Mobil mewah berhenti di depan bengkel Paman Vernon yang ada papan tulisan 'Bengkel Ekspress' Pukul 8 malam bengkel itu masih ramai dengan orang-orang dan mobil yang berjejer. Suara gelak tawa terdengar ricuh tanpa mereka sadar seorang wanita berjubah tebal turun dari mobil mewahnya.
Asap lokomotif yang berasal dari mobil tak mengganggu mata abu-abunya untuk mencari seseorang.
"Siapa dia?" Kris lebih dulu menyadari kedatangan wanita itu. Para pemuda yang berdiri di bengkel itu tampak melihat wanita paruh baya itu dengan penuh minat.
"Sepertinya aku kenal." Ujar Martin.
"Harry..." suara wanita berumur empat puluh lima tahun itu memanggil pemuda yang berada di antara gerombolan itu.
"Bukankah itu ibunya Harry?" suara Martin di sebelah Thomas tampak kaget. Menurutnya Harry salah seorang manusia yang beruntung memiliki orangtua angkat kaya raya dan sekarang ibu kandungnya juga seperti dari golongan atas.
"Harry! Cepat kelu
Mr. N. ZaynMeksikoHarry terdiam membaca itu, ia ingat Leon mengambilnya dari daerah kumuh di Meksiko. Dan ternyata di sinilah orangtua kandungnya juga berasal."Apa ini?""Surat itu akan menjawab penasaranmu." Kata Natalie. "Tidakkah kau ingin tahu kenapa keluargamu hancur. Kau tidak ingin tahu penyebab ayahmu meninggal?" Natalie mengambil cangkir tehnya dengan tangan gemetaran, ia menghirup tehnya lalu mengelap mulutnya dengan tisu dari tasnya."Surat itu akan membuatmu mengerti tentang hubunganmu dengan Kim. Tentang penyebab kematian Ayahmu. Kau sekarang sudah besar dan bisa membalas kan dendam untuk ayahmu." Ucap Jimmy membuat Harry bangkit dari duduknya dengan amarah."KALIAN PASTI SEDANG MEMPERMAINKAN AKU DAN KIM!""APA KAU BILANG? IBUMU SUDAH DATANG DAN KAU MASIH KERAS KEPALA!" Jimmy balas berteriak. Kemarahannya seolah memenu
Jam kosong Kim sengaja mencari Harry ke kelasnya, namun pemuda itu tidak ada. Ia pun pergi ke kantin. Di sana tampak Kris dan Martin sedang duduk sambil mengobrol. Berbeda dengan Martin yang memasang wajah dingin, Kris tersenyum ramah melihat Kim.Dua wanita cantik duduk di sebelah mereka, Alice dan Mia. Kata Harry Mia anak fakultas ekonomi baru-baru ini menjalin hubungan dengan Kris. Wanita itu banyak memberikan perhatian saat Kris sakit."Hai, Kim." Sapa Kris. Kim tersenyum. "Kau mencari Harry?"Martin menarik nafas lalu membuangnya kasar. Senyum kecut terbit di wajahnya menoleh pada Kim. Ia tidak memberi kesempatan Kim menjawab pertanyaan Kris."Apa tidak bisa sehari saja kau tidak bergantung pada Harry?" decak Martin.Alice memeluk lengan Martin sambil melirik Kim sinis. Kedua orang itu terang-terangan memusuhi Kim. "Sayangnya kesadaran dirinya kurang, sayang."Kuping Kim mulai merah sekarang. Ia hampir ingin mengacak-a
"Seandainya jadi kau. Sudah lama aku menyelidiki siapa diriku." Ujar Juan pada Harry. Mereka sedang duduk di atas mobil menatap langit berwarna jingga."Aku pernah mencari tahu." Jawab Harry. "Setiap malam aku bermimpi buruk tentang kejadian-kejadian masa laluku. Sampai suatu hari mommy--- maksudku Ibu Kim." Ralat Harry. Ia tidak tahu harus merubah panggilan itu atau tetap memanggil mommy. Yang jelas Harry kecewa pada wanita yang telah membesarkannya itu."Sehari sebelum dia bunuh diri, dia memanggilku dan menitipkan pesan." Harry mengingat kembali malam saat Amber mabuk dan mengatakan 'Jaga baik-baik Kim, Harry. Jangan sakiti dia' dan ternyata ada sesuatu di balik ucapan itu."Apakah dia menceritakan juga tentang kelakuan buruk suaminya? Dia tahu kau dan Kim saling mencintai?" Juan semakin penasaran mendengar kisah Harry.Pria berambut coklat gelap itu mengangguk. "Dia tahu---dan dia melara
Pada dasarnya tujuan Leon Parker adalah membuat Harry di penjara agar tidak bertemu dengan Kim lagi. Namun mendengar pernyataan Harry membuat Leon ingin melenyapkan pemuda itu. Shit! Leon membanting bangku yang ia duduki. Membuat petugas di sebelahnya kaget."Tenang, Tuan.""Kau urus dia! Jangan sampai bedebah itu lolos!" Kata Leon geram. Bagaimana rasanya seorang ayah mendengar anaknya ditiduri pria yang paling ia benci. Ini mengingatkan Leon pada Hendrick Zayn.Leon mundar-mandir kehabisan akal. Banyak yang ia pikirkan untuk membuat Harry tetap di penjara.Setelah Leon bicara pada pengacaranya, Leon pergi mencari putrinya. Mungkin ingin mencari tahu kebenaran atas perkataan Harry kepada detektif itu. Tapi bukankah Kim telah memberitahunya tentang hubungan mereka? Tapi Leon tidak mengira hubungan mereka sejauh ini.Universitas tempat Kim menimba ilmu berada di tengah-tengah kota, dan Asramanya tidak terlalu jauh dari sana.
Kim sangat gugup memasuki area Yellostone. Entah mengapa perasaan ini datang tiba-tiba.Leon mengeluarkan kotak yang berisikan foto-foto dulu milik Amber Fawson ibunya. Namun yang menarik perhatian adalah pria yang bersama ibunya di foto itu."Itu adalah foto zaman ibumu di bangku SMA. Dia sangat cantik dan populer pada masa itu." Kata Leon melihat Kim yang sedang memperhatikan album foto itu. "Pria itu adalah pacarnya, Hendrick Eloise Zayn."Kelopak mata Kim terangkat melihat ayahnya. Rambutnya sudah beruban, tampak jelas kerutan di wajahnya. Ia pikir ayahnya adalah pria tampan yang beruntung bisa mendapatkan ibunya. Tapi melihat senyum bahagia yang terukir di wajah ibunya di foto itu. Pria itu adalah orang yang hebat bisa membuat ibunya tersenyum bahagia seperti itu."Tiga bulan setelah ibumu tamat kuliah, Daddy menikah dengan ibumu. Daddy pikir ibumu sangat bahagia dengan pernikahan kami. Dia sangat cantik. Setiap wanita di kota ini pasti
Kim mendengar kabar tentang Harry masuk ke kantor polisi, kemudian ia mendengar ibu Harry yang telah menyewa pengacara hebat untuk melepaskan Harry. Rasa khawatirnya telah berganti dengan kelegaan. Kim hanya bisa memendam kerinduannya.Di kampus Kim menghindar dari kumpulan Harry tempat biasa gerombolan pemuda itu berkumpul di kampus.Tapi, meski Harry melihat keberadaan Kim yang sedang berjalan tidak sengaja. Pria itu tampak tidak peduli padanya. Itu membuat Kim senang sekaligus sedih. Senang karena dengan begini mereka cepat untuk saling melupakan. Sedih karena tidak tahu alasan Harry menjauh darinya semenjak di area balapan itu. Apakah Harry tahu rahasia mereka?Yang membuat Kim kesal adalah saat Jelena dengan sengaja melingkarkan tangannya pada lengan Harry dan terus berada di sisi Harry kemana pun pria itu pergi. Tapi Kim tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.Di kantin Kim duduk bersama Sandra, Lance, dan beberapa teman Lance termasuk
"Apakah dia sudah bosan hidup?" komentar Kris menonton Harry bermain-main dengan mobilnya menabrak tiang. Mungkin Harry sedang melatih ketahanan mobilnya. Tapi orang yang melihat akan menyangka pemuda itu tidak waras."Akhir-akhir ini dia sering membuat ulah. Jimmy sudah tiga kali menjemputnya di kantor polisi." Timpal Thomas yang sedang asyik menghisap rokoknya.Mengapa Harry semudah itu menghancurkan mobil sportnya tanpa rasa sayang? Mereka tahu keluarga Harry berlimpah uang, bukan hanya itu. Jika Harry menang taruhan uangnya akan berlimpah.Seluruh perhatian mereka tertuju pada Harry yang berada di area lapangan.Gerald dan Martin bersorak karena mobil Harry terjungkal tapi Harry berhasil mengendalikan kembali mobilnya. Bahkan Martin telah mengabadikan momen itu dengan camera ponselnya."Aku akan membagikan video Harry. Dia pasti terkenal." Ujar Martin seraya mengunggah video Harry di akun sosmednya.Thomas
"Menjauh dari Kim!" Ujar pemuda dihadapan Jacob. Kaus putih polosnya ditutupi jaket denim yang robek. Dari wajahnya terpampang jelas kemarahan dan kebencian tapi tak membuat Jacob bergidik ngeri."Kau melarangku sebagai apanya Kim, kakak atau kekasihnya?" ejek Jacob yang memiliki postur tubuh tak jauh berbeda dengan Harry. Tinggi tapi tidak mempunyai otot terlalu besar. Bedanya Jacob memiliki tato bergambar abstrak di lengannya.Pemuda itu meraih kerah leher Jacob dengan kerutan di dahinya. "Kau menantangku ya.""Kau pikir aku takut?" ucap Jacob. "Aku tidak akan menyerah untuk Kim. Cobalah jika kau bisa menghentikanku---"Bruk!Harry mengerahkan seluruh tenaganya memukul rahang Jacob. Pria itu tersungkur di lantai dan cairan berwarna merah mengalir di sudut bibirnya. Jacob meringis sambil tertawa mengejek."Tolong! Tolong.... " Teriak Gerald memperburuk suasana, "dimana temanmu yang lain... kau tidak mau kan mati sia-sia si sini.
Tiga jam kemudian Kim sudah berada di depan pintu kamar 301 milik Harry. Wanita itu tampak begitu gugup, satu tangannya sudah bersedia untuk mengetuk pintu tapi selalu ia urungkan.Tiba-tiba, seseorang membuka pintu itu. Harry hanya melotot, kaget melihat wanita yang selama ini ia cari kini berada di depannya. Rasanya ingin menarik tubuh Kim ke dalam pelukannya. Namun, mata Harry teralih pada tangan Kim yang menggenggam tangan anak kecil laki-laki. Anak itu yang ia selamatkan sore tadi.Setelah hening beberapa saat Kim berkata, "Boleh aku masuk?""Untuk apa kau datang? Ohh, ayahmu itu pasti sudah memberitahu pertemuan kami, kan," Kata Harry, "Sayangnya aku ada urusan, aku harus pergi." Harry pura-pura sibuk dengan melihat jam tangannya."Sebentar saja," ujar Kim lembut.Harry menelan ludahnya, ia membuang nafasnya sebelum memiringkan tubuhnya ke samping agar Kim bisa masuk."Sam ucapkan salam." Kim menundukkan kepalanya mel
Malam harinya Kim menikmati makan malam di ruang makan bersama ayahnya. Hubungan mereka beberapa tahun belakangan ini sangat baik dan terlihat dekat. Kim selalu menyempatkan diri untuk berkumpul dengan ayahnya sekedar bercerita hal yang mereka lakukan hati ini atau Kim akan meminta masukan tentang pekerjaanya."Dad, aku sudah menghubungi orang properti dan pengacara untuk menjual Skyhouse," kata Kim."Kau yang bilang kita tidak perlu menjual tempat ini," sahut Leon meliat ke arah Kim, "apa ada wartawan lagi mengawasi rumah ini?""Meskipun kita mengganti nama pemilik Skyhouse, tetap saja mereka pasti bebal. Tidak percaya Skyhouse telah di jual, apalagi dia melihat Daddy mundar-mandir di sini. "Leon menghela nafas, ia telah menghabiskan sepiring steak sapi, "Waktu cepat sekali berlalu.""Kenapa wajahmu muram seperti itu, Dad? Kita sudah berjanji untuk tidak mengenang masa lalu lagi," ucap Kim pelan.Leon mengalihkan pe
"SAM! Are you okay?" suara pria tua itu sangat kuat. Ia mengambil Sam dari gendongan pemuda itu tanpa melihat wajah orang itu, "Thank God! Kau baik-baik saja my little boy." Suara pria itu lemah."Kakek..."Harry hampir tidak percaya orang itu adalah Leon Parker. Dia memperhatikan kedua orang yang sedang berpelukan itu.Apa katanya kakek?Setelah mengamati wajah anak kecil itu, tidak salah lagi mata itu mirip Kim-nya. Mata hijau biru yang mampu membuatnya terhipnotis.Kerutan muncul di dahi Harry, "Anak siapa ini?" tanyanya. Leon menoleh dengan wajah tak kalah kaget. Ia mengeratkan pelukannya, "Mengapa kau begitu ceroboh membiarkan anak sekecil ini tanpa pengawasan? Hanya karena hobi memancingmu.""Ya. Aku minta maaf," kata Leon bingung. Begitu saja ia mengucapkan maaf. Harry menghela nafas, merasa sudah keterlaluan bicara."Dia tidak apa-apa Tubuhnya tidak ada yang lecet."Harry memusatkan perhatiannya
Pagi sebelum matahari menyapa, Kim sudah bangun dan membuat sarapan. Hari ini jadwalnya sangat penuh tapi Kim berhasil mengaturnya. Wanita berambut sebahu itu terlihat lihai membuat sarapan kesukaan anaknya."Biar aku yang memandikan si kecil. Pergilah bersiap-siap nanti kau terlambat," seorang wanita baru saja datang ke dapur."Dia ada jadwal ke dokter gigi siang ini. Aku minta tolong antarkan dia ya, hati ini aku sibuk sekali." Kata Kim yang sedang memindahkan potongan roti ke piring dan mengolesinya dengan selai coklat."Kau memberinya sarapan roti coklat padahal dia ada jadwal ke dokter gigi? Yang benar saja, Kim?" cetus Naresh heranKim menatap wanita yang sudah dia anggap seperti kakak kandungnya sendiri dan tersenyum, "Hanya periksa gigi bulanan, Naresh. Makan coklat tidak akan membuatnya sakit gigi.""Kau terlalu memanjakan jagoanmu." Ujar Naresh tersenyum, "Baiklah aku yang mengan
Harry akhirnya sampai di Singapure. Wajah tegang di sekitarnya ketika ia berjalan kaki untuk mencapai Skyhouse. Lorong telah berubah, lukisan yang dulu menghiasi di depan apartemen mewah itu telah dibersihkan. Banyak perubahan besar di sini, dia jadi bingung. Apakah mungkin dia salah tempat?Orang yang melihat Harry mengerutkan kening padanya. Harry menghela nafas. Ia tahu betapa tampan wajahnya. Tapi tentu saja bukan karena itu mereka melihat Harry."Hei, enyah dari situ!""Aku sedang mencari seseorang orang." Ucap Harry kepada pria bertampang garang itu."Aku tidak peduli, jangan berdiri di situ! Pergi sana!"Harry mengumpat pelan, dia tidak mau membuat keributan dan memilih pergi.Waktu menunjukkan pukul 1 siang, Harry belum makan apa pun setibanya dia di bandara tadi. Ia memutuskan untuk singgah makan, di sekitar tempat itu ada kedai pizza. Ia berjalan meny
Empat tahun kemudian."Polisi baru saja menggerebek bagasi kita di bengkel Vernon. Sepertinya keadaan kita tidak aman lagi." Ujar pria berkepala botak, "Mereka sedang mengincar kita, jadi kita kita harus berpencar untuk bersembunyi.""Kalau bukan karena ulah Thomas, kita tidak akan diincar polisi," ujar Juan. "Merepotkan saja." Dia mundar-mandir gelisah memikirkan perkara itu."Jika salah satu diantara kita ada yang tertangkap, maka semua harus menyerahkan diri." Ucap Harry kepada mereka. Semua mengangguk pasrah. "Seandainya Thomas tidak menusuknya. Aku sendiri yang akan mematahkan leher Jacob.""Dia pasti dendam karena kita menjebaknya waktu itu." Gerald mengingat waktu mereka memasukkan narkoba ke mobil Jacib.Tiga hari lalu mereka melakukan tindakan gila di California ketika melakukan balapan liar. Thomas menusuk Jacob dengan kaca botol minuman. Itu karena orang itu menggoda Jelena dan
Memasukkan ke penjara tidak semudah itu.Leon berkata santai, "Kita lihat saja nanti siapa yang menang." Ucapnya kepada Natalie. Lalu ia melihat Harry dengan lekat. Terlihat ekspresi sedih di wajah Leon. Entah mengapa, tiba-tiba Leon merindukan keluarganya yang dulu. Di saat Amber dan Emily masih hidup dan Harry bersama mereka. Mungkin Kim tidak akan membencinya seperti sekarang ini. Jika saja Leon tidak melakukan kesalahan fatal.Wajah Natalie tampak dingin seperti es batu, dia bicara dengan nada penuh penekanan, "Aku memberikanmu pilihan Tuan Leon Parker, pertama menyerahkan diri ke kantor polisi, akui kesalahanmu. Atau aku akan membuat keluargamu bangkrut."Leon tidak berkata apa-apa, dia hanya menatap Natalie dan bertanya-tanya kenapa wanita itu memberinya kesempatan. Apakah mungkin karena berterimakasih telah merawat Harry hingga besar?"Kurasa kau bicara seperti itu karena kau tidak punya bukti yang kuat untuk membuat suamiku di penjara.
"Harry..." gumam Kim tanpa sadar seraya mengusap sudut matanya yang basah. Ia masih shock melihat hasil test pack di tangannya.Sudah seminggu ia merasakan gejala tidak menyenangkan dan juga merasa aneh, tidak biasanya Kim telat datang bulan. Naresh orang yang terdekat dengannya di Yellowstone mengetahui hubungan Kim dan Harry sudah sejauh apa. Wanita itu berinisiatif membelikan test pack dan hasilnya."Oh My Gosh..." desis Naresh tidak kalah kaget. Ia menyentuh bahu Kim mencoba menenangkan wanita itu. "Apa yang akan kau lakukan sekarang, apa kau akan mengatakannya kepada Harry?""Kimberley?""Aku tidak tahu... aku tidak tahu, Naresh." Ucap Kim frustasi. Rasa panik mulai melanda. Bagaimana kalau ayahnya tahu? Dollores dan Megan... mereka pasti akan membuatnya dalam kesusahan."Tolong aku Naresh," Kim memegang tangan wanita berbadan tegap itu. "Jangan katakan pada siapapun tentang kehamilanku. Bersikaplah seperti biasa.""Apa rencanamu?
Jelena mundur dari pelukan Harry, membuat Harry bingung. Apakah wanita itu tidak menikmati permainannya? Ternyata wanita itu meraba resleting gaunnya ke bawah. Dan dengan lancar ia menarik gaunnya ke atas dan membuka semuanya. Harry menatapnya dengan tersenyum."Kau perlu bantuan?""Aku bisa. "Harry memandangi Jelena yang sedang berusaha melepaskan bra brendanya berwarna putih. Kemudian melonggar ikatan dan melepaskan benda itu hingga akhirnya ia mengekspos seluruh buah dadanya kepada Harry.Harry menatapnya sejenak dan menikmati pemandangan indah itu. Tapi, jujur ia lebih menyukai milik Kim yang bulat dan penuh. Harry menangkup keduanya dan meremasnya membuat Jelena tersentak oleh kenikmatan itu. Bibir Harry memasukkan ujung dada milik Jelena ke dalam mulutnya dan bermain-main di sana. Menghisap dan menggigitnya ujung yang mengeras itu.Pria itu tampan... Jelena mengakui itu. Ia sangat t