Kim sangat gugup memasuki area Yellostone. Entah mengapa perasaan ini datang tiba-tiba.
Leon mengeluarkan kotak yang berisikan foto-foto dulu milik Amber Fawson ibunya. Namun yang menarik perhatian adalah pria yang bersama ibunya di foto itu.
"Itu adalah foto zaman ibumu di bangku SMA. Dia sangat cantik dan populer pada masa itu." Kata Leon melihat Kim yang sedang memperhatikan album foto itu. "Pria itu adalah pacarnya, Hendrick Eloise Zayn."
Kelopak mata Kim terangkat melihat ayahnya. Rambutnya sudah beruban, tampak jelas kerutan di wajahnya. Ia pikir ayahnya adalah pria tampan yang beruntung bisa mendapatkan ibunya. Tapi melihat senyum bahagia yang terukir di wajah ibunya di foto itu. Pria itu adalah orang yang hebat bisa membuat ibunya tersenyum bahagia seperti itu.
"Tiga bulan setelah ibumu tamat kuliah, Daddy menikah dengan ibumu. Daddy pikir ibumu sangat bahagia dengan pernikahan kami. Dia sangat cantik. Setiap wanita di kota ini pasti
Kim mendengar kabar tentang Harry masuk ke kantor polisi, kemudian ia mendengar ibu Harry yang telah menyewa pengacara hebat untuk melepaskan Harry. Rasa khawatirnya telah berganti dengan kelegaan. Kim hanya bisa memendam kerinduannya.Di kampus Kim menghindar dari kumpulan Harry tempat biasa gerombolan pemuda itu berkumpul di kampus.Tapi, meski Harry melihat keberadaan Kim yang sedang berjalan tidak sengaja. Pria itu tampak tidak peduli padanya. Itu membuat Kim senang sekaligus sedih. Senang karena dengan begini mereka cepat untuk saling melupakan. Sedih karena tidak tahu alasan Harry menjauh darinya semenjak di area balapan itu. Apakah Harry tahu rahasia mereka?Yang membuat Kim kesal adalah saat Jelena dengan sengaja melingkarkan tangannya pada lengan Harry dan terus berada di sisi Harry kemana pun pria itu pergi. Tapi Kim tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.Di kantin Kim duduk bersama Sandra, Lance, dan beberapa teman Lance termasuk
"Apakah dia sudah bosan hidup?" komentar Kris menonton Harry bermain-main dengan mobilnya menabrak tiang. Mungkin Harry sedang melatih ketahanan mobilnya. Tapi orang yang melihat akan menyangka pemuda itu tidak waras."Akhir-akhir ini dia sering membuat ulah. Jimmy sudah tiga kali menjemputnya di kantor polisi." Timpal Thomas yang sedang asyik menghisap rokoknya.Mengapa Harry semudah itu menghancurkan mobil sportnya tanpa rasa sayang? Mereka tahu keluarga Harry berlimpah uang, bukan hanya itu. Jika Harry menang taruhan uangnya akan berlimpah.Seluruh perhatian mereka tertuju pada Harry yang berada di area lapangan.Gerald dan Martin bersorak karena mobil Harry terjungkal tapi Harry berhasil mengendalikan kembali mobilnya. Bahkan Martin telah mengabadikan momen itu dengan camera ponselnya."Aku akan membagikan video Harry. Dia pasti terkenal." Ujar Martin seraya mengunggah video Harry di akun sosmednya.Thomas
"Menjauh dari Kim!" Ujar pemuda dihadapan Jacob. Kaus putih polosnya ditutupi jaket denim yang robek. Dari wajahnya terpampang jelas kemarahan dan kebencian tapi tak membuat Jacob bergidik ngeri."Kau melarangku sebagai apanya Kim, kakak atau kekasihnya?" ejek Jacob yang memiliki postur tubuh tak jauh berbeda dengan Harry. Tinggi tapi tidak mempunyai otot terlalu besar. Bedanya Jacob memiliki tato bergambar abstrak di lengannya.Pemuda itu meraih kerah leher Jacob dengan kerutan di dahinya. "Kau menantangku ya.""Kau pikir aku takut?" ucap Jacob. "Aku tidak akan menyerah untuk Kim. Cobalah jika kau bisa menghentikanku---"Bruk!Harry mengerahkan seluruh tenaganya memukul rahang Jacob. Pria itu tersungkur di lantai dan cairan berwarna merah mengalir di sudut bibirnya. Jacob meringis sambil tertawa mengejek."Tolong! Tolong.... " Teriak Gerald memperburuk suasana, "dimana temanmu yang lain... kau tidak mau kan mati sia-sia si sini.
"I'm fine." Kim mengunci dirinya di kamar mandi. Sebenarnya dia masih ada satu mata kuliah lagi. Tapi Kim memutuskan untuk pulang ke asrama karena kepalanya terasa sakit. Ia memesan taxi untuk mengantarnya pulang.Dia tidak baik-baik saja.Kim melihat Harry dan Jelena berciuman, ia tidak bisa membohongi perasaannya. Dia tidak baik-baik saja. Tubuh Kim merosot di balik pintu, cairan bening keluar dari kelopak matanya. Harusnya ia merasa jijik karena pernah bercinta dengan Harry, saudara tirinya. Tapi mengapa ia malah patah hati melihat Harry bersama wanita lain.Kim dan Harry sama-sama patah hati. Mereka berdua seolah terhubung dengan perasaan yang sama. Patah hati, sedih, marah, dan cinta.Tidak akan pernah ia lupa dengan pemandangan tadi.Dia seharusnya tidak melihat pemandangan tadi. Tapi jika dipikir cara melupakan yang cepat adalah patah hati. Maka Kim tidak akan menyesal melihat pemandangan tadi."I would have loves yo
Sebenarnya Natalie punya impresi cukup baik terhadap Jelena. Dia cantik dan baik hati, latar belakang keluarganya juga memenuhi standar Natalie untuk menjadikan Jelena calon menantu. Tapi sayang Harry tidak tertarik pada wanita itu.Natalie ingin Harry melupakan Kimberley Cravel Parker, anak dari musuhnya itu. Tapi ia tidak sampai hati melihat anak satu-satunya itu menderita. Setiap hari ia harus mendengar kabar dari Jimmy Harry berkelahi, Harry minum, Harry dibawa ke kantor polisi. Ia memiliki hati seorang ibu juga."Anggap saja kalian di tempat sendiri. Aku harus pergi karena ada urusan." Natalie tersenyum ramah pada teman-teman Harry. Wanita itu pergi diikuti dua orang pengawal berbaju hitam.Jelena datang bersama Thomas, Gerald, Martin, Alice, dan Kris mengunjungi Harry di apartemen mewah milik Natalie. Jika yang datang Rachel dan Juan, mereka pasti sudah terbiasa dengan apartemen ini. Karena mereka pernah menginap di sini bersama Kim."Menurutku buka
"Kim..."Suara seorang pria memanggilnya.Wanita berwajah pucat tapi masih terlihat cantik, bulu matanya yang lentik itu terangkat karena mengenali milik siapa suara itu. Mana mungkin ia bisa melupakan suara yang selalu menemaninya sejak kecil.Jantung Kim berdetak kencang, bukan hanya karena rindu yang terpendam tapi rasa takut lebih besar ketika mendengar suara gesekan pintu terbuka.Ternyata ini rencana Rachel. Wanita itu bilang mereka akan menghabiskan malam ini dengan menginap di hotel berbintang, menikmati fasilitas hotel untuk melupakan masalahnya. Tadi Rachel permisi ingin memesan Snack, tapi mengapa pria tampan bertubuh tinggi ini yang muncul."Kim." Pemuda itu berjalan cepat lalu memeluk Kim erat. Mata Kim terbelalak, pasrah dengan pelukan Harry. Tiba-tiba ia mendengar Harry meringis kesakitan tapi tidak melepaskan pelukannya."Kau kenapa?" tanya Kim panik."Kau yang kenapa? Kenapa kau melakukan hal bodoh!" benta
"Jangan nangis, Alice. Kita akan tetap bersama meski itu ke neraka." Kata Martin pada kekasihnya. Mereka menjulurkan tangan ke atas, kedua lututnya menyentuh lantai. Bukan tenang Alice malah semakin menangis."Aku akan menembak kepala kalian! Cepat katakan dimana Harry?!""Jimmy!"Pistol mulai bergerak di tangan pria brewok tipis itu. Kepalanya menoleh kebelakang melihat Harry, Kris, Juan, Thomas, dan Gerald berdiri di sana. Martin dan Alice setengah tertawa, setengah menangis melihat kedatangan mereka. Kedua orangtua itu melambaikan tangan kepada mereka."Untunglah kalian datang. Jimmy akan membunuh kami, dia marah karena kau menghilang." Teriak Alice. "Bahkan dia tidak memberi kami makan dan minum dari tadi.""Apakah ada alasan lain kau berlebihan begini pada kami?" Harry menuntut dengan suara yang sangat tidak baik. "Atau kau yang punya masalah denganku. Aku tidak ingin kau mengikutiku lagi seperti ini, Jimmy.""Aku tidak akan mengi
"Kim sadarlah! Kau telah memukul Jelena!" Ujar Rachel dengan ekspresi cemas. Kim benar-benar sedang mabuk. "Ini salahku, harusnya aku tidak membawamu ke sini."Harry menyentuh bahu Rachel, agar wanita itu menyingkir. Lalu dia berdiri di depan Kim dengan wajah dingin penuh kemenangan. "Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, Kim. Kau sendiri yang ingin menjauh dariku. Jadi kenapa kau marah aku mencium wanita lain?"Sesuatu seperti akan meledak di kepala Kim. Rasa sakitnya menjalar ke seluruh tubuhnya, dia hampir tidak bisa bernafas.Putus?Mengapa Harry berkata seperti itu? Bukankah Harry selalu membahas tentang masa depan dengannya. Harry sendiri yang bilang ingin menikah dengannya. Dia yang menjanjikan masa depan untuk mereka.Tiba-tiba Kim meringis karena rasa sakit di kepalanya semakin parah. Kim kau saudara perempuannya, seseorang seperti berbisik di telinganya. Kim mundur ia memeluk dirinya sendiri dengan erat. Kenapa bisikan seperti nyata
Tiga jam kemudian Kim sudah berada di depan pintu kamar 301 milik Harry. Wanita itu tampak begitu gugup, satu tangannya sudah bersedia untuk mengetuk pintu tapi selalu ia urungkan.Tiba-tiba, seseorang membuka pintu itu. Harry hanya melotot, kaget melihat wanita yang selama ini ia cari kini berada di depannya. Rasanya ingin menarik tubuh Kim ke dalam pelukannya. Namun, mata Harry teralih pada tangan Kim yang menggenggam tangan anak kecil laki-laki. Anak itu yang ia selamatkan sore tadi.Setelah hening beberapa saat Kim berkata, "Boleh aku masuk?""Untuk apa kau datang? Ohh, ayahmu itu pasti sudah memberitahu pertemuan kami, kan," Kata Harry, "Sayangnya aku ada urusan, aku harus pergi." Harry pura-pura sibuk dengan melihat jam tangannya."Sebentar saja," ujar Kim lembut.Harry menelan ludahnya, ia membuang nafasnya sebelum memiringkan tubuhnya ke samping agar Kim bisa masuk."Sam ucapkan salam." Kim menundukkan kepalanya mel
Malam harinya Kim menikmati makan malam di ruang makan bersama ayahnya. Hubungan mereka beberapa tahun belakangan ini sangat baik dan terlihat dekat. Kim selalu menyempatkan diri untuk berkumpul dengan ayahnya sekedar bercerita hal yang mereka lakukan hati ini atau Kim akan meminta masukan tentang pekerjaanya."Dad, aku sudah menghubungi orang properti dan pengacara untuk menjual Skyhouse," kata Kim."Kau yang bilang kita tidak perlu menjual tempat ini," sahut Leon meliat ke arah Kim, "apa ada wartawan lagi mengawasi rumah ini?""Meskipun kita mengganti nama pemilik Skyhouse, tetap saja mereka pasti bebal. Tidak percaya Skyhouse telah di jual, apalagi dia melihat Daddy mundar-mandir di sini. "Leon menghela nafas, ia telah menghabiskan sepiring steak sapi, "Waktu cepat sekali berlalu.""Kenapa wajahmu muram seperti itu, Dad? Kita sudah berjanji untuk tidak mengenang masa lalu lagi," ucap Kim pelan.Leon mengalihkan pe
"SAM! Are you okay?" suara pria tua itu sangat kuat. Ia mengambil Sam dari gendongan pemuda itu tanpa melihat wajah orang itu, "Thank God! Kau baik-baik saja my little boy." Suara pria itu lemah."Kakek..."Harry hampir tidak percaya orang itu adalah Leon Parker. Dia memperhatikan kedua orang yang sedang berpelukan itu.Apa katanya kakek?Setelah mengamati wajah anak kecil itu, tidak salah lagi mata itu mirip Kim-nya. Mata hijau biru yang mampu membuatnya terhipnotis.Kerutan muncul di dahi Harry, "Anak siapa ini?" tanyanya. Leon menoleh dengan wajah tak kalah kaget. Ia mengeratkan pelukannya, "Mengapa kau begitu ceroboh membiarkan anak sekecil ini tanpa pengawasan? Hanya karena hobi memancingmu.""Ya. Aku minta maaf," kata Leon bingung. Begitu saja ia mengucapkan maaf. Harry menghela nafas, merasa sudah keterlaluan bicara."Dia tidak apa-apa Tubuhnya tidak ada yang lecet."Harry memusatkan perhatiannya
Pagi sebelum matahari menyapa, Kim sudah bangun dan membuat sarapan. Hari ini jadwalnya sangat penuh tapi Kim berhasil mengaturnya. Wanita berambut sebahu itu terlihat lihai membuat sarapan kesukaan anaknya."Biar aku yang memandikan si kecil. Pergilah bersiap-siap nanti kau terlambat," seorang wanita baru saja datang ke dapur."Dia ada jadwal ke dokter gigi siang ini. Aku minta tolong antarkan dia ya, hati ini aku sibuk sekali." Kata Kim yang sedang memindahkan potongan roti ke piring dan mengolesinya dengan selai coklat."Kau memberinya sarapan roti coklat padahal dia ada jadwal ke dokter gigi? Yang benar saja, Kim?" cetus Naresh heranKim menatap wanita yang sudah dia anggap seperti kakak kandungnya sendiri dan tersenyum, "Hanya periksa gigi bulanan, Naresh. Makan coklat tidak akan membuatnya sakit gigi.""Kau terlalu memanjakan jagoanmu." Ujar Naresh tersenyum, "Baiklah aku yang mengan
Harry akhirnya sampai di Singapure. Wajah tegang di sekitarnya ketika ia berjalan kaki untuk mencapai Skyhouse. Lorong telah berubah, lukisan yang dulu menghiasi di depan apartemen mewah itu telah dibersihkan. Banyak perubahan besar di sini, dia jadi bingung. Apakah mungkin dia salah tempat?Orang yang melihat Harry mengerutkan kening padanya. Harry menghela nafas. Ia tahu betapa tampan wajahnya. Tapi tentu saja bukan karena itu mereka melihat Harry."Hei, enyah dari situ!""Aku sedang mencari seseorang orang." Ucap Harry kepada pria bertampang garang itu."Aku tidak peduli, jangan berdiri di situ! Pergi sana!"Harry mengumpat pelan, dia tidak mau membuat keributan dan memilih pergi.Waktu menunjukkan pukul 1 siang, Harry belum makan apa pun setibanya dia di bandara tadi. Ia memutuskan untuk singgah makan, di sekitar tempat itu ada kedai pizza. Ia berjalan meny
Empat tahun kemudian."Polisi baru saja menggerebek bagasi kita di bengkel Vernon. Sepertinya keadaan kita tidak aman lagi." Ujar pria berkepala botak, "Mereka sedang mengincar kita, jadi kita kita harus berpencar untuk bersembunyi.""Kalau bukan karena ulah Thomas, kita tidak akan diincar polisi," ujar Juan. "Merepotkan saja." Dia mundar-mandir gelisah memikirkan perkara itu."Jika salah satu diantara kita ada yang tertangkap, maka semua harus menyerahkan diri." Ucap Harry kepada mereka. Semua mengangguk pasrah. "Seandainya Thomas tidak menusuknya. Aku sendiri yang akan mematahkan leher Jacob.""Dia pasti dendam karena kita menjebaknya waktu itu." Gerald mengingat waktu mereka memasukkan narkoba ke mobil Jacib.Tiga hari lalu mereka melakukan tindakan gila di California ketika melakukan balapan liar. Thomas menusuk Jacob dengan kaca botol minuman. Itu karena orang itu menggoda Jelena dan
Memasukkan ke penjara tidak semudah itu.Leon berkata santai, "Kita lihat saja nanti siapa yang menang." Ucapnya kepada Natalie. Lalu ia melihat Harry dengan lekat. Terlihat ekspresi sedih di wajah Leon. Entah mengapa, tiba-tiba Leon merindukan keluarganya yang dulu. Di saat Amber dan Emily masih hidup dan Harry bersama mereka. Mungkin Kim tidak akan membencinya seperti sekarang ini. Jika saja Leon tidak melakukan kesalahan fatal.Wajah Natalie tampak dingin seperti es batu, dia bicara dengan nada penuh penekanan, "Aku memberikanmu pilihan Tuan Leon Parker, pertama menyerahkan diri ke kantor polisi, akui kesalahanmu. Atau aku akan membuat keluargamu bangkrut."Leon tidak berkata apa-apa, dia hanya menatap Natalie dan bertanya-tanya kenapa wanita itu memberinya kesempatan. Apakah mungkin karena berterimakasih telah merawat Harry hingga besar?"Kurasa kau bicara seperti itu karena kau tidak punya bukti yang kuat untuk membuat suamiku di penjara.
"Harry..." gumam Kim tanpa sadar seraya mengusap sudut matanya yang basah. Ia masih shock melihat hasil test pack di tangannya.Sudah seminggu ia merasakan gejala tidak menyenangkan dan juga merasa aneh, tidak biasanya Kim telat datang bulan. Naresh orang yang terdekat dengannya di Yellowstone mengetahui hubungan Kim dan Harry sudah sejauh apa. Wanita itu berinisiatif membelikan test pack dan hasilnya."Oh My Gosh..." desis Naresh tidak kalah kaget. Ia menyentuh bahu Kim mencoba menenangkan wanita itu. "Apa yang akan kau lakukan sekarang, apa kau akan mengatakannya kepada Harry?""Kimberley?""Aku tidak tahu... aku tidak tahu, Naresh." Ucap Kim frustasi. Rasa panik mulai melanda. Bagaimana kalau ayahnya tahu? Dollores dan Megan... mereka pasti akan membuatnya dalam kesusahan."Tolong aku Naresh," Kim memegang tangan wanita berbadan tegap itu. "Jangan katakan pada siapapun tentang kehamilanku. Bersikaplah seperti biasa.""Apa rencanamu?
Jelena mundur dari pelukan Harry, membuat Harry bingung. Apakah wanita itu tidak menikmati permainannya? Ternyata wanita itu meraba resleting gaunnya ke bawah. Dan dengan lancar ia menarik gaunnya ke atas dan membuka semuanya. Harry menatapnya dengan tersenyum."Kau perlu bantuan?""Aku bisa. "Harry memandangi Jelena yang sedang berusaha melepaskan bra brendanya berwarna putih. Kemudian melonggar ikatan dan melepaskan benda itu hingga akhirnya ia mengekspos seluruh buah dadanya kepada Harry.Harry menatapnya sejenak dan menikmati pemandangan indah itu. Tapi, jujur ia lebih menyukai milik Kim yang bulat dan penuh. Harry menangkup keduanya dan meremasnya membuat Jelena tersentak oleh kenikmatan itu. Bibir Harry memasukkan ujung dada milik Jelena ke dalam mulutnya dan bermain-main di sana. Menghisap dan menggigitnya ujung yang mengeras itu.Pria itu tampan... Jelena mengakui itu. Ia sangat t