Minggu pagi ini jadwal Neta untuk ke super market membeli kebutuhan pokok selama satu bulan kedepan.
“Maaf ya makan siang kali ini sandwich sama susu aja ya. Mama belum belanja bulanan habis ini Mama mau ke super market buat belanja. Ada yang mau nitip?” Neta meminta maaf terhadap sepasang ayah dan anak tersebut karena makan siang hanya dengan sandwich dan susu saja.
Sam yang baru bangun dari sertifikasi jenazahnya membulatkan matanya “Sam ikut Neta, gue mau beli sesuatu”
“Okay Sam, habis makan kamu siap-siap. Papa Sam mau nitip sesuatu?” tawar Neta. Namun dijawab dengan gelengan kepala.
“Saya nggak nitip, tapi saya juga ikut aja, barang kali ada barang yang akan saya beli nanti disana”
“baiklah, segera siap-siap abis makan. Kita cus belanja”
“Iyaaa” Jawab Sam dan Jayden secara kompak.
Neta sudah siap dengan dress motif bunga, rambutnya yang biasa digerai Neta cep
Neta baru bangun saat matahari sudah mulai naik, jarum sudah menunjukan pukul delapan pagi dan Neta belum melakukan apa-apa. Neta melirik space kosong disebelahnya, ternyata Jayden sudah bangun dan menyisakan tempat kosong disisinya.Begitu sadar Neta langsung loncat dari kasurnya, panik dia. Ini hari senin dan dia kesiangan. Yang pertama dia hampiri adalah kamar Sam. Dan kamar Sam kosong, ‘mungkin Sam sudah berangkat sekolah, bersama Papanya’ monolognya. Akhirnya Neta memutuskan untuk ke kamarnya dan membersihkan dirinya sendiri.Tanpa Neta tahu pasangan ayah dan anak sedang asik bermain basket di lapangan yang terletak tepat di belakang rumah keluarga Anthonie.Mereka saling merebut bola dan menggiringnya ke ring lawan. “Oh iya, Papa nanti sore bakal pergi Singapura selama seminggu untuk perjalanan bisnis” Jayden mengajak berbicara sambari men-drible bolanya.“Ya udah pergi aja, biasanya pergi sebulan juga
Suara riuh memenuhi lapangan indoor basket sekolah, tempat dimana Sam menimba ilmu. Hari ini sekolah Sam melawan sekolah rival untuk menentukan siapa kampiun dari tournament basket tingkat nasional.Sam melirik sekitar bangku penonton dan dia tidak menemukan sosok Neta disana. Neta berjanji dengan dirinya tadi pagi untuk menonton final matchnya kali ini. Sam sudah menyerah karena penghujung waktu permaian ini akan selesai. Namun skor sekolahnya masih dibawah skor sekolah lawan. Yaitu 84 untuk skor sekolah Sam dan 86 untuk skor sekolah lawan.“SAMMY, SEMANGAT” teriakan yang Sam yang kenal tanpa menoleh pun Sam tahu siapa dia. Sam mencari sumber suaranya dan Sam menemukan Neta yang baru saja dengan nafas memburu.Neta ditengah nafasnya yang terengah-engah masih bisa berteriak untuk menyemangatinya. Sam mendapat lemparan bola dari Travis. Teamnya sudah menyerah dan berjalan menuju bangku pemain untuk beristirahat.Namun Sam masih memiliki semanga
“Loe gila bang, bener-bener gila” Arthur hanya bisa menggelengkan kepala begitu selesai mendengar curhatan Jayden.Kyle juga tidak habis pikir dengan Jayden “Saran gue loe pilih salah satu Bang, loe nggak mungkin bisa bagi hati loe untuk dua Wanita”“Gue setuju sama Kyle bang”“Betul bang, loe nggak bisa egois. Lepas Neta terus bahagia dengan Tasha. Atau lepas tasha buat bahagia bareng Neta. Saran gue lepa Tasha sih bang, soalnya Neta udah lama ngurusin loe sama Sammy. Udah tahu kebiasaan loe juga jadi nggak perlu adaptasi” Saran Kevin yang cukup masuk akal.Jayden memijat pangkal hidungnya “Nggak bisa, gue nggak bisa lepas Neta sama Tasha begitu aja. Gue butuh keduanya”“Loe butuh mereka buat apa sih bang? Gue aja punya istri satu si Nina nggak abis-abis bang. Maruk amat loe pengen punya dua”“Loe nggak tahu Kyle gue butuh mereka berdua”Kevin menepuk
Ekspetasi Neta beneran terjadi, hari ini dia menjadi baby sitter untuk kedua bayi besarnya yang sedang berbaring karena sakit. “Neta, peluk. Nggak bisa tidur kalau nggak dipeluk” Bayi besar nomor dua Neta sedang meminta perhatian Neta. “Sini baring disebelah Sammy” sambungnya. Neta menghentikan aksi memijat Jayden untuk sementara waktu, karena anaknya susah untuk terlelap. “Saya ngeloni Sammy dulu” “Tapi saya juga sakit lo Neta” Jayden merengek kepada Neta. Neta merotasi kedua bola matanya. “Lima menit saja, saya pastikan Sam terlelap” “Bener lima menit” “Iya Papa Sam” Okay Jayden sedikit mereda tingkat rewelnya, sekarang Neta sudah berbaring di samping Sam, tangannya menepuk pelan paha Sam sementara mulutnya melantukan nada lembut untuk mengantarkan Sam terlelap. “Neta, udah izinin Sam kan hari ini nggak masuk karena sakit?” “Sudah Sam, Mama tadi sudah telefon Travis untuk izinin Sam” “Makasih Neta”
Pukul empat pagi Neta sudah berada di depan wastafel kamar mandi miliknya untuk mengeluarkan isi perut yang sedari bergejolak.Namun yang keluar hanyalah air “Kemarin kamu ngerjain Papa kamu, sekarang kamu ngerjain Mama ya nak? Pagi-pagi udah bangunin Mama” Neta berjalan menuju kasurnya sembari mengelus perutnya lembut.“Kamu mau kasih tahu ya, kalau kamu udah tumbuh di dalam Rahim Mama?” Neta masih setia berdialog dengan kandungannya. “Bantu Mama buat sembunyiin keberadaan kamu dari Papa ya nak”“Maaf ya sayang. Mama belum bisa periksa kamu ke dokter. Tapi Mama janji kita bakal segera bertemu okay”Neta berjalan menuju almarinya, membuka salah satu laci yang terkunci dengan perlahan. Lalu mengangkat kotak dan membukanya perlahan.Di dalam kotak tersebut ada tiga foto hitam putih “Hai, anak-anak Mama. Maaf jarang menyapa kalian” ketiga foto itu adalah hasil USG dari kehamilan Neta yang seb
Neta sedang menunggu kuenya matang, sembari membuat bumbu bakaran untuk makan malam nanti. Mendengar langkah kaki yang menuju padanya Neta langsung menoleh dan menemukan Sam.“Eh jangan dikucek matanya” Neta memperingati Sam untuk tidak mengucek matanya “nanti merah Sam”Sam mendekat kearah Neta dan memeluknya “Masih ngantuk”Neta mencuci tangannya, lalu mengeringkannya “Bayi gedenya Mama” Dengan lembut Neta mengusap kepala Sam.“Mau kue? Kayaknya udah mateng tu kue Mama”“Nanti aja deh” Sam masih memeluk Neta.“Duduk dulu Sam, kamu berat” Neta mendudukan Sam ke bangku, rada sakit badannya menanggung beban seberat lima puluh lima kilo dipundaknya.Jayden datang dengan kaos putih dan celana pendek hitam “Astaga anak bujang masih ngantuk. Jadi main ke pantai nggak nih? Katanya mau lihat sunset” Jayden duduk disebelah Sam.“Ngantu
‘Haaah’Hembusan nafas panjang Jayden siang itu terdengar berulang kali, dia capek dengan dokumen yang harus dia review. “Ini dokumen kapan habisnya?” keluh Jayden.Sibuk dengan dokumen kembali menyita waktu Jayden di kantor. Mata Jayden Kembali terarah ke layar computer yang menampilkan data-data perusahaan. Sesekali ada beberapa karyawan yang membutuhkan tanda tangan dibereberapa dokumen penting lainnya.Sedangkan diluar kantornya ada Jun yang sedang berbicara dengan Wanita cantik berwajah mirip dengan bosnya. Marry Anthonie mendatangi perusahaan anaknya.“Apa yang Mami lakukan diperusahaanku?” tanya Jayden ramah sembari mempersilahkan Maminya untuk duduk.“Hanya berkunjung, sekaligus meminta penjelasan” Dengan angun Marry duduk di sofa panjang sedangkan Jayden duduk di hadapnya.“Penjelasan?”“Kamu, waktu kunjungan bisnis ke Singapura bersama Tasya?” tanya Marr
Di dalam taxi hanya ada keheningan, Sam dan Neta tidak berniat untuk membuka suara. Bahkan Neta sudah terlelap dalam kesedihannya.Sam melihat Neta yang menangis mengusap air mata Wanita yang telah membersarkan dirinya.“Loe pasti sedih ya Neta”Jalanan sepi malam ini “Pak, bisa ngebut? Saya ingin segera sampai di rumah” Sam meminta supir untuk menambah kecepatan mobil yang mereka kendarai.“Baik Mas” Supir segera menekan pedal gas nya makin dalam. Tiba-tiba ada mobil dari arah kanan melaju dengan cepat namun tak terkendali. Kecelakaanpun tak terhindarkan saat ini, dan naasnya Sam yang duduk di bangku penumpang sebelah kanan tak sadarkan diri dengan darah yang terus mengalir dari tubuhnya.Sedangkan Neta sudah tidak sadarkan diri namun keadaannya tidak separah Samuel. Tak lama ambulance datang untuk mengevakuasi korban.Sam langsung dilarikan ke UGD begitu pula dengan Neta dan supir taxi yang menjadi korba
Samuel Anthonie anak sulung dari Jayden Anthonie, arsitek muda yang sudah berhasil membangun studio miliknya sendiri tanpa embel-embel nama belakangnya. Tiga belas tahun hidup tanpa figure seorang Mama menjadikan Sam pribadi yang tertutup. Termasuk dalam urusan percintaan.Bahkan sering kali Papanya bertanya kepada Sam “Kak? Kamu masih suka perempuan kan?”“Astaga Papa, Sam masih suka sama perempuan. Ya kali aku belok Pa, Sam masih normal kok” Sam yang sedang menggambar design rumah sang client menghentikan aktivitas sementaranya hanya untuk menjawab pertanyaan nyeleneh dari sang Papa.“Terus kenapa belum ada perempuan yang Kakak bawa ke rumah? Papa seumuran kamu udah gendong kamu lo”Sam tersenyum, usia Sam hampir mencapai kepala 3. Namun dia masih belum memikirkan kehidupan percintaannya “Tapi Papa cerai kan?”“Mulut mu makin hari makin tajam ya Sam. Papa cerai karena kematian Bunda mu ya&rdqu
Weekend di kediaman Anthonie hanya berisikan El dan juga Leo, anggota keluarga yang lainnya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Contohnya Mama Neta sedang menemani Papa Jay melakukan tinjauan langsung ke proyek baru Papa. Sedangkan anak tertua dari keluarga Anthonie, alias Sam sedang merebut hati sang pujaan hati.“Pagi El” sapa Leo yang baru saja keluar dari kamarnya.“Pagi Le” El sedang menggoreng telur untuk sarapan keduanya. “Mau telur goreng sama nugget nggak Le? Mama nggak sempet masak karena Papa ngajak ke proyek dadakan kaya tahu bulat”“Weits, akan ada badai kah hari ini? celetuk Leo yang sudah menyiapkan piring di meja makan untuk sarapan dia dan juga El.“Kenapa Le? Emangnya mendung? Orang cerah banget pagi ini” tanya El“Ya karena adek gue satu-satunya mau masak sarapan buat Kakaknya tersayang” Leo langsung mengelus surai dari El. Namun kepala Leo segera mendapatkan jita
Beberapa minggu setelah acara pemakaman Ibu dari Jayden, suasana masih sendu bahkan Jayden tidak berangkat ke kantor untuk beberapa hari. “Mas, hari ini kerja?” Tanya Neta yang baru saja terbangun dalam dekap hangat Jayden.“Em, entahlah” bukannya menjawab Jayden mengeratkan pelukannya pada sang istrinya.Neta mengelus surai hitam milik suaminya “Hidup tetap harus berjalan Mas. Mama pasti sedih kalau lihat anak semata wayangnya menangisinya berlebihan dan nggak mau bangkit”Kedua mata Jayden bertemu dengan mata teduh istrinya, perkataan Neta ada benarnya. Hidup tetap harus berjalan meskipun sang Ibu telah berpulang “Tugas Mama sudah selesai Mas, tapi tugas kita di dunia masih belum selesai. Jadi yuk berangkat kerja, sudah sepuluh hari pekerjaan kamu di kerjain sama Jun”“Okay, aku ke kantor hari ini” putus Jayden.Senyum Neta melebar seketika “Nah, yuk mulai dari bangun dari tempat t
Semua persiapan pernikahan Jayden dan Neta sudah seratus persen. Pernikahan diadakan di kapel kecil yang terletak tidak jauh dari rumah sakit tempat di mana Marry dirawat.“Wow” satu kata yang keluar dari mulut Leo. Dia sangat terpesona dengan kecantikan alami yang terpancar dari wajah Mamanya. Ditambah dengan polesan make tipis membuat inter beauty Neta sungguh keluar.“Mama jeleknya?”Leo menggelengkan kepalanya menolak perkataan dari sang Mama “Mana ada Mama Leo itu, wanita paling cantik yang pernah Leo temui tahu”“Iya Mama tahu” Neta tersenyum lembut pada putranya “Lele, boleh Mama peluk kamu?” tangan Neta membentang untuk menerima pelukan dari sang putra.“Sure Mama” Leo segera memeluk Mamanya erat “Mama, bahagia?” Pertanyaan yang membuat Mamanya berpikir sejenak.“Mama bahagia kalau Lelenya Mama bahagia” Neta memeluk Leo semakin erat &ldquo
Malamyangdinginsemakindingindenganbungkamnyakeduaorangyang
Pemuda itu tengah duduk di balkon kamar milik sang Mama, isi kepalanya tengah berdebat dengan suara hatinya. Kepala menginginkan untuk pergi, namun hati meminta untuk tetap tinggal dan merasakan kehangatan keluarga yang utuh.“Melamun apa hayo” kini seorang gadis menempelkan minuman dingin ke pipinya. “Mikir apa sih?”“Astaga, El kalau mau masuk ketuk pintu dulu ihh” Jantung Leo dari dada kiri pindah ke mata kaki. Namun tetap menerima minuman dingin dari El.El memamerkan deretan gigi putih miliknya “Siapa suruh melamun, aku udah ketuk pintu tapi kamu nggak jawab, ya udah aku masuk aja. Mikir apa sih?”“Aku bingung”“Kenapa?”“Bingung, mau pulang atau tetap disini”El merangkul pundak Leo “Ikuti kata hati kamu, dia yang tahu apa yang terbaik untuk kamu” Leo mengangguk menerima nasihat dari El &ldquo
Belum ada lima menit dia sampai di rumah sakit, remaja yang tengah memakai celana jeans yang dipadukan dengan kaos polos berwarna hitam itu memegang erat tangan sang Mama.“Ma, Lele mau pulang” lirihnya pada Neta.Kakinya serasa berat menuju kamar inap sang Nenek dari pihak Papanya. “Lele, ayo ketemu dulu baru kita pulang” Neta mencoba menenangkan putranya.“Lele takut, Lele tidak diterima. Lele nggak sekuat Mama” Bisik Leo, menumpahkan rasa takutnya.Neta memeluk putranya yang kini badannya bergetar menahan tangisnya “It’s okay anak Mama. Semua akan berjalan baik-baik saja. Setelah ketemu sama Nenek kamu kita benar-benar akan pulang ke Jogja”Leo mengatur nafasnya, mencoba menenangkan hati dan pikirannya. Neta setia menemani putranya untuk mengatur nafas dan menunggu dia siap bertemu dengan neneknya.“Mam, I’m ready. Tapi janji setelah ini semua kita balik ya. Aku nggak mau d
Dia hanya duduk terdiam di ranjang Mamanya, matanya mengikuti kemana kedua orang tuanya yang sibuk memasukan barang ke dalam koper. Ia sama sekali belum menanyakan kemana mereka akan pergi. Karena seingatnya yang pergi hanya Papanya dan dia belum siap untuk bertemu dengan saudara lainnya.“Kita mau kemana Ma?” tanyanya saat mereka sudah berada di ruang tunggu bandara.“Ke Jakarta?”Leo berdiri seketika “Leo belum siap Ma”“Mama tahu sayang, kamu belum siap. Tapi ini benar-benar penting” Neta tersenyum lembut “Leo mau ketemu nenek?”“Mau tapi Lele belum siap”Neta merengkuh Lele dalam dekapnya “Semoga ini bukan menjadi satu-satunya kesempatan Lele untuk bertemu dengan nenek ya. Tapi kali ini Lele harus bertemu dengannya”“Kenapa?” banyak sekali pertanyaan yang ada di dalam kepala Lele saat ini. Dan ini semua terlalu cepat baginya.
Jayden membuka matanya begitu mendengar suara isakan kecil dari Leo yang kebetulan kamarnya ada disebelahnya.Sebelum bangkit dari ranjang, Jayden memindahkan terlebih dahulu kepala Neta dari dada bidangnya ke bantal di belakangnya. Setelah Neta merasa nyaman dengan posisi barunya. Jayden bangkit dari ranjang dan menuju kamar sang putra.Ternyata Leo belum bangun namun bibir mungilnya terus saja merengek, dan dahinya terpenuhi dengan peluh. Sepertinya sang putra sedang mimpi buruk.“Anak Papa”Jayden merebahkan dirinya di samping sang putra lalu mendekapnya, dan memberikan ciuman diseluruh wajah Leo.“Nak, bangun sayang”Begitu mendengar bisikan sang Papa, kedua Netra Leo langsung terbuka dan memeluk sang Papa.“Pa, takut” lirihnya“Ada Papa disini nak. Nggak usah takut, itu hanya mimpi ya”Leo terisak mengingat mimpi yang sangat buruk me