“Kamu kemana sih Papa Sam? Sudah seminggu nggak pulang ke rumah? Ini juga sudah tengah malam, tapi kamu nggak pulang ke rumah”
Neta merasa khawatir karena Papa Sam, alias Jayden Anthonie tidak pulang selama seminggu terakhir. Beberapa jam yang lalu dia menghubungi Avi sekretaris Jayden, dia mengatakan bahwa Jayden tidak masuk ke kantor selama seminggu terakhir ini dan semua pekerjaan dia serahkan kepada David orang kepercayaan Jayden.
Ingin rasanya Neta menelefon Jayden untuk menanyakan kabar dirinya, namun keberaniannya tidak cukup untuk melakukan itu. Jangankan menelefon, sekedar chat aja dia nggak berani.
Perasaan cemas, dan khawatir menjadi satu. Jadilah Neta overthingking malam ini, Neta ingin menghilangkan overthingkingnya namun tidak bisa. Neta takut Jayden menemukan pengganti Salma itulah bahan overthingking Neta, yang coba Neta tepis jauh-jauh.
Tapi Neta tidak pernah berfikir ada sosok peremuan yang akan menggantikan tugasnya merawat Sam, dan melayani Jayden. Karena menurutnya dirinya saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sepasang ayah dan anak tersebut. Apalagi untuk Jayden Neta rasa dirinya sudah lebih dari cukup.
Kalau ditanya apakah Neta ikhlas jika dimasa depan ada sosok yang menggantikan dirinya? Jawabannya tidak akan pernah. Namun Neta tidak punya hak apapun untuk melarang Jayden. Dia hanya sosok pengganti untuk Salma. Seseorang yang tidak diharapkan oleh Jayden dan Sam, juga Neta adalah seseorang yang sangat dibenci oleh keduanya. Tapi dalam lubuk hati Neta yang paling dalam, dia sangat menyanyangi Jayden dan Sam.
Sam yang merasa haus, memaksakan dirinya turun ke dapur untuk mengambil air minum, melihat Neta yang tengah cemas terduduk di ruang tamu, sosok remaja tanggung tersebut mengurungkan niatnya dan malah menuju Neta. Sam menekuk keningnya, dia merasa heran dengan Neta yang duduk melamun dengan dilingkupi selimut diseluruh badannya.
“Neta ngapain loe disini?” Sam yang berada diujung tangga sedikit menaikan nada suaranya. Kaki jenjang Sam melangkah kearah Neta. Bukan menuju dapur.
Wanita yang sedang melamun tersebut langsung berdiri dari posisi duduknya. Jemarinya merapikan rambutnya yang sudah kaya singa, lalu menatap putranya dengan tatapan terkejut.
“Kok kamu belum tidur? Kamu begadang? Kamu main game lagi?” bukannya Sam yang mewawancarai Neta yang duduk melamun malah Sam yang kena cecar pertanyaan oleh Neta, karena dia terkejut tumben Sam tengah malam gini turun dan belum lagi teriakan Sam yang lumayan bikin jantung copot.
“Mana ada main game, gue bangun karena haus. Tadi pas kelar makan malam gue lupa bawa gelas yang isinya air mineral. Jadi kalau gue haus tengah malam dan lupa bawa bekal air gue kagak boleh turun ke dapur buat minum?” Sam protes dengan nada kesal tangannya sudah dilipas di depan dada. Lalu melempar tatapan sengit kearah sepasang bola mata Neta.
“Oh gitu, bentar Mama ambilin air minum. Kamu duduk disini dulu sam” Sahut Neta setelah mendengar perkataan dari Sam. Yang yang mau protes lagi mengurungkan niatnya saat kaki mungil Neta dengan cekatan melesat ke dapur. Sam malah menyalakan TV dan bersikap tidak acuh.
Neta berjalan menuju dapur untuk mengambilkan sebotol air mineral yang dia taruh dituppeware. Tak lupa pula Neta menyiapkan potongan aple untuk camilan Sam malam ini, siapa tahu anaknya juga laper tengah malem.
“ini Mama bawain juga potongan aple buat cemilan siapa tahu kamu lapar. Sekarang kamu naik ke kamar, terus makan aple sama minum air, abis itu gosok gigi terus tidur! Inget besuk kamu UTS, jangan sampe telat” Neta memperingati Sam, soalnya kalau musim ujian gini tu Sam pasti telat, entah bangun kesiangan lah, nyari kartu ujian lah dan serangkaian ketidak siapan Sam dalam menghadapi ujian sekolah.
“Gue nggak mau naik sebelum loe jawab pertanyaan gue”
Neta menatap Sam dengan tatapan bertanya “Ha? Pertanyaan apa Sam?”
“Loe ngapain ngelamun disini mana udah tengah malem Neta” Sam mengulang pertanyaannya kembali.
Neta mencengkram daster miliknya guna menyalurkan rasa gugupnya “Oh, Papa kamu nggak pulang seminggu terakhir ini Sam, mana Papa nggak bisa dihubungi. Jadi Mama disini nungguin Papa kamu pulang nak”
“Dengerin gue baik-baik, Loe nunggu sampe pagi pun Papa nggak bakal balik ke rumah. Papa lagi sibuk. Mending Loe sekarang naik ke kamar terus bobok cantik, besuk lo masakin gue sarapan, siapin keperluan gue sekolah, terus anterin dan jemput gue ke sekolah. Atau gue ngambek nggak mau makan selama seminggu” ancam Sam.
Neta tersenyum tipis “Kamu ngancem Mama?”
“Menurut ngana?”
“iya, kamu ngancem Mama”
“Terus?”
Neta menatap Sam lembut “cukup sama Mama kamu ngancem kaya gitu ya nak, sama temen kamu nggak boleh ngancem kaya gitu. Apalagi sama Papa”
“Ck, malah kasih ceramah sama gue” Sam memutar bola matanya, menandakan kalau dia kesal dengan Mamanya.
“Mama mau tidur disini, kamu naik buruan ke atas”
“Nggak boleh, ayo loe tidur kamar loe aja napa sih Net”
“Naik ke kamar Samuel Anthonie!” Neta menaikan nada suaranya sedikit, lalu tatapannya menajam. Sam yang baru pertama kali mendapat tatapan tajam dari Neta akhirnya menyerah.
“dih galak, kepala batu lagi”
“Emang kamu aja yang bisa galak sama Mama, Mama juga bisa ya Sam” Neta tetap akan tidur diruang tamu, dia memaksa Sam untuk berdiri dari sofa dan merebahkan dirinya sendiri, Neta sedang mencoba untuk terlelap.
“Batu bener dah kepala loe Net, okay terserah silahkan bobok disini nungguin Papa sambil ditemani nyamuk dan tante kun” Sam menghentakan kaki nya, dia ngalah dan pamit undur diri. Lalu naik ke kamar sambil membawa botol dan sekotak aple yang sudah dipotong. Meninggalkan Neta yang pura-pura tidur.
Dih ngambek, dikasih ayam teriyaki juga udah kagak ngambek lagi monolog Neta dengan dirinya sendiri.
***
Sementara itu disalah satu unit apartment mewah, dua manusia berbeda jenis kelamit tengah mengejar kepuasan satu sama lain. Sosok laki-laki tengah menindih dan memompa tubuh Wanita ramping di bawahnya yang tengah mencari cela untuk menghidup udara.
Mereka berdua sama-sama mencapai puncak bersama setelah melakuan kegiatan panas yang menguras energi mereka. Sang Wanita berbaring dengan kepala yang sudah nyaman tenggelam dalam dada bidang sang pria. Sedangkan si pria dengan posesif memeluk wanitanya dengan tangan kekarnya yang sudah bertengger nyaman di tubuh wanitanya. Tubuh mereka saling menempel tanpa sehelai bedang satupun. Saling berbagi kehangatan dalam dinginnya malam.
“Sampai kapan kamu memakai pengaman? Apa kau tidak mau aku mengandung anak mu Jay?” Tanya sang Wanita sambil memainkan jarinya di dada sang pria.
Wanita berambut hitam panjang beranjak dari posisi nyamannya dan duduk diatas perut Jayden, sambil menatap Netra tajam Jayden. Sorot mata mereka sempat bertemu beberapa detik sebelum Jayden memutusan untuk mengalihakan perhatiannya.
“Apa karena jalang itu?”
Sang Wanita terus meminta jawaban dari Jayden, tatapan matanya seolah menyiratkan kecemburuan.
Pria itu mendorong Wanitanya, beringsut bangun dan berdiri. Sorot matanya memancarkan kemarahan. Tanganya mengepal dengan sorot mata tajam setajam mata elang tatapan matanya mengarah kepada wanitanya.
“MENGAPA KAU SANGAT INGIN HAMIL? TOLONG DISAAT KITA BERDUA TIDAK MEMBAHAS SOAL ANAK SHA. DAN INGAT WANITA ITU HANYA PENGASUH TIDAK LEBIH” murka Jayden
“KARENA AKU MENCITAIMU JAY” Wanita itu juga ikut emosi, Natasha bangkit dari tempat tidurnya dan memeluk Jayden.
Jayden diam saja tidak membalas pelukan Natasha. Dia membuang muka saat kedua tangan lentik tersebut menyentuh pipinya.
“aku hiks, minta maaf” Wanita itu tiba-tiba terduduk lemas sambil menangis, kedua tangannya menutupi wajahnya.
“ARSHHHHHH”
Jayden mengacak-acak rambutnya, emosinya naik saat ini. Namun dia juga tidak tega dengan Natasha yang sedang menangis. Direngkuhnya Wanita itu dalam peluknya, sambil mengusap punggung telanjangnya.
“Maafkan aku”
Wanita dalam pelukannya mengangguk masih sambil menangis “Ingat Jayden, apapun yang terjadi kamu milikku” batin sang Wanita sambil tersenyum licik.
Subuh pukul empat pagi, Jayden pulang setelah seminggu menghabiskan waktu bersama Natasha. Neta yang telah terlelap dalam tidurnya tidak menyadari bahwa sang tuan telah kembali ke rumah. Pagi ini diruang makan rumah keluarga Anthonie hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring. Terlihat Neta yang sibuk melayani sepasang ayah dan anak yang sedang menikmati sarapan mereka. Jayden segera menuntaskan sarapannya, karena ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini juga. Sedangkan Sam sangat menikmati sarapannya dengan tenang. Selama melayani sarapan Jayden, ada sesuatu yang menganjal pikiran Neta. Papa Sam pulang jam berapa semalam? Terus dimana saja dia tidur seminggu ini?. Ingin rasanya Neta bertanya namun kenyataanya Neta tidak memiliki keberanian untuk itu semua. Jayden berdiri begitu sarapannya selesai. Netranya menatap Neta yang tengah menuangkan susu coklat untuk Sam. “Ehem…” dehem Jayden untuk mendapatkan
Neta mengetuk pintu ruangan dengan nomor 4 tersebut selama tiga kali, setelah mendapatkan izin untuk masuk dari dalam sana. Neta baru masuk kedalam ruangan.Yang pertama kali Neta lihat di ruangan tersebut adalah anak remaja laki-laki seusia Sam. Dapat Neta lihat beberapa luka yang sudah diobati juga tangan kirinya yang sedang diperban. Sepertinya Sam keteralaluan kali ini.“Anda siapa?” Tanya Travis, dia kebingungan bidadari mana yang bertamu di ruang rawatnya.Neta tersenyum hangat lalu mengulurkan tangannya “perkenalkan saya Agneta Kaluna, Mama dari Samuel Anthonie”Tentu saja Travis kaget mengetahui fakta bahwa Sam mempunyai Mama secantik dan semuda Neta. “Saya Travis, tante kesini untuk apa ya?”“Tante kesini, untuk meminta maaf atas nama Samuel” Neta mengelus punggung tangan Travis yang terbebas dari gips. “Orang tua kamu dimana nak? Saya juga ingin minta maaf terhadap orang tua kamu
Sam, buru-buru keluar dari mobil begitu menyadari bahwa dirinya telah sampai dirumah. Sedari tadi Sam yang udah laper dan mengantuk hanya diam, mengabaikan pertanyaan Neta. Sam sedikit melirik Neta dengan ekor matanya. Sam mengetahui bahwa Neta tengah merasa bersalah karena sikapnya yang seketika dingin. Sam sengaja, dia balas dendam kepada Neta. Hal ini dilakukan Sam karena selama dirumah sakit, Neta hanya mengajak bicara Travis sedangkan dirinya terabaikan oleh Neta. “rasain gak enak kan gue cuekin” batin Sam Sam menaiki tangga menuju kamarnya, Neta dari tadi mengikuti kemana Sam pergi. Tiba-tiba Sam berhenti dan berbalik menatap kearah Neta. Neta yang tidak melihat jalan di belakangnya menabrak dada Sam. Sam melepas jaketnya, melemparnya kearah Neta. “tolong cuciin! Besuk mau gue pake lagi” Neta memunggut jaket dengan bercak darah punya Travis lalu menatap Sam “Iya Nak, Mama cuciin” namun jawaban dari Neta tak dihiraukan oleh Sam.
Neta memastikan Sam sudah benar-benar menuju alam mimpi, dengan perlahan Neta melepaskan pelukan Sam pada dirinya dan menggantinya dengan guling. “Good night my angel, have nice dream” kecup Neta pada kening Sam. Kebiasaan yang sudah lama tidak dia lakukan beberapa tahun terakhir ini.Baru saja keluar dari kamar Sam, Neta sudah dicegat oleh Jayden. “langsung masuk kamar saya” perintah sang tuan. Sudah dapat Neta pastikan aka nada ‘hukuman’ part dua yang sudah menantinya. Sedangkan Jayden turun ke lantai satu. Mungkin mengambil peralatan untuk menyiksanya, pikir NetaNeta mematuhi perintah dari Jayden, memasukin kamar Jayden yang berhawa dingin. Kamar bernuansa hitam terasa sangat kelam, gelap dan menyeramkan. Karena tidak ada sofa untuk dirinya duduk, Neta memutuskan untuk duduk dilantai.Tak berselang lama, Jayden datang membawa kantong putih entah isinya apa, “Astaga, ngapain duduk disitu?” tanya Jayden heran, ad
Sudah pukul tujuh sore, Sam masih belum pulang dari sekolah. Neta sudah menghubungi Travis dan bertanya mengenai keberadaan Sam namun Travis menjawab tidak mengetahui Sam berada.Tidak hanya menelefon Travis, Neta juga menelefon Papanya Sam alias Jayden namun sampai sekarang masih belum diangkat. Hati ibu mana yang tidak tenang ketika anak tersayang tidak kunjung pulang padahal hari sudah mulai malam.Neta hanya bisa mondar-mandir di depan teras rumah agar ketika Sam datang dia bisa langsung mengetahuinya.Penantian Neta membuahkan hasil, setengah delapan malam range rover milik Jayden memasuki halaman rumah mereka. Neta segera menghampiri mobil tersebut begitu sampai tepat di depan rumah.Sam membuka pintu penumpang dan wajah lelah miliknya langsung menyambut Neta. “Kamu nggak papa Sam?” tanya Neta khawatir dan Sam terus berjalan tanpa menanggpi pertanyaan dari Sam.Bukan Neta Namanya kalau menyerah begitu saja, Neta berjalan
Setelah bertemu dengan mendiang sang istri dalam halusinasinya, Jayden sikapnya berubah menjadi lebih ‘lembut’ baik terhadap Neta, Sam dan karyawan dikantornya.Seperti saat ini, Jayden lembur pada hari sabtu, berhubung Sam masih dalam masa hukumannya, Dia dipaksa oleh Jayden untuk ikut dengannya mengerjakan urusan kantor.Jayden yang sudah rapi, harus membangunkan Sam, sedangkan Sam dihari weekend kegiatannya adalah simulasi menjadi jenazah alias tidur seharian dan tidak boleh ada yang menganggu dirinya.“Sam, bangun ikut Papa ke kantor. Kita lembur hari ini”Sam masih tetap terlelap tanpa terganggu sama sekali, Jayden menggelengkan kepalanya karena anaknya benar-benar simulasi menjadi jenazah.“Sam, bangun atau Papa potong uang jajan kamu selama dua bulan” Sam membuka matanya, namun kembali menutupnya dan menarik selimutnya sebatas leher.“Astaga ini anak, kebo bener” Jayden jadi frustasi sen
Minggu pagi ini jadwal Neta untuk ke super market membeli kebutuhan pokok selama satu bulan kedepan.“Maaf ya makan siang kali ini sandwich sama susu aja ya. Mama belum belanja bulanan habis ini Mama mau ke super market buat belanja. Ada yang mau nitip?” Neta meminta maaf terhadap sepasang ayah dan anak tersebut karena makan siang hanya dengan sandwich dan susu saja.Sam yang baru bangun dari sertifikasi jenazahnya membulatkan matanya “Sam ikut Neta, gue mau beli sesuatu”“Okay Sam, habis makan kamu siap-siap. Papa Sam mau nitip sesuatu?” tawar Neta. Namun dijawab dengan gelengan kepala.“Saya nggak nitip, tapi saya juga ikut aja, barang kali ada barang yang akan saya beli nanti disana”“baiklah, segera siap-siap abis makan. Kita cus belanja”“Iyaaa” Jawab Sam dan Jayden secara kompak.Neta sudah siap dengan dress motif bunga, rambutnya yang biasa digerai Neta cep
Neta baru bangun saat matahari sudah mulai naik, jarum sudah menunjukan pukul delapan pagi dan Neta belum melakukan apa-apa. Neta melirik space kosong disebelahnya, ternyata Jayden sudah bangun dan menyisakan tempat kosong disisinya.Begitu sadar Neta langsung loncat dari kasurnya, panik dia. Ini hari senin dan dia kesiangan. Yang pertama dia hampiri adalah kamar Sam. Dan kamar Sam kosong, ‘mungkin Sam sudah berangkat sekolah, bersama Papanya’ monolognya. Akhirnya Neta memutuskan untuk ke kamarnya dan membersihkan dirinya sendiri.Tanpa Neta tahu pasangan ayah dan anak sedang asik bermain basket di lapangan yang terletak tepat di belakang rumah keluarga Anthonie.Mereka saling merebut bola dan menggiringnya ke ring lawan. “Oh iya, Papa nanti sore bakal pergi Singapura selama seminggu untuk perjalanan bisnis” Jayden mengajak berbicara sambari men-drible bolanya.“Ya udah pergi aja, biasanya pergi sebulan juga
Samuel Anthonie anak sulung dari Jayden Anthonie, arsitek muda yang sudah berhasil membangun studio miliknya sendiri tanpa embel-embel nama belakangnya. Tiga belas tahun hidup tanpa figure seorang Mama menjadikan Sam pribadi yang tertutup. Termasuk dalam urusan percintaan.Bahkan sering kali Papanya bertanya kepada Sam “Kak? Kamu masih suka perempuan kan?”“Astaga Papa, Sam masih suka sama perempuan. Ya kali aku belok Pa, Sam masih normal kok” Sam yang sedang menggambar design rumah sang client menghentikan aktivitas sementaranya hanya untuk menjawab pertanyaan nyeleneh dari sang Papa.“Terus kenapa belum ada perempuan yang Kakak bawa ke rumah? Papa seumuran kamu udah gendong kamu lo”Sam tersenyum, usia Sam hampir mencapai kepala 3. Namun dia masih belum memikirkan kehidupan percintaannya “Tapi Papa cerai kan?”“Mulut mu makin hari makin tajam ya Sam. Papa cerai karena kematian Bunda mu ya&rdqu
Weekend di kediaman Anthonie hanya berisikan El dan juga Leo, anggota keluarga yang lainnya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Contohnya Mama Neta sedang menemani Papa Jay melakukan tinjauan langsung ke proyek baru Papa. Sedangkan anak tertua dari keluarga Anthonie, alias Sam sedang merebut hati sang pujaan hati.“Pagi El” sapa Leo yang baru saja keluar dari kamarnya.“Pagi Le” El sedang menggoreng telur untuk sarapan keduanya. “Mau telur goreng sama nugget nggak Le? Mama nggak sempet masak karena Papa ngajak ke proyek dadakan kaya tahu bulat”“Weits, akan ada badai kah hari ini? celetuk Leo yang sudah menyiapkan piring di meja makan untuk sarapan dia dan juga El.“Kenapa Le? Emangnya mendung? Orang cerah banget pagi ini” tanya El“Ya karena adek gue satu-satunya mau masak sarapan buat Kakaknya tersayang” Leo langsung mengelus surai dari El. Namun kepala Leo segera mendapatkan jita
Beberapa minggu setelah acara pemakaman Ibu dari Jayden, suasana masih sendu bahkan Jayden tidak berangkat ke kantor untuk beberapa hari. “Mas, hari ini kerja?” Tanya Neta yang baru saja terbangun dalam dekap hangat Jayden.“Em, entahlah” bukannya menjawab Jayden mengeratkan pelukannya pada sang istrinya.Neta mengelus surai hitam milik suaminya “Hidup tetap harus berjalan Mas. Mama pasti sedih kalau lihat anak semata wayangnya menangisinya berlebihan dan nggak mau bangkit”Kedua mata Jayden bertemu dengan mata teduh istrinya, perkataan Neta ada benarnya. Hidup tetap harus berjalan meskipun sang Ibu telah berpulang “Tugas Mama sudah selesai Mas, tapi tugas kita di dunia masih belum selesai. Jadi yuk berangkat kerja, sudah sepuluh hari pekerjaan kamu di kerjain sama Jun”“Okay, aku ke kantor hari ini” putus Jayden.Senyum Neta melebar seketika “Nah, yuk mulai dari bangun dari tempat t
Semua persiapan pernikahan Jayden dan Neta sudah seratus persen. Pernikahan diadakan di kapel kecil yang terletak tidak jauh dari rumah sakit tempat di mana Marry dirawat.“Wow” satu kata yang keluar dari mulut Leo. Dia sangat terpesona dengan kecantikan alami yang terpancar dari wajah Mamanya. Ditambah dengan polesan make tipis membuat inter beauty Neta sungguh keluar.“Mama jeleknya?”Leo menggelengkan kepalanya menolak perkataan dari sang Mama “Mana ada Mama Leo itu, wanita paling cantik yang pernah Leo temui tahu”“Iya Mama tahu” Neta tersenyum lembut pada putranya “Lele, boleh Mama peluk kamu?” tangan Neta membentang untuk menerima pelukan dari sang putra.“Sure Mama” Leo segera memeluk Mamanya erat “Mama, bahagia?” Pertanyaan yang membuat Mamanya berpikir sejenak.“Mama bahagia kalau Lelenya Mama bahagia” Neta memeluk Leo semakin erat &ldquo
Malamyangdinginsemakindingindenganbungkamnyakeduaorangyang
Pemuda itu tengah duduk di balkon kamar milik sang Mama, isi kepalanya tengah berdebat dengan suara hatinya. Kepala menginginkan untuk pergi, namun hati meminta untuk tetap tinggal dan merasakan kehangatan keluarga yang utuh.“Melamun apa hayo” kini seorang gadis menempelkan minuman dingin ke pipinya. “Mikir apa sih?”“Astaga, El kalau mau masuk ketuk pintu dulu ihh” Jantung Leo dari dada kiri pindah ke mata kaki. Namun tetap menerima minuman dingin dari El.El memamerkan deretan gigi putih miliknya “Siapa suruh melamun, aku udah ketuk pintu tapi kamu nggak jawab, ya udah aku masuk aja. Mikir apa sih?”“Aku bingung”“Kenapa?”“Bingung, mau pulang atau tetap disini”El merangkul pundak Leo “Ikuti kata hati kamu, dia yang tahu apa yang terbaik untuk kamu” Leo mengangguk menerima nasihat dari El &ldquo
Belum ada lima menit dia sampai di rumah sakit, remaja yang tengah memakai celana jeans yang dipadukan dengan kaos polos berwarna hitam itu memegang erat tangan sang Mama.“Ma, Lele mau pulang” lirihnya pada Neta.Kakinya serasa berat menuju kamar inap sang Nenek dari pihak Papanya. “Lele, ayo ketemu dulu baru kita pulang” Neta mencoba menenangkan putranya.“Lele takut, Lele tidak diterima. Lele nggak sekuat Mama” Bisik Leo, menumpahkan rasa takutnya.Neta memeluk putranya yang kini badannya bergetar menahan tangisnya “It’s okay anak Mama. Semua akan berjalan baik-baik saja. Setelah ketemu sama Nenek kamu kita benar-benar akan pulang ke Jogja”Leo mengatur nafasnya, mencoba menenangkan hati dan pikirannya. Neta setia menemani putranya untuk mengatur nafas dan menunggu dia siap bertemu dengan neneknya.“Mam, I’m ready. Tapi janji setelah ini semua kita balik ya. Aku nggak mau d
Dia hanya duduk terdiam di ranjang Mamanya, matanya mengikuti kemana kedua orang tuanya yang sibuk memasukan barang ke dalam koper. Ia sama sekali belum menanyakan kemana mereka akan pergi. Karena seingatnya yang pergi hanya Papanya dan dia belum siap untuk bertemu dengan saudara lainnya.“Kita mau kemana Ma?” tanyanya saat mereka sudah berada di ruang tunggu bandara.“Ke Jakarta?”Leo berdiri seketika “Leo belum siap Ma”“Mama tahu sayang, kamu belum siap. Tapi ini benar-benar penting” Neta tersenyum lembut “Leo mau ketemu nenek?”“Mau tapi Lele belum siap”Neta merengkuh Lele dalam dekapnya “Semoga ini bukan menjadi satu-satunya kesempatan Lele untuk bertemu dengan nenek ya. Tapi kali ini Lele harus bertemu dengannya”“Kenapa?” banyak sekali pertanyaan yang ada di dalam kepala Lele saat ini. Dan ini semua terlalu cepat baginya.
Jayden membuka matanya begitu mendengar suara isakan kecil dari Leo yang kebetulan kamarnya ada disebelahnya.Sebelum bangkit dari ranjang, Jayden memindahkan terlebih dahulu kepala Neta dari dada bidangnya ke bantal di belakangnya. Setelah Neta merasa nyaman dengan posisi barunya. Jayden bangkit dari ranjang dan menuju kamar sang putra.Ternyata Leo belum bangun namun bibir mungilnya terus saja merengek, dan dahinya terpenuhi dengan peluh. Sepertinya sang putra sedang mimpi buruk.“Anak Papa”Jayden merebahkan dirinya di samping sang putra lalu mendekapnya, dan memberikan ciuman diseluruh wajah Leo.“Nak, bangun sayang”Begitu mendengar bisikan sang Papa, kedua Netra Leo langsung terbuka dan memeluk sang Papa.“Pa, takut” lirihnya“Ada Papa disini nak. Nggak usah takut, itu hanya mimpi ya”Leo terisak mengingat mimpi yang sangat buruk me