Home / Rumah Tangga / MAHLIGAI: Istana yang Kujaga / 5. Pria yang Menepati Janjinya

Share

5. Pria yang Menepati Janjinya

Author: ISMI
last update Last Updated: 2023-10-04 11:19:42

***

“Mas Adam?”

Adam tertegun dan dia langsung mengibaskan tangannya yang dari tadi Sarah pegang. Dia berdiri dan menatap istrinya yang saat ini sedang melihatnya dengan datar.

“Sayang, kamu ada di sini?” tanya Adam.

Dara mengangguk kecil, sebelum menjawab dia melihat ke arah Sarah. “Iya, aku ada keperluan sebentar sebelum menjemput anak-anak ke sekolah,” balasnya. Lalu dia pun tersenyum. “Kak Sarah ternyata benar ada di sini, tadi kata Mas Adam ada kakak di sini, jadi aku sekalian saja mampir. Kita sudah lama tidak bertemu. Aku rindu dengan kamu Kak.” Dia sengaja mengatakannya di depan keduanya.

Sarah tersenyum kikuk, dia tidak tahu kalau Adam ternyata memberitahukan pada Dara kalau pria itu sedang bersamanya.

“Iya, Dara. Kakak juga nggak sengaja bertemu Adam, sekalian saja Kakak makan siang dengannya,” balas Sarah dengan tenang. “Nah, karena kamu sudah ada di sini, bagaimana kalau kita makan siang bersama? Sudah lama kita nggak bicara santai seperti ini. Kamu sangat sibuk dengan bisnis dan karier-mu sampai tidak ada waktu untuk kakakmu ini,” ucapnya.

“Iya, aku memang sangat sibuk kemarin sampai aku melupakan waktu berhargaku dengan keluargaku sendiri,” cicit Dara. “Oke, kebetulan aku juga masih lapar, dan juga masih ada waktu untuk menjemput anak-anak.”

“Kalau kamu sibuk, anak-anak biar Kakak saja yang jemput, kamu jangan menyusahkan dirimu sendiri,” tawar Sarah.

“Yang jelas, anak-anak tidak menyusahkanku, dan mereka itu anak-anakku, jadi aku adalah ibunya yang paling berhak untuk mereka,” balas Dara. “Sekarang, aku tidak akan merepotkanmu lagi, Kak. Maafkan aku karena selalu menitipkan anak-anak padamu, jadi mulai sekarang gunakan saja waktu Kakak sebaik-baiknya, jangan merasa ada kewajiban untuk menjaga anak-anakku.”

Sarah terdiam sebentar, dia merasa Dara sedikit aneh. Wanita itu tidak bisa dia kendalikan lagi. kenapa sikap Dara memang terlihat berbeda?

Sarah tersenyum tulus. “Kai dan Suri sudah Kakak anggap seperti anak Kakak sendiri, jadi Kakak menikmati saat mengurus keduanya. Mereka itu anak-anak pintar dan lucu.”

‘Ya, hanya kamu yang beranggapan seperti itu, kak. Bagiku, posisiku adalah nomor satu di hati anak-anak dan tentu juga di hati Mas Adam,’ batin Dara dalam hati.

Di sisi lain, Adam tidak banyak bicara. Dia hanya diam mendengarkan, saat Dara berbicara pun, ada keterkejutan di hatinya. Kenapa Dara bicara seolah dia memberitahukan kalau dirinya saat ini sedang bersama Sarah? Padahal dia belum mengatakan apa-apa pada istrinya.

Dara... seperti Dara yang dia kenal pertama kali, dan dia pun seperti jatuh cinta lagi, dan kekosongan hatinya kemarin saat istrinya itu terlalu sibuk dengan dunianya akhirnya terisi kembali. Namun, ada satu hal yang mengganjal di hatinya, yaitu saat dia dan Sarah tanpa sadar berpegangan tangan. Jelas Dara melihatnya, tapi kenapa istrinya itu tidak marah atau cemburu? Dara hanya bersikap biasa-biasa saja, apa Dara menyadari sesuatu hal? Atau istrinya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya?

“Mas, kamu sakit?” tanya Dara.

Adam pun tersadar dari lamunannya, dia menggelengkan kepalanya.

“Mas, mau langsung ke kantor?”

“Iya, Sayang. Kenapa? Kamu mau jemput anak-anak?”

“Iya, tapi aku nggak bawa mobil, Mas. Antar aku ke sekolah anak-anak, ya!”

Adam mengangguk.

“Kak Sarah masih ada kepentingan kan ya? Kalau begitu aku sama Mas Adam langsung mau pergi ya! Anak-anak juga sebentar lagi pulang,” ucap Dara langsung bicara tanpa ada intro.

Sarah yang tadinya mau ikut dengan mobil Adam pun, mau tidak mau terpaksa menganggukan kepalanya, jika dia ngotot pergi dengan Adam yang ada membuat Dara curiga dan tentu saja nanti Adam tidak menyukai apa yang dia lakukan. Sarah tidak mau membuat Adam sampai membencinya.

“Sarah, tagihan makanannya sudah aku bayar. Jadi, kamu nanti tidak usah membayar lagi,” ucap Adam.

“Oke. Thanks ya, Adam.”

Adam mengangguk pelan, lalu Dara mengucapkan selamat tinggal pada Sarah dan dia pun melingkarkan tangannya ke lengan Adam. Keduanya pergi menyisakan rasa kesal di hati Sarah.

“Seharusnya yang ada di posisi itu aku, kamu hanya pelariannya saja pada waktu itu,” gumam Sarah tersenyum sinis.

***

Di dalam perjalanan, Dara melamun. Dia melemparkan pandangan ke arah jendela mobil. Kejadian tadi saat Adam dan Sarah berpegangan tangan terngiang di pikirannya. Dia ingin marah, dia ingin teriak, dan menangis, tapi Dara menahannya. Dia tidak mau sampai Sarah tersenyum dan membuat dia lemah.

Dara bingung saat ini, apa yang harus dia bicarakan dengan suaminya, dan kenapa Adam tidak mengatakan apa-apa padanya? Padahal jelas Adam tahu kalau dia melihat keduanya berpegangan tangan.

“Apa yang tadi kamu lihat, itu tidak sengaja,” ucap Adam memecahkan keheningan diantara keduanya.

“Iya, aku tahu.” Dara hanya menjawab singkat.

“Maafkan aku, Sayang. Sungguh tadi benar-benar tidak sadar kalau tangan Sarah sedang memegang tanganku,” ucap Adam. Nada suaranya terdengar agak frustasi.

Dara menghela napas panjang, lalu dia berbalik menatap suaminya yang sedang menatapnya.

“Aku tahu,” balas Dara tersenyum.

“Apa yang kamu tahu?” Adam bertanya balik.

“Aku tahu kalau Mas Adam itu adalah pria yang tidak akan mengingkari janjinya, aku percaya padamu, Mas,” balas Dara.

Detik berikutnya, ada ruang sakit di hati Adam saat wanita itu bicara seperti itu. Kenapa Dara tidak marah padanya? Justru Adam semakin gelisah saat Dara hanya diam saja, biasanya wanita itu selalu cemburu dan kesal saat ada wanita lain yang mulai menggodanya.

“Kamu tidak cemburu, Sayang?”

Dara tertegun, baru kali ini suaminya mengatakan hal itu padanya. Biasanya pertanyaan itu dialah yang sering bertanya pada suaminya.

Dara tersenyumn tipis. “Mas, tahu kan bagaimana perasaanku padamu? Apa perlu aku tunjukkan?”

Adam terdiam, dia mulai bingung dengan sikap Dara yang berubah.

“Aku pasti cemburu, Mas. Aku bahkan ingin marah tadi, tapi aku ingat janjimu, janjimu yang tidak akan pernah berkhianat padaku, jadi aku yakin kalau kamu adalah pria terhormat yang akan menepati janjimu,” ucap Dara.

“Sayang, kalau kamu cemburu, jangan menahannya! Diamnya kamu malah membuat Mas takut,” ujar Adam.

“Aku cemburu kalau Mas mulai memikirkan wanita lain, saat itu artinya aku tidak terlalu berarti untukmu. Aku hanya takut kehilangan cinta darimu, Mas.”

“Kamu sangat berarti bagi Mas. Jangan bicarakan hal yang omong kosong,” tukas Adam.

“Oh, iya. Hampir saja aku lupa mau mengatakannya,” timpal Dara. Lalu, wanita itu menatap suaminya, dan setelah itu membuka tasnya untuk mengambil sesuatu. “Ini, sepertinya Mas selalu lupa mengenakan cincin pernikahan kita, hanya aku yang selalu betah dengan cincin pernikahan ini.”

Adam tersentak, dia memang selalu melepaskan cincin pernikahan saat sedang mandi karena dia sedikit tidak nyaman.

“Maaf.”

“Kenapa Mas Adam harus minta maaf? Mas tidak melepaskan cincin pernikahan kita dengan sengaja, kan?”

Adam terkejut, dia pun mengangguk pelan. Baru saja pria itu ingin bicara, mobil sudah berhenti di depan sekolah anak-anak.

“Sudah sampai, aku akan pulang dengan taxi, dan mungkin nanti mampir dulu sama anak-anak ke mal. Jadi, kami pulang agak terlambat, ya!” ucap Dara.

“Mau Pak Johan jemput kalian sekarang?”

Dara menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu. Aku ingin kencan sama anak-anak.”

“Sayang... “

“Iya, ada apa?’

“Masalah Sarah... “

“Sudah, Mas. Aku sudah tidak memikirkannya, aku tahu kalau Mas dan Kak Sarah tidak mungkin menusukku di belakang,” balas Dara. “Dan juga... apa Mas Adam pernah berpikir kalau Mas takut kehilanganku?”

“Maksudnya?”

“Kalau misalnya aku tidak ada lagi di hidup Mas Adam, bagaimana? Apa Mas akan merasa kehilangan?”

***

Related chapters

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   6. Mesin Waktu

    ***Adam tidak bisa konsentrasi dengan pekerjaannya. Ucapan Dara tadi siang membuatnya gelisah. Dara seperti menyembunyikan sesuatu darinya. Apa Dara tahu semuanya saat kejadian di Bali? Atau Sarah diam-diam memberitahukan Dara tentang ketidaksengajaan itu?Kejadian saat di Bali, murni hanya sebuah kecelakaan dan dia pun tidak menganggap insiden itu adalah sebagai perselingkuhan.Kedua matanya menerawang, dia ingat kejadian minggu kemarin saat dia dan Sarah sedang menyelusuri Pantai Kuta.Flashback... “Sudah sangat lama, ya... ““Lama apanya?” tanya Adam. Dia dan Sarah menyelusuri bibir pantai bersama. Pria itu menemani Sarah karena wanita itu tak sengaja bertemu dengan Leon, mantan suaminya.“Kita tidak bicara sedekat ini dan juga hanya berdua,” balas Sarah.Adam masih tidak mengerti. “Memangnya maunya kamu kita bicara seperti bagaimana?”“Ya, begini. Hanya

    Last Updated : 2023-10-09
  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   7. Terjebak Perasaan di Masa Lalu

    ***Pikiran Adam sangat kalut, dia masih gelisah memikirkan istrinya. Sikap Dara yang mendadak berubah. Dan juga kesalahan dirinya karena tanpa sadar telah berkhianat pada wanita itu. Maka, saat ini dia memutuskan untuk bertemu dengan sahabat karibnya, Reno. Reno lah yang paham bagaimana dirinya.Toh Dara mungkin belum kembali ke rumah malam ini karena yakin istrinya itu sibuk dengan bisnisnya. Apalagi bisnis Dara saat ini sedang sampai puncaknya. Bisnis Skincare milik istrinya pun punya banyak cabang sampai ke Asia Tenggara. Dara adalah satu satu pebisnis wanita nomor 1 di negara ini.Adam memutuskan untuk berbicara dengan Reno di salah satu cafe langganan mereka. Adam ingin meminta pendapat sahabatnya itu karena dia tahu bagaimana bijaknya Reno dan sahabatnya itu memang memiliki pemahaman agama jauh lebih baik dari semua yang dia kenal.“Reno, maaf aku agak telat,” ucap Adam. Dia langsung duduk dengan memasang wajah yang lelah.

    Last Updated : 2023-10-10
  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   8. Aku Masih di Ruang Hatimu?

    ***“Bu Dara, apa Ibu masih mendengarkan saya?”Lamunan Dara buyar saat Axel memanggilnya. Wanita itu menghela napas panjang untuk menenangkan hatinya yang kacau.“Iya, aku masih mendengarmu,” balas Dara.“Lalu, apa Ibu setuju dengan rencana saya?”“Apa rencanamu?”“Foto-foto itu saya dapatkan dari salah satu wartawan senior. Dia berencana mempublikasikan semuanya lusa dan itu pasti akan jadi hot topic dan tentu saja akan berdampak buruk bagi suami Ibu dan juga wanita itu, namun saya punya rencana yang akan membuat wanita itu disudutkan, jadi saya berencana kalau wanita itulah yang menggoda Pak Adam, dan sengaja menyebarkan foto itu agar rencananya untuk merebut Pak Adam dari Ibu itu berhasil. Nama Pak Adam akan pulih kembali dan wanita itu akan dibenci publik,” tutur Axel menjelaskan.“Tidak perlu menggunakan cara kuno untuk membalasnya,” tukas Dara.&ldqu

    Last Updated : 2023-10-11
  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   9. Kesedihan yang Tersembunyi

    ***Suri dan Kai berceloteh di meja makan. Tampak Dara tersenyum menatap keduanya dan menyiapkan sarapan pagi untuk keduanya.Di sisi lain, Adam mematung di tempatnya. Melihat Dara yang biasanya sepagi ini tidak ada di rumah atau masih berjibaku dengan tidurnya jika dia pulang menjelang Subuh dan itu selalu Dara lakukan.Ada rasa hangat menjalar di hati Adam. Dia tersenyum menatap pemandangan yang tidak biasa. Dia langsung bergegas menghampiri istri dan kedua anaknya.“Selamat pagi, Sayang... “Suri dan Kai langsung menatap ke arah sumber suara dan keduanya pun tersenyum lebar. “Selamat pagi, Ayah,” keduanya menjawab dengan serempak.Adam langsung mengecup pipi kedua anaknya dan dia langsung mengecup kening Dara dengan lembut.“Kamu tidak kerja hari ini?” tanya Adam.“Kerja, Mas. Tapi agak siang aku ke kantornya, dan ada meeting juga. Aku meminta mereka datang ke rumah ini,&rdq

    Last Updated : 2023-10-12
  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   10. Menerka-nerka

    ***Di dalam mobil Adam... Selama kurang lebih 10 menit, suasana tampak hening. Baik Adam maupun Sarah tidak banyak bicara. Keduanya tenggelam dalam kesibukannya masing-masing.Sarah melirik pria di sampingnya yang sibuk dengan tab di tangannya, dan sopir di depan pun sibuk memperhatikan jalanan. Tepat saat mobil Adam berhenti di lampu merah, Sarah menghela napas panjang, dia ingin mengatakan sesuatu, tapi Adam seperti tidak peduli dengan kehadirannya.Sarah melirik ke jari manis milik Adam, dia melihat ada cincin yang melingkar di jari itu. Sarah mengernyit, dia tidak tahu kalau Adam hari ini memakai cincin pernikahannya. Terlebih yang dia tahu, Adam selalu melepaskannya. Kecemburuan mendidih di hatinya. Dia benci memikirkan kalau Dara masih ada utuh di hati Adam. Seharusnya kejadian saat dia dan Adam berciuman membuat pria itu menjauh dari Dara, kan?“Sekarang Dara sepertinya punya banyak waktu ya. Bahkan dia samp

    Last Updated : 2023-10-13
  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   11. Jangan Rebut Surgaku (Lagi)!

    *** Dara langsung menggelengkan kepalanya. “Saat ini hubunganku dengan mama dan papa, baik-baik saja. Kamu tak perlu mengkhawatirkanku, Anna.” Anna menatap sahabatnya dengan curiga. Sejak dulu, muram di wajah Dara hanya karena kedua orang tua wanita itu. Saat Anna pindah ke komplek perumahan yang di tempati orang tua Dara, dia memang melihat ada yang berbeda. Perlakuan kedua orang tua Dara pada sahabatnya itu seperti dingin, justru kedua orang tuanya Dara hanya perhatian dan bersikap hangat pada Sarah. Dari awal Anna berpikir kalau Dara mungkin bukan anak kandung mereka, tapi anggapan itu dibantahkan kalau Dara memang adik kandung Sarah. Anna menghela napas pendek. “Sepertinya kamu butuh waktu untuk dirimu sendiri. Kamu harus mengembalikan energimu dan semangatmu,” ucapnya. “Bagaimana kalau weekend ini kita jalan-jalan?” tawarnya. Dara menggelengkan kepalanya. “Aku mau ke puncak sama anak-anak dan aku sudah berjanji pada mereka.” “Anak-anak?” tanya Anna. Lalu, dia pun menduga-du

    Last Updated : 2023-10-14
  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   12. Selalu menjadi Bayang-bayang

    ***Adam memijit pelipisnya saat membaca pesan dari Sarah. Dia melihat arlojinya dan menghela napas pendek. Dia tahu kalau saat ini Sarah pasti sedang ketakutan, tapi pikirannya tentang Dara dan rasa bersalahnya itu membuat dia menggelengkan kepalanya.Adam: Maaf, aku sudah janji dengan Dara. Nanti aku coba hubungi Mesya untuk menemuimu,Pesan terkirim.Adam langsung beranjak dari kursinya, dia ingin datang lebih awal untuk menjemput istrinya. Sudah lama dia tidak memberi kejutan pada Dara. Istrinya itu pasti bahagia jika dia datang lebih awal.Di sisi lain, Sarah membaca pesan dengan perasaan campur aduk. Kali ini Adam menolak untuk menemuinya dan alasan pria itu adalah DARA!Kecemburuan mendidih di hati Sarah, dia benci karena pria itu semakin sulit untuk dia jangkau. Padahal rencana awalnya, Adam sudah mulai masuk dalam perangkapnya, bahkan Sarah sudah bersusah payah membuat Kai dan Suri menganggapnya sebagai ibu

    Last Updated : 2023-10-15
  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   13. Pohon Kecewa

    Adam baru saja tiba di depan kantor Dara. Saat dia ingin menelepon istrinya, ada chat dari Dara. Pria itu mengernyitkan keningnya, menatap pesan itu dengan sedikit kecewa.Kenapa Dara harus mengutamakan pekerjaannya? Sudah lama keduanya tidak duduk bersama atau menikmati waktu hanya berdua karena dia maupun Dara sama-sama sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Hari ini, secara khusus Adam bahkan dia harus menunda meeting penting karena ingin bicara hati ke hati dengan Dara.Hati Adam patah! Sungguh Dara selalu menumbuhkan rasa kecewa di hatinya. Dia menghela napas berat, memijit kedua alisnya, dan menatap bunga mawar putih yang sudah dia belikan untuk Dara.Malam ini gagal lagi, kenapa istrinya itu selalu saja berkali-kali membuatnya kecewa?“Apa yang harus aku lakukan lagi, Dara? Aku ini suamimu, harusnya aku adalah prioritasmu, kan? Seperti aku yang selalu mengutamakan kamu di atas segalanya, bahkan kamu kutempatkan paling atas, meski ada anak-anak,” gumam Adam. Suaranya terdengar

    Last Updated : 2023-10-16

Latest chapter

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   115. TAMAT (Kado Kebahagiaan)

    *** Matahari terbenam di ufuk barat saat Dara, Adam, dan Kana tiba di rumah Riky. Suasana tenang, tetapi tegang, seolah-olah mendahului pertemuan yang penuh kenangan dan penyesalan. Riky membuka pintu dengan senyuman kecil. "Selamat datang." Mereka masuk ke rumah yang penuh kenangan, di mana setiap sudutnya menciptakan jejak-jejak waktu. Riky mempersilakan mereka duduk di ruang tamu yang hangat. Dara memandang sekeliling, mengenang momen-momen pahit yang pernah ada di sini. "Bagaimana keadaan Mama Zea?" tanya Adam dengan nada khawatir. Riky menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab, "Dia tidak ingin bertemu siapa-siapa. Menutup diri sepenuhnya. Kepergian Sarah telah menghancurkannya." Kana menaruh tangannya di pundak Dara, memberikan dukungan yang dibutuhkan. Riky melanjutkan, "Aku menyesal, sangat menyesal. Tidak hanya karena Sarah, tapi juga karena semua yang terjadi pada kalian, Dara, dan kamu, Kana. Aku kehilangan begitu banyak, dan aku menyadari betapa bodohnya aku dulu.

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   114. Malam yang Gelap

    ***Rumah sakit itu terasa sunyi, langit yang mendung di luar jendela, dan bau antiseptik yang khas mengisi udara. Adam duduk di kursi seberang tempat tidur Dara, tangannya bergetar ketika ia memegang tangan istrinya yang lemah. Kondisi Dara melemah lagi, ia tahu karena penawar itu tidak sepenuhnya menghilangkan racun di tubuh sang istri."Maafkan suamimu ini, Dara," ucap Adam dengan mata berkaca-kaca. "Mas tidak bisa melindungimu dengan baik."Dara tersenyum lemah, mencoba memberikan kekuatan pada suaminya. "Mas Adam tidak salah. Ini bukan salahmu, Mas."Adam menarik napas dalam-dalam. "Tapi Mas harusnya bisa mencegah semua ini. Mas tidak boleh mengizinkan orang-orang itu menyakitimu.""Sudahlah, sayang," jawab Dara. "Aku tahu Mas mencintai aku, dan itu sudah cukup. Kita akan melalui ini bersama."Adam mengangguk, tetapi tatapannya terus melayang ke wajah pucat Dara. "Mas selalu merindukanmu, Sayang. Setiap detik tanpamu adalah siksaan bagi Mas."Dara tersenyum tipis, "Dan aku merind

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   113. Tunggu Aku, Sayang!

    ***Di tengah gemerlap lampu malam, Sarah dan Shinta duduk di sebuah restoran mewah yang penuh dengan aroma harum masakan lezat. Mereka bersulang, gelas anggur mereka saling bersentuhan sebagai tanda keberhasilan mereka. Sarah tersenyum lebar, dan matanya berkilat ketika dia menceritakan rencananya yang licik kepada Shinta."Shinta, kamu tak akan percaya apa yang terjadi hari ini. Akhirnya, aku berhasil membuat Adam tunduk pada keinginanku," kata Sarah sambil tertawa penuh kepuasan.Shinta memandang Sarah dengan kagum. "Benarkah? Ceritakan semuanya padaku!"Sarah menceritakan dengan penuh detail bagaimana dia meracuni Dara dan membuat Adam tunduk pada permintaannya. Shinta tak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap kecerdasan sahabatnya."Dia tak akan pernah menyangka bahwa penawar itu hanya aku berikan seperempat. Dan dalam tiga hari, Dara akan lemas lagi," ujar Sarah sambil tersenyum misterius.Shinta terkejut namun tak bisa menahan tawanya. "Kamu benar-benar genius, Sarah! Aku t

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   112. Kenapa Cinta bisa Sekejam ini?

    ***Pengumuman Adam tentang perceraiannya dengan Adam telah mengejutkan banyak pihak. Kabar ini membahana di media, membuatnya menjadi sorotan utama. Namun, tidak semua orang bisa memahami kedalaman perasaan dan keputusan sulit yang harus diambil oleh Adam.Ketika Adam tiba di rumahnya, dia disambut dengan tatapan tajam dan hening yang mengancam dari Tiara dan Wijaya, orang tua yang mencintainya. Kedua orang tua itu segera mendatangi Adam dengan langkah yang penuh kekecewaan.“Adam, apa yang kamu lakukan? Bagaimana bisa kamu mengumumkan perceraianmu seperti itu?” tanya Tiara dengan tatapan penuh kecewa.Wijaya Menggeleng. “Kami tidak mendidikmu menjadi orang seperti ini, Adam. Apa yang kamu pikirkan”Adam menarik nafas dalam-dalam. “Maafkan aku, Ma, Pa. Aku tahu ini sulit dipahami, tetapi aku tidak punya pilihan lain.”“Tidak punya pilihan? Apa yang membuatmu sampai pada keputusan ini?” tanya Tiara dengan suara meninggi.“Ini semua untuk Dara, Ma. Sarah, dia... dia memiliki penawar ra

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   111. Ceraikan Dia, jadilah Milikku!

    ***Di dalam kamar rumah sakit yang hening, Dara terbaring tanpa gerakan, tubuhnya terhubung dengan berbagai alat medis. Suasana kritis yang menyelimuti ruangan membuat Adam merasa semakin tenggelam dalam keputusasaan. Dara tampak semakin rapuh, dan perlahan kehidupannya menggeliat tipis.Adam duduk di samping tempat tidur istrinya, tatapannya kosong, dan napasnya tersengal. Dia tak tega melihat Dara menderita, dan perasaan frustrasinya semakin memuncak. Dokter keluar dari ruangan perawatan dengan wajah sedih, mencoba memberi penjelasan kepada Adam."Bu Dara memerlukan penawar yang sangat langka, Pak Adam. Kita berusaha semaksimal mungkin, tapi sampai saat ini, belum ada perkembangan yang signifikan," ucap dokter dengan suara pelan.Adam menundukkan kepalanya, memejamkan mata sejenak untuk menahan emosinya. "Istriku harus sembuh, dok. Aku tidak bisa kehilangannya."Di tengah keputusasaan, pikiran Adam tertuju pada Sarah, orang yang diketahuinya sebagai dalang di balik segala penderita

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   110. Bayangan Hitam Ambisi

    ***Hari itu, keheningan di rumah sakit dipecah oleh telepon yang tak terduga. Adam mengangkat teleponnya dan mendengarkan berita yang membuat hatinya berdegup kencang. Informasi itu mengguncangnya seperti gempa bumi, menghancurkan kedamaian yang selama ini dia bangun bersama istrinya, Dara."Dara diracun oleh Sarah? Bagaimana ini bisa terjadi?" gumam Adam dengan nada gemuruh, penuh amarah. Apalagi saat tadi a dokter rumah sakit memberitahu keadaan Dara yang masih koma karena keracunan.Adam merasa darahnya mendidih ketika dia menyadari bahwa Dara menjadi korban ulah dua orang yang tidak punya hati dan tega melakukan hal yang keji seperti itu. Dia segera mengambil ponselnya dan memanggil asistennya, David."David, ini Adam. Segera blokir bandara. Ada seseorang yang harus kita tangkap. Namanya Nichole Choi. Lakukan ini secepat mungkin," perintah Adam dengan suara yang penuh urgensi.David yang merasakan seriusnya situasi ini, langsung menjawab, "Baik, Pak Adam. Saya akan segera melakuk

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   109. Rindu yang Tak Tertahankan

    ***Suri duduk sendirian di pojok kamar, matanya yang kecil dan cemerlang kini dipenuhi oleh air mata. Rambut hitam kecilnya berantakan, dan wajahnya terlihat lesu. Di tangan kecilnya, dia memeluk erat boneka kelinci kesayangannya, seolah-olah mencari kenyamanan dari objek kecil itu.Di sudut ruangan, Tiara dan Wijaya saling pandang, keprihatinan tergambar di wajah mereka. Mereka menyadari betapa sulitnya bagi Suri menghadapi kenyataan bahwa ibunya, Dara, harus dirawat di rumah sakit.Tiara mendekati Suri dengan langkah lembut, duduk di sampingnya, dan memeluknya erat. "Sayangku, apa yang membuat Suri begitu sedih?" tanya wanita paruh baya itu dengan lembut.Suri menoleh ke arah Tiara, air mata masih terus mengalir. "Suri sangat merindukan bunda, Nenek. Kapan bunda pulang? Suri mau lihat bunda."Tiara memahami perasaan cucunya dan mencoba menenangkan hatinya. "Bunda sedang sakit, sayang. Dokter harus merawatnya agar segera sembuh. Tapi jangan khawa

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   108. Semua Akan Baik-baik Saja

    ***Riky duduk gelisah di ruang tunggu rumah sakit, tatapannya kosong menuju pintu kamar tempat istrinya, Zea, dirawat. Pikirannya bergejolak di tengah ketidakpastian tentang nasib Zea yang masih belum sadarkan diri. Seiring waktu berlalu, kekhawatiran Riky semakin membesar, terutama setelah tadi ke rumah sakit mengantar Kana untuk melihat Dara yang juga dirawat di ruang gawat darurat karena keracunan. Keduanya dirawat di rumah sakit yang sama.Dokter langsung keluar dari kamar Zea dan menghampiri pria itu yang sedang melamun. “Pak Riky, kondisi istri anda masih belum stabil. Kami masih mencoba mencari penyebab luka yang parah ini. Mohon bersabar."Riky tambah gelisah. “Terima kasih, Dokter. Bagaimana dengan putri saya, Dara? Bagaimana keadaannya?""Bu Dara sedang dalam perawatan intensif. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk mendeteksi dan mengatasi dampak keracunan,” balas dokter itu.Riky mengangguk dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang ke masa lalu, mencari tahu bagaimana k

  • MAHLIGAI: Istana yang Kujaga   107. Sekotak Cokelat dan Bunga Gardenia yang Misterius

    ***Ruangan CEO PT. Shinee Serein tampak begitu elegan dengan sentuhan modern dan nuansa yang memberikan kesan kekuatan dan keberhasilan. Dara duduk di meja kerjanya yang besar, fokus pada pekerjaannya yang menumpuk. Suasana ruangan diisi dengan keheningan, hanya terdengar bisikan ringan dari mesin pencetak dokumen dan suara langkah kaki di lantai marmer.Pintu ruangan terbuka perlahan, mengungkapkan seorang asisten dengan senyum misterius di wajahnya. Dara menoleh dan terkejut melihat seorang kurir membawa sebuah paket yang cantik terbungkus rapi."Maaf mengganggu, Bu Dara. Paket ini baru saja datang untuk Anda," kata asisten sambil menyerahkan paket itu pada Dara.Dara tersenyum dan meraih paket itu dengan tanda tanya di wajahnya. Dia membaca nama pengirim di label: Adam Tanaka, suaminya. Hatinya berdebar-debar saat dia membuka paket itu dengan hati penuh harap.Di dalamnya, dia menemukan sekotak cokelat coklat gelap yang menggoda dan sebuket bun

DMCA.com Protection Status