Para vampir itu terhempas ke belakang saat Duke mengayunkan pedangnya.
Elena menoleh ke belakang di mana tatapannya bertemu dengan Duke sekilas."Du-Duke," gumam para vampir itu ketakutan.Duke kembali memasukkan pedangnya, melihat dengan datar para vampir itu."Cepat lari sebelum kutebas kepala kalian!" aba- aba Duke membuat para vampir itu lari secepat kilat."Terima kasih," ucap Elena membuat Duke berbalik.Astra, Matteo dan Galen hanya diam menatap Elena saat ini.Mereka terlihat begitu terperangah dan kagum dengan kecantikan Elena."Kamu dari bangsa serigala?" tebak Duke yang diangguki oleh Elena."Kenapa memasuki wilayah mereka jika kamu tahu itu adalah peraturan terlarang?" heran Duke membuat Elena melihat dengan lekat Duke.Tatapan Elena silih berganti menatap Astra dan lainnya."Maaf aku tidak tahu soal ini," jawab Elena dengan jujur tanpa memberitahu perihal ingatannya.Duke meneliti penampilan Elena dari atas hingga bawah."Kamu seorang putri?" Elena kembali mengangguk dan mengerutkan keningnya di waktu yang bersamaan."Bagaimana kamu bisa tahu? Apa kamu pernah mengenalku sebelumnya?"kini giliran Duke yang menaikkan sebelah alisnya heran."Memang kamu putri kerajaan mana?" tanya Matteo dengan suara lemah lembut serta senyum yang menawan."Sylvamoon," jawab Elena singkat namun mampu mengejutkan mereka berempat.Astra melihat Duke, seolah bertanya kebenaran tentang hal itu."Bukankah putri Talamus hanya Selene?" tanya Duke dengan hati- hati.Elena semakin dibuat bingung dengan pertanyaan Duke barusan."Tidak, aku putri keduanya," jelas Elena membantah asumsi Duke.Keempat pria itu lagi- lagi dibuat terkejut dengan ungkapan Elena barusan.Duke melihat Elena dengan lekat, seolah tak percaya dengan ungkapan yang baru saja Elena lontarkan."Apa yang bisa membuktikan jika kamu putrinya?" tanya Duke ingin bukti.Elena sedikit menarik lengan gaunnya ke atas, memperlihatkan tanda TS yang terukir di lengan kiri.Mereka terlihat tak percaya dengan hal itu namun melihat tanda bukti pada lengan kiri Elena membuat Duke yakin jika ia putri Talamus.Karena setiap anggota kerajaan akan memiliki tanda kekeluargaan dari kerajaan."Tapi kenapa Talamus tidak pernah mengumumkan akan keberadaanmu? Talamus selalu menyebut putrinya hanya Selene? Dan kami juga tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya di perjamuan atau pertemuan rapat umum putra- putri kerajaan serigala, apa Talamus menyembunyikanmu?" tebak Astra dengan tepat.Elena mengepalkan jemarinya kala mendengar fakta tersebut."Ayah mengurungku. Dan besok aku akan menikah dengan bangsa vampir," jawab Elena singkat namun mampu mengejutkan mereka berempat."Baru juga mau kurayu, ternyata sudah mau nikah saja," gumam Matteo sedikit menyesal dan kecewa mendengar kabar dari Elena."Sekalipun belum nikah, dia juga tidak akan mau denganmu," olok Galen membuat Astra menatap mereka berdua dengan ekspresi wajah yang datar.Keduanya langsung diam seperti anak kecil yang ditatap oleh ibunya."Kenapa Talamus menikahkanmu dengan bangsa vampir?" tanya Duke semakin spesifik.Elena diam, ia sendiri juga tidak tahu apa alasan Talamus melakukan hal itu."Entah, ayah hanya mengatakan jika aku ditakdirkan untuk menikah dengan bangsa vampir," jawab Elena setahunya."Jika kamu ditakdirkan untuk menikah dengan bangsa vampir, lalu bagaimana dengan kakakmu? Dengan siapa kelak ia akan menikah? Siapa tahu raja Talamus menginginkan menantu serigala, mungkin aku bisa menjadi salah satu kandidatnya?" tanya Matteo dengan rasa ingin tahunya yang tinggi.Elena menatap Matteo dengan sedikit bingung juga tidak tahu."Untuk itu aku tidak tahu," jawab Elena dengan singkat.Duke menatap Elena dengan lekat, entah kenapa ia merasa ada sesuatu yang menarik dirinya pada Elena.Astra yang menyadari tatapan Duke pada Elena kini sedikit mendekat dan membisikkan sesuatu, "Kurasa tak pantas memandang calon istri orang dengan begitu lekat."Duke berdecak, menatap jengah Astra dengan segala keseriusannya.Hingga Elena merasakan panas pada pergelangan tangan.Matteo dan Galen berteriak terkejut kala Elena bersimpuh di tanah dan merintih kesakitan sembari memegangi pergelangan tangannya.Duke dengan cakap langsung berjongkok di depan Elena."Ada apa?" tanya Duke memeriksa wajah Elena yang meringis kesakitan sembari menggenggam erat pergelangan tangannya."Sepertinya ayah mencariku," gumam Elena sembari melihat benang emas yang melingkar di pergelangan tangan di mana benang itu menyala untuk memberikan sinyal.Duke mengerutkan keningnya kala melihat jahitan benang emas pada pergelangan tangan Elena."Apa ayahmu yang melakukan ini?" Elena mengangguk membuat Duke menyipitkan mata dengan tajam untuk mengungkapkan amarahnya.Elena menatap Duke dengan wajah yang sudah sedikit berkeringat karena menahan rasa sakit pada pergelangan tangannya yang begitu perih dan panas secara bersamaan."Boleh aku minta tolong padamu?" tanya Elena dengan suara serak karena menahan tangis."BOLEH!" jawab Matteo dan Galen membuat Astra dan Duke langsung menatap mereka berdua secara bersamaan.Elena yang tak kuasa menahan rasa sakit pada pergelangan tangannya, meremas kuat lengan kekar Duke.Duke menelan air liurnya, melihat remasan tangan Elena pada lengannya."Katakan, apa yang harus kubantu untukmu?" tanya Duke yang setuju untuk membantu Elena.Elena mencoba mengatur napasnya, bergegas untuk mengatakan permintaannya sebelum para guard menemukan dirinya."Tolong datang dan jemput aku besok malam, bawa aku pergi jauh dari kerajaan, aku tidak ingin menikah dengan bangsa vampir," pinta Elena dengan suara yang semakin lemah karena tenaganya terserap oleh gelang emas.Astra yang mendengar hal itu, sontak langsung angkat bicara sebelum Duke menyetujui permintaan Elena."Duke ingat! Jangan ikut campur dengan urusan Talamus, tugasmu hanya menjaga kerajaan Sylvamoon, bukan mencampuri urusan kerajaan," peringati Astra pada Duke."Jika kamu membantuku, aku akan melakukan apapun yang kamu minta, aku akan membalas perbuatan baikmu," kata Elena mencoba menyakinkan Duke jika ia akan balas budi.Duke hanya diam sembari melihat Elena yang merintih kesakitan di mana Duke seolah ikut merasakan betapa sakitnya yang Elena rasakan saat ini mengingat betapa kuatnya remasan tangan Elena pada lengan kekar Duke.Hingga Duke teringat akan ucapan Hagen."Tapi putri Talamus mana yang bisa membantuku untuk menghilangkan kutukan kekuatan es ini? Selene atau dia?" batin Duke dalam hati dengan tatapan yang lekat pada wajah cantik Elena."CEPAT TEMUKAN TUAN PUTRI!" teriak para guard."Duke ayo cepat pergi," ajak Astra yang diangguki Matteo dan Galen.Duke masih menatap Elena yang mencengkeram kuat lengannya untuk menahan rasa sakit pada pergelangan tangannya.Perlahan Elena melepas cengkraman tangannya untuk membiarkan Duke pergi.Astra yang melihat Duke tak kunjung berdiri sontak memberikan kode pada Matteo dan Galen.Dengan cepat mereka bertiga menyeret Duke untuk segera pergi dari sana sebelum para guard menemukan Elena dan terjadi kesalahpahaman.Elena menatap dengan pandangan yang sudah sedikit buram dengan sekeliling yang tampak berputar."Kuharap dia bisa menyelamatkanku besok," gumam Elena berdoa berharap Duke akan membantu dirinya sebelum ia kehilangan kesadarannya.Bersamaan dengan Elena yang jatuh pingsan, para guard datang dengan sehelai benang emas yang menyala, sama seperti yang dipakai oleh Elena.Kerajaan SylvamoonElena mengerjapkan kedua matanya dengan perlahan.Pandangannya terlihat sedikit buram.Tampak semua orang mengelilinginya dengan raut wajah yang sangat cemas."Elena, kamu sudah sadar sayang?" tanya Mora sembari mengusap tangan Elena.Elena melihat Mora dengan kesadaran yang belum pulih."Kamu dari mana saja tadi?" kini giliran Selene yang bertanya, di mana ia duduk di samping kanan Elena.Elena berusaha untuk bangun, membuat Mora dan Selene membantu Elena untuk bersandar."Apa para vampir itu menyakitimu?" Elena mengangkat kepalanya, melihat Talamus dengan senyuman yang samar serta gelengan kepala.Talamus menghembuskan napas lega kala mendengar hal itu."Lain kali kamu jangan sembarangan pergi ya? Minta para guard untuk mendampingimu," beritahu Mora dengan wajah yang tak bisa menyembunyikan rasa cemas dan khawatirnya saat ini.Talamus memandangi lekat putrinya."Kamu sengaja keluar bukan?" tanya Talamus dengan nada suara yang kini terdengar menahan marah.Elena me
Kerajaan VedericAda Levator yang sudah tidak sabar untuk pergi ke kerajaan Sylvamoon.Di mana hari ini ia akan menikah dengan Elena, putri kedua dari Talamus yang memiliki kecantikan tiada tandingannya."Aku sungguh akan merasa begitu bahagia dan sejahtera setelah menikah dengannya," gumamnya dengan senang kala mengingat pertemuan pertamanya kemarin dengan Elena.Levator terus menyunggingkan bibirnya dengan manis kala mengingat betapa cantiknya Elena.Levator menoleh kala pintu diketuk.Terlihat Federic berjalan menghampirinya."Kau terlihat senang sekali putraku," ujar Federic yang bisa melihat betapa bahagianya Levator."Iya ayah, Levator sangat bahagia sekali hari ini. Di mana Levator akan menikah dengan Elena, putri kerajaan tercantik yang pernah Levator temui," akuinya yang beberapa kali memuji dan mengagumi kecantikan Elena.Federic tertawa mendengar pengakuan putranya."Ya, ayah rasa Elena sangat cocok denganmu. Setelah menikah nanti kalian akan menjadi penguasa pack yang pali
"Ayo keluar!"Elena menoleh kala mendengar suara serak tersebut, keningnya berkerut kala melihat pria tinggi nan tampan. Astra langsung masuk ke dalam ruangan, mendekati Elena. "Kamu pria waktu itu?" Astra mengangguk membuat Elena melihat ke belakang, berharap melihat Duke. Astra yang memiliki pendengaran yang tajam, bisa mendengarkan langkah kaki yang mendekat. "Ayo ikut denganku jika kamu ingin keluar dari sini," ajak Astra dengan singkat yang mana hal itu langsung diangguki oleh Elena. Elena langsung beranjak dari kursi, berjalan di belakang Astra. Keduanya lewat belakang, sebelum tepergok Talamus. Di tempat lain ada Talamus dan Duke yang tengah berjalan menuju ruangan Elena. "Kamu pasti merasa sangat senang bukan karena bisa bebas dari ruangan terkutuk yang telah mengurungmu selama 5 tahun ini? Bukankah kamu seharusnya berterima kasih padaku? Berkat aku kamu bisa keluar dan bebas untuk menghirup udara segar," tanya Talamus dengan nada yang mengejek membuat Duke yang berjal
•••Duke dan Elena kini sedang berjalan- jalan di sekitar taman. "Bagaimana dengan kondisi kerajaan?" tanya Elena ingin tahu.Duke melihat bunga yang semi dengan ayunan kepalanya, "Ayahmu terlihat cemas dan panik."Elena kini merasa sedikit bersalah, namun ia sendiri juga tidak bisa menerima pernikahan tersebut.Duke yang bisa memahami pikiran Elena sontak melontarkan sesuatu, "Jangan merasa bersalah, tidak semua orang tua bisa memaksakan kehendaknya."Elena melihat Duke dari samping, "Menurutmu tindakanku tidak salah?" tanya Elena yang diangguki oleh Duke."Bukankah kamu bisa menolaknya? Tidak semua perintah orang tua bisa kita lakukan," beritahunya pada Elena.Elena berhenti berjalan, berpikir sejenak akan komentar Duke barusan, "Benar juga, aku bisa menolak jika tidak menyukainya."Duke manggut- manggut setuju akan ucapan Elena barusan."Apa kamu akan ke kerajaan sekarang?" tanya Elena saat melihat Duke yang hendak pergi."Duke mengangguk, melihat Elena,"Tenang saja, mereka tidak a
Kerajaan Slyvamoon"Jadi kita batalkan pernikahan ini?" tanya Federic dengan nada dingin dan picingan mata yang begitu sinis. "Jangan marah dulu. Para guard sedang mencari putriku!"Levator memalingkan muka menunjukkan rasa jengkel dan kecewa. "Ayo kita pulang saja, tidak ada gunanya di sini."Levator langsung beranjak dari kursi, bersamaan dengan Duke yang baru saja masuk ke dalam ruang singgasana. "Bagaimana Duke, kamu menemukan putriku?" Duke menggelengkan kepalanya, "Saya tidak bisa menemukannya."Talamus yang mendengar hal itu terlihat begitu marah, ia langsung berdiri, menatap sengit Duke, "Bagaimana bisa, bukankah aku telah memberimu benang emas?" tekan Talamus dengan emosi. Mora dan Selena menatap Duke dengan penuh harap. Duke menelisik mereka satu persatu dengan napas yang sedikit tersengal. "Itu kenyataannya. Saya tidak bisa menemukannya."Talamus membuang napas besar, menarik rambutnya frustasi. Mendengar hal itu, Federic langsung bangkit dari kursinya, "Sepertinya d
Kerajaan NocturniaAda Manos yang sedang duduk di kursi singgasananya. Ia terlihat diam merenung. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Rasa- rasanya dia seperti sedang memikirkan sesuatu. "Ayah!" Manos menoleh dan terlihat putranya berjalan menghampirinya. Dia adalah Octavian. "Ada apa?"Manos membenarkan bajunya sekilas. "Apa yang ayah pikirkan?"Octavian duduk di kursi yang lebih rendah dari Manos. Manos menghembuskan napas panjang. "Kamu sudah dengar berita?" tanya Manos membuat Octavian mengernyitkan keningnya. "Berita apa?" tanya Octavian yang ternyata belum tahu apa- apa. "Duke sudah dikeluarkan. Dia dijadikan penjaga keamanan kehutanan oleh Talamus."Octavian terlihat begitu terkejut sekali mendengar berita tentang sepupunya. "Ayah serius?" tanya Octavian tak percaya, "Bagaimana mungkin paman mengeluarkan Duke? Bukankah itu akan membawa masalah buat kita semua? Apa yang dipikirkan oleh paman Hagen hingga mengeluarkan Duke."Manos kembali menghela napas, "Tapi ada ben
Beberapa hari kemudianAda Elena yang sedang membantu paman Hoba di dapur.Ia terlihat begitu senang dan antusias dalam membantu memasak.Padahal ia tidak seharusnya melakukan hal itu bukan?Tapi mengingat ia begitu senang melakukan hal- hal kecil membuat paman Hoba mengajari Elena untuk memasak.Dari arah luar ada Astra dan sikembar yang hendak menemui paman Hoba.Mereka bertiga berhenti di ambang pintu kala melihat paman Hoba sedang melakukan pelatihan pada Elena."Paman Hoba sedang melakukan pendidikan pada Elena?"Matteo terlihat seperti cemas dan takut saat ini."Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya nanti."Galen mengusap tengkuk belakangnya dengan sedikit merinding kala membayangkan masakan paman Hoba yang selalu asin, pahit atau terkadang hambar.Astra menelan ludahnya kembali, "Apa kita batalkan saja untuk menemui paman Hoba?" tanyanya pada mereka berdua.Matteo melihat ke samping, "Semua orang tahu jika kau tidak pernah takut dengan hal apapun, siapa yang tahu jika k
Elena tampak duduk termenung di bangku taman.Ia memikirkan apa yang terjadi dengan Duke barusan.Elena terus kepikiran tentang apa yang sebenarnya terjadi.Ia begitu mencemaskan Duke sekarang.Elena tak sengaja melihat Astra berjalan menuju dapur membuatnya dengan cepat langsung bangkit dari kursi dan mengejarnya. "Astra!"Astra menoleh, dengan raut wajah yang kesal terpaksa berhenti sejenak. "Kamu mau kemana?"Elena bertanya dengan pelan dan hati- hati. "Kenapa?" tanya balik Astra dengan dingin. Elena meremas gaunnya dengan sedikit cemas. "Bagaimana dengan keadaan Duke? Apa dia terluka parah?" Astra menghembuskan napas gusarnya, "Kenapa bertanya padaku? Tanya sendiri pada ayahmu."Elena menatap takut Astra, "Apa ayah yang melakukan semua itu?" Astra berdecak pelan. "Sebaiknya kembalilah ke kerajaanmu. Bukankah pernikahanmu sudah dibatalkan? Tolong jangan bebani alpha kami dengan keberadaanmu di sini. Ia melakukan segalanya untukmu."Elena yang mendengar hal itu sedikit merasak