Share

bab 5

last update Last Updated: 2025-03-04 14:28:34

Sejak percakapannya dengan Revan di koridor, Kirana tidak bisa lagi mengabaikan perasaan aneh yang mulai tumbuh dalam hatinya.

Revan tidak main-main. Dia sendiri tidak yakin dengan perasaannya, tapi satu hal yang pasti—dia berubah.

Dan perubahan itu terjadi karena Kirana.

Namun, Kirana masih belum siap menghadapi kenyataan itu.

Pagi Hari – Kelas

Hari ini, Kirana kembali mencoba menjaga jarak dari Revan. Ia fokus pada buku catatannya, berharap bisa mengabaikan semua kebingungan dalam kepalanya.

Tapi harapannya sia-sia.

“Kir, lo masih marah sama gue?”

Kirana tersentak. Ia mendongak dan melihat Revan berdiri di samping mejanya, tatapannya serius.

Kirana buru-buru menggeleng. “Gue nggak marah.”

Revan menatapnya lama sebelum akhirnya berkata, “Oke.”

Lalu, tanpa berkata apa-apa lagi, dia berjalan kembali ke tempat duduknya.

Kirana menghela napas. Kenapa dia harus sesantai itu? Kenapa dia nggak kelihatan bingung kayak gue?

Nadine, yang sejak tadi mengamati mereka, langsung menyenggol Kirana. “Lo yakin nggak ada apa-apa?”

“Nggak ada.”

“Kir, lo tuh beneran denial atau gimana?”

Kirana menatap sahabatnya. “Denial apaan?”

Nadine melipat tangan di dada. “Lo nggak sadar apa, Revan tuh peduli sama lo lebih dari sekadar Love Contract itu?”

Kirana terdiam. Ia tahu Nadine ada benarnya, tapi… apakah itu cukup untuk membuatnya percaya?

Jam Istirahat – Atap Sekolah

Kirana memilih menghabiskan waktu sendirian di atap sekolah, tempat favoritnya untuk berpikir.

Namun, baru beberapa menit, suara langkah kaki terdengar.

Ia menoleh dan menemukan Rian berdiri di ambang pintu.

“Kok gue nggak kaget lo di sini?” ujar Rian sambil tersenyum kecil.

Kirana tersenyum tipis. “Lo nyari gue?”

Rian mengangguk dan berjalan mendekat. “Gue cuma mau tanya sesuatu.”

Kirana menatapnya penuh tanya. “Apa?”

Rian menatapnya serius. “Lo suka sama Revan?”

Jantung Kirana berhenti sesaat. “Hah?”

“Gue cuma mau lo jujur, Kir,” kata Rian pelan.

Kirana menggigit bibirnya. Ia ingin langsung menjawab ‘nggak’, tapi… apakah itu benar?

“Aku nggak tahu,” jawabnya akhirnya.

Rian terdiam. “Kalau lo nggak yakin, jangan sampai lo terjebak.”

Kirana mengernyit. “Maksud lo?”

Rian menatapnya dengan ekspresi sulit ditebak. “Revan mungkin berubah sekarang, tapi apakah lo yakin dia akan tetap sama nanti?”

Kirana tidak bisa menjawab. Karena jujur, ia pun masih takut.

Malam Hari – Rumah Kirana

Setelah obrolannya dengan Rian, Kirana semakin tidak bisa berhenti memikirkan semuanya.

Sampai akhirnya, ponselnya bergetar.

Revan: Besok pulang bareng?

Kirana menatap pesan itu lama.

Dan entah kenapa, untuk pertama kalinya, ia ingin berhenti menghindar.

Kirana: Oke.

Hatinya berdebar saat menekan tombol ‘kirim’.

Mungkin… sudah saatnya ia menghadapi perasaannya sendiri.

Kirana masih menatap layar ponselnya setelah mengirim pesan ke Revan. Kenapa gue jawab ‘oke’ secepat itu?

Tapi anehnya, ia tidak menyesal. Mungkin, ini saatnya berhenti menghindar dan mulai mencari jawaban.

Keesokan Harinya – Sepulang Sekolah

Kirana menunggu di gerbang sekolah dengan perasaan campur aduk. Ia jarang pulang bareng cowok—apalagi Revan.

Tidak lama, Revan muncul dengan jaket hitamnya yang khas. Tatapannya tetap datar, tapi ada sesuatu di matanya yang terasa berbeda.

“Udah nunggu lama?” tanyanya.

Kirana menggeleng. “Nggak juga.”

Mereka berjalan berdampingan tanpa banyak bicara. Kirana sesekali melirik ke arah Revan, mencoba mencari tanda-tanda apa yang sebenarnya ia rasakan.

Sampai akhirnya, Revan membuka suara.

“Jadi, lo masih mikirin yang kemarin?”

Kirana berhenti sejenak. “Maksud lo?”

Revan menoleh, menatapnya langsung. “Soal gue yang katanya tiba-tiba peduli.”

Kirana terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa.

“Apa lo masih nggak percaya?” tanya Revan lagi.

Kirana menghela napas. “Bukan nggak percaya… gue cuma takut.”

Revan mengernyit. “Takut?”

Kirana menunduk, lalu berkata pelan, “Gue takut lo berubah nanti.”

Sejenak, Revan tidak berkata apa-apa. Lalu, ia melangkah lebih dekat.

“Kalau gue bilang gue nggak akan berubah, lo bakal percaya?”

Deg.

Jantung Kirana berdetak lebih cepat.

Ia mendongak, dan saat itu juga, angin sore bertiup pelan di antara mereka. Mata Revan tetap menatapnya, seolah menunggu jawaban.

Tapi sebelum Kirana sempat berkata sesuatu, sebuah suara menyela mereka.

“Kirana?”

Mereka menoleh bersamaan.

Rian berdiri tidak jauh dari mereka, ekspresinya sulit ditebak.

Suasana mendadak canggung.

Kirana menelan ludah saat melihat Rian berdiri tak jauh dari mereka. Ekspresinya tenang, tapi tatapan matanya sedikit berbeda.

Revan hanya menatap Rian sekilas sebelum kembali fokus pada Kirana. Seolah kehadiran Rian tidak mengubah niatnya.

“Kirana, lo nggak lupa, kan?” tanya Rian santai, tapi nadanya mengandung arti.

Kirana mengerutkan kening. “Lupa apa?”

Rian tersenyum tipis. “Tadi pagi gue bilang mau ngobrol sama lo sepulang sekolah.”

Kirana terdiam. Ia memang ingat Rian sempat mengatakan itu, tapi ia tidak menyangka cowok itu akan benar-benar menunggunya di sini.

Revan melipat tangan di dada, menatap Rian dengan ekspresi datar. “Lo bisa ngobrol nanti. Sekarang gue sama Kirana.”

Suasana semakin tegang. Kirana bisa merasakan dua aura berbeda di sekelilingnya—Revan dengan ketenangan dan kepercayaan dirinya, Rian dengan sikapnya yang selalu terlihat peduli.

“Kir,” Rian menoleh ke arahnya. “Lo nggak keberatan kan kalau kita ngobrol sebentar?”

Kirana menatap keduanya bergantian. Kenapa gue harus ada di situasi kaya gini?

Setelah beberapa detik, Kirana menarik napas dalam. “Rian, maaf… kita bisa ngobrol besok aja? Sekarang gue…”

Rian terdiam. Sepertinya ia sudah tahu jawabannya sebelum Kirana selesai bicara.

Akhirnya, ia tersenyum kecil. “Oke.”

Tanpa berkata apa-apa lagi, Rian berbalik dan pergi.

Kirana masih menatap punggungnya yang menjauh. Ada perasaan bersalah dalam hatinya, tapi di sisi lain, ia juga merasa sudah mengambil langkah yang tepat.

“Lo yakin?” tanya Revan tiba-tiba.

Kirana menoleh. “Hah?”

Revan menatapnya lekat-lekat. “Lo nggak nyesel nolak dia?”

Kirana terdiam sebentar sebelum akhirnya menggeleng. “Gue nggak nolak dia. Gue cuma… milih untuk ngobrol sama lo dulu.”

Revan terdiam, lalu bibirnya sedikit melengkung. “Gue suka jawaban lo.”

Kirana tidak bisa menahan detak jantungnya yang semakin cepat.

Dan untuk pertama kalinya, ia sadar—perasaan ini bukan lagi sekadar kebingungan.

Setelah Rian pergi, Kirana dan Revan kembali berjalan dalam diam. Tapi kali ini, suasana terasa lebih aneh.

Bukan canggung—tapi lebih seperti ada sesuatu yang tak terucap di antara mereka.

Kirana mencuri pandang ke arah Revan. Cowok itu tampak tenang seperti biasa, tapi ada sesuatu di sorot matanya yang sulit ia baca.

“Lo sering bareng Rian?” tanya Revan tiba-tiba.

Kirana sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. “Kenapa nanya gitu?”

Revan mengangkat bahu. “Cuma penasaran.”

Kirana mendesah pelan. “Rian temen gue sejak lama. Dia selalu ada buat gue. Gue juga nggak ngerti kenapa dia tiba-tiba begini.”

Revan terdiam sejenak. “Begini gimana?”

Kirana menoleh ke arahnya. “Kayak… dia mulai peduli lebih dari sekadar teman.”

Mata Revan sedikit menyipit. “Dan lo?”

Kirana terkejut dengan pertanyaan itu. “Apa?”

“Lo juga ngerasa hal yang sama ke dia?”

Kirana menatapnya lama. Ia tahu ini pertanyaan yang harus dijawab dengan jujur, bukan hanya untuk Revan, tapi juga untuk dirinya sendiri.

Akhirnya, ia menggeleng. “Gue nggak tahu.”

Revan masih menatapnya, seolah mencari kebohongan dalam jawabannya. Tapi akhirnya, ia menghela napas dan kembali berjalan.

Kirana mengikutinya, tapi kali ini, langkahnya terasa lebih berat.

Kenapa Revan nanya kayak gitu? Apa dia peduli?

Di Depan Rumah Kirana

Mereka akhirnya sampai di depan rumah Kirana.

Kirana berbalik menghadap Revan. “Thanks udah nemenin pulang.”

Revan menatapnya lama sebelum akhirnya berkata, “Kalau Rian serius sama lo, lo bakal terima dia?”

Kirana terkesiap. “Revan…”

Revan melangkah lebih dekat, suaranya lebih rendah. “Gue cuma mau tahu, Kir.”

Kirana menggigit bibirnya. “Gue nggak bisa jawab sekarang.”

Revan mengangguk pelan, lalu tersenyum tipis. “Baiklah.”

Ia berbalik pergi, tapi sebelum benar-benar pergi, ia berhenti sejenak dan berkata tanpa menoleh,

“Tapi kalau lo butuh satu alasan buat nggak nerima dia, mungkin gue bisa kasih.”

Setelah itu, Revan benar-benar pergi, meninggalkan Kirana yang terpaku di tempatnya.

Apa maksudnya?

Dan lebih dari itu… kenapa jantungnya berdetak lebih cepat hanya karena kata-kata Revan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Love contract: Perjodohan tak terduga    bab 6

    Pagi itu, Kirana datang ke sekolah dengan kepala penuh pikiran. Ucapan Revan semalam masih terngiang di telinganya:“Kalau lo butuh satu alasan buat nggak nerima dia, mungkin gue bisa kasih.”Apa maksudnya? Apakah Revan juga mulai merasa hal yang sama kayak gue?Nadine mendekat sambil menyenggol bahu Kirana.“Lo kelihatan kayak orang kurang tidur. Jangan-jangan mikirin Revan?”Kirana langsung menatap Nadine dengan mata melebar.“Bukan! Maksudnya… ya nggak juga sih.”Nadine terkekeh. “Berarti iya.”Kirana menghela napas panjang. “Nad, gue beneran bingung. Revan berubah. Dia nggak kayak dulu yang nyebelin. Sekarang dia… perhatian. Tapi gue takut ini semua cuma bagian dari kontrak.”“Terus kalau bukan?” tanya Nadine serius.Kirana terdiam. Ia tidak punya jawaban.Saat Kirana berjalan menuju kantin, tiba-tiba Rian muncul dan berjalan di sampingnya.“Kir, lo ada waktu nanti sepulang sekolah?”“Ngapain?” tanya Kirana pelan.“Ada yang mau gue omongin. Penting.”Kirana menatap Rian. Tatapan c

    Last Updated : 2025-04-22
  • Love contract: Perjodohan tak terduga     bab 7

    Sudah seminggu sejak Kirana dan Revan memutuskan untuk menjalin hubungan tanpa pura-pura. Tidak ada yang berubah secara drastis dari luar—mereka masih duduk di tempat biasa, masih berdebat kecil soal hal-hal receh, dan masih suka saling lempar sindiran. Tapi bagi mereka, semuanya terasa berbeda.Kini, setiap tatapan memiliki makna. Setiap senyuman terasa lebih hangat.“Gue jemput lo nanti sore. Jangan pulang cepet-cepet,” bisik Revan sambil menyerahkan roti coklat ke Kirana.Kirana menatapnya heran. “Ngapain lagi?”“Surprise.”Kirana pura-pura mendengus, tapi pipinya memerah. “Ya udah. Tapi jangan yang aneh-aneh.”Revan mengangkat alis. “Gue? Aneh? Nggak mungkin.”Kirana sudah menunggu di gerbang sekolah ketika Revan datang dengan motornya. Ia mengulurkan helm.“Siap?”Kirana mengangguk. “Siap.”Mereka kembali ke bukit tempat pertama kali Revan mengungkapkan perasaannya. Tapi kali ini, Revan membawa tikar kecil, makanan ringan, dan termos teh hangat.“Seriusan lo bawa beginian semua?”

    Last Updated : 2025-04-22
  • Love contract: Perjodohan tak terduga    bab 1

    Langit cerah di atas SMA Grahadi, menandakan hari yang cukup menyenangkan bagi para siswa yang baru memulai tahun ajaran baru. Aula sekolah penuh dengan suara riuh rendah para murid yang sedang berbincang. Beberapa asyik bercanda, sementara yang lain sibuk mencari tempat duduk untuk acara pembukaan tahun ajaran.Di antara mereka, seorang gadis berambut panjang dengan wajah manis tengah duduk sambil menopang dagunya. Kirana Ardiani, siswa kelas 11 yang terkenal cerdas dan mandiri, tampak tidak terlalu tertarik dengan suasana ramai di sekitarnya."Kirana! Lo kenapa diem aja? Harusnya lo semangat, kita udah naik kelas, nih!" ujar Nadine, sahabatnya, sambil menggoyangkan bahunya.Kirana menghela napas. "Nggak tahu, Nad. Kayaknya perasaanku nggak enak dari tadi pagi.""Yah, lo kebanyakan mikir! Udahlah, enjoy aja!" Nadine menepuk pundaknya dan kembali berceloteh tentang murid-murid baru yang masuk tahun ini.Acara pun dimulai dengan sambutan dari kepala sekolah. Namun, Kirana tidak terlalu

    Last Updated : 2025-03-04
  • Love contract: Perjodohan tak terduga    bab 2

    Kirana berjalan ke kantin dengan langkah ragu. Sejujurnya, ia ingin segera menyelesaikan tantangan ini dan kembali menjalani hidupnya seperti biasa. Tapi sayangnya, dengan Revan Pradipta di sampingnya, itu terasa mustahil.Sementara itu, kantin sudah mulai ramai. Begitu mereka masuk, semua mata langsung tertuju pada mereka.“Hei, itu Kirana dan Revan!”“Mereka beneran ikut Love Contract?”“Wah, pasangan baru nih! Asli nggak nyangka!”Kirana menggigit bibirnya. Ya ampun, ini baru hari pertama, tapi gosipnya sudah menyebar ke seluruh sekolah!Di sampingnya, Revan tetap dengan wajah datarnya, seolah tidak peduli sama sekali.“Kita pesan apa?” tanya Kirana akhirnya.Revan melirik ke arah menu dan berkata santai, “Nasi goreng aja.”Kirana menghela napas. “Ya udah, nasi goreng.”Mereka pun memesan dua porsi nasi goreng dan mencari tempat duduk. Sayangnya, hampir semua meja penuh. Yang tersisa hanya satu meja di tengah kantin, tepat di tempat paling terbuka.“Ya ampun, tempatnya di situ,” gu

    Last Updated : 2025-03-04
  • Love contract: Perjodohan tak terduga    bab 3

    Sejak percakapan aneh dengan Revan di kantin kemarin, Kirana jadi kepikiran terus. Kenapa dia tiba-tiba nanya soal Rian? Emangnya dia peduli?“Gue nggak ngerti jalan pikiran cowok itu,” gumamnya saat duduk di bangkunya pagi ini.Nadine yang baru datang langsung nyenggol lengannya. “Ngomongin siapa?”“Siapa lagi kalau bukan Revan,” jawab Kirana malas.Nadine tertawa. “Kenapa lagi? Dia ngelakuin sesuatu?”Kirana menghela napas. “Kemarin dia tiba-tiba nanya, ‘Lo suka Rian?’”Mata Nadine membesar. “HAH?!”“Ssstt! Jangan heboh,” desis Kirana sambil melirik ke sekeliling. Beberapa siswa yang sudah ada di kelas langsung memasang ekspresi kepo.Nadine menurunkan suaranya, tapi tetap bersemangat. “Lo jawab apa?”“Tentu aja gue bilang itu bukan urusan dia.”Nadine mengangguk-angguk. “Tapi tetep aja aneh. Revan nggak pernah peduli sama orang lain, apalagi nanya hal kayak gitu.”“Itulah yang bikin gue bingung,” gumam Kirana.Saat itu, pintu kelas terbuka dan Revan masuk dengan ekspresinya yang se

    Last Updated : 2025-03-04
  • Love contract: Perjodohan tak terduga    bab 4

    Sejak obrolannya dengan Rian di taman belakang sekolah, Kirana jadi makin ragu. Apa benar gue nggak boleh terlalu berharap? Tapi kenapa Revan tiba-tiba peduli?Hari-hari berlalu, tapi suasana di sekolah masih ramai dengan gosip soal dirinya dan Revan. Kirana berusaha tidak peduli, tapi dalam hati, ia tahu ada sesuatu yang mulai berubah—terutama dalam dirinya.Pagi Hari – Dalam KelasHari ini, Kirana datang lebih awal dan mendapati kelas masih sepi. Ia duduk di bangkunya sambil mengeluarkan buku catatan, berusaha mengalihkan pikirannya.Namun, baru beberapa menit, seseorang duduk di bangku sebelahnya.Revan.Seperti biasa, ekspresinya datar. Ia menatap Kirana sebentar sebelum berkata, “Lo seriusan nggak sakit lagi?”Kirana menghela napas. “Revan, gue udah bilang, gue baik-baik aja.”Revan diam sebentar sebelum mengangguk. “Bagus.”Kirana mengernyit. “Lo kenapa sih?”Revan menoleh. “Kenapa apa?”Kirana menatapnya tajam. “Kenapa lo tiba-tiba perhatian sama gue?”Revan terdiam. Tatapannya

    Last Updated : 2025-03-04

Latest chapter

  • Love contract: Perjodohan tak terduga     bab 7

    Sudah seminggu sejak Kirana dan Revan memutuskan untuk menjalin hubungan tanpa pura-pura. Tidak ada yang berubah secara drastis dari luar—mereka masih duduk di tempat biasa, masih berdebat kecil soal hal-hal receh, dan masih suka saling lempar sindiran. Tapi bagi mereka, semuanya terasa berbeda.Kini, setiap tatapan memiliki makna. Setiap senyuman terasa lebih hangat.“Gue jemput lo nanti sore. Jangan pulang cepet-cepet,” bisik Revan sambil menyerahkan roti coklat ke Kirana.Kirana menatapnya heran. “Ngapain lagi?”“Surprise.”Kirana pura-pura mendengus, tapi pipinya memerah. “Ya udah. Tapi jangan yang aneh-aneh.”Revan mengangkat alis. “Gue? Aneh? Nggak mungkin.”Kirana sudah menunggu di gerbang sekolah ketika Revan datang dengan motornya. Ia mengulurkan helm.“Siap?”Kirana mengangguk. “Siap.”Mereka kembali ke bukit tempat pertama kali Revan mengungkapkan perasaannya. Tapi kali ini, Revan membawa tikar kecil, makanan ringan, dan termos teh hangat.“Seriusan lo bawa beginian semua?”

  • Love contract: Perjodohan tak terduga    bab 6

    Pagi itu, Kirana datang ke sekolah dengan kepala penuh pikiran. Ucapan Revan semalam masih terngiang di telinganya:“Kalau lo butuh satu alasan buat nggak nerima dia, mungkin gue bisa kasih.”Apa maksudnya? Apakah Revan juga mulai merasa hal yang sama kayak gue?Nadine mendekat sambil menyenggol bahu Kirana.“Lo kelihatan kayak orang kurang tidur. Jangan-jangan mikirin Revan?”Kirana langsung menatap Nadine dengan mata melebar.“Bukan! Maksudnya… ya nggak juga sih.”Nadine terkekeh. “Berarti iya.”Kirana menghela napas panjang. “Nad, gue beneran bingung. Revan berubah. Dia nggak kayak dulu yang nyebelin. Sekarang dia… perhatian. Tapi gue takut ini semua cuma bagian dari kontrak.”“Terus kalau bukan?” tanya Nadine serius.Kirana terdiam. Ia tidak punya jawaban.Saat Kirana berjalan menuju kantin, tiba-tiba Rian muncul dan berjalan di sampingnya.“Kir, lo ada waktu nanti sepulang sekolah?”“Ngapain?” tanya Kirana pelan.“Ada yang mau gue omongin. Penting.”Kirana menatap Rian. Tatapan c

  • Love contract: Perjodohan tak terduga    bab 5

    Sejak percakapannya dengan Revan di koridor, Kirana tidak bisa lagi mengabaikan perasaan aneh yang mulai tumbuh dalam hatinya.Revan tidak main-main. Dia sendiri tidak yakin dengan perasaannya, tapi satu hal yang pasti—dia berubah.Dan perubahan itu terjadi karena Kirana.Namun, Kirana masih belum siap menghadapi kenyataan itu.Pagi Hari – KelasHari ini, Kirana kembali mencoba menjaga jarak dari Revan. Ia fokus pada buku catatannya, berharap bisa mengabaikan semua kebingungan dalam kepalanya.Tapi harapannya sia-sia.“Kir, lo masih marah sama gue?”Kirana tersentak. Ia mendongak dan melihat Revan berdiri di samping mejanya, tatapannya serius.Kirana buru-buru menggeleng. “Gue nggak marah.”Revan menatapnya lama sebelum akhirnya berkata, “Oke.”Lalu, tanpa berkata apa-apa lagi, dia berjalan kembali ke tempat duduknya.Kirana menghela napas. Kenapa dia harus sesantai itu? Kenapa dia nggak kelihatan bingung kayak gue?Nadine, yang sejak tadi mengamati mereka, langsung menyenggol Kirana.

  • Love contract: Perjodohan tak terduga    bab 4

    Sejak obrolannya dengan Rian di taman belakang sekolah, Kirana jadi makin ragu. Apa benar gue nggak boleh terlalu berharap? Tapi kenapa Revan tiba-tiba peduli?Hari-hari berlalu, tapi suasana di sekolah masih ramai dengan gosip soal dirinya dan Revan. Kirana berusaha tidak peduli, tapi dalam hati, ia tahu ada sesuatu yang mulai berubah—terutama dalam dirinya.Pagi Hari – Dalam KelasHari ini, Kirana datang lebih awal dan mendapati kelas masih sepi. Ia duduk di bangkunya sambil mengeluarkan buku catatan, berusaha mengalihkan pikirannya.Namun, baru beberapa menit, seseorang duduk di bangku sebelahnya.Revan.Seperti biasa, ekspresinya datar. Ia menatap Kirana sebentar sebelum berkata, “Lo seriusan nggak sakit lagi?”Kirana menghela napas. “Revan, gue udah bilang, gue baik-baik aja.”Revan diam sebentar sebelum mengangguk. “Bagus.”Kirana mengernyit. “Lo kenapa sih?”Revan menoleh. “Kenapa apa?”Kirana menatapnya tajam. “Kenapa lo tiba-tiba perhatian sama gue?”Revan terdiam. Tatapannya

  • Love contract: Perjodohan tak terduga    bab 3

    Sejak percakapan aneh dengan Revan di kantin kemarin, Kirana jadi kepikiran terus. Kenapa dia tiba-tiba nanya soal Rian? Emangnya dia peduli?“Gue nggak ngerti jalan pikiran cowok itu,” gumamnya saat duduk di bangkunya pagi ini.Nadine yang baru datang langsung nyenggol lengannya. “Ngomongin siapa?”“Siapa lagi kalau bukan Revan,” jawab Kirana malas.Nadine tertawa. “Kenapa lagi? Dia ngelakuin sesuatu?”Kirana menghela napas. “Kemarin dia tiba-tiba nanya, ‘Lo suka Rian?’”Mata Nadine membesar. “HAH?!”“Ssstt! Jangan heboh,” desis Kirana sambil melirik ke sekeliling. Beberapa siswa yang sudah ada di kelas langsung memasang ekspresi kepo.Nadine menurunkan suaranya, tapi tetap bersemangat. “Lo jawab apa?”“Tentu aja gue bilang itu bukan urusan dia.”Nadine mengangguk-angguk. “Tapi tetep aja aneh. Revan nggak pernah peduli sama orang lain, apalagi nanya hal kayak gitu.”“Itulah yang bikin gue bingung,” gumam Kirana.Saat itu, pintu kelas terbuka dan Revan masuk dengan ekspresinya yang se

  • Love contract: Perjodohan tak terduga    bab 2

    Kirana berjalan ke kantin dengan langkah ragu. Sejujurnya, ia ingin segera menyelesaikan tantangan ini dan kembali menjalani hidupnya seperti biasa. Tapi sayangnya, dengan Revan Pradipta di sampingnya, itu terasa mustahil.Sementara itu, kantin sudah mulai ramai. Begitu mereka masuk, semua mata langsung tertuju pada mereka.“Hei, itu Kirana dan Revan!”“Mereka beneran ikut Love Contract?”“Wah, pasangan baru nih! Asli nggak nyangka!”Kirana menggigit bibirnya. Ya ampun, ini baru hari pertama, tapi gosipnya sudah menyebar ke seluruh sekolah!Di sampingnya, Revan tetap dengan wajah datarnya, seolah tidak peduli sama sekali.“Kita pesan apa?” tanya Kirana akhirnya.Revan melirik ke arah menu dan berkata santai, “Nasi goreng aja.”Kirana menghela napas. “Ya udah, nasi goreng.”Mereka pun memesan dua porsi nasi goreng dan mencari tempat duduk. Sayangnya, hampir semua meja penuh. Yang tersisa hanya satu meja di tengah kantin, tepat di tempat paling terbuka.“Ya ampun, tempatnya di situ,” gu

  • Love contract: Perjodohan tak terduga    bab 1

    Langit cerah di atas SMA Grahadi, menandakan hari yang cukup menyenangkan bagi para siswa yang baru memulai tahun ajaran baru. Aula sekolah penuh dengan suara riuh rendah para murid yang sedang berbincang. Beberapa asyik bercanda, sementara yang lain sibuk mencari tempat duduk untuk acara pembukaan tahun ajaran.Di antara mereka, seorang gadis berambut panjang dengan wajah manis tengah duduk sambil menopang dagunya. Kirana Ardiani, siswa kelas 11 yang terkenal cerdas dan mandiri, tampak tidak terlalu tertarik dengan suasana ramai di sekitarnya."Kirana! Lo kenapa diem aja? Harusnya lo semangat, kita udah naik kelas, nih!" ujar Nadine, sahabatnya, sambil menggoyangkan bahunya.Kirana menghela napas. "Nggak tahu, Nad. Kayaknya perasaanku nggak enak dari tadi pagi.""Yah, lo kebanyakan mikir! Udahlah, enjoy aja!" Nadine menepuk pundaknya dan kembali berceloteh tentang murid-murid baru yang masuk tahun ini.Acara pun dimulai dengan sambutan dari kepala sekolah. Namun, Kirana tidak terlalu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status