Neta mengetuk pintu ruangan dengan nomor 4 tersebut selama tiga kali, setelah mendapatkan izin untuk masuk dari dalam sana. Neta baru masuk kedalam ruangan.
Yang pertama kali Neta lihat di ruangan tersebut adalah anak remaja laki-laki seusia Sam. Dapat Neta lihat beberapa luka yang sudah diobati juga tangan kirinya yang sedang diperban. Sepertinya Sam keteralaluan kali ini.
“Anda siapa?” Tanya Travis, dia kebingungan bidadari mana yang bertamu di ruang rawatnya.
Neta tersenyum hangat lalu mengulurkan tangannya “perkenalkan saya Agneta Kaluna, Mama dari Samuel Anthonie”
Tentu saja Travis kaget mengetahui fakta bahwa Sam mempunyai Mama secantik dan semuda Neta. “Saya Travis, tante kesini untuk apa ya?”
“Tante kesini, untuk meminta maaf atas nama Samuel” Neta mengelus punggung tangan Travis yang terbebas dari gips. “Orang tua kamu dimana nak? Saya juga ingin minta maaf terhadap orang tua kamu”
“Papa sedang ada rapat tante, katanya satu jam lagi saya baru akan dijemput”
“Jadi kamu sendirian disini?”
“Iya tante”
“Baik, tante bakal nungguin kamu sampai Papa kamu datang”
“Makasih tante”
Travis terkesima dengan kecantikan Neta. Travis bertanya kepada dirinya sendiri, ‘Sam dimasa lalu pernah menyelamatkan dunia dari serangan alien kali ya. Makanya punya Mama secantik tante Neta’
“Nak Travis? Kenapa melamun?” Neta mengibaskan tangannya di depan muka anak remaja seusia putranya.
“Tante cantik” kata Travis sambil memasang senyum ceria.
Tiba-tiba pintu dibuka dengan kasar oleh remaja tak lain dan tak bukan dia adalah Samuel. Remaja itu tengah melirik tajam remaja yang tengah terbaring di bankar rumah sakit.
“HEY GUE TAHU YA, GOBLOK TU GRATIS TAPI JANGAN DIBORONG SEMUA DONG. MASA IYA EMAK GUE LU EMBAT JUGA SIH”
“NGAPAIN LO MASUK” Travis ikut berteriak sambil membalas tatapan tajam dari Samuel.
“MAU JEMPUT EMAK GUE, KENAPA PROTES?”
Neta bergantian menatap Sam dan Travis, kedua pemudah yang tengah dimasa puber sedang mengibarkan bendera perang. Neta yakin kalau tidak segera dipisah, bisa jadi keduanya bisa berantem ronde kedua.
“Travis, tante minta maaf atas tingkah Sam” Neta berdiri diantara keduanya agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Kebingungan tampak jelas di raut muka Travis “Kenapa tante yang minta maaf? Harusnya dia” ucapnya sambil menunjuk kearah Sam.
“Cih, sok akrab panggil tante. Emangnya emak gue istri om nya kali”
Neta menatap Sam dengan tatapan galaknya, lalu mendekati sang putra dan membisikan kata “kamu diem deh Sam, atau tolong keluar sekalian. Jangan mancing emosinya Travis. Atau Mama hubungin Papa kamu? Pilihan ada ditangan kamu. Kamu keluar atau tatap di dalam asal diem”
“Okay Sam didalam, diem nggak gangguin Travis” Sam mengumpat dalam hati dan memilih untuk menjatuhkan diri di sofa. Sedangkan Neta masih setia berdiri di samping bangkar Travis.
“Nak Travis, tante mungkin nggak tahu masalah apa yang terjadi diantara nak Travis dengan putra tante. Saya juga tidak mau tahu siapa yang mulai duluan. Tapi sebagai Ibu dari Samuel, saya berharap kalian bisa berbaikan dan menjadi teman. Sebenarnya Sam, anak yang manis. Namun terkadang emosinya agak sulit untuk dikontrol”
“Apa…” baru saja Sam akan menyangkal perkataan Neta, namun nggak jadi soalnya Neta sudah kembali menatap Sam dengan tatapan tajamnya. “Sam, diem atau Mama kasih tahu Papa?”
“Iya, Sam diem”
Travis tertawa namun dia tahan, baru kali ini jagoan sekolah takut sama ancaman seorang Mama.
“Travis usahakan tante, Travis udah maafin Sam. Tapi kalau jadi temen Sam kayaknya mustahil deh”
“Makasih ya nak”
“iya sama-sama”
Neta duduk disamping Sam “Kita kapan pulang? Aku laper”
“Sebentar ya Sam, kita nunggu Papa dari Travis buat jemput Travis”
Tidak sampai satu jam Papa dari Travis sudah datang untuk menjemput putranya kembali ke rumah.
“Papa telat hampir dua jam” celetuk Travis begitu melihat Papanya di depannya.
Pria yang awalnya sedikit terkejut dengan adanya Sam dan Neta, namun rasa kagetnya hanya sementara, Pria itu memutuskan untuk mendekati Travis terlebih dahulu. Dengan sengaja menarik telinga Travis dengan keras.
“Papa…. Sakit, Papa lepasss Paaaa. Nanti kuping Travis copot gimana?” rengek Travis kepada Papanya.
“Travis, astaga bisa tidak nggak buat Papa susah sehari aja? Kali ini apa lagi sih Kakak? Point kamu udah berapa? Papa bodo amat ya kalau Kakak dikeluarin dari sekolah” bukannya melepas jewerannya, Papa Travis semakin kuat menarik telinga putranya yang cukup memerah.
“Papa, ampun Pa. ini yang terakhir kali”
Neta yang tidak tega dengan, akhirnya memutuskan untuk menengahi pertikaian antara Ayah dan Anaknya. “Maaf, sebenarnya Tuan ini semua bukan sepenuhnya salah nak Travis. Saya atas nama Samuel meminta maaf karena Anak saya keterlaluan hingga Nak Travis mengalami patah tulang dan mendapatkan perawatan yang cukup serius”
Papa Travis melepaskan jeweran putranya. Travis yang sudah terbebas dari hukuman Papanya langsung mengambil jarak dari Papanya sambil tangannya mengusap telinga merahnya.
“Tapi saya yakin Nona, anak nakal ini yang memancing perkelahian dengan adik nona.” Papa Travis sekarang berbicara dengan Neta.
“Adik? Maksud Tuan Samuel?” tanya Neta kebinggungan
“Samuel adik nona bukan?” Papa Travis menunjuk Sam, yang sedang asik bermain dengan ponselnya.
“Sam bukan adik saya Tuan, Sam putra saya” Koreksi Neta
“Ahhh maaf, Saya kira Samuel adik saudara. Perkenalkan saya Harvey Papa dari anak nakal Travis. Dan nama Nona siapa?” Harvey mengulurkan tangannya.
Neta menjabat uluran tangan Harvey “Saya Agneta Kaluna, Mama dari Samuel Anthonie. Senang berkenalan dengan anda”
“Emm, berhubung Papa loe udah datang. Boleh dong gue sama Ibu gue pulang sekarang?” celetuk Sam yang sudah berdiri di belakang Neta.
“Sam” Neta menatap putranya dengan tatapan galak, lalu berbisik dengan putranya “Sam, nggak sopan kaya gitu. Mama nggak pernah ajarin kamu kaya gini ya”
“Sure, Nak Sammy. Kamu dan Ibu mu bisa pulang sekarang. Saya sangat berterimakasih kalian berdua sudah mau menjaga Travis selama saya belum datang” Harvey mempersilahkan pasangan Ibu dan anak tersebut untuk pulang terlabih dahulu.
Sam mengangguk sambil memasang muka datanya, berbeda dengan Neta yang tersenyum manis. Kemudian mendekati Travis dan mengusap kepala anak tersebut “Tante, sama Samuel puluang duluan ya nak. Cepet sembuh”
“Iya tante hati-hati dijalan” Travis berkata sambil melambaikan tangganya kearah Neta
“buruan ihh” Sam sudah merengek.
“Iya sayang, sebentar Mama pamit sama Pak Harvey dulu”
Sebelum keluar dari ruangan tersebut Neta juga tak lupa berpamitan dengan Harvey. Lalu menggandeng tangan putranya.
Sam yang melihat interaksi Travis, dengan Ibunya hanya bisa mengumpat dalam hati.
.
.
.
Sementara itu, diruangan Jayden. Dave membawa laporan harian tentang putranya “Astaga bos, anak loe berulah lagi”
“Kenapa lagi dia?”
“Berantem”
“Siapa yang menang?”
“Jelas anak loe, sampe musuhnya masuk rumah sakit”
Jayden menutup macbook-nya dan memijat kepalanya yang tiba-tiba pening.
Sam, buru-buru keluar dari mobil begitu menyadari bahwa dirinya telah sampai dirumah. Sedari tadi Sam yang udah laper dan mengantuk hanya diam, mengabaikan pertanyaan Neta. Sam sedikit melirik Neta dengan ekor matanya. Sam mengetahui bahwa Neta tengah merasa bersalah karena sikapnya yang seketika dingin. Sam sengaja, dia balas dendam kepada Neta. Hal ini dilakukan Sam karena selama dirumah sakit, Neta hanya mengajak bicara Travis sedangkan dirinya terabaikan oleh Neta. “rasain gak enak kan gue cuekin” batin Sam Sam menaiki tangga menuju kamarnya, Neta dari tadi mengikuti kemana Sam pergi. Tiba-tiba Sam berhenti dan berbalik menatap kearah Neta. Neta yang tidak melihat jalan di belakangnya menabrak dada Sam. Sam melepas jaketnya, melemparnya kearah Neta. “tolong cuciin! Besuk mau gue pake lagi” Neta memunggut jaket dengan bercak darah punya Travis lalu menatap Sam “Iya Nak, Mama cuciin” namun jawaban dari Neta tak dihiraukan oleh Sam.
Neta memastikan Sam sudah benar-benar menuju alam mimpi, dengan perlahan Neta melepaskan pelukan Sam pada dirinya dan menggantinya dengan guling. “Good night my angel, have nice dream” kecup Neta pada kening Sam. Kebiasaan yang sudah lama tidak dia lakukan beberapa tahun terakhir ini.Baru saja keluar dari kamar Sam, Neta sudah dicegat oleh Jayden. “langsung masuk kamar saya” perintah sang tuan. Sudah dapat Neta pastikan aka nada ‘hukuman’ part dua yang sudah menantinya. Sedangkan Jayden turun ke lantai satu. Mungkin mengambil peralatan untuk menyiksanya, pikir NetaNeta mematuhi perintah dari Jayden, memasukin kamar Jayden yang berhawa dingin. Kamar bernuansa hitam terasa sangat kelam, gelap dan menyeramkan. Karena tidak ada sofa untuk dirinya duduk, Neta memutuskan untuk duduk dilantai.Tak berselang lama, Jayden datang membawa kantong putih entah isinya apa, “Astaga, ngapain duduk disitu?” tanya Jayden heran, ad
Sudah pukul tujuh sore, Sam masih belum pulang dari sekolah. Neta sudah menghubungi Travis dan bertanya mengenai keberadaan Sam namun Travis menjawab tidak mengetahui Sam berada.Tidak hanya menelefon Travis, Neta juga menelefon Papanya Sam alias Jayden namun sampai sekarang masih belum diangkat. Hati ibu mana yang tidak tenang ketika anak tersayang tidak kunjung pulang padahal hari sudah mulai malam.Neta hanya bisa mondar-mandir di depan teras rumah agar ketika Sam datang dia bisa langsung mengetahuinya.Penantian Neta membuahkan hasil, setengah delapan malam range rover milik Jayden memasuki halaman rumah mereka. Neta segera menghampiri mobil tersebut begitu sampai tepat di depan rumah.Sam membuka pintu penumpang dan wajah lelah miliknya langsung menyambut Neta. “Kamu nggak papa Sam?” tanya Neta khawatir dan Sam terus berjalan tanpa menanggpi pertanyaan dari Sam.Bukan Neta Namanya kalau menyerah begitu saja, Neta berjalan
Setelah bertemu dengan mendiang sang istri dalam halusinasinya, Jayden sikapnya berubah menjadi lebih ‘lembut’ baik terhadap Neta, Sam dan karyawan dikantornya.Seperti saat ini, Jayden lembur pada hari sabtu, berhubung Sam masih dalam masa hukumannya, Dia dipaksa oleh Jayden untuk ikut dengannya mengerjakan urusan kantor.Jayden yang sudah rapi, harus membangunkan Sam, sedangkan Sam dihari weekend kegiatannya adalah simulasi menjadi jenazah alias tidur seharian dan tidak boleh ada yang menganggu dirinya.“Sam, bangun ikut Papa ke kantor. Kita lembur hari ini”Sam masih tetap terlelap tanpa terganggu sama sekali, Jayden menggelengkan kepalanya karena anaknya benar-benar simulasi menjadi jenazah.“Sam, bangun atau Papa potong uang jajan kamu selama dua bulan” Sam membuka matanya, namun kembali menutupnya dan menarik selimutnya sebatas leher.“Astaga ini anak, kebo bener” Jayden jadi frustasi sen
Minggu pagi ini jadwal Neta untuk ke super market membeli kebutuhan pokok selama satu bulan kedepan.“Maaf ya makan siang kali ini sandwich sama susu aja ya. Mama belum belanja bulanan habis ini Mama mau ke super market buat belanja. Ada yang mau nitip?” Neta meminta maaf terhadap sepasang ayah dan anak tersebut karena makan siang hanya dengan sandwich dan susu saja.Sam yang baru bangun dari sertifikasi jenazahnya membulatkan matanya “Sam ikut Neta, gue mau beli sesuatu”“Okay Sam, habis makan kamu siap-siap. Papa Sam mau nitip sesuatu?” tawar Neta. Namun dijawab dengan gelengan kepala.“Saya nggak nitip, tapi saya juga ikut aja, barang kali ada barang yang akan saya beli nanti disana”“baiklah, segera siap-siap abis makan. Kita cus belanja”“Iyaaa” Jawab Sam dan Jayden secara kompak.Neta sudah siap dengan dress motif bunga, rambutnya yang biasa digerai Neta cep
Neta baru bangun saat matahari sudah mulai naik, jarum sudah menunjukan pukul delapan pagi dan Neta belum melakukan apa-apa. Neta melirik space kosong disebelahnya, ternyata Jayden sudah bangun dan menyisakan tempat kosong disisinya.Begitu sadar Neta langsung loncat dari kasurnya, panik dia. Ini hari senin dan dia kesiangan. Yang pertama dia hampiri adalah kamar Sam. Dan kamar Sam kosong, ‘mungkin Sam sudah berangkat sekolah, bersama Papanya’ monolognya. Akhirnya Neta memutuskan untuk ke kamarnya dan membersihkan dirinya sendiri.Tanpa Neta tahu pasangan ayah dan anak sedang asik bermain basket di lapangan yang terletak tepat di belakang rumah keluarga Anthonie.Mereka saling merebut bola dan menggiringnya ke ring lawan. “Oh iya, Papa nanti sore bakal pergi Singapura selama seminggu untuk perjalanan bisnis” Jayden mengajak berbicara sambari men-drible bolanya.“Ya udah pergi aja, biasanya pergi sebulan juga
Suara riuh memenuhi lapangan indoor basket sekolah, tempat dimana Sam menimba ilmu. Hari ini sekolah Sam melawan sekolah rival untuk menentukan siapa kampiun dari tournament basket tingkat nasional.Sam melirik sekitar bangku penonton dan dia tidak menemukan sosok Neta disana. Neta berjanji dengan dirinya tadi pagi untuk menonton final matchnya kali ini. Sam sudah menyerah karena penghujung waktu permaian ini akan selesai. Namun skor sekolahnya masih dibawah skor sekolah lawan. Yaitu 84 untuk skor sekolah Sam dan 86 untuk skor sekolah lawan.“SAMMY, SEMANGAT” teriakan yang Sam yang kenal tanpa menoleh pun Sam tahu siapa dia. Sam mencari sumber suaranya dan Sam menemukan Neta yang baru saja dengan nafas memburu.Neta ditengah nafasnya yang terengah-engah masih bisa berteriak untuk menyemangatinya. Sam mendapat lemparan bola dari Travis. Teamnya sudah menyerah dan berjalan menuju bangku pemain untuk beristirahat.Namun Sam masih memiliki semanga
“Loe gila bang, bener-bener gila” Arthur hanya bisa menggelengkan kepala begitu selesai mendengar curhatan Jayden.Kyle juga tidak habis pikir dengan Jayden “Saran gue loe pilih salah satu Bang, loe nggak mungkin bisa bagi hati loe untuk dua Wanita”“Gue setuju sama Kyle bang”“Betul bang, loe nggak bisa egois. Lepas Neta terus bahagia dengan Tasha. Atau lepas tasha buat bahagia bareng Neta. Saran gue lepa Tasha sih bang, soalnya Neta udah lama ngurusin loe sama Sammy. Udah tahu kebiasaan loe juga jadi nggak perlu adaptasi” Saran Kevin yang cukup masuk akal.Jayden memijat pangkal hidungnya “Nggak bisa, gue nggak bisa lepas Neta sama Tasha begitu aja. Gue butuh keduanya”“Loe butuh mereka buat apa sih bang? Gue aja punya istri satu si Nina nggak abis-abis bang. Maruk amat loe pengen punya dua”“Loe nggak tahu Kyle gue butuh mereka berdua”Kevin menepuk
Samuel Anthonie anak sulung dari Jayden Anthonie, arsitek muda yang sudah berhasil membangun studio miliknya sendiri tanpa embel-embel nama belakangnya. Tiga belas tahun hidup tanpa figure seorang Mama menjadikan Sam pribadi yang tertutup. Termasuk dalam urusan percintaan.Bahkan sering kali Papanya bertanya kepada Sam “Kak? Kamu masih suka perempuan kan?”“Astaga Papa, Sam masih suka sama perempuan. Ya kali aku belok Pa, Sam masih normal kok” Sam yang sedang menggambar design rumah sang client menghentikan aktivitas sementaranya hanya untuk menjawab pertanyaan nyeleneh dari sang Papa.“Terus kenapa belum ada perempuan yang Kakak bawa ke rumah? Papa seumuran kamu udah gendong kamu lo”Sam tersenyum, usia Sam hampir mencapai kepala 3. Namun dia masih belum memikirkan kehidupan percintaannya “Tapi Papa cerai kan?”“Mulut mu makin hari makin tajam ya Sam. Papa cerai karena kematian Bunda mu ya&rdqu
Weekend di kediaman Anthonie hanya berisikan El dan juga Leo, anggota keluarga yang lainnya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Contohnya Mama Neta sedang menemani Papa Jay melakukan tinjauan langsung ke proyek baru Papa. Sedangkan anak tertua dari keluarga Anthonie, alias Sam sedang merebut hati sang pujaan hati.“Pagi El” sapa Leo yang baru saja keluar dari kamarnya.“Pagi Le” El sedang menggoreng telur untuk sarapan keduanya. “Mau telur goreng sama nugget nggak Le? Mama nggak sempet masak karena Papa ngajak ke proyek dadakan kaya tahu bulat”“Weits, akan ada badai kah hari ini? celetuk Leo yang sudah menyiapkan piring di meja makan untuk sarapan dia dan juga El.“Kenapa Le? Emangnya mendung? Orang cerah banget pagi ini” tanya El“Ya karena adek gue satu-satunya mau masak sarapan buat Kakaknya tersayang” Leo langsung mengelus surai dari El. Namun kepala Leo segera mendapatkan jita
Beberapa minggu setelah acara pemakaman Ibu dari Jayden, suasana masih sendu bahkan Jayden tidak berangkat ke kantor untuk beberapa hari. “Mas, hari ini kerja?” Tanya Neta yang baru saja terbangun dalam dekap hangat Jayden.“Em, entahlah” bukannya menjawab Jayden mengeratkan pelukannya pada sang istrinya.Neta mengelus surai hitam milik suaminya “Hidup tetap harus berjalan Mas. Mama pasti sedih kalau lihat anak semata wayangnya menangisinya berlebihan dan nggak mau bangkit”Kedua mata Jayden bertemu dengan mata teduh istrinya, perkataan Neta ada benarnya. Hidup tetap harus berjalan meskipun sang Ibu telah berpulang “Tugas Mama sudah selesai Mas, tapi tugas kita di dunia masih belum selesai. Jadi yuk berangkat kerja, sudah sepuluh hari pekerjaan kamu di kerjain sama Jun”“Okay, aku ke kantor hari ini” putus Jayden.Senyum Neta melebar seketika “Nah, yuk mulai dari bangun dari tempat t
Semua persiapan pernikahan Jayden dan Neta sudah seratus persen. Pernikahan diadakan di kapel kecil yang terletak tidak jauh dari rumah sakit tempat di mana Marry dirawat.“Wow” satu kata yang keluar dari mulut Leo. Dia sangat terpesona dengan kecantikan alami yang terpancar dari wajah Mamanya. Ditambah dengan polesan make tipis membuat inter beauty Neta sungguh keluar.“Mama jeleknya?”Leo menggelengkan kepalanya menolak perkataan dari sang Mama “Mana ada Mama Leo itu, wanita paling cantik yang pernah Leo temui tahu”“Iya Mama tahu” Neta tersenyum lembut pada putranya “Lele, boleh Mama peluk kamu?” tangan Neta membentang untuk menerima pelukan dari sang putra.“Sure Mama” Leo segera memeluk Mamanya erat “Mama, bahagia?” Pertanyaan yang membuat Mamanya berpikir sejenak.“Mama bahagia kalau Lelenya Mama bahagia” Neta memeluk Leo semakin erat &ldquo
Malamyangdinginsemakindingindenganbungkamnyakeduaorangyang
Pemuda itu tengah duduk di balkon kamar milik sang Mama, isi kepalanya tengah berdebat dengan suara hatinya. Kepala menginginkan untuk pergi, namun hati meminta untuk tetap tinggal dan merasakan kehangatan keluarga yang utuh.“Melamun apa hayo” kini seorang gadis menempelkan minuman dingin ke pipinya. “Mikir apa sih?”“Astaga, El kalau mau masuk ketuk pintu dulu ihh” Jantung Leo dari dada kiri pindah ke mata kaki. Namun tetap menerima minuman dingin dari El.El memamerkan deretan gigi putih miliknya “Siapa suruh melamun, aku udah ketuk pintu tapi kamu nggak jawab, ya udah aku masuk aja. Mikir apa sih?”“Aku bingung”“Kenapa?”“Bingung, mau pulang atau tetap disini”El merangkul pundak Leo “Ikuti kata hati kamu, dia yang tahu apa yang terbaik untuk kamu” Leo mengangguk menerima nasihat dari El &ldquo
Belum ada lima menit dia sampai di rumah sakit, remaja yang tengah memakai celana jeans yang dipadukan dengan kaos polos berwarna hitam itu memegang erat tangan sang Mama.“Ma, Lele mau pulang” lirihnya pada Neta.Kakinya serasa berat menuju kamar inap sang Nenek dari pihak Papanya. “Lele, ayo ketemu dulu baru kita pulang” Neta mencoba menenangkan putranya.“Lele takut, Lele tidak diterima. Lele nggak sekuat Mama” Bisik Leo, menumpahkan rasa takutnya.Neta memeluk putranya yang kini badannya bergetar menahan tangisnya “It’s okay anak Mama. Semua akan berjalan baik-baik saja. Setelah ketemu sama Nenek kamu kita benar-benar akan pulang ke Jogja”Leo mengatur nafasnya, mencoba menenangkan hati dan pikirannya. Neta setia menemani putranya untuk mengatur nafas dan menunggu dia siap bertemu dengan neneknya.“Mam, I’m ready. Tapi janji setelah ini semua kita balik ya. Aku nggak mau d
Dia hanya duduk terdiam di ranjang Mamanya, matanya mengikuti kemana kedua orang tuanya yang sibuk memasukan barang ke dalam koper. Ia sama sekali belum menanyakan kemana mereka akan pergi. Karena seingatnya yang pergi hanya Papanya dan dia belum siap untuk bertemu dengan saudara lainnya.“Kita mau kemana Ma?” tanyanya saat mereka sudah berada di ruang tunggu bandara.“Ke Jakarta?”Leo berdiri seketika “Leo belum siap Ma”“Mama tahu sayang, kamu belum siap. Tapi ini benar-benar penting” Neta tersenyum lembut “Leo mau ketemu nenek?”“Mau tapi Lele belum siap”Neta merengkuh Lele dalam dekapnya “Semoga ini bukan menjadi satu-satunya kesempatan Lele untuk bertemu dengan nenek ya. Tapi kali ini Lele harus bertemu dengannya”“Kenapa?” banyak sekali pertanyaan yang ada di dalam kepala Lele saat ini. Dan ini semua terlalu cepat baginya.
Jayden membuka matanya begitu mendengar suara isakan kecil dari Leo yang kebetulan kamarnya ada disebelahnya.Sebelum bangkit dari ranjang, Jayden memindahkan terlebih dahulu kepala Neta dari dada bidangnya ke bantal di belakangnya. Setelah Neta merasa nyaman dengan posisi barunya. Jayden bangkit dari ranjang dan menuju kamar sang putra.Ternyata Leo belum bangun namun bibir mungilnya terus saja merengek, dan dahinya terpenuhi dengan peluh. Sepertinya sang putra sedang mimpi buruk.“Anak Papa”Jayden merebahkan dirinya di samping sang putra lalu mendekapnya, dan memberikan ciuman diseluruh wajah Leo.“Nak, bangun sayang”Begitu mendengar bisikan sang Papa, kedua Netra Leo langsung terbuka dan memeluk sang Papa.“Pa, takut” lirihnya“Ada Papa disini nak. Nggak usah takut, itu hanya mimpi ya”Leo terisak mengingat mimpi yang sangat buruk me