***
Adam tidak bisa konsentrasi dengan pekerjaannya. Ucapan Dara tadi siang membuatnya gelisah. Dara seperti menyembunyikan sesuatu darinya. Apa Dara tahu semuanya saat kejadian di Bali? Atau Sarah diam-diam memberitahukan Dara tentang ketidaksengajaan itu?
Kejadian saat di Bali, murni hanya sebuah kecelakaan dan dia pun tidak menganggap insiden itu adalah sebagai perselingkuhan.
Kedua matanya menerawang, dia ingat kejadian minggu kemarin saat dia dan Sarah sedang menyelusuri Pantai Kuta.
Flashback...
“Sudah sangat lama, ya... “
“Lama apanya?” tanya Adam. Dia dan Sarah menyelusuri bibir pantai bersama. Pria itu menemani Sarah karena wanita itu tak sengaja bertemu dengan Leon, mantan suaminya.
“Kita tidak bicara sedekat ini dan juga hanya berdua,” balas Sarah.
Adam masih tidak mengerti. “Memangnya maunya kamu kita bicara seperti bagaimana?”
“Ya, begini. Hanya kita saja, aku jadi ingat saat masa-masa SMA dulu, hanya ada kamu dan aku saja,” tukas Sarah tersenyum tipis.
Adam tidak bicara lagi, dia memang ingat dengan kenangan itu. 3 tahun dilalui Adam di bangku SMA hanya dengan mendekati Sarah. Namun, wanita itu sudah 2 kali menolak pernyataan cintanya, alasannya Sarah hanya ingin keduanya menjadi sahabat saja.
“Kalau dulu aku nggak nolak kamu, mungkin takdir yang aku jalani tidak begini,” ucap Sarah dengan lirih. Wanita itu tersenyum tipis, “Ternyata penyesalan memang selalu hadir belakangan.”
Adam tidak bicara lagi. Dia tidak tahu kenapa Sarah mengungkit masa lalu itu. Apa mungkin hatinya Sarah masih saja merasakan sakit karena perceraiannya dengan Leon? Terlebih lagi tadi Sarah sangat ketakutan saat melihat Leon, wanita itu bahkan berteriak histeris.
“Andai waktu bisa diulang, aku ingin ada mesin waktu, aku ingin mengubah takdirku,” kata Sarah.
“Waktu tidak akan pernah mundur, Sar. Semua lukamu itu, Tuhan akan membayarnya nanti dengan kebahagiaan yang tidak akan pernah kamu sangka. Tuhan itu Maha Baik dan juga tidak akan salah memilihkan takdir untuk manusia. Dan nanti kamu akan menemukan pria yang tepat, pria yang akan mencintaimu dan juga membahagiakan kamu.” Adam pun akhirnya bersuara.
“Kalau pun boleh menawar, apa aku bisa menemukan kebahagiaan nanti, atau mengembalikan waktu. Aku hanya ingin ada mesin waktu itu, aku ingin kembali ke masa lalu, dimana aku telah salah jalan dan salah melabuhkan hati.”
“Kenapa kamu ingin kembali ke masa lalu?”
‘Itu karena kamu, Adam. Aku ingin mengembalikan waktu saat kamu dulu sangat memujaku, aku ingin mengembalikan perasaanmu yang dulu padaku. Jika waktu itu bisa diulang, mungkin aku dengan senang hati akan menerima perasaanmu dan mungkin wanita yang ada di sisimu itu adalah aku, bukan Dara,’ batin Sarah dalam hati.
Sarah tersenyum. “Tidak apa-apa, aku hanya ingin kembali ke masa lalu agar tidak menerima Leon,” balasnya.
“Maafkan aku, Sarah. Aku mungkin salah satu penyebab kamu terluka, aku lah yang mengenalkan Leon padamu,” ucap Adam.
“Hmm, aku tak pernah menyalahkanmu, Adam. Kamu pria baik yang tidak pernah membuat siapapun terluka,” balas Sarah. Lalu, wanita itu berhenti, menatap gelombang air laut, diikuti Adam.
“Bagaimana pernikahanmu? Kamu bahagia?” tanya Sarah.
“Tentu saja aku bahagia, adanya Kai dan Suri menyempurnakan kebahagiaanku,” balas Adam.
“Adikku beruntung karena memiliki suami sepertimu, Adam. Tapi, dia malah menyia-nyiakan suami sehebat kamu. Dara malah sibuk dengan dunianya dan mengabaikan kalian. Sungguh dia melepaskan bahagianya,” ucap Sarah.
Adam terdiam, dia memang merasa kosong karena 2 tahun ini, Dara selalu sibuk dengan bisnisnya. Istrinya itu jarang ada di rumah. Adam merasa sedikit lelah karena saat merindukan istrinya itu, wanita itu maha tidak ada di sisinya. Adam memijit kedua alisnya, rasanya sesak memikirkan Dara akhir-akhir ini.
“Ada apa? Kamu ada masalah dengan Dara?”
Adam menggeleng pelan. “Kita harus kembali ke hotel, aku agak lelah.”
Baru saja Adam melangkah, dia terkejut karena Sarah memeluknya dari belakang. Adam mematung, dia merasa ada perasaan aneh di hatinya.
“Aku tahu kalau kamu itu kesepian karena Dara terlalu sibuk dengan urusannya,” ucap Sarah pelan. “Jika kamu merasa kesepian, ada aku. Kamu mengenalku lebih baik dan begitu pun denganku, aku jauh lebih mengenalmu daripada Dara. Bahkan kita itu sama, selalu merasa kesepian dan ingin selalu diperhatikan.”
Suasana hening, yang terdengar hanya suara ombak. “Adam, kamu dan anak-anak bisa mengandalkanku,” bisik Sarah.
Adam terhentak, dia memutarkan tubuhnya dan melihat Sarah. Kedua mata mereka bertemu. Lalu, entah ada iblis mana yang membisikkan, bibir keduanya pun sudah menyatu. Keduanya hanyut dalam ciuman yang panas.
‘Mas Adam... ‘
Adam langsung tersadar saat telinganya dengan jelas mendengar suara Dara, istrinya. Dia langsung melepaskan pagutannya dan mendorong tubuh Sarah agak keras sampai membuat Sarah terkejut.
“Adam, ada apa?”
Adam langsung mengusap wajahnya kasar. Dia merasa jadi pria yang bejat!
“Maafkan aku, Sarah,” ucap pria itu. Kemudian, dia pergi tanpa menghiraukan panggilan dari Sarah.
Adam menyesal, dan senyum Dara seolah terlihat jelas di kedua matanya.
***
“Bunda, ini tidak enak! Aku tidak suka dengan strawberry!” cicit Suri. Dia menatap ice cream strawberry yang di depannya.
Dara mengernyitkan keningnya. “Suri tidak suka?”
Suri menggelengkan kepalanya. “Suri memang dari dulu tidak suka! Bunda lupa apa yang Suri suka?”
Dara menggelengkan kepalanya. “Maafkan Bunda, Sayang. Jangan di makan kalau begitu, Suri mau ice cream rasa apa?”
“Matcha,” balas Suri. “Kalau Aunty Sarah, dia pasti tahu apa yang kita suka dan juga Aunty Sarah selalu mengajak kita main ke Time Zone, bukan hanya keliling mal seperti ini.”
Dara tersentak dengan ucapan si bungsu. Sepertinya selama 2 tahun ini, dia melewati banyak momen dengan si kembar. Sampai dia mengabaikan pertumbuhan keduanya. Hatinya pun diliputi rasa penyesalan luar biasa karena membiarkan wanita lain merebut tempatnya di hati kedua anaknya. Bahkan keduanya sering menyebut nama wanita lain, seolah keberadaannya hanya pajangan.
“Nak, maafkan Bunda. Bunda memang sangat sibuk kemarin dan tidak bisa mengajak kalian ke tempat-tempat yang ingin kalian kunjungi,” ucap Dara dengan lembut. “Tapi untuk sekarang dan seterusnya, Bunda pasti akan menemani kalian. Apapun yang Suri dan Kai inginkan, katakan saja sama Bunda. Bunda akan selalu ada untuk kalian berdua.”
Suri dan Kai menatap Dara dengan berbinar-binar. “Apa itu benar?” tanyanya dengan kompak.
Dara mengangguk dan tersenyum. “Tentu saja! Saat ini kalian berdua bisa mengandalkan Bunda!”
Suri dan Kai saling menatap satu sama lainnya, dan keduanya pun langsung beranjak dari duduknya untuk memeluk Dara.
Si kembar pun memeluk Dara dengan menggemaskan. “Suri sayang sekali sama Bunda!”
“Kai juga sayang sama Bunda! Kalau ada orang yang jahatin Bunda, katakan sama Kai! Kai lah yang akan membasmi penjahat itu dari muka bumi ini!” timpal Kai dengan suara kekanak-kanakannya.
Dara setengah tertawa. “Terima kasih, kesayangan Bunda. Bunda sangat sayang sama kalian berdua,” ucapnya.
“Besok kalian libur, kan?” tanya Dara.
“Iya! Kita libur!” seru si kembar.
“Hmm... bagaimana kalau kita pergi ke puncak? Kalian mau?”
“Mauuu!” keduanya menjawab dengan kompak.
“Oke. Kita besok ke puncak dan juga kalian bisa jalan-jalan di sana!” balas Dara. Lalu dia melihat waktu sudah hampir gelap. “Kita sekarang pulang! Harus istirahat karena besok kita mau ke puncak!”
“Let’s go!” seru keduanya dengan bergembira.
Dara tersenyum. Dia ingin menebus waktu yang hilang bersama anak-anaknya. Dia ingin mengembalikan cinta yang utuh di hati anak-anaknya untuknya.
Cinta anak-anak hanya untuknya, ibu yang melahirkan keduanya. Bukan wanita yang ingin mencuri tempatnya!
***
***Pikiran Adam sangat kalut, dia masih gelisah memikirkan istrinya. Sikap Dara yang mendadak berubah. Dan juga kesalahan dirinya karena tanpa sadar telah berkhianat pada wanita itu. Maka, saat ini dia memutuskan untuk bertemu dengan sahabat karibnya, Reno. Reno lah yang paham bagaimana dirinya.Toh Dara mungkin belum kembali ke rumah malam ini karena yakin istrinya itu sibuk dengan bisnisnya. Apalagi bisnis Dara saat ini sedang sampai puncaknya. Bisnis Skincare milik istrinya pun punya banyak cabang sampai ke Asia Tenggara. Dara adalah satu satu pebisnis wanita nomor 1 di negara ini.Adam memutuskan untuk berbicara dengan Reno di salah satu cafe langganan mereka. Adam ingin meminta pendapat sahabatnya itu karena dia tahu bagaimana bijaknya Reno dan sahabatnya itu memang memiliki pemahaman agama jauh lebih baik dari semua yang dia kenal.“Reno, maaf aku agak telat,” ucap Adam. Dia langsung duduk dengan memasang wajah yang lelah.
***“Bu Dara, apa Ibu masih mendengarkan saya?”Lamunan Dara buyar saat Axel memanggilnya. Wanita itu menghela napas panjang untuk menenangkan hatinya yang kacau.“Iya, aku masih mendengarmu,” balas Dara.“Lalu, apa Ibu setuju dengan rencana saya?”“Apa rencanamu?”“Foto-foto itu saya dapatkan dari salah satu wartawan senior. Dia berencana mempublikasikan semuanya lusa dan itu pasti akan jadi hot topic dan tentu saja akan berdampak buruk bagi suami Ibu dan juga wanita itu, namun saya punya rencana yang akan membuat wanita itu disudutkan, jadi saya berencana kalau wanita itulah yang menggoda Pak Adam, dan sengaja menyebarkan foto itu agar rencananya untuk merebut Pak Adam dari Ibu itu berhasil. Nama Pak Adam akan pulih kembali dan wanita itu akan dibenci publik,” tutur Axel menjelaskan.“Tidak perlu menggunakan cara kuno untuk membalasnya,” tukas Dara.&ldqu
***Suri dan Kai berceloteh di meja makan. Tampak Dara tersenyum menatap keduanya dan menyiapkan sarapan pagi untuk keduanya.Di sisi lain, Adam mematung di tempatnya. Melihat Dara yang biasanya sepagi ini tidak ada di rumah atau masih berjibaku dengan tidurnya jika dia pulang menjelang Subuh dan itu selalu Dara lakukan.Ada rasa hangat menjalar di hati Adam. Dia tersenyum menatap pemandangan yang tidak biasa. Dia langsung bergegas menghampiri istri dan kedua anaknya.“Selamat pagi, Sayang... “Suri dan Kai langsung menatap ke arah sumber suara dan keduanya pun tersenyum lebar. “Selamat pagi, Ayah,” keduanya menjawab dengan serempak.Adam langsung mengecup pipi kedua anaknya dan dia langsung mengecup kening Dara dengan lembut.“Kamu tidak kerja hari ini?” tanya Adam.“Kerja, Mas. Tapi agak siang aku ke kantornya, dan ada meeting juga. Aku meminta mereka datang ke rumah ini,&rdq
***Di dalam mobil Adam... Selama kurang lebih 10 menit, suasana tampak hening. Baik Adam maupun Sarah tidak banyak bicara. Keduanya tenggelam dalam kesibukannya masing-masing.Sarah melirik pria di sampingnya yang sibuk dengan tab di tangannya, dan sopir di depan pun sibuk memperhatikan jalanan. Tepat saat mobil Adam berhenti di lampu merah, Sarah menghela napas panjang, dia ingin mengatakan sesuatu, tapi Adam seperti tidak peduli dengan kehadirannya.Sarah melirik ke jari manis milik Adam, dia melihat ada cincin yang melingkar di jari itu. Sarah mengernyit, dia tidak tahu kalau Adam hari ini memakai cincin pernikahannya. Terlebih yang dia tahu, Adam selalu melepaskannya. Kecemburuan mendidih di hatinya. Dia benci memikirkan kalau Dara masih ada utuh di hati Adam. Seharusnya kejadian saat dia dan Adam berciuman membuat pria itu menjauh dari Dara, kan?“Sekarang Dara sepertinya punya banyak waktu ya. Bahkan dia samp
*** Dara langsung menggelengkan kepalanya. “Saat ini hubunganku dengan mama dan papa, baik-baik saja. Kamu tak perlu mengkhawatirkanku, Anna.” Anna menatap sahabatnya dengan curiga. Sejak dulu, muram di wajah Dara hanya karena kedua orang tua wanita itu. Saat Anna pindah ke komplek perumahan yang di tempati orang tua Dara, dia memang melihat ada yang berbeda. Perlakuan kedua orang tua Dara pada sahabatnya itu seperti dingin, justru kedua orang tuanya Dara hanya perhatian dan bersikap hangat pada Sarah. Dari awal Anna berpikir kalau Dara mungkin bukan anak kandung mereka, tapi anggapan itu dibantahkan kalau Dara memang adik kandung Sarah. Anna menghela napas pendek. “Sepertinya kamu butuh waktu untuk dirimu sendiri. Kamu harus mengembalikan energimu dan semangatmu,” ucapnya. “Bagaimana kalau weekend ini kita jalan-jalan?” tawarnya. Dara menggelengkan kepalanya. “Aku mau ke puncak sama anak-anak dan aku sudah berjanji pada mereka.” “Anak-anak?” tanya Anna. Lalu, dia pun menduga-du
***Adam memijit pelipisnya saat membaca pesan dari Sarah. Dia melihat arlojinya dan menghela napas pendek. Dia tahu kalau saat ini Sarah pasti sedang ketakutan, tapi pikirannya tentang Dara dan rasa bersalahnya itu membuat dia menggelengkan kepalanya.Adam: Maaf, aku sudah janji dengan Dara. Nanti aku coba hubungi Mesya untuk menemuimu,Pesan terkirim.Adam langsung beranjak dari kursinya, dia ingin datang lebih awal untuk menjemput istrinya. Sudah lama dia tidak memberi kejutan pada Dara. Istrinya itu pasti bahagia jika dia datang lebih awal.Di sisi lain, Sarah membaca pesan dengan perasaan campur aduk. Kali ini Adam menolak untuk menemuinya dan alasan pria itu adalah DARA!Kecemburuan mendidih di hati Sarah, dia benci karena pria itu semakin sulit untuk dia jangkau. Padahal rencana awalnya, Adam sudah mulai masuk dalam perangkapnya, bahkan Sarah sudah bersusah payah membuat Kai dan Suri menganggapnya sebagai ibu
Adam baru saja tiba di depan kantor Dara. Saat dia ingin menelepon istrinya, ada chat dari Dara. Pria itu mengernyitkan keningnya, menatap pesan itu dengan sedikit kecewa.Kenapa Dara harus mengutamakan pekerjaannya? Sudah lama keduanya tidak duduk bersama atau menikmati waktu hanya berdua karena dia maupun Dara sama-sama sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Hari ini, secara khusus Adam bahkan dia harus menunda meeting penting karena ingin bicara hati ke hati dengan Dara.Hati Adam patah! Sungguh Dara selalu menumbuhkan rasa kecewa di hatinya. Dia menghela napas berat, memijit kedua alisnya, dan menatap bunga mawar putih yang sudah dia belikan untuk Dara.Malam ini gagal lagi, kenapa istrinya itu selalu saja berkali-kali membuatnya kecewa?“Apa yang harus aku lakukan lagi, Dara? Aku ini suamimu, harusnya aku adalah prioritasmu, kan? Seperti aku yang selalu mengutamakan kamu di atas segalanya, bahkan kamu kutempatkan paling atas, meski ada anak-anak,” gumam Adam. Suaranya terdengar
***Adam langsung bad mood. Selama ini dia sudah sangat bersabar dengan sifat Dara yang tertutup. Pria itu tidak memaksa istrinya untuk menceritakan semua hal padanya. Adam percaya, Dara pasti akan menyandarkan semua hal padanya suatu saat nanti. Untuk itu Adam cukup bersabar menanti hari dimana Dara percaya padanya, sepenuhnya. Namun, sabar Adam ternyata ada batasnya. Dia muak kalau Dara selalu merasa baik-baik saja di depannya, bersikap seolah dirinya tidak pantas untuk jadi tempat bersandar.7 tahun ini, selama ini... apa tidak cukup untuk Dara percaya padanya? Suaminya? Memikirkan hal itu, Adam muak. Dia ingin tahu kenapa Dara menyembunyikan semua masalah darinya? Apa istrinya itu tidak benar-benar mencintainya?Adam menghela napas berat. Dia merasa suasana klub sangat ramai, dia bergegas pergi dan memutuskan untuk menyewa salah satu ruangan pribadi untuk dirinya menenangkan dirinya. Tepat saat pria itu berdiri, ada seseorang yang memanggilnya.“Adam, kamu kenapa ada di sini?”Ada
*** Matahari terbenam di ufuk barat saat Dara, Adam, dan Kana tiba di rumah Riky. Suasana tenang, tetapi tegang, seolah-olah mendahului pertemuan yang penuh kenangan dan penyesalan. Riky membuka pintu dengan senyuman kecil. "Selamat datang." Mereka masuk ke rumah yang penuh kenangan, di mana setiap sudutnya menciptakan jejak-jejak waktu. Riky mempersilakan mereka duduk di ruang tamu yang hangat. Dara memandang sekeliling, mengenang momen-momen pahit yang pernah ada di sini. "Bagaimana keadaan Mama Zea?" tanya Adam dengan nada khawatir. Riky menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab, "Dia tidak ingin bertemu siapa-siapa. Menutup diri sepenuhnya. Kepergian Sarah telah menghancurkannya." Kana menaruh tangannya di pundak Dara, memberikan dukungan yang dibutuhkan. Riky melanjutkan, "Aku menyesal, sangat menyesal. Tidak hanya karena Sarah, tapi juga karena semua yang terjadi pada kalian, Dara, dan kamu, Kana. Aku kehilangan begitu banyak, dan aku menyadari betapa bodohnya aku dulu.
***Rumah sakit itu terasa sunyi, langit yang mendung di luar jendela, dan bau antiseptik yang khas mengisi udara. Adam duduk di kursi seberang tempat tidur Dara, tangannya bergetar ketika ia memegang tangan istrinya yang lemah. Kondisi Dara melemah lagi, ia tahu karena penawar itu tidak sepenuhnya menghilangkan racun di tubuh sang istri."Maafkan suamimu ini, Dara," ucap Adam dengan mata berkaca-kaca. "Mas tidak bisa melindungimu dengan baik."Dara tersenyum lemah, mencoba memberikan kekuatan pada suaminya. "Mas Adam tidak salah. Ini bukan salahmu, Mas."Adam menarik napas dalam-dalam. "Tapi Mas harusnya bisa mencegah semua ini. Mas tidak boleh mengizinkan orang-orang itu menyakitimu.""Sudahlah, sayang," jawab Dara. "Aku tahu Mas mencintai aku, dan itu sudah cukup. Kita akan melalui ini bersama."Adam mengangguk, tetapi tatapannya terus melayang ke wajah pucat Dara. "Mas selalu merindukanmu, Sayang. Setiap detik tanpamu adalah siksaan bagi Mas."Dara tersenyum tipis, "Dan aku merind
***Di tengah gemerlap lampu malam, Sarah dan Shinta duduk di sebuah restoran mewah yang penuh dengan aroma harum masakan lezat. Mereka bersulang, gelas anggur mereka saling bersentuhan sebagai tanda keberhasilan mereka. Sarah tersenyum lebar, dan matanya berkilat ketika dia menceritakan rencananya yang licik kepada Shinta."Shinta, kamu tak akan percaya apa yang terjadi hari ini. Akhirnya, aku berhasil membuat Adam tunduk pada keinginanku," kata Sarah sambil tertawa penuh kepuasan.Shinta memandang Sarah dengan kagum. "Benarkah? Ceritakan semuanya padaku!"Sarah menceritakan dengan penuh detail bagaimana dia meracuni Dara dan membuat Adam tunduk pada permintaannya. Shinta tak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap kecerdasan sahabatnya."Dia tak akan pernah menyangka bahwa penawar itu hanya aku berikan seperempat. Dan dalam tiga hari, Dara akan lemas lagi," ujar Sarah sambil tersenyum misterius.Shinta terkejut namun tak bisa menahan tawanya. "Kamu benar-benar genius, Sarah! Aku t
***Pengumuman Adam tentang perceraiannya dengan Adam telah mengejutkan banyak pihak. Kabar ini membahana di media, membuatnya menjadi sorotan utama. Namun, tidak semua orang bisa memahami kedalaman perasaan dan keputusan sulit yang harus diambil oleh Adam.Ketika Adam tiba di rumahnya, dia disambut dengan tatapan tajam dan hening yang mengancam dari Tiara dan Wijaya, orang tua yang mencintainya. Kedua orang tua itu segera mendatangi Adam dengan langkah yang penuh kekecewaan.“Adam, apa yang kamu lakukan? Bagaimana bisa kamu mengumumkan perceraianmu seperti itu?” tanya Tiara dengan tatapan penuh kecewa.Wijaya Menggeleng. “Kami tidak mendidikmu menjadi orang seperti ini, Adam. Apa yang kamu pikirkan”Adam menarik nafas dalam-dalam. “Maafkan aku, Ma, Pa. Aku tahu ini sulit dipahami, tetapi aku tidak punya pilihan lain.”“Tidak punya pilihan? Apa yang membuatmu sampai pada keputusan ini?” tanya Tiara dengan suara meninggi.“Ini semua untuk Dara, Ma. Sarah, dia... dia memiliki penawar ra
***Di dalam kamar rumah sakit yang hening, Dara terbaring tanpa gerakan, tubuhnya terhubung dengan berbagai alat medis. Suasana kritis yang menyelimuti ruangan membuat Adam merasa semakin tenggelam dalam keputusasaan. Dara tampak semakin rapuh, dan perlahan kehidupannya menggeliat tipis.Adam duduk di samping tempat tidur istrinya, tatapannya kosong, dan napasnya tersengal. Dia tak tega melihat Dara menderita, dan perasaan frustrasinya semakin memuncak. Dokter keluar dari ruangan perawatan dengan wajah sedih, mencoba memberi penjelasan kepada Adam."Bu Dara memerlukan penawar yang sangat langka, Pak Adam. Kita berusaha semaksimal mungkin, tapi sampai saat ini, belum ada perkembangan yang signifikan," ucap dokter dengan suara pelan.Adam menundukkan kepalanya, memejamkan mata sejenak untuk menahan emosinya. "Istriku harus sembuh, dok. Aku tidak bisa kehilangannya."Di tengah keputusasaan, pikiran Adam tertuju pada Sarah, orang yang diketahuinya sebagai dalang di balik segala penderita
***Hari itu, keheningan di rumah sakit dipecah oleh telepon yang tak terduga. Adam mengangkat teleponnya dan mendengarkan berita yang membuat hatinya berdegup kencang. Informasi itu mengguncangnya seperti gempa bumi, menghancurkan kedamaian yang selama ini dia bangun bersama istrinya, Dara."Dara diracun oleh Sarah? Bagaimana ini bisa terjadi?" gumam Adam dengan nada gemuruh, penuh amarah. Apalagi saat tadi a dokter rumah sakit memberitahu keadaan Dara yang masih koma karena keracunan.Adam merasa darahnya mendidih ketika dia menyadari bahwa Dara menjadi korban ulah dua orang yang tidak punya hati dan tega melakukan hal yang keji seperti itu. Dia segera mengambil ponselnya dan memanggil asistennya, David."David, ini Adam. Segera blokir bandara. Ada seseorang yang harus kita tangkap. Namanya Nichole Choi. Lakukan ini secepat mungkin," perintah Adam dengan suara yang penuh urgensi.David yang merasakan seriusnya situasi ini, langsung menjawab, "Baik, Pak Adam. Saya akan segera melakuk
***Suri duduk sendirian di pojok kamar, matanya yang kecil dan cemerlang kini dipenuhi oleh air mata. Rambut hitam kecilnya berantakan, dan wajahnya terlihat lesu. Di tangan kecilnya, dia memeluk erat boneka kelinci kesayangannya, seolah-olah mencari kenyamanan dari objek kecil itu.Di sudut ruangan, Tiara dan Wijaya saling pandang, keprihatinan tergambar di wajah mereka. Mereka menyadari betapa sulitnya bagi Suri menghadapi kenyataan bahwa ibunya, Dara, harus dirawat di rumah sakit.Tiara mendekati Suri dengan langkah lembut, duduk di sampingnya, dan memeluknya erat. "Sayangku, apa yang membuat Suri begitu sedih?" tanya wanita paruh baya itu dengan lembut.Suri menoleh ke arah Tiara, air mata masih terus mengalir. "Suri sangat merindukan bunda, Nenek. Kapan bunda pulang? Suri mau lihat bunda."Tiara memahami perasaan cucunya dan mencoba menenangkan hatinya. "Bunda sedang sakit, sayang. Dokter harus merawatnya agar segera sembuh. Tapi jangan khawa
***Riky duduk gelisah di ruang tunggu rumah sakit, tatapannya kosong menuju pintu kamar tempat istrinya, Zea, dirawat. Pikirannya bergejolak di tengah ketidakpastian tentang nasib Zea yang masih belum sadarkan diri. Seiring waktu berlalu, kekhawatiran Riky semakin membesar, terutama setelah tadi ke rumah sakit mengantar Kana untuk melihat Dara yang juga dirawat di ruang gawat darurat karena keracunan. Keduanya dirawat di rumah sakit yang sama.Dokter langsung keluar dari kamar Zea dan menghampiri pria itu yang sedang melamun. “Pak Riky, kondisi istri anda masih belum stabil. Kami masih mencoba mencari penyebab luka yang parah ini. Mohon bersabar."Riky tambah gelisah. “Terima kasih, Dokter. Bagaimana dengan putri saya, Dara? Bagaimana keadaannya?""Bu Dara sedang dalam perawatan intensif. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk mendeteksi dan mengatasi dampak keracunan,” balas dokter itu.Riky mengangguk dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang ke masa lalu, mencari tahu bagaimana k
***Ruangan CEO PT. Shinee Serein tampak begitu elegan dengan sentuhan modern dan nuansa yang memberikan kesan kekuatan dan keberhasilan. Dara duduk di meja kerjanya yang besar, fokus pada pekerjaannya yang menumpuk. Suasana ruangan diisi dengan keheningan, hanya terdengar bisikan ringan dari mesin pencetak dokumen dan suara langkah kaki di lantai marmer.Pintu ruangan terbuka perlahan, mengungkapkan seorang asisten dengan senyum misterius di wajahnya. Dara menoleh dan terkejut melihat seorang kurir membawa sebuah paket yang cantik terbungkus rapi."Maaf mengganggu, Bu Dara. Paket ini baru saja datang untuk Anda," kata asisten sambil menyerahkan paket itu pada Dara.Dara tersenyum dan meraih paket itu dengan tanda tanya di wajahnya. Dia membaca nama pengirim di label: Adam Tanaka, suaminya. Hatinya berdebar-debar saat dia membuka paket itu dengan hati penuh harap.Di dalamnya, dia menemukan sekotak cokelat coklat gelap yang menggoda dan sebuket bun