Share

Bab 7. Aduan bohong

Author: RatuNna Kania
last update Last Updated: 2024-12-19 08:22:20

Malam harinya sekitar pukul sembilan, Fani menggedor pintu rumah mertuanya. Tadi saat dia pulang, Giselle dan Nur tak ada di rumah. Jadi feeling-nya berkata bahwa mereka pasti ada di rumah sang mertua. Dia pun mau tak mau harus kesana menyusul Gisel.

Fani mengetuk pintu dan mengucapkan salam dengan sedikit kencang, karena terdengar suara siaran tv sampai di halaman. Kalau pelan, tentu tidak akan terdengar.

Putri bangkit dan membuka pintu, tanpa aba-aba langsung saja menyemprot kakak iparnya. “Kamu dari mana aja sih, Mbak? Dari sore anakmu nangis terus kehabisan susu. Kamu ditelepon nggak bisa. Tiba-tiba nomornya nggak aktif. Katanya cuma pergi sebentar, tapi jam segini baru pulang. Lupa kamu sama anak?”

“Put, apaan sih? Kok jadi marah-marah gini ke aku. Aku kan titip Giselle sama Bu Nur tadi, kenapa dia bisa ada di sini? Lagian juga aku kasih duit lebih buat upah Bu Nur momong Giselle! Udah ah, aku nggak mau debat. Mana Giselle?” tanya Fani dengan wajah angkuhnya.

“Bisa-bisanya kamu nggak ngerasa salah! Bukannya minta maaf, malah nyolot! Kamu nggak ada bilang pergi sampai malam! Bu Nur itu kerja cuma sampai sore dan tugasnya hanya bersih-bersih rumah. Oh iya satu lagi, nggak usah sombong bilang kasih upah lebih kalau gaji pokok Bu Nur aja udah lewat tiga hari nggak kamu kasih!” balas Putri dengan sengit.

Wajah Fani seketika berubah pias, dia tak menyangka bahwa Bu Nur akan cerita dan mengadu semuanya. Wanita itu melengos karena apa yang dikatakan oleh adik iparnya adalah fakta. Awalnya Fani memang kehabisan uang cash, dia malas pergi ke ATM hingga kelupaan sampai sekarang.

“Aku lupa ambil duit di ATM. Kamu kalau nggak ngerti apa-apa mending diem deh. Heran banget sukanya ikut campur!”

“Heh dengerin ya! Aku nggak akan ikut campur kalau kamu nggak nikah sama Masku dan Giselle bukan keponakanku. Kamu itu memang batu, ya!” Putri hendak maju karena terpancing emosi. Dia tak peduli apalagi takut meskipun usianya di bawah Fani.

“Eh kalian ini apa-apaan sih? Udah malam kok malah ribut. Diem semua, nanti Giselle bangun. Kayak anak kecil aja hal sepele dibuat ribut,” kata Retno yang baru saja keluar dari kamar.

Dia menatap Putri dan Fani secara bergantian.

“Maaf, Bu, tapi aku nggak bermaksud bikin kekacauan. Putri aja tuh sekata-kata aja kalau ngomong, nggak sopan banget. Maafin Fani ya, Bu, baru pulang. Sampai harus ngerepotin Ibu jaga Giselle. Biar Fani gendong, Bu, mau Fani bawa pulang aja Giselle nya,” ujar Fani.

Jika tadi nada suaranya tak bisa santai saat bersama Putri. Maka sekarang berubah drastis ketika mengobrol dengan Retno.

“Iya, pelan-pelan. Tapi apa nggak sebaiknya Giselle tidur di sini aja? Besok kalau bangun biar Ibu antar ke rumahmu.”

“Nggak usah, Bu, nanti malah bikin Ibu capek. Kalau Ibu kerepotan juga aku lagi nanti yang kena,” balas Fani.

“Idih, nggak nyadar diri banget kalau dari siang udah bikin Ibu capek dan repot!” Putri kembali bersuara untuk menimpali ucapan Fani.

Fani tak menjawab, dia langsung masuk ke dalam kamar untuk membangunkan dan membawa Giselle pulang.

“Aku pamit ya, Bu, makasih udah jaga Giselle.” Tanpa mengucapkan salam, wanita berambut panjang kecoklatan itu langsung saja keluar dari kediaman mertuanya.

Putri menutup pintu depan setengah keras, saat Fani baru saja keluar dari pagar. Kakak iparnya itu sempat menoleh sejenak, sebelum akhirnya kembali melanjutkan langkah.

“Put, jangan gitu!” tegur Retno seraya menggeleng perlahan.

“Habisnya perempuan itu nyebelin banget tau, Bu!” Putri mengerucutkan bibirnya ke depan.

“Udah, api nggak usah dibalas api. Mending kamu tidur sana!”

“Iya-iya!” Putri mengangguk. Namun tak langsung masuk ke kamar, dia malah asyik duduk di ruang keluarga sambil mengobrol ringan dengan Ibunya.

Padahal tadi Retno juga yang menyuruhnya beristirahat, tapi karena obrolan mereka saling menyambung akhirnya urung.

Beberapa menit kemudian, suara dering ponsel terdengar menggema. Putri langsung berdiri, untuk mengambil benda berbentuk pipih yang baru sebulan itu menjadi miliknya.

“Mas Bima, Bu, yang telepon! Kuntilanak itu pasti udah ngadu yang nggak-nggak sama suaminya!” kata Putri seraya menunjuk ponsel yang berada di genggamannya.

“Angkat, Nduk, jangan suudzon dulu,” ujar Retno.

Putri menarik napas dalam, lalu mengeluarkannya secara perlahan sebelum akhirnya menempelkan ponsel di samping telinga. “Halo, Mas?”

“Kamu bertengkar sama Fani? Kamu bilang apa aja sampai istriku nangis sesenggukan kayak gitu, Dek?” tuduh Bima dengan nada suara kecewa, hingga Putri melongo dibuatnya.

“Tunggu! Maksudnya gimana ya, Mas? Agak nggak paham ini!”

“Fani telepon Mas nangis-nangis barusan. Mending kamu jujur aja sama Mas deh, kamu apakan dia?” tanya Bima dengan nada tinggi.

***

Related chapters

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 8. Semakin merasa bebas

    “Aku nggak ngapa-ngapain, Mas! Aku cuma nasehati dia aja tadi karena pulang malam. Dia juga lalai sampai susu Giselle kehabisan dan yang paling parah dia seenaknya nyuruh Bu Nur buat jaga Giselle di luar jam kerja. Mana gajinya Bu Nur juga terlambat dia kasih. Aku kayak gini juga karena aku masih peduli lho, sama dia, Mas!” Putri tak terima dia dituduh menyakiti Fani.Pantas jika sekarang jiwa emosinya meronta-ronta ingin disalurkan. Putri geram karena dia tahu pasti Fani sengaja memfitnahnya di depan sang Kakak.“Gini ya, Dek, menasehati Fani itu sudah menjadi bagian dari tugasku. Jadi kamu nggak usah lagi deh, ikut campur apalagi sampai pakai kata-kata nggak sopan. Minta maaf sama Mbakmu sekarang, kasihan dia sakit hati.” Dengan seenaknya Bima berkata demikian.“Nggak! Aku nggak mau. Aku nggak salah ya, di sini, Mas. Aku juga nggak tau apa aja yang udah diadukan sama Mbak Fani ke kamu. Tapi yang jelas aku nggak pernah ngerasa nggak sopan sama dia, kalau saja dia tau bagaimana carany

    Last Updated : 2024-12-19
  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 9. Dimabuk Asmara

    “Bu, jangan lupa besok datang lebih awal lagi ya, seperti biasa!” ujar Fani dengan suara manjanya.Bu Nur hanya mengangguk. “Bisa diatur, asalkan ….” “Aku paham! Tenang, duit kan?” Fani terkekeh.Bu Nur hanya mengangguk.Hampir seminggu ini Fani sering menyuruh asisten rumah tangganya itu untuk datang lebih pagi dan pulang larut malam. Semua itu demi memenuhi keinginannya ber sua dengan pacar-pacarnya.Bu Nur juga tak banyak tanya asalkan dia diberi haknya sesuai dengan perjanjian.“Ibu sama Putri masih ngerecokin nggak? Mereka sering kesini nggak waktu aku pergi, Bu?” tanya Fani. Dia masih membalurkan body serum di seluruh tubuhnya sebelum beranjak tidur.“Masih sering ke sini buat kasih jajan Giselle, kadang anter makanan. Cuma nggak banyak nanya sih,” jawab Bu Nur.“Jadi mereka anteng-anteng aja waktu tau aku sering keluar ya, Bu? Nggak ada masalah kan?” Fani kembali bertanya.“Iya aman, sepertinya begitu. Ya sudah kalau gitu aku pulang, ya? Giselle juga tidur nyenyak. Cuma perlu

    Last Updated : 2024-12-25
  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 1. Digerebek

    [Mas, istrimu digrebek! Rame banget ini, kamu nggak mau pulang?]Bima yang baru saja mendaratkan tubuhnya ke atas kursi pun mengerutkan kening. Seharian letih mengontrol jalannya proyek di lapangan membuatnya tak sempat melihat ponsel. Bahkan benda berbentuk pipih yang temperedglass-nya mulai retak sana-sini itu seharian dalam mode senyap.Pesan yang dikirimkan oleh Putri membuat bola matanya hendak keluar. Adik kandungnya itu juga mengirimkan sebuah video yang dengan cepat diputarnya. Tak terlihat jelas apa yang ada dalam video tersebut, selain kerasnya suara seruan yang saling bersahutan.Video itu masih tersisa 30 detik lagi untuk ditonton, tapi Bima sudah tak berminat meneruskannya. Dia buru-buru menelpon langsung adiknya untuk memastikan apa maksud dari pesan yang dikirimkan.Dering kedua panggilannya langsung diangkat oleh Putri. Baru juga Bima hendak mengucapkan salam, adik perempuannya itu sudah lebih dulu bersuara.“Mas, astaga! Kamu kemana aja, sih? Mbak Fani digrebek, ini

    Last Updated : 2024-12-18
  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 2. Mencoba berbenah

    “Masuk kamar dan temani Giselle tidur, Fan!” Retno—Ibu Bima itu menyuruh menantunya dengan suara tegas.“Iya, Bu. Sekali lagi … Fani minta maaf.”Retno hanya mengangguk, Fani langsung membawa putrinya yang baru berusia empat tahun itu masuk ke dalam kamar. Sesuai dengan perintah mertuanya.“Bu, ngapain sih pakai dibela segala? Udah bagus lho, wanita itu tadi minta Pak RT buat kasih hukuman sama Mbak Fani. Sesekali dia memang harus dikasih pelajaran, Bu! Memalukan!” Putri yang hanya berdiri di ambang pintu tampak kesal.Tadi sewaktu Pak RT diminta tegas oleh gadis yang kesal karena pacarnya berada di rumah Fani, Retno memang pasrah dan menurut saja jika itu yang terbaik dan dirasa adil. Namun permintaan dari Bima lah yang akhirnya membuat perdebatan alot pun bisa berakhir dengan damai. Tentu saja ditutup dengan gelontoran uang untuk membungkam semuanya.“Kan kamu tau itu tadi keinginan Mas-mu, Nduk. Ibu juga tadinya kesel, malu, rasanya seperti dikuliti hidup-hidup. Tapi mau gimana lag

    Last Updated : 2024-12-18
  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 3. Susah ditaklukkan

    Kabar perselingkuhan Fani yang digerebek warga sudah terdengar kemana-mana. Tapi seminggu berlalu ternyata cukup mereda juga. Pagi ini Fani memutuskan keluar rumah setelah seminggu mengurung diri dan hanya berdiam di dalam rumah. Kebetulan Bima tadi memberinya kabar bahwa kebutuhan bulanan sudah disiapkan, tinggal mengambil di rumah ibunya.Hubungan Fani dengan Retno jadi canggung dan seolah merenggang. Berbicara seperlunya, terkadang juga Fani hanya menjawab jika ditanya, itu juga hanya membahas tentang Giselle. Apalagi dengan Putri, sama sekali tak bertegur sapa sejak insiden itu terjadi. Putri langsung melengos jika tak sengaja bertatap, jampi-jampi yang Fani rapalkan ternyata tidak bisa membuat putri bersikap seperti mertuanya. Anak ini memang agak keras ditaklukan, bahkan secara terang-terangan, Putri seolah mengajak perang. Tapi Fani tak ambil pusing dengan sikap keluarga suaminya. Selama Bima masih berada di pihaknya, selama itulah hidupnya akan baik-baik saja.“Kamu ambil sen

    Last Updated : 2024-12-18
  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 4. Teguran ipar

    Fani benar-benar menuruti apa yang Retno inginkan meski harus menahan malu, tapi itulah caranya dia merayu agar Retno percaya atas semua yang telah terjadi. Setelah pengajian di rumah Bu RT usai kemarin malam, Fani langsung menjaga jarak dengan Pak RT. Dari awal niatnya hanya memanfaatkan saja, tak ada sedikitpun pikiran untuk menjalin hubungan apalagi memberikan kenik matan. Membayangkan Pak RT yang suka me milin kumisnya saja membuat Fani bergidik geli. Runtutan pesan masuk ke dalam ponselnya hanya dibaca saja, hingga membuat Pak RT bertanya-tanya.Tapi setelah dijelaskan dan diancam akan diadukan pada Bu RT, barulah Pak RT mereda dan tak lagi mengganggunya dengan sapaan manis manja.Siang ini Fani hanya gegoleran di atas karpet bulu di ruang tamu. Asisten rumah tangga yang difasilitasi oleh Bima juga tampaknya sudah menyelesaikan tugasnya membersihkan rumah, serta memasak makanan sesuai permintaan Fani. Tak keluar rumah hampir sepuluh hari membuat wanita itu gelisah dan gunda gulan

    Last Updated : 2024-12-18
  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 5. Mencurigakan

    Fani sibuk merias diri meski masih pagi sekali. Peringatan yang diberikan kakak iparnya kemarin hanya masuk di telinga kanan, keluar lewat telinga kiri. Pikirnya, Eka hanyalah ipar tentu saja tidak berhak mengatur hidupnya. Seakan-akan semakin bertambahnya hari, kelakuan Fani kembali lagi.Putri yang pagi itu disuruh Retno mengantarkan sup ayam untuk Giselle pun terpaku sejenak, saat melihat Fani sudah rapi dengan riasan yang cukup menor.Perlahan gadis itu juga sudah mulai melupakan kejadian lalu, waktu bisa mengikis perasaan kesalnya pada sang ipar. Tapi pagi ini, entah kenapa perasaannya mulai tak enak. Putri merasa jika kemarin-kemarin Fani hanya bertaubat karena terpaksa, bukan dari kemauan hatinya.“Eh, Putri, pagi-pagi udah nongol aja. Ada apa?” tanya Fani seraya cengar-cengir tanpa dosa.Di hadapan adik iparnya dia memakai perhiasan seakan-akan ingin menunjukkan bahwa koleksi emasnya itu kini bertambah. Tak lupa dia menggerakkan tangan kanan dan kirinya di depan wajah Putri. P

    Last Updated : 2024-12-18
  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 6. Ani-ani kabupaten

    Dering ponsel Bima begitu meraung-raung. Panggilan kedua baru diangkat. "Mas! Kemana aja sih, kok lama banget ngangkatnya?""Assalamualaikum, Putri cantik!" "Ish!" Putri memutar kedua bola matanya dengan kesal."Biasakan, kalau menelpon itu, ucapkan salam yang utama!" "Iya! Iya! Maaf! Eh, Mas. Aku mau tanya, Mbak Fani ada izin sama kamu buat pergi pagi ini?" “Pergi? Ehm, kayaknya nggak ada bilang sih, Dek. Cuma nggak tau deh … ya, mungkin Mas lupa atau kurang dengar. Mbakmu tadi ada telepon sih.""Ikh, kamu ini gimana sih, Mas? Istrimu tuh, udah menor kayak mau konser dandannya. Katanya mau arisan!" ucap putri dengan kesal."Oh, ya udah kalau mau arisan, aku nggak apa-apa kok. Eh tapi, sekarang Giselle sama kamu jadinya?” Suara bariton yang khas dari seberang telepon membuat Putri bertambah kesal.Feeling-nya soal Fani yang tak izin pada sang suami ternyata benar. Tapi sang kakak seolah tak mempermasalahkannya.“Ya nggak lah! Anakmu sama Bu Nur, nggak tau juga itu istrimu nanti pe

    Last Updated : 2024-12-18

Latest chapter

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 9. Dimabuk Asmara

    “Bu, jangan lupa besok datang lebih awal lagi ya, seperti biasa!” ujar Fani dengan suara manjanya.Bu Nur hanya mengangguk. “Bisa diatur, asalkan ….” “Aku paham! Tenang, duit kan?” Fani terkekeh.Bu Nur hanya mengangguk.Hampir seminggu ini Fani sering menyuruh asisten rumah tangganya itu untuk datang lebih pagi dan pulang larut malam. Semua itu demi memenuhi keinginannya ber sua dengan pacar-pacarnya.Bu Nur juga tak banyak tanya asalkan dia diberi haknya sesuai dengan perjanjian.“Ibu sama Putri masih ngerecokin nggak? Mereka sering kesini nggak waktu aku pergi, Bu?” tanya Fani. Dia masih membalurkan body serum di seluruh tubuhnya sebelum beranjak tidur.“Masih sering ke sini buat kasih jajan Giselle, kadang anter makanan. Cuma nggak banyak nanya sih,” jawab Bu Nur.“Jadi mereka anteng-anteng aja waktu tau aku sering keluar ya, Bu? Nggak ada masalah kan?” Fani kembali bertanya.“Iya aman, sepertinya begitu. Ya sudah kalau gitu aku pulang, ya? Giselle juga tidur nyenyak. Cuma perlu

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 8. Semakin merasa bebas

    “Aku nggak ngapa-ngapain, Mas! Aku cuma nasehati dia aja tadi karena pulang malam. Dia juga lalai sampai susu Giselle kehabisan dan yang paling parah dia seenaknya nyuruh Bu Nur buat jaga Giselle di luar jam kerja. Mana gajinya Bu Nur juga terlambat dia kasih. Aku kayak gini juga karena aku masih peduli lho, sama dia, Mas!” Putri tak terima dia dituduh menyakiti Fani.Pantas jika sekarang jiwa emosinya meronta-ronta ingin disalurkan. Putri geram karena dia tahu pasti Fani sengaja memfitnahnya di depan sang Kakak.“Gini ya, Dek, menasehati Fani itu sudah menjadi bagian dari tugasku. Jadi kamu nggak usah lagi deh, ikut campur apalagi sampai pakai kata-kata nggak sopan. Minta maaf sama Mbakmu sekarang, kasihan dia sakit hati.” Dengan seenaknya Bima berkata demikian.“Nggak! Aku nggak mau. Aku nggak salah ya, di sini, Mas. Aku juga nggak tau apa aja yang udah diadukan sama Mbak Fani ke kamu. Tapi yang jelas aku nggak pernah ngerasa nggak sopan sama dia, kalau saja dia tau bagaimana carany

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 7. Aduan bohong

    Malam harinya sekitar pukul sembilan, Fani menggedor pintu rumah mertuanya. Tadi saat dia pulang, Giselle dan Nur tak ada di rumah. Jadi feeling-nya berkata bahwa mereka pasti ada di rumah sang mertua. Dia pun mau tak mau harus kesana menyusul Gisel. Fani mengetuk pintu dan mengucapkan salam dengan sedikit kencang, karena terdengar suara siaran tv sampai di halaman. Kalau pelan, tentu tidak akan terdengar.Putri bangkit dan membuka pintu, tanpa aba-aba langsung saja menyemprot kakak iparnya. “Kamu dari mana aja sih, Mbak? Dari sore anakmu nangis terus kehabisan susu. Kamu ditelepon nggak bisa. Tiba-tiba nomornya nggak aktif. Katanya cuma pergi sebentar, tapi jam segini baru pulang. Lupa kamu sama anak?” “Put, apaan sih? Kok jadi marah-marah gini ke aku. Aku kan titip Giselle sama Bu Nur tadi, kenapa dia bisa ada di sini? Lagian juga aku kasih duit lebih buat upah Bu Nur momong Giselle! Udah ah, aku nggak mau debat. Mana Giselle?” tanya Fani dengan wajah angkuhnya.“Bisa-bisanya kamu

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 6. Ani-ani kabupaten

    Dering ponsel Bima begitu meraung-raung. Panggilan kedua baru diangkat. "Mas! Kemana aja sih, kok lama banget ngangkatnya?""Assalamualaikum, Putri cantik!" "Ish!" Putri memutar kedua bola matanya dengan kesal."Biasakan, kalau menelpon itu, ucapkan salam yang utama!" "Iya! Iya! Maaf! Eh, Mas. Aku mau tanya, Mbak Fani ada izin sama kamu buat pergi pagi ini?" “Pergi? Ehm, kayaknya nggak ada bilang sih, Dek. Cuma nggak tau deh … ya, mungkin Mas lupa atau kurang dengar. Mbakmu tadi ada telepon sih.""Ikh, kamu ini gimana sih, Mas? Istrimu tuh, udah menor kayak mau konser dandannya. Katanya mau arisan!" ucap putri dengan kesal."Oh, ya udah kalau mau arisan, aku nggak apa-apa kok. Eh tapi, sekarang Giselle sama kamu jadinya?” Suara bariton yang khas dari seberang telepon membuat Putri bertambah kesal.Feeling-nya soal Fani yang tak izin pada sang suami ternyata benar. Tapi sang kakak seolah tak mempermasalahkannya.“Ya nggak lah! Anakmu sama Bu Nur, nggak tau juga itu istrimu nanti pe

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 5. Mencurigakan

    Fani sibuk merias diri meski masih pagi sekali. Peringatan yang diberikan kakak iparnya kemarin hanya masuk di telinga kanan, keluar lewat telinga kiri. Pikirnya, Eka hanyalah ipar tentu saja tidak berhak mengatur hidupnya. Seakan-akan semakin bertambahnya hari, kelakuan Fani kembali lagi.Putri yang pagi itu disuruh Retno mengantarkan sup ayam untuk Giselle pun terpaku sejenak, saat melihat Fani sudah rapi dengan riasan yang cukup menor.Perlahan gadis itu juga sudah mulai melupakan kejadian lalu, waktu bisa mengikis perasaan kesalnya pada sang ipar. Tapi pagi ini, entah kenapa perasaannya mulai tak enak. Putri merasa jika kemarin-kemarin Fani hanya bertaubat karena terpaksa, bukan dari kemauan hatinya.“Eh, Putri, pagi-pagi udah nongol aja. Ada apa?” tanya Fani seraya cengar-cengir tanpa dosa.Di hadapan adik iparnya dia memakai perhiasan seakan-akan ingin menunjukkan bahwa koleksi emasnya itu kini bertambah. Tak lupa dia menggerakkan tangan kanan dan kirinya di depan wajah Putri. P

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 4. Teguran ipar

    Fani benar-benar menuruti apa yang Retno inginkan meski harus menahan malu, tapi itulah caranya dia merayu agar Retno percaya atas semua yang telah terjadi. Setelah pengajian di rumah Bu RT usai kemarin malam, Fani langsung menjaga jarak dengan Pak RT. Dari awal niatnya hanya memanfaatkan saja, tak ada sedikitpun pikiran untuk menjalin hubungan apalagi memberikan kenik matan. Membayangkan Pak RT yang suka me milin kumisnya saja membuat Fani bergidik geli. Runtutan pesan masuk ke dalam ponselnya hanya dibaca saja, hingga membuat Pak RT bertanya-tanya.Tapi setelah dijelaskan dan diancam akan diadukan pada Bu RT, barulah Pak RT mereda dan tak lagi mengganggunya dengan sapaan manis manja.Siang ini Fani hanya gegoleran di atas karpet bulu di ruang tamu. Asisten rumah tangga yang difasilitasi oleh Bima juga tampaknya sudah menyelesaikan tugasnya membersihkan rumah, serta memasak makanan sesuai permintaan Fani. Tak keluar rumah hampir sepuluh hari membuat wanita itu gelisah dan gunda gulan

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 3. Susah ditaklukkan

    Kabar perselingkuhan Fani yang digerebek warga sudah terdengar kemana-mana. Tapi seminggu berlalu ternyata cukup mereda juga. Pagi ini Fani memutuskan keluar rumah setelah seminggu mengurung diri dan hanya berdiam di dalam rumah. Kebetulan Bima tadi memberinya kabar bahwa kebutuhan bulanan sudah disiapkan, tinggal mengambil di rumah ibunya.Hubungan Fani dengan Retno jadi canggung dan seolah merenggang. Berbicara seperlunya, terkadang juga Fani hanya menjawab jika ditanya, itu juga hanya membahas tentang Giselle. Apalagi dengan Putri, sama sekali tak bertegur sapa sejak insiden itu terjadi. Putri langsung melengos jika tak sengaja bertatap, jampi-jampi yang Fani rapalkan ternyata tidak bisa membuat putri bersikap seperti mertuanya. Anak ini memang agak keras ditaklukan, bahkan secara terang-terangan, Putri seolah mengajak perang. Tapi Fani tak ambil pusing dengan sikap keluarga suaminya. Selama Bima masih berada di pihaknya, selama itulah hidupnya akan baik-baik saja.“Kamu ambil sen

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 2. Mencoba berbenah

    “Masuk kamar dan temani Giselle tidur, Fan!” Retno—Ibu Bima itu menyuruh menantunya dengan suara tegas.“Iya, Bu. Sekali lagi … Fani minta maaf.”Retno hanya mengangguk, Fani langsung membawa putrinya yang baru berusia empat tahun itu masuk ke dalam kamar. Sesuai dengan perintah mertuanya.“Bu, ngapain sih pakai dibela segala? Udah bagus lho, wanita itu tadi minta Pak RT buat kasih hukuman sama Mbak Fani. Sesekali dia memang harus dikasih pelajaran, Bu! Memalukan!” Putri yang hanya berdiri di ambang pintu tampak kesal.Tadi sewaktu Pak RT diminta tegas oleh gadis yang kesal karena pacarnya berada di rumah Fani, Retno memang pasrah dan menurut saja jika itu yang terbaik dan dirasa adil. Namun permintaan dari Bima lah yang akhirnya membuat perdebatan alot pun bisa berakhir dengan damai. Tentu saja ditutup dengan gelontoran uang untuk membungkam semuanya.“Kan kamu tau itu tadi keinginan Mas-mu, Nduk. Ibu juga tadinya kesel, malu, rasanya seperti dikuliti hidup-hidup. Tapi mau gimana lag

  • Long Distance Marriage (Ketika Istri Kesepian)   Bab 1. Digerebek

    [Mas, istrimu digrebek! Rame banget ini, kamu nggak mau pulang?]Bima yang baru saja mendaratkan tubuhnya ke atas kursi pun mengerutkan kening. Seharian letih mengontrol jalannya proyek di lapangan membuatnya tak sempat melihat ponsel. Bahkan benda berbentuk pipih yang temperedglass-nya mulai retak sana-sini itu seharian dalam mode senyap.Pesan yang dikirimkan oleh Putri membuat bola matanya hendak keluar. Adik kandungnya itu juga mengirimkan sebuah video yang dengan cepat diputarnya. Tak terlihat jelas apa yang ada dalam video tersebut, selain kerasnya suara seruan yang saling bersahutan.Video itu masih tersisa 30 detik lagi untuk ditonton, tapi Bima sudah tak berminat meneruskannya. Dia buru-buru menelpon langsung adiknya untuk memastikan apa maksud dari pesan yang dikirimkan.Dering kedua panggilannya langsung diangkat oleh Putri. Baru juga Bima hendak mengucapkan salam, adik perempuannya itu sudah lebih dulu bersuara.“Mas, astaga! Kamu kemana aja, sih? Mbak Fani digrebek, ini

DMCA.com Protection Status