"Apakah dia sudah bosan hidup?" komentar Kris menonton Harry bermain-main dengan mobilnya menabrak tiang. Mungkin Harry sedang melatih ketahanan mobilnya. Tapi orang yang melihat akan menyangka pemuda itu tidak waras.
"Akhir-akhir ini dia sering membuat ulah. Jimmy sudah tiga kali menjemputnya di kantor polisi." Timpal Thomas yang sedang asyik menghisap rokoknya.
Mengapa Harry semudah itu menghancurkan mobil sportnya tanpa rasa sayang? Mereka tahu keluarga Harry berlimpah uang, bukan hanya itu. Jika Harry menang taruhan uangnya akan berlimpah.
Seluruh perhatian mereka tertuju pada Harry yang berada di area lapangan.
Gerald dan Martin bersorak karena mobil Harry terjungkal tapi Harry berhasil mengendalikan kembali mobilnya. Bahkan Martin telah mengabadikan momen itu dengan camera ponselnya.
"Aku akan membagikan video Harry. Dia pasti terkenal." Ujar Martin seraya mengunggah video Harry di akun sosmednya.
Thomas
"Menjauh dari Kim!" Ujar pemuda dihadapan Jacob. Kaus putih polosnya ditutupi jaket denim yang robek. Dari wajahnya terpampang jelas kemarahan dan kebencian tapi tak membuat Jacob bergidik ngeri."Kau melarangku sebagai apanya Kim, kakak atau kekasihnya?" ejek Jacob yang memiliki postur tubuh tak jauh berbeda dengan Harry. Tinggi tapi tidak mempunyai otot terlalu besar. Bedanya Jacob memiliki tato bergambar abstrak di lengannya.Pemuda itu meraih kerah leher Jacob dengan kerutan di dahinya. "Kau menantangku ya.""Kau pikir aku takut?" ucap Jacob. "Aku tidak akan menyerah untuk Kim. Cobalah jika kau bisa menghentikanku---"Bruk!Harry mengerahkan seluruh tenaganya memukul rahang Jacob. Pria itu tersungkur di lantai dan cairan berwarna merah mengalir di sudut bibirnya. Jacob meringis sambil tertawa mengejek."Tolong! Tolong.... " Teriak Gerald memperburuk suasana, "dimana temanmu yang lain... kau tidak mau kan mati sia-sia si sini.
"I'm fine." Kim mengunci dirinya di kamar mandi. Sebenarnya dia masih ada satu mata kuliah lagi. Tapi Kim memutuskan untuk pulang ke asrama karena kepalanya terasa sakit. Ia memesan taxi untuk mengantarnya pulang.Dia tidak baik-baik saja.Kim melihat Harry dan Jelena berciuman, ia tidak bisa membohongi perasaannya. Dia tidak baik-baik saja. Tubuh Kim merosot di balik pintu, cairan bening keluar dari kelopak matanya. Harusnya ia merasa jijik karena pernah bercinta dengan Harry, saudara tirinya. Tapi mengapa ia malah patah hati melihat Harry bersama wanita lain.Kim dan Harry sama-sama patah hati. Mereka berdua seolah terhubung dengan perasaan yang sama. Patah hati, sedih, marah, dan cinta.Tidak akan pernah ia lupa dengan pemandangan tadi.Dia seharusnya tidak melihat pemandangan tadi. Tapi jika dipikir cara melupakan yang cepat adalah patah hati. Maka Kim tidak akan menyesal melihat pemandangan tadi."I would have loves yo
Sebenarnya Natalie punya impresi cukup baik terhadap Jelena. Dia cantik dan baik hati, latar belakang keluarganya juga memenuhi standar Natalie untuk menjadikan Jelena calon menantu. Tapi sayang Harry tidak tertarik pada wanita itu.Natalie ingin Harry melupakan Kimberley Cravel Parker, anak dari musuhnya itu. Tapi ia tidak sampai hati melihat anak satu-satunya itu menderita. Setiap hari ia harus mendengar kabar dari Jimmy Harry berkelahi, Harry minum, Harry dibawa ke kantor polisi. Ia memiliki hati seorang ibu juga."Anggap saja kalian di tempat sendiri. Aku harus pergi karena ada urusan." Natalie tersenyum ramah pada teman-teman Harry. Wanita itu pergi diikuti dua orang pengawal berbaju hitam.Jelena datang bersama Thomas, Gerald, Martin, Alice, dan Kris mengunjungi Harry di apartemen mewah milik Natalie. Jika yang datang Rachel dan Juan, mereka pasti sudah terbiasa dengan apartemen ini. Karena mereka pernah menginap di sini bersama Kim."Menurutku buka
"Kim..."Suara seorang pria memanggilnya.Wanita berwajah pucat tapi masih terlihat cantik, bulu matanya yang lentik itu terangkat karena mengenali milik siapa suara itu. Mana mungkin ia bisa melupakan suara yang selalu menemaninya sejak kecil.Jantung Kim berdetak kencang, bukan hanya karena rindu yang terpendam tapi rasa takut lebih besar ketika mendengar suara gesekan pintu terbuka.Ternyata ini rencana Rachel. Wanita itu bilang mereka akan menghabiskan malam ini dengan menginap di hotel berbintang, menikmati fasilitas hotel untuk melupakan masalahnya. Tadi Rachel permisi ingin memesan Snack, tapi mengapa pria tampan bertubuh tinggi ini yang muncul."Kim." Pemuda itu berjalan cepat lalu memeluk Kim erat. Mata Kim terbelalak, pasrah dengan pelukan Harry. Tiba-tiba ia mendengar Harry meringis kesakitan tapi tidak melepaskan pelukannya."Kau kenapa?" tanya Kim panik."Kau yang kenapa? Kenapa kau melakukan hal bodoh!" benta
"Jangan nangis, Alice. Kita akan tetap bersama meski itu ke neraka." Kata Martin pada kekasihnya. Mereka menjulurkan tangan ke atas, kedua lututnya menyentuh lantai. Bukan tenang Alice malah semakin menangis."Aku akan menembak kepala kalian! Cepat katakan dimana Harry?!""Jimmy!"Pistol mulai bergerak di tangan pria brewok tipis itu. Kepalanya menoleh kebelakang melihat Harry, Kris, Juan, Thomas, dan Gerald berdiri di sana. Martin dan Alice setengah tertawa, setengah menangis melihat kedatangan mereka. Kedua orangtua itu melambaikan tangan kepada mereka."Untunglah kalian datang. Jimmy akan membunuh kami, dia marah karena kau menghilang." Teriak Alice. "Bahkan dia tidak memberi kami makan dan minum dari tadi.""Apakah ada alasan lain kau berlebihan begini pada kami?" Harry menuntut dengan suara yang sangat tidak baik. "Atau kau yang punya masalah denganku. Aku tidak ingin kau mengikutiku lagi seperti ini, Jimmy.""Aku tidak akan mengi
"Kim sadarlah! Kau telah memukul Jelena!" Ujar Rachel dengan ekspresi cemas. Kim benar-benar sedang mabuk. "Ini salahku, harusnya aku tidak membawamu ke sini."Harry menyentuh bahu Rachel, agar wanita itu menyingkir. Lalu dia berdiri di depan Kim dengan wajah dingin penuh kemenangan. "Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, Kim. Kau sendiri yang ingin menjauh dariku. Jadi kenapa kau marah aku mencium wanita lain?"Sesuatu seperti akan meledak di kepala Kim. Rasa sakitnya menjalar ke seluruh tubuhnya, dia hampir tidak bisa bernafas.Putus?Mengapa Harry berkata seperti itu? Bukankah Harry selalu membahas tentang masa depan dengannya. Harry sendiri yang bilang ingin menikah dengannya. Dia yang menjanjikan masa depan untuk mereka.Tiba-tiba Kim meringis karena rasa sakit di kepalanya semakin parah. Kim kau saudara perempuannya, seseorang seperti berbisik di telinganya. Kim mundur ia memeluk dirinya sendiri dengan erat. Kenapa bisikan seperti nyata
"Lepaskan aku!" Kim menahan kedua kakinya agar Harry tidak berhasil menyeretnya. Tapi tenaga Harry begitu kuat. Dengan terpaksa tubuhnya melangkah mengikuti Harry."Kau harus pulang denganku, tidak aman untuk wanita dengan pakaian minim sepertimu berjalan sendiri."Setelah berhasil membawa Kim masuk ke mobilnya lalu ia memasangkan seatbealtnya. Sekarang ia tidak perlu takut lagi Kim akan melarikan diri darinya. Karena sekarang Kim terlelap di bangkunya dengan tarikan nafas kasar.Namun, hanya sebentar di mobil itu sepi dan hening. Mungkin Kim sedang pura-pura tidur atau karena pengaruh alkohol hingga Harry tidak mengenal wanita di sebelahnya itu. Dia sekarang sedang bicara dengan ponselnya, padahal Harry tahu tidak ada panggilan masuk di ponsel Kim."Siapa yang kau telepon?" tanya Harry menoleh pada Kim."Harry." Jawab Kim seakan yang duduk dengannya bukan Harry."Kenapa k
Kim tersentak dari tidurnya. Setengah sadar, matanya menelusuri setiap sudut ruangan itu. Wanita itu memegang kepalanya yang terasa sedikit sakit, kemudian menoleh ke sampingnya dan melihat Alice tengah berbaring. Kamar siapa ini?Kim mencoba untuk duduk, wajahnya sudah terlihat cemberut. Kenapa dia berada di kamar orang yang ia benci? Kim mencoba mengingat kejadian tadi malam, saat ia dan Rachel di club."Oh, shit! Aku minum.... aku ma-buk?" Dan paling ia benci kenyataannya adalah dia mengganggu Harry. Bravo Kim! Kau sukses mempermalukan dirimu sendiri."Dasar jalang!" Maki Kim tanpa ia tahu Alice sudah sadar dari tidurnya yang tidak nyenyak karena semalaman Kim membuatnya tidak bisa tidur. Dan sekarang apa?"Kau memanggilku apa barusan?" suara serak Alice mengagetkan Kim."Permisi?" Kim pura-pura tidak mengerti."Tadi kau menjerit 'Dasar jalang' seperti itu." Alice bangun dan menatap Kim dingin.Kim sebenarnya berteriak untuk diriny