sam alias Jayden namun sampai sekarang masih belum diangkat. Hati ibu mana yang tidak tenang ketika anak tersayang tidak kunjung pulang padahal hari sudah mulai malam.Neta hanya bisa mondar-mandir di depan teras rumah agar ketika Sam datang dia bisa langsung mengetahuinya.Penantian Neta membuahkan hasil, setengah delapan malam range rover milik Jayden memasuki halaman rumah mereka. Neta segera menghampiri mobil tersebut begitu sampai tepat di depan rumah.Sam membuka pintu penumpang dan wajah lelah miliknya langsung menyambut Neta. “Kamu nggak papa Sam?” tanya Neta khawatir dan Sam terus berjalan tanpa menanggpi pertanyaan dari Sam.Bukan Neta Namanya kalau menyerah begitu saja, Neta berjalan
Setelah bertemu dengan mendiang sang istri dalam halusinasinya, Jayden sikapnya berubah menjadi lebih ‘lembut’ baik terhadap Neta, Sam dan karyawan dikantornya.Seperti saat ini, Jayden lembur pada hari sabtu, berhubung Sam masih dalam masa hukumannya, Dia dipaksa oleh Jayden untuk ikut dengannya mengerjakan urusan kantor.Jayden yang sudah rapi, harus membangunkan Sam, sedangkan Sam dihari weekend kegiatannya adalah simulasi menjadi jenazah alias tidur seharian dan tidak boleh ada yang menganggu dirinya.“Sam, bangun ikut Papa ke kantor. Kita lembur hari ini”Sam masih tetap terlelap tanpa terganggu sama sekali, Jayden menggelengkan kepalanya karena anaknya benar-benar simulasi menjadi jenazah.“Sam, bangun atau Papa potong uang jajan kamu selama dua bulan” Sam membuka matanya, namun kembali menutupnya dan menarik selimutnya sebatas leher.“Astaga ini anak, kebo bener” Jayden jadi frustasi sen
Samuel Anthonie anak sulung dari Jayden Anthonie, arsitek muda yang sudah berhasil membangun studio miliknya sendiri tanpa embel-embel nama belakangnya. Tiga belas tahun hidup tanpa figure seorang Mama menjadikan Sam pribadi yang tertutup. Termasuk dalam urusan percintaan.Bahkan sering kali Papanya bertanya kepada Sam “Kak? Kamu masih suka perempuan kan?”“Astaga Papa, Sam masih suka sama perempuan. Ya kali aku belok Pa, Sam masih normal kok” Sam yang sedang menggambar design rumah sang client menghentikan aktivitas sementaranya hanya untuk menjawab pertanyaan nyeleneh dari sang Papa.“Terus kenapa belum ada perempuan yang Kakak bawa ke rumah? Papa seumuran kamu udah gendong kamu lo”Sam tersenyum, usia Sam hampir mencapai kepala 3. Namun dia masih belum memikirkan kehidupan percintaannya “Tapi Papa cerai kan?”“Mulut mu makin hari makin tajam ya Sam. Papa cerai karena kematian Bunda mu ya&rdqu
Weekend di kediaman Anthonie hanya berisikan El dan juga Leo, anggota keluarga yang lainnya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Contohnya Mama Neta sedang menemani Papa Jay melakukan tinjauan langsung ke proyek baru Papa. Sedangkan anak tertua dari keluarga Anthonie, alias Sam sedang merebut hati sang pujaan hati.“Pagi El” sapa Leo yang baru saja keluar dari kamarnya.“Pagi Le” El sedang menggoreng telur untuk sarapan keduanya. “Mau telur goreng sama nugget nggak Le? Mama nggak sempet masak karena Papa ngajak ke proyek dadakan kaya tahu bulat”“Weits, akan ada badai kah hari ini? celetuk Leo yang sudah menyiapkan piring di meja makan untuk sarapan dia dan juga El.“Kenapa Le? Emangnya mendung? Orang cerah banget pagi ini” tanya El“Ya karena adek gue satu-satunya mau masak sarapan buat Kakaknya tersayang” Leo langsung mengelus surai dari El. Namun kepala Leo segera mendapatkan jita
Beberapa minggu setelah acara pemakaman Ibu dari Jayden, suasana masih sendu bahkan Jayden tidak berangkat ke kantor untuk beberapa hari. “Mas, hari ini kerja?” Tanya Neta yang baru saja terbangun dalam dekap hangat Jayden.“Em, entahlah” bukannya menjawab Jayden mengeratkan pelukannya pada sang istrinya.Neta mengelus surai hitam milik suaminya “Hidup tetap harus berjalan Mas. Mama pasti sedih kalau lihat anak semata wayangnya menangisinya berlebihan dan nggak mau bangkit”Kedua mata Jayden bertemu dengan mata teduh istrinya, perkataan Neta ada benarnya. Hidup tetap harus berjalan meskipun sang Ibu telah berpulang “Tugas Mama sudah selesai Mas, tapi tugas kita di dunia masih belum selesai. Jadi yuk berangkat kerja, sudah sepuluh hari pekerjaan kamu di kerjain sama Jun”“Okay, aku ke kantor hari ini” putus Jayden.Senyum Neta melebar seketika “Nah, yuk mulai dari bangun dari tempat t
Semua persiapan pernikahan Jayden dan Neta sudah seratus persen. Pernikahan diadakan di kapel kecil yang terletak tidak jauh dari rumah sakit tempat di mana Marry dirawat.“Wow” satu kata yang keluar dari mulut Leo. Dia sangat terpesona dengan kecantikan alami yang terpancar dari wajah Mamanya. Ditambah dengan polesan make tipis membuat inter beauty Neta sungguh keluar.“Mama jeleknya?”Leo menggelengkan kepalanya menolak perkataan dari sang Mama “Mana ada Mama Leo itu, wanita paling cantik yang pernah Leo temui tahu”“Iya Mama tahu” Neta tersenyum lembut pada putranya “Lele, boleh Mama peluk kamu?” tangan Neta membentang untuk menerima pelukan dari sang putra.“Sure Mama” Leo segera memeluk Mamanya erat “Mama, bahagia?” Pertanyaan yang membuat Mamanya berpikir sejenak.“Mama bahagia kalau Lelenya Mama bahagia” Neta memeluk Leo semakin erat &ldquo
Malamyangdinginsemakindingindenganbungkamnyakeduaorangyang
Pemuda itu tengah duduk di balkon kamar milik sang Mama, isi kepalanya tengah berdebat dengan suara hatinya. Kepala menginginkan untuk pergi, namun hati meminta untuk tetap tinggal dan merasakan kehangatan keluarga yang utuh.“Melamun apa hayo” kini seorang gadis menempelkan minuman dingin ke pipinya. “Mikir apa sih?”“Astaga, El kalau mau masuk ketuk pintu dulu ihh” Jantung Leo dari dada kiri pindah ke mata kaki. Namun tetap menerima minuman dingin dari El.El memamerkan deretan gigi putih miliknya “Siapa suruh melamun, aku udah ketuk pintu tapi kamu nggak jawab, ya udah aku masuk aja. Mikir apa sih?”“Aku bingung”“Kenapa?”“Bingung, mau pulang atau tetap disini”El merangkul pundak Leo “Ikuti kata hati kamu, dia yang tahu apa yang terbaik untuk kamu” Leo mengangguk menerima nasihat dari El &ldquo
Belum ada lima menit dia sampai di rumah sakit, remaja yang tengah memakai celana jeans yang dipadukan dengan kaos polos berwarna hitam itu memegang erat tangan sang Mama.“Ma, Lele mau pulang” lirihnya pada Neta.Kakinya serasa berat menuju kamar inap sang Nenek dari pihak Papanya. “Lele, ayo ketemu dulu baru kita pulang” Neta mencoba menenangkan putranya.“Lele takut, Lele tidak diterima. Lele nggak sekuat Mama” Bisik Leo, menumpahkan rasa takutnya.Neta memeluk putranya yang kini badannya bergetar menahan tangisnya “It’s okay anak Mama. Semua akan berjalan baik-baik saja. Setelah ketemu sama Nenek kamu kita benar-benar akan pulang ke Jogja”Leo mengatur nafasnya, mencoba menenangkan hati dan pikirannya. Neta setia menemani putranya untuk mengatur nafas dan menunggu dia siap bertemu dengan neneknya.“Mam, I’m ready. Tapi janji setelah ini semua kita balik ya. Aku nggak mau d
Dia hanya duduk terdiam di ranjang Mamanya, matanya mengikuti kemana kedua orang tuanya yang sibuk memasukan barang ke dalam koper. Ia sama sekali belum menanyakan kemana mereka akan pergi. Karena seingatnya yang pergi hanya Papanya dan dia belum siap untuk bertemu dengan saudara lainnya.“Kita mau kemana Ma?” tanyanya saat mereka sudah berada di ruang tunggu bandara.“Ke Jakarta?”Leo berdiri seketika “Leo belum siap Ma”“Mama tahu sayang, kamu belum siap. Tapi ini benar-benar penting” Neta tersenyum lembut “Leo mau ketemu nenek?”“Mau tapi Lele belum siap”Neta merengkuh Lele dalam dekapnya “Semoga ini bukan menjadi satu-satunya kesempatan Lele untuk bertemu dengan nenek ya. Tapi kali ini Lele harus bertemu dengannya”“Kenapa?” banyak sekali pertanyaan yang ada di dalam kepala Lele saat ini. Dan ini semua terlalu cepat baginya.
Jayden membuka matanya begitu mendengar suara isakan kecil dari Leo yang kebetulan kamarnya ada disebelahnya.Sebelum bangkit dari ranjang, Jayden memindahkan terlebih dahulu kepala Neta dari dada bidangnya ke bantal di belakangnya. Setelah Neta merasa nyaman dengan posisi barunya. Jayden bangkit dari ranjang dan menuju kamar sang putra.Ternyata Leo belum bangun namun bibir mungilnya terus saja merengek, dan dahinya terpenuhi dengan peluh. Sepertinya sang putra sedang mimpi buruk.“Anak Papa”Jayden merebahkan dirinya di samping sang putra lalu mendekapnya, dan memberikan ciuman diseluruh wajah Leo.“Nak, bangun sayang”Begitu mendengar bisikan sang Papa, kedua Netra Leo langsung terbuka dan memeluk sang Papa.“Pa, takut” lirihnya“Ada Papa disini nak. Nggak usah takut, itu hanya mimpi ya”Leo terisak mengingat mimpi yang sangat buruk me