Home / Rumah Tangga / MAHLIGAI: Istana yang Kujaga / 3. Memperbaiki Benang yang Kusut

Share

3. Memperbaiki Benang yang Kusut

Author: ISMI
last update Last Updated: 2023-10-03 10:53:06

Dara tersenyum melihat kedua anaknya yang terus saja berkicau sepanjang jalan. Dia terus saja konsentrasi dengan kemudinya. Rasanya sudah sangat lama... mungkin sangat jarang baginya untuk mengantar si kecil ke sekolah. Dara terlalu sibuk dengan bisnis kecantikannya, apalagi produk skincare-nya sangat booming sampai ke negara tetangga.

Waktu untuk anak-anak pun otomatis sangat berkurang. Setiap hari hanya sibuk memikirkan peluasan bisnisnya di Asia.

“Bunda, nanti sore jemput kami, kan?” tanya Kai.

“Hmm... nanti Bunda lihat dulu jadwalnya ya, Nak.”

“Oh, oke. Kalau Bunda sibuk nggak apa-apa, nanti Kai diantar sama Tante Sarah saja,” balas Kai.

Kening Dara mengernyit saat Kai mengatakannya. “Tante Sarah? Kai dan Suri selalu pergi sama Tante Sarah, ya?”

“Iya. Kemana-mana kita selalu diantar sama Tante Sarah. Kan Bunda yang bilang kalau hanya Tante Sarah yang bisa menggantikan Bunda.” Kai menjawabnya dengan polos.

Deg!

Jawaban Kai tadi membuat hati Dara tidak karuan, dia sampai tidak menyadari bahwa wanita lain bisa menggantikan posisinya.

Tidak! Dara tidak akan membiarkan posisinya digantikan oleh siapapun! Dara tidak akan pernah mengizinkannya!

“Kamu memangnya pulang sekolah mau kemana?” tanya Dara. Dia mencoba bicara dengan tenang.

“Mau menjenguk Revan, Bunda. Revan sudah tiga hari tidak masuk sekolah,” balas Kai.

“Bunda saja yang antar kalau begitu, nanti sore Bunda yang jemput kalian.”

“Bunda mau jemput?” Kai tidak percaya.

“Iya, kebetulan Bunda tidak sibuk hari ini.”

Kedua mata Kai langsung berbinar. “Yes! Nanti aku bisa tunjukkan pada teman-teman kalau aku punya bunda yang perhatian dan luar biasa!”

Kedua mata Dara menyipit. “Kenapa memangnya, Nak?”

Kai tidak langsung menjawab, suasana dalam mobil hening sejenak.

“Karena teman-teman bilang kalau Bunda tidak sayang sama kami lagi,” timpal Suri dengan polosnya.

“Kenapa teman-teman kalian mengatakannya seperti itu?”

“Karena setiap sekolah mengadakan acara, Bunda tidak pernah hadir. Ayah... hanya beberapa kali dan itu selebihnya kami hanya ditemani Tante Sarah,” balas Suri.

Hati Dara remuk mendegar jawaban anaknya. Dia mencoba menghela napas dalam-dalam agar hatinya kembali tenang. “Mulai saat ini, kalau sekolah kalian ada acara, Bunda lah yang akan menemani kalian! Jangan bersedih lagi!”

“Kami sangat sayang sama Bunda!” si kembar membalasnya dengan kompak.

“Tentu! Harus itu!” balas Dara tersenyum.

Wanita itu langsung parkir di halaman sekolah. Dan turun dari mobilnya. Tepat saat dia menggandeng tangan si kemnbar. Semua orang terlejut menatapnya.

Dara Kahiyang, wanita nomor satu yang saat ini diperbincangkan ada di sini? Apa mereka tidak salah lihat?

***

Sarah mengernyitkan kening saat tadi Adam mengatakan kalau Dara lah yang akan mengantarkan kedua anaknya ke sekolah. Bukankah Dara selalu tak pernah ada waktu? Kenapa adiknya itu malah mendadak bisa meluangkan waktu pagi ini?

Sarah penasaran, dia mencoba mengecek jadwal Dara, dan benar hari ini harusnya Dara menghadiri cabang baru di luar kota, tapi kenapa dia malah batal ke sana?

“Ada apa? Apa ada sesuatu?” tanya Sarah bergumam.

Lantas tanpa pikir panjang, Sarah langsung menghubungi Adam. Tak butuh lama, pria itu mengangkat teleponnya.

Halo, Sarah. Ada apa?”

“Kamu sedang sibuk?”

“Iya, aku nanti ada meeting pagi. Paling 15 menit lagi dimulai,” balas Adam. “Ada apa?”

“Nggak. Aku hanya ingin tahu kenapa Dara mendadak membatalkan pergi ke luar kota? Apa ada masalah?”

“Hmm.. aku juga tidak tahu, tapi aku senang karena dia mau mengantar anak-anak, tadi Kai dan Suri sangat happy karena bundanya mau antar mereka.”

Sarah terdiam, dia mulai memikirkan hal yang aneh-aneh. Perubahan mendadak Dara tentu saja membuat dia bertanya-tanya.

"Sarah...”

“Iya, ada apa?”

“Ada yang lain? Kalau tidak ada, aku tutup teleponnya, ya! Aku mau diskusi dulu dengan sekretarisku,” kata Adam.

“Iya.”

Panggilan telepon diakhiri. Sarah langsung menghela napas panjang. Dia masih penasaran dengan apa yang sedang dipikirkan Dara. Sebab, yang Sarah tahu kalau Dara adalah wanita yang gila kerja, dan juga perfeksionis, bagaimana bisa wanita itu membatalkan peresmian cabang barunya di luar kota?

Pasti ada rahasia di balik sikap Dara dan Sarah harus tahu! Wanita itu pun langsung mengirim pesan W******ppada adiknya itu.

Sarah: Dara, kamu dimana? Kamu beneran antar anak-anak?

Tak terlalu lama menunggu, Dara pun membalas pesan dari Sarah.

Dara: Iya, Kak. Aku yang mengantar anak-anak ke sekolah.

Sarah: Wah, senangnya... pasti anak-anak happy.

Dara: Tentu... anak-anak pasti lebih happy jika ibunya lah yang mengantar. Tidak ada yang bisa menggantikan peran ibu, hehehe.

Deg!

Sarah merasa Dara seperti menyindirnya secara halus, apa hanya halusinasinya saja atau tidak, tapi dia beranggapan Dara sengaja mengetik balasan pesan seperti itu.

Sarah: Hmm... tapi, anak-anak tahu kamu sibuk karena untuk mereka juga. Kamu pasti jadi bunda yang paling hebat di mata mereka. Kalau kamu memang sangat sibuk, jangan dipaksakan. Ada Kakak, biar kakak yang membantumu untuk menjaga mereka.

Tidak ada balasan, Sarah hanya menatap layar smartphone-nya yang hanya centang biru, itu artinya Dara sudah membacanya. Tapi, kenapa adiknya itu tidak membalas pesan darinya?

***

“Ini Dara Kahiyang, ya?”

Suara itu membuat lamunan Dara buyar, dia langsung tersenyum dan mengangguk sopan pada wanita paruh baya yang menyapanya.

“Ah, ternyata benar! Cantiknya, akhirnya saya bisa bertemu dengan wanita yang selalu jadi trending di media sosial”

Dara hanya tersenyum, dia tidak tahu kalau dirinya ternyata selalu dibicarakan.

“Ah, maaf kalau lancang. Nama saya Mey, saya di sini lagi antar cucu saya. Satu kelas juga sama Kai dan Suri.”

Dara mengulurkan tangannya. “Salam kenal, Bu Mey. Saya Dara, bundanya Kai dan Suri. Senang berkenalan dengan Anda.”

Mey langsung tertegun. Dia takjub karena wanita yang ada di hadapannya bukan hanya terkenal, cantik, tapi juga tutur katanya sangat lembut! Benar-benar sempurna! Siapapun pasti iri pada sosok Dara.

“Ah, ternyata selain cantik wajah, hatinya juga cantik,” puji Mey.

“Bu Mey terlalu memuji berlebihan,” balas Dara.

Lalu, keduanya pun mengobrol dengan asyik, sampai Dara baru menyadari kalau dia harus kembali ke perusahaan karena ada panggilan telepon dari Nurma, asistennya. Setelah itu, dia pun pamit pada Mey dan berjanji akan mengundang wanita itu ke rumahnya.

Dara langsung masuk ke mobilnya, dan saat itu pikirannya pun menerawang jauh. Tentang mimpi buruk itu dan juga tentang kebahagiaan kedua anaknya. Dara sampai mengutuk dirinya sendiri yang hanya sibuk mengejar dunianya, mungkin semua wanita ingin menjadi dirinya, tapi dia lupa selangkah lagi dia berjalan, maka surganya akan terlepas. Bagi, Dara surganya itu sempurna saat suami dan kedua anaknya membutuhkannya.

“Aku akan menebusnya, aku akan menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya,” gumam Dara.

Ponselnya berdering, dan itu dari Axel, salah satu orang yang dia tugaskan untuk menyelidiki sesuatu.

“Halo, bagaimana? Kamu sudah mendapatkan informasi yang saya minta?”

“Sudah, Bu. Apa kita perlu bertemu?”

“Besok jam 9 pagi, saya tunggu di kantor,” balas Dara.

“Siap.”

Panggilan berakhir.

Dara menghela napas pendek, mulai pagi ini, dia akan memperbaiki semuanya, memperbaiki benang kusutnya.

***

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Igede Sudianta
sagat menarik novel ini
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   4. Menjaga Surga ini

    ***“Ternyata, dia tahu semua jadwalku,” ucap Dara. Dia membaca semua hasil laporan yang Axel berikan padanya. Wanita itu tentu saja terkejut karena tidak menyangka kakak kandungnya memata-matainya dan juga menyelidiki segala aktifitasnya.“Bukan hanya tahu tentang jadwal Bu Dara saja, bahkan jadwal Pak Adam pun, dia tahu. Dan juga... “ Axel berhenti, dia merasa tidak enak mengatakannya karena tahu kalau target dari atasannya itu adalah kakak kandung dari Dara sendiri.“Dan juga apa?”“Sepertinya kakaknya Ibu selalu muncul dimana Pak Adam sedang melakukan aktifitas, termasuk ketika suami Ibu sedang berada di luar kota,” balas Axel.“Jadi dia sengaja mencari perhatian suamiku?”“Dugaan saya seperti itu, saya melihat kalau Bu Sarah selalu menggunakan waktu kosong Pak Adam untuk menemuinya, termasuk saat Pak Adam sedang menginap di hotel waktu minggu kemarin di Bali.”“Bali? Jadi kakakku juga terbang ke Bali minggu kemarin? Itu dia sengaja biar bisa bertemu dengan suamiku?” tanya Dara te

    Last Updated : 2023-10-03
  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   5. Pria yang Menepati Janjinya

    ***“Mas Adam?”Adam tertegun dan dia langsung mengibaskan tangannya yang dari tadi Sarah pegang. Dia berdiri dan menatap istrinya yang saat ini sedang melihatnya dengan datar.“Sayang, kamu ada di sini?” tanya Adam.Dara mengangguk kecil, sebelum menjawab dia melihat ke arah Sarah. “Iya, aku ada keperluan sebentar sebelum menjemput anak-anak ke sekolah,” balasnya. Lalu dia pun tersenyum. “Kak Sarah ternyata benar ada di sini, tadi kata Mas Adam ada kakak di sini, jadi aku sekalian saja mampir. Kita sudah lama tidak bertemu. Aku rindu dengan kamu Kak.” Dia sengaja mengatakannya di depan keduanya.Sarah tersenyum kikuk, dia tidak tahu kalau Adam ternyata memberitahukan pada Dara kalau pria itu sedang bersamanya.“Iya, Dara. Kakak juga nggak sengaja bertemu Adam, sekalian saja Kakak makan siang dengannya,” balas Sarah dengan tenang. “Nah, karena kamu sudah ada di sini, bagaimana kalau kita makan siang bersama? Sudah lama kita nggak bicara santai seperti ini. Kamu sangat sibuk dengan bis

    Last Updated : 2023-10-04
  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   6. Mesin Waktu

    ***Adam tidak bisa konsentrasi dengan pekerjaannya. Ucapan Dara tadi siang membuatnya gelisah. Dara seperti menyembunyikan sesuatu darinya. Apa Dara tahu semuanya saat kejadian di Bali? Atau Sarah diam-diam memberitahukan Dara tentang ketidaksengajaan itu?Kejadian saat di Bali, murni hanya sebuah kecelakaan dan dia pun tidak menganggap insiden itu adalah sebagai perselingkuhan.Kedua matanya menerawang, dia ingat kejadian minggu kemarin saat dia dan Sarah sedang menyelusuri Pantai Kuta.Flashback... “Sudah sangat lama, ya... ““Lama apanya?” tanya Adam. Dia dan Sarah menyelusuri bibir pantai bersama. Pria itu menemani Sarah karena wanita itu tak sengaja bertemu dengan Leon, mantan suaminya.“Kita tidak bicara sedekat ini dan juga hanya berdua,” balas Sarah.Adam masih tidak mengerti. “Memangnya maunya kamu kita bicara seperti bagaimana?”“Ya, begini. Hanya

    Last Updated : 2023-10-09
  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   7. Terjebak Perasaan di Masa Lalu

    ***Pikiran Adam sangat kalut, dia masih gelisah memikirkan istrinya. Sikap Dara yang mendadak berubah. Dan juga kesalahan dirinya karena tanpa sadar telah berkhianat pada wanita itu. Maka, saat ini dia memutuskan untuk bertemu dengan sahabat karibnya, Reno. Reno lah yang paham bagaimana dirinya.Toh Dara mungkin belum kembali ke rumah malam ini karena yakin istrinya itu sibuk dengan bisnisnya. Apalagi bisnis Dara saat ini sedang sampai puncaknya. Bisnis Skincare milik istrinya pun punya banyak cabang sampai ke Asia Tenggara. Dara adalah satu satu pebisnis wanita nomor 1 di negara ini.Adam memutuskan untuk berbicara dengan Reno di salah satu cafe langganan mereka. Adam ingin meminta pendapat sahabatnya itu karena dia tahu bagaimana bijaknya Reno dan sahabatnya itu memang memiliki pemahaman agama jauh lebih baik dari semua yang dia kenal.“Reno, maaf aku agak telat,” ucap Adam. Dia langsung duduk dengan memasang wajah yang lelah.

    Last Updated : 2023-10-10
  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   8. Aku Masih di Ruang Hatimu?

    ***“Bu Dara, apa Ibu masih mendengarkan saya?”Lamunan Dara buyar saat Axel memanggilnya. Wanita itu menghela napas panjang untuk menenangkan hatinya yang kacau.“Iya, aku masih mendengarmu,” balas Dara.“Lalu, apa Ibu setuju dengan rencana saya?”“Apa rencanamu?”“Foto-foto itu saya dapatkan dari salah satu wartawan senior. Dia berencana mempublikasikan semuanya lusa dan itu pasti akan jadi hot topic dan tentu saja akan berdampak buruk bagi suami Ibu dan juga wanita itu, namun saya punya rencana yang akan membuat wanita itu disudutkan, jadi saya berencana kalau wanita itulah yang menggoda Pak Adam, dan sengaja menyebarkan foto itu agar rencananya untuk merebut Pak Adam dari Ibu itu berhasil. Nama Pak Adam akan pulih kembali dan wanita itu akan dibenci publik,” tutur Axel menjelaskan.“Tidak perlu menggunakan cara kuno untuk membalasnya,” tukas Dara.&ldqu

    Last Updated : 2023-10-11
  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   9. Kesedihan yang Tersembunyi

    ***Suri dan Kai berceloteh di meja makan. Tampak Dara tersenyum menatap keduanya dan menyiapkan sarapan pagi untuk keduanya.Di sisi lain, Adam mematung di tempatnya. Melihat Dara yang biasanya sepagi ini tidak ada di rumah atau masih berjibaku dengan tidurnya jika dia pulang menjelang Subuh dan itu selalu Dara lakukan.Ada rasa hangat menjalar di hati Adam. Dia tersenyum menatap pemandangan yang tidak biasa. Dia langsung bergegas menghampiri istri dan kedua anaknya.“Selamat pagi, Sayang... “Suri dan Kai langsung menatap ke arah sumber suara dan keduanya pun tersenyum lebar. “Selamat pagi, Ayah,” keduanya menjawab dengan serempak.Adam langsung mengecup pipi kedua anaknya dan dia langsung mengecup kening Dara dengan lembut.“Kamu tidak kerja hari ini?” tanya Adam.“Kerja, Mas. Tapi agak siang aku ke kantornya, dan ada meeting juga. Aku meminta mereka datang ke rumah ini,&rdq

    Last Updated : 2023-10-12
  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   10. Menerka-nerka

    ***Di dalam mobil Adam... Selama kurang lebih 10 menit, suasana tampak hening. Baik Adam maupun Sarah tidak banyak bicara. Keduanya tenggelam dalam kesibukannya masing-masing.Sarah melirik pria di sampingnya yang sibuk dengan tab di tangannya, dan sopir di depan pun sibuk memperhatikan jalanan. Tepat saat mobil Adam berhenti di lampu merah, Sarah menghela napas panjang, dia ingin mengatakan sesuatu, tapi Adam seperti tidak peduli dengan kehadirannya.Sarah melirik ke jari manis milik Adam, dia melihat ada cincin yang melingkar di jari itu. Sarah mengernyit, dia tidak tahu kalau Adam hari ini memakai cincin pernikahannya. Terlebih yang dia tahu, Adam selalu melepaskannya. Kecemburuan mendidih di hatinya. Dia benci memikirkan kalau Dara masih ada utuh di hati Adam. Seharusnya kejadian saat dia dan Adam berciuman membuat pria itu menjauh dari Dara, kan?“Sekarang Dara sepertinya punya banyak waktu ya. Bahkan dia samp

    Last Updated : 2023-10-13
  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   11. Jangan Rebut Surgaku (Lagi)!

    *** Dara langsung menggelengkan kepalanya. “Saat ini hubunganku dengan mama dan papa, baik-baik saja. Kamu tak perlu mengkhawatirkanku, Anna.” Anna menatap sahabatnya dengan curiga. Sejak dulu, muram di wajah Dara hanya karena kedua orang tua wanita itu. Saat Anna pindah ke komplek perumahan yang di tempati orang tua Dara, dia memang melihat ada yang berbeda. Perlakuan kedua orang tua Dara pada sahabatnya itu seperti dingin, justru kedua orang tuanya Dara hanya perhatian dan bersikap hangat pada Sarah. Dari awal Anna berpikir kalau Dara mungkin bukan anak kandung mereka, tapi anggapan itu dibantahkan kalau Dara memang adik kandung Sarah. Anna menghela napas pendek. “Sepertinya kamu butuh waktu untuk dirimu sendiri. Kamu harus mengembalikan energimu dan semangatmu,” ucapnya. “Bagaimana kalau weekend ini kita jalan-jalan?” tawarnya. Dara menggelengkan kepalanya. “Aku mau ke puncak sama anak-anak dan aku sudah berjanji pada mereka.” “Anak-anak?” tanya Anna. Lalu, dia pun menduga-du

    Last Updated : 2023-10-14

Latest chapter

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   115. TAMAT (Kado Kebahagiaan)

    *** Matahari terbenam di ufuk barat saat Dara, Adam, dan Kana tiba di rumah Riky. Suasana tenang, tetapi tegang, seolah-olah mendahului pertemuan yang penuh kenangan dan penyesalan. Riky membuka pintu dengan senyuman kecil. "Selamat datang." Mereka masuk ke rumah yang penuh kenangan, di mana setiap sudutnya menciptakan jejak-jejak waktu. Riky mempersilakan mereka duduk di ruang tamu yang hangat. Dara memandang sekeliling, mengenang momen-momen pahit yang pernah ada di sini. "Bagaimana keadaan Mama Zea?" tanya Adam dengan nada khawatir. Riky menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab, "Dia tidak ingin bertemu siapa-siapa. Menutup diri sepenuhnya. Kepergian Sarah telah menghancurkannya." Kana menaruh tangannya di pundak Dara, memberikan dukungan yang dibutuhkan. Riky melanjutkan, "Aku menyesal, sangat menyesal. Tidak hanya karena Sarah, tapi juga karena semua yang terjadi pada kalian, Dara, dan kamu, Kana. Aku kehilangan begitu banyak, dan aku menyadari betapa bodohnya aku dulu.

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   114. Malam yang Gelap

    ***Rumah sakit itu terasa sunyi, langit yang mendung di luar jendela, dan bau antiseptik yang khas mengisi udara. Adam duduk di kursi seberang tempat tidur Dara, tangannya bergetar ketika ia memegang tangan istrinya yang lemah. Kondisi Dara melemah lagi, ia tahu karena penawar itu tidak sepenuhnya menghilangkan racun di tubuh sang istri."Maafkan suamimu ini, Dara," ucap Adam dengan mata berkaca-kaca. "Mas tidak bisa melindungimu dengan baik."Dara tersenyum lemah, mencoba memberikan kekuatan pada suaminya. "Mas Adam tidak salah. Ini bukan salahmu, Mas."Adam menarik napas dalam-dalam. "Tapi Mas harusnya bisa mencegah semua ini. Mas tidak boleh mengizinkan orang-orang itu menyakitimu.""Sudahlah, sayang," jawab Dara. "Aku tahu Mas mencintai aku, dan itu sudah cukup. Kita akan melalui ini bersama."Adam mengangguk, tetapi tatapannya terus melayang ke wajah pucat Dara. "Mas selalu merindukanmu, Sayang. Setiap detik tanpamu adalah siksaan bagi Mas."Dara tersenyum tipis, "Dan aku merind

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   113. Tunggu Aku, Sayang!

    ***Di tengah gemerlap lampu malam, Sarah dan Shinta duduk di sebuah restoran mewah yang penuh dengan aroma harum masakan lezat. Mereka bersulang, gelas anggur mereka saling bersentuhan sebagai tanda keberhasilan mereka. Sarah tersenyum lebar, dan matanya berkilat ketika dia menceritakan rencananya yang licik kepada Shinta."Shinta, kamu tak akan percaya apa yang terjadi hari ini. Akhirnya, aku berhasil membuat Adam tunduk pada keinginanku," kata Sarah sambil tertawa penuh kepuasan.Shinta memandang Sarah dengan kagum. "Benarkah? Ceritakan semuanya padaku!"Sarah menceritakan dengan penuh detail bagaimana dia meracuni Dara dan membuat Adam tunduk pada permintaannya. Shinta tak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap kecerdasan sahabatnya."Dia tak akan pernah menyangka bahwa penawar itu hanya aku berikan seperempat. Dan dalam tiga hari, Dara akan lemas lagi," ujar Sarah sambil tersenyum misterius.Shinta terkejut namun tak bisa menahan tawanya. "Kamu benar-benar genius, Sarah! Aku t

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   112. Kenapa Cinta bisa Sekejam ini?

    ***Pengumuman Adam tentang perceraiannya dengan Adam telah mengejutkan banyak pihak. Kabar ini membahana di media, membuatnya menjadi sorotan utama. Namun, tidak semua orang bisa memahami kedalaman perasaan dan keputusan sulit yang harus diambil oleh Adam.Ketika Adam tiba di rumahnya, dia disambut dengan tatapan tajam dan hening yang mengancam dari Tiara dan Wijaya, orang tua yang mencintainya. Kedua orang tua itu segera mendatangi Adam dengan langkah yang penuh kekecewaan.“Adam, apa yang kamu lakukan? Bagaimana bisa kamu mengumumkan perceraianmu seperti itu?” tanya Tiara dengan tatapan penuh kecewa.Wijaya Menggeleng. “Kami tidak mendidikmu menjadi orang seperti ini, Adam. Apa yang kamu pikirkan”Adam menarik nafas dalam-dalam. “Maafkan aku, Ma, Pa. Aku tahu ini sulit dipahami, tetapi aku tidak punya pilihan lain.”“Tidak punya pilihan? Apa yang membuatmu sampai pada keputusan ini?” tanya Tiara dengan suara meninggi.“Ini semua untuk Dara, Ma. Sarah, dia... dia memiliki penawar ra

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   111. Ceraikan Dia, jadilah Milikku!

    ***Di dalam kamar rumah sakit yang hening, Dara terbaring tanpa gerakan, tubuhnya terhubung dengan berbagai alat medis. Suasana kritis yang menyelimuti ruangan membuat Adam merasa semakin tenggelam dalam keputusasaan. Dara tampak semakin rapuh, dan perlahan kehidupannya menggeliat tipis.Adam duduk di samping tempat tidur istrinya, tatapannya kosong, dan napasnya tersengal. Dia tak tega melihat Dara menderita, dan perasaan frustrasinya semakin memuncak. Dokter keluar dari ruangan perawatan dengan wajah sedih, mencoba memberi penjelasan kepada Adam."Bu Dara memerlukan penawar yang sangat langka, Pak Adam. Kita berusaha semaksimal mungkin, tapi sampai saat ini, belum ada perkembangan yang signifikan," ucap dokter dengan suara pelan.Adam menundukkan kepalanya, memejamkan mata sejenak untuk menahan emosinya. "Istriku harus sembuh, dok. Aku tidak bisa kehilangannya."Di tengah keputusasaan, pikiran Adam tertuju pada Sarah, orang yang diketahuinya sebagai dalang di balik segala penderita

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   110. Bayangan Hitam Ambisi

    ***Hari itu, keheningan di rumah sakit dipecah oleh telepon yang tak terduga. Adam mengangkat teleponnya dan mendengarkan berita yang membuat hatinya berdegup kencang. Informasi itu mengguncangnya seperti gempa bumi, menghancurkan kedamaian yang selama ini dia bangun bersama istrinya, Dara."Dara diracun oleh Sarah? Bagaimana ini bisa terjadi?" gumam Adam dengan nada gemuruh, penuh amarah. Apalagi saat tadi a dokter rumah sakit memberitahu keadaan Dara yang masih koma karena keracunan.Adam merasa darahnya mendidih ketika dia menyadari bahwa Dara menjadi korban ulah dua orang yang tidak punya hati dan tega melakukan hal yang keji seperti itu. Dia segera mengambil ponselnya dan memanggil asistennya, David."David, ini Adam. Segera blokir bandara. Ada seseorang yang harus kita tangkap. Namanya Nichole Choi. Lakukan ini secepat mungkin," perintah Adam dengan suara yang penuh urgensi.David yang merasakan seriusnya situasi ini, langsung menjawab, "Baik, Pak Adam. Saya akan segera melakuk

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   109. Rindu yang Tak Tertahankan

    ***Suri duduk sendirian di pojok kamar, matanya yang kecil dan cemerlang kini dipenuhi oleh air mata. Rambut hitam kecilnya berantakan, dan wajahnya terlihat lesu. Di tangan kecilnya, dia memeluk erat boneka kelinci kesayangannya, seolah-olah mencari kenyamanan dari objek kecil itu.Di sudut ruangan, Tiara dan Wijaya saling pandang, keprihatinan tergambar di wajah mereka. Mereka menyadari betapa sulitnya bagi Suri menghadapi kenyataan bahwa ibunya, Dara, harus dirawat di rumah sakit.Tiara mendekati Suri dengan langkah lembut, duduk di sampingnya, dan memeluknya erat. "Sayangku, apa yang membuat Suri begitu sedih?" tanya wanita paruh baya itu dengan lembut.Suri menoleh ke arah Tiara, air mata masih terus mengalir. "Suri sangat merindukan bunda, Nenek. Kapan bunda pulang? Suri mau lihat bunda."Tiara memahami perasaan cucunya dan mencoba menenangkan hatinya. "Bunda sedang sakit, sayang. Dokter harus merawatnya agar segera sembuh. Tapi jangan khawa

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   108. Semua Akan Baik-baik Saja

    ***Riky duduk gelisah di ruang tunggu rumah sakit, tatapannya kosong menuju pintu kamar tempat istrinya, Zea, dirawat. Pikirannya bergejolak di tengah ketidakpastian tentang nasib Zea yang masih belum sadarkan diri. Seiring waktu berlalu, kekhawatiran Riky semakin membesar, terutama setelah tadi ke rumah sakit mengantar Kana untuk melihat Dara yang juga dirawat di ruang gawat darurat karena keracunan. Keduanya dirawat di rumah sakit yang sama.Dokter langsung keluar dari kamar Zea dan menghampiri pria itu yang sedang melamun. “Pak Riky, kondisi istri anda masih belum stabil. Kami masih mencoba mencari penyebab luka yang parah ini. Mohon bersabar."Riky tambah gelisah. “Terima kasih, Dokter. Bagaimana dengan putri saya, Dara? Bagaimana keadaannya?""Bu Dara sedang dalam perawatan intensif. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk mendeteksi dan mengatasi dampak keracunan,” balas dokter itu.Riky mengangguk dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang ke masa lalu, mencari tahu bagaimana k

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   107. Sekotak Cokelat dan Bunga Gardenia yang Misterius

    ***Ruangan CEO PT. Shinee Serein tampak begitu elegan dengan sentuhan modern dan nuansa yang memberikan kesan kekuatan dan keberhasilan. Dara duduk di meja kerjanya yang besar, fokus pada pekerjaannya yang menumpuk. Suasana ruangan diisi dengan keheningan, hanya terdengar bisikan ringan dari mesin pencetak dokumen dan suara langkah kaki di lantai marmer.Pintu ruangan terbuka perlahan, mengungkapkan seorang asisten dengan senyum misterius di wajahnya. Dara menoleh dan terkejut melihat seorang kurir membawa sebuah paket yang cantik terbungkus rapi."Maaf mengganggu, Bu Dara. Paket ini baru saja datang untuk Anda," kata asisten sambil menyerahkan paket itu pada Dara.Dara tersenyum dan meraih paket itu dengan tanda tanya di wajahnya. Dia membaca nama pengirim di label: Adam Tanaka, suaminya. Hatinya berdebar-debar saat dia membuka paket itu dengan hati penuh harap.Di dalamnya, dia menemukan sekotak cokelat coklat gelap yang menggoda dan sebuket bun

DMCA.com Protection Status