Ucapan dari laki-laki tersebut sudah terlihat negatif, terlebih lagi dari tatapan mata dan senyuman liciknya itu yang mengarah kepada beberapa bagian tubuh Satsuki yang memikat.
Raut wajah Eiji saat itu sudah berubah kesal ketika mendengarnya. Namun, Jirou maju lebih dulu untuk membuat suasana tidak terlalu tegang.
“He-hei hei, apa maksudnya itu kawan?” ucap Jirou
“Satu malam bersamaku. Baru akan ku anggap lunas hutang ini!” ucap laki-laki tersebut
Kata-kata tersebut sudah benar-benar kelewatan karena melecehkan Satsuki sebagai seorang perempuan. Satsuki yang sudah tak tahan untuk mengayunkan pedangnya pun terus terpancar kesal, namun Eiji masih terus saja menahannya agar tidak melakukan hal gegabah sembari membawanya mundur.
Jirou yang berada di samping laki-laki tersebut pun memegang pundaknya dan berusaha untuk bernegosiasi.
“Kawan, kurasa ucapanmu ini sudah kelewatan bukan?” tanya Keji
“Huh! Kalian sendiri bagaimana? Apa kalian sanggup untuk mengganti rugi armorku yang mahal ini?!” gerutu laki-laki tersebut
“Tetapi bukan berarti kau bisa mengambil keuntungan seperti itu!” bantah Jirou
“Huh! Ini hanya game, lagipula jika melakukannya di sini tidak akan terhitung di dunia nyata juga! Makanya ini salah satu ssarana bagi perempuan untuk menjual diri agar mendapatkan uang!” ucap laki-laki tersebut
Tak tahan dengan ucapan laki-laki tersebut, Eiji yang terjentik kesal terlebih dahulu akan ucapan laki-laki itu yang merendahkan seseorang terasa oleh Satsuki. Genggaman tangannya yang asngat kuat itu benar-benar di luar dugaan hingga Satsuki sendiri terlupa dengan amarahnya.
“Eiji?!” gumam Satsuki
Eiji tidak banyak bicara, dan sontak menunduk mengambil sebuah batu kecil di tanah. Melihat Jirou yang sedang beradu ucapan dengan laki-laki tersebut, dia melemparkan batu tersebut dan menggores armor berharga laki-laki itu.
*TRANG*
Bunyi dan goresan yang timbul di armornya itu membuat mereka tertegun diam ketika mendengarnya. Laki-laki tersebut semakin memuncak akan amarah dan menatap tajam ke arah Eiji.
“Apa yang kau lakukan, bocah?!” bentak laki-laki tersebut
Dengan satu batu yang masih di dalam genggamannya, Eiji menatap menantang ke arah laki-laki tersebut sembari berulang kali melempar tangkap batu tersebut.
Tanpa berbicara banyak, dia kembali melemparkan batu tersebut.
*TRANG*
Goresan baru yang timbul armornya sekarang bertambah menjadi dua. Amarahnya semakin memuncak ketika melihat perlakuan Eiji.
Namun, dengan tatapan datar yang menyiratkan ancaman, Eiji berkata….
“Armormu itu sekarang sudah menjadi sampah. Sama seperti yang memakainya”
Kalimat yang menjadi pemicu dimana laki-laki tersebut sudah tak tahan lagi terhadapnya. Dengan mengeluarkan pedangnya, laki-laki tersebut menggertakan giginya dengan kuat.
“Kau benar-benar berani sekali ya, bocah!”
“Akan ku beritahu seberapa menyeramkannya jika kau sok kuat di hadapanku!” gerutu laki-laki tersebut
Jirou dan Satsuki sontak terkejut ketika melihat laki-laki itu mengeluarkan pedangnya. Satsuki yang ingin segera berdiri tepat di hadapan Eiji dan melindunginya, di tahan oleh Eiji sendiri dengan mendorongnya mundur.
*BRUK*
“Eiji?!” ucap Satsuki
“Mundurlah!” ucap Eiji
Laki-laki tersebut sudah melesat maju dengan cepat dan berada tepat di hadapan Eiji. Dia mengayunkan pedangnya tanpa ragu, namun dengan refleks yang cepat tanggap membuat Eiji sempat untuk melompat mundur dan menghindarinya.
*WUSH*
*ZRAAK*
“Huuh… kau boleh juga ya….” gerutu laki-laki tersebut
“(Cih! Hari pertama main saja sudah bertemu orang merepotkan. Ini sih namanya bukan bersenang-senang bu!)” batin Eiji yang mengingat perkataan ibunya untuk bersenang-senang
Di sisi lain, laki-laki tersebut tak berhenti dan kembali melesat ke arah Eiji dengan mengayunkan pedangnya.
*WUSH*
“Jangan lari kau, pengecut!” teriak laki-laki tersebut
Saat mendengar hinaan pengecut itu membuat Eiji sedikit terjentik kesal hingga menatap tajam ke arah laki-laki tersebut.
Selagi dia melesat dan ingin menebasnya, Eiji tidak bergerak sam sekali seolah bersiap menerima serangan tersebut. Melihat Eiji yang tak bergerak itu membuat Satsuki begitu khawatir dan membuatnya ingin segera menolong.
“Eiji!” teriak Satsuki
Namun, Jirou yang berada di samping Satsuki pun menghentikan Satsuki dengan menahan tangannya.
“Satsuki, jangan!” teriak Jirou
“Jirou-kun, lepaskan aku! Eiji berada dalam bahaya!” ucap Satsuki
“Tenanglah dulu! Apa kau tidak percaya pada kemampuannya?!” sahut Jirou
Mendengar kata-kata Jirou, sontak membuat Satsuki tertegun dalam sekejap. Dia pun muali menenangkan dirinya sendiri dan menatap lirih ke arah Eiji.
Di sisi lain, laki-laki yang sudah berada tepat di hadapan Eiji saat itu tinggal mengayunkan pedang dan mengalahkan Eiji hanya sekali tebas.
Dari perlengkapan, dan juga level yang kemungkinan cukup jauh tidak ada kesempatan bagi Eiji menang sekarang.
Tetapi, hal itu tidak berlaku bagi Genesis Online. Game yang memanfaatkan 75% kemampuan fisik asli seorang pemain, membuat Eiji dengan percaya diri merunduk dan menghindari tebasan itu hanya dengan sehelai dari rambutnya.
*WUSH*
“APA?!” gerutu laki-laki tersebut
Pergerakan Eiji yang tiba-tiba saja menghindari serangan jarak dekat itu benar-benar membuatnya terkejut.
Dan saat Eiji merunduk, dia mengayunkan lengannya tanpa ragu ke arahnya.
“Makan ini!” gerutu Eiji
*BUAAKKK*
Hantaman keras yang mendarat di wajah laki-laki tersebut membuatnya terhempas mundur ke belakang hingga terguling-guling.
“UARGHH!!”
*BRUK BRUK*
Satsuki dan Jirou yang melihat Eiji dapat memukul telak laki-laki tersebut pun terkejut hingga tak bisa berkata-kata. Mata dan mulut yang terbuka lebar tanpa satupun kalimata yang keluar itu terlihat betapa membeku dan herannya.
Laki-laki itu bergegas bangun sembari memegang wajahnya yang kesakitan. Sedangkan Eiji saat itu perhatiannya teralihkan terhadap sebuah panel di samping wajah laki-laki tersebut.
Sebuah panel persegi panjang yang terisi akan warna hijau memenuhinya, merupakan banyak dikitnya HP yang di miliki oleh laki-laki tersebut.
Dan tiba-tiba saja, tepat di hadapan Eiji muncul sebuah angka.
[ -1 ]
“(Minus satu? Apa maksudnya itu damage yang ku berikan padanya hanya mengurangi satu batang HP?)” batin Eiji
Sistem panel yang menunjukan angka serta bar hijau laki-laki tersebut yang masih terlihat penuh benar-benar sinkron. Sehingga, Eiji menjadi yakin bahwa serangannya memang tidak efektif banyak bagi HP nya.
Sedangkan laki-laki tersebut tergelitik tawa hingga terbahak-bahak.
“HAHAHAHA! Naif sekali! Kau berani melawan aku? Kuri? Aku berada di level 37, sedangkan kau berada di level pemula. Tentu saja seranganmu tidak akan berefek banyak terhadapku!” tawa laki-laki tersebut yang bernama Kuri
Eiji saat itu tidak terlihat cukup terpojok. Dia hanya menghela nafas dan terenyum tipis sembari membalas ucapan Kuri.
“Haahh… yang naif itu kau tahu” ucap Eiji
“Hah?!” sahut Kuri dengan kesal
Eiji mengangkat lengannya dan menantang Kuri untuk maju dengan ayunan jarinya. Senyuman tipis yang terlihat sombong, di balut dengan gerakan menantang itu benar-benar membuat emosi Kuri memuncak.
“Kau-! Bocah sialan, kau pasti akan ku buat menyesal!” teriak Kuri
*GRAK*
*WUSH*
Dorongan kuat dari kedua kakinya membuat Kuri melesat dengan cepat dan diikuti dengan langkah berlarinya.
Cukup cepat sampai hingga tepat di hadapan Eiji, dia sontak mengayunkan pedangnya dari atas.
“Hyah!” teriak Kuri
*WUSH*
Menghindari serangan tersebut bukanlah hal yang sulit bagi Eiji. Dia hanya melompat ke samping dan sudah terhindar dari bahaya.
“Cih!” gerutu Kuri
Dia menarik pedangnya dan di hunuskan ke arah Eiji. Sebuah percikan listrik yang mulai keluar secara perlahan di dalam pedangnya saat itu membuat Eiji terkejut.
*BZZT BZZT*
“(Apa itu?! Skill?!)” batin Eiji
“Kena kau!” teriak Kuri
“Lightning Bolt”
Tepat dari pedang Kuri, dia menembakan sebuah lintasan petir ke arah Eiji. Serangan yang cukup cepat itu datang dan meledak ketika mendarat di depan.
*DUUAAR*
Tanah kota Liberia yang hancur membuat semua orang di sekitar kota kebingungan dan melihat kejadian tersebut.
Debu tanah akibat ledakan itu membuat pandangan di sekitar menjadi terbatas. Namun, dengan percaya dirinya, Kuri tertawa terbahak-bahak karena Eiji telah di kalahkan olehnya.
“HAHAHAHA! Rasakan itu, pemula brengsek! Itulah akibatnya jika kau sok kuat di dalam game!” tawa Kuri
Di sisi lain, Jirou dan Satsuki yang berada di tepi kota melihat dampak serangan tersebut pun terdiam melihatnya.
Jirou yang melirik ke arah Satsuki saat itu cukup terkejut karena sikapnya sangatlah tenang di banding awal mula Eiji di serang oleh Kuri.
“Hei, kau lebih tenang di banding tadi. Eiji terkena skill petir loh barusan, kemungkinan besar dia kalah loh” bisik Jirou
“Tenang saja. Eiji tidak selemah itu” sahut Satsuki
Melihat respon Satsuki yang seperti itu, Jirou pun hanya bisa tersenyum sembari menghela nafas.
Di sisi lain, Kuri yang terlihat cukup puas dengan pertarungannya saat itu pun segera memasukan pedangnya kembali ke dalam sabuk.
*SRING*
“Huh! Bocah naif, kau terlalu sombong karena berani menantang seorang pemain level 37. Kau yang baru mulai tidak lebih dari satu hari, bisa apa melawanku? HAHAHA!” ucap Kuri
Tiba-tiba saja, terdengar suara Eiji di dalam debu tebal itu.
“Benarkah?”
Kuri sontak terkejut dan keTakutan. Dia segera menarik keluar pedangnya dengan posisi waspada.
“A-apa?!” teriak Kuri
*WUSH*
Dari balik debu tebal tersebut, Eiji muncul tepat di hadapan Kuri dengan lengan yang telah di kepal kuat.
“Mustah-!”
*BUAAKK*
Kata-kata Kuri terhenti di tengah ketika Eiji mengayunkan tinjunya yang menghantam perutnya dengan telak.
“UAAGHHH!!” erang Kuri
[ -1 ]
Panel damage yang diterima oleh Kuri pun keluar dan menunjukan minus satu.
Pukulan yang begitu keras benar-benar membuat Kuri tidak berkutik. Dia bahkan kehilangan tenaga dan konsentrasi, hingga kedua kakinya tak sanggup menahan tubuhnya dan dia terjatuh di kedua lututnya.
*BRUK*
Eiji yang berdiri di depannya pun melihat menyedihkannya Kuri.
“Sudah kubilang, kaulah yang naif!” ucap Eiji
“Bre-brengsek!” gerutu Kuri
“Di dalam game ini, kemampuan fisikmu juga menjadi penentuan dalam pertarungan. Jika kau tidak memiliki fisik yang terlatih ataupun bakat, maka itu sudah menjadi kekurangan. Walaupun damage yang ku berikan hanya mengurangi satu Hpmu, tetapi rasa sakit yang kau terima itu bukanlah kebohongan” ucap Eiji
Kuri yang tak bisa berkutik pun terus tertunduk dan memegang perutnya yang kesakitan. Sedangkan Eiji mulai berjongkok sejajar dengannya.
“Nah, pilihlah. Ingin bertarung denganku hingga kupukuli ribuan kali hingga Hpmu habis, atau menyerah dan menganggap ini tidak pernah terjadi?” ucap Eiji
Ancaman dari Eiji saat itu benar-benar mengerikan di dengarnya. Kuri hingga gemetar keTakutan, karena setiap pukulan yang dia terima itu hampir sama dengan rasa sakit di dunia nyata.
Jika satu pukulan hanya mengurangi 1 HP, bagaimana dengannya yang memiliki HP lebih dari belasan ribu dan harus menerima pukulan sebanyak itu?
Di sisi lain, Satsuki dan Jirou yang melihat hasil pertarungan tersebut pun menghela nafas dengan lega sembari tersenyum tipis. Sedangkan para pemain dan NPC lain yang melihat seorang pemain level 7, dapat mengalahkan pemain level 37 benar-benar tertegun diam.
“Benar kan? Eiji pasti menang!” ucap Satsuki sembari tersenyum tipis
“Haah… tentu saja. Juara dua besar dari olimpiade bela diri remaja di Asia tenggara, Nakagawa Eiji” sahut Jirou
Ancaman dari Eiji saat itu benar-benar mengerikan di dengarnya. Kuri hingga gemetar keTakutan, karena setiap pukulan yang dia terima itu hampir sama dengan rasa sakit di dunia nyata. Jika satu pukulan hanya mengurangi 1 HP, bagaimana dengannya yang memiliki HP lebih dari belasan ribu dan harus menerima pukulan sebanyak itu? Dengan keTakutan dan harga diri yang tercoreng, Kuri pun menggertakan giginya karena tidak rela untuk meminta maaf. Tentu saja banyak orang sepertinya, yang tidak ingin meminta maaf karena berada di dalam game yang merupaka dunia tak nyata. Mereka ingin di akui sebagai orang hebat, ternyata malah di kalahkan oleh pemain pemula di dalam game yang seharusnya menjadi kejayaan bagi mereka. Dengan keras kepalanya…. “Kau pikir….” Gumaman suara Kuri yang sangat kecil saat itu membuat perhatian Eiji terpusat padanya. Dia sedikit mendekatkan telinganya kepada Kuri. “Apa? Aku tak dengar” sahut Eiji Tiba-tiba s
Sebelumnya, Eiji bersama Satsuki dan Jirou pergi ke Asosiasi petualang untuk mencari tahu tentang misi kecil yang bernama Comission untuk mendapatkan EXP dan berbagai reward lainnya. Mereka bertiga duduk di sebuah meja bundar yang telah tersedia cukup banyak di sana. Dengan poster yang di bawa oleh Jirou, terlihat berserakan di atas meja. “Jadi, semua ini adalah misi untuk tingkat pemula?” tanya Eiji “Benar. Ada yang membantu untuk mengusir babi hutan di desa bagian timur, ada juga misi untuk membantu bangun desa ataupun mengantar barang” sahut Jirou Melihat isi dari setiap poster misi itu tidak ada yang menarik dari bagian rewardnya. Karena setiap dari misi hanya memiliki permintaan yang sama, dan reward yang di dapatkan hanya mencapai 200-300 EXP. Tiba-tiba saja, Satsuki yang sedang mencari-cari dari dalam poster itu pun mendapatkan sebuah poster dengan permintaan yang cukup menarik. “Hei, Eiji. Bagaimana dengan ini?” tanya Satsuki s
Sesuai dengan ucapan Eiji, Boffius dan Sina menunjukan jalan ke dungeon tersembunyi tersebut. Melalui belakang desa, mereka mengambil rute paling aman untuk menghindari para monster yang masih berkeliaran di hutan dan menjaga dungeon tersebut. Di belakang rumah yang tak lagi terpakai, mereka bersembunyi di belakangnya untuk melihat ke dalam hutan yang lebat itu. Boffius menunjuk ke arah dalam di mana terdapat banyak sekali ogre, goblin, slime raksasa di sana. “Ada di dalam hutan sana” ucap Boffius Melihat banyaknya monster yang berlalu lalang dalam hutan itu benar-benar membuat kesempatan untuk menerobos masuk cukup kecil. Terlebih lagi, mereka bertiga sama rata level 7 dan belum mempunyai perlengkapan untuk bertarung. “Ogre… Goblin dan Slime ya….” gumam Eiji “Astaga, banyak sekali!” teriak Jirou Teriakannya saat itu membuat salah satu goblin menoleh ke arah mereka. Namun, dengan cepat Eiji segera menutup mulut Jirou dan menari
Seluruh monster yang tersebar di dalam hutan Aria saat itu sudah di lenyapkan sepenuhnya oleh mereka bertiga. Dengan membunuh ogre, exp yang mereka dapatkan pun meloncat lumayan tinggi karena memiliki tingkat kesulitan D Class sebagai monster. *TING* [LEVEL UP!] [ Nama : Jirou ] [ Level : 14 ][ EXP : 123/3000 ] [ Class : Swordsman ] [ HP : 1440/1440 ][ MP : 400/400 ][ ATK : 156 ][ DEF : 110 ] [ Skill : - Wing blade ( MP - 100) ] Jirou yang melihat statusnya meningkat saat itu di buat terkejut dengan munculnya sebuah skill baru di hadapannya. “WAH! Aku mendapatkan skill! Wing… blade. Apa itu? Kedengarannya keren sekali! Hei, Satsuki kau bagaimana?” ucap Jirou sembari menoleh ke arah Satsuki di belakang Di sana, Satsuki sedang membuka statusnya yang tak terlalu beda jauh dengan Jirou karena memiliki class yang sama. Namun, dalam bagian Skillnya terdapat tulisan yang berbeda. [ Skill
Mereka bertiga sontak berlari secepat mungkin menghampiri lawan Minotaur mereka. Minotaur yang berdiri di depan Eiji saat itu mengayunkan pemukul kayunya dengan kuat dan cepat dari atas. *WUUSH* Eiji segera melompat ke samping dan menghindari pukulan telak tersebut. *BRUAAKK* “Cih! Daya hancur dan ukurannya sama-sama besarnya ya.Tetapi-!” gumam Eiji Dia memukul tanah dengan telapak tangannya dan mulai memutarnya. *GRAK* “Tectonic Shift” Sihir pergeseran tanah saat itu di gunakan kembali oleh Eiji dan membuat tanah yang di pijak oleh Minotaur tersebut bergeser dan menjebaknya. *GRAK GRAK* “RGHH!” erang Minotaur tersebut Eiji yang mendorong tubuhnya dengan kedua kakinya saat itu melesat dengan cepat hingga berada tepat di hadapan Minotaur tersebut. Ayunan dari tinjunya yang tiada ampun saat itu menghantam wajah Minotaur dengan keras. *BUAAKK* Pukulan keras yan
Hantaman keras dari Minotaur di ayunkan hingga ke tempat di mana Eiji berdiri. Tanah yang hancur ke mana-mana, bahkan dinding menjadi retak bersamaan. *KRAK KRAK* Satsuki dan Jirou yang melihat debu tebal menutupi satu ruangan dungeon, di baliknya terdapat bayangan akan pemukul kayu yang sudah terlihat seperti menghantam habis Eiji di bawahnya. Namun, ketika debu tebal tersebut menghilang, medan pertempuran yang terjadi antara Minotaur saat itu cukup mengejutkan. Eiji yang berada tepat di bawah kayu pemukul itu pun menyeringai lebar sembari menahannya tanpa mengurangi satu batang HP pun. “Heh! Ini akan menjadi tes subjek yang bagus!” ucap Eiji Eiji mendorong kuat kedua lengan yang menahan kayu tersebut hingga menghancurkannya menjadi dua. *BRAAKKK* Dia melompat dari celah terbelahnya kayu tersebut, dan menghantam keras wajah Minotaur. *BUAAKK* “ARGGHHH!!” Pukulan keras dari Eiji saat itu bahkan menghancu
Pandangan mata yang di penuhi gelap gulita. Tak ada satupun cahaya yang masuk ke dalam dan menerangi sekitarnya. Hanya suara ribuan orang yang berteriak meminta tolong selalu berputar di dalam kepalanya. “Tolong!” “Kumohon, lepaskan aku!” “Anakku!” “TIDAAKK!!” Suara teriakan terakhir saat itu benar-benar membuatnya terkejut. Bahkan mimpi buruk tersebut pun langsung berakhir dengan kondisi Eiji yang bangun dengan keringat dingin di atas ranjang. Wajah tegang dengan kedua mata dan mulut terbuka lebar. Nafas yang tak beraturan dan lengan yang memegang selimut begitu erat. “Haah… haahh….” “Apa itu… barusan…? Mimpi? Tidak… itu terasa… begitu nyata….” gumam Eiji Eiji yang penuh dengan rasa panik mendapatkan entah mimpi buruk ataupun kenyataan itu, tiba-tiba saja menyadari akan sekitarnya. Dia berada di atas ranjang yang cukup empuk, ruangan yang tertata rapih dimana itu merupakan sebuah rumah yang berada di dala
“Hei… hei hei hei! Kenapa jadi seperti ini?! Beberapa menit yang lalu masih bisa log out! Kenapa sekarang-!” gerutu Jirou “Tenanglah Jirou! Kemungkinan, ini hanya kesalahan sistem dalam game. Jika kita memberikan feedback, mungkin saja perusahaan game, Suei Cooperation akan mencarikan jalan keluar untuk kita” ucap Eiji Mendengar ucapan Eiji pun berhasil untuk membuat Jirou kembali tenang secara perlahan. Mereka bertiga pun mulai berusaha untuk tenang dan memikirkannya secara perlahan. ** “Sialan! Kenapa kejadian terjebak dalam game harus terkena pada kita?!” gerutu Jirou “Hari memang tidak menentu kapan kau beruntung dan sial ya….” gumam Eiji Eiji yang sedang bergumam diri sebelumnya pun terlihat seperti sedang berpikir keras akan suatu hal. Di sisi lain, Satsuki yang sedang mengetik laporan feedback untuk meminta bantuan developer. Ketika dia selesai…. “Aku sudah mengirimkan feedback. Kemungkinan beberapa jam lagi akan
Eiji yang masih merasakan hawa mencekam dan teror itu, terus-terusan berpikir terhadap makhluk yang berada di balik portal. Wajah dengan bayangan hitam yang menyeringai lebar, cakar hitam yang besar nan tajam seolah telah berpengalaman merenggut banyak nyawa dapat terasa dari dekat.“Makhluk apa itu?”“Untuk sesaat… kepalaku… di penuhi halusinasi kematian!”Di kala dirinya sedang kebingungan, tiba-tiba saja terdengar suara Satsuki dan Jirou yang berteriak memanggil namanya dari belakang.“Eiji!”Kedua temannya segera menghampiri Eiji yang terlihat begitu kelelahan. Mereka berdua yang sebelumnya bertarung menghabisi monster di sisi lain desa, sedikit kebingungan melihat kondisi Eiji.“Eiji, kau tidak apa?!” tanya Satsuki“Ya... bagaimana dengan kalian?” sahut Eiji“Semua monster itu sudah di bersihkan. Walaupun mereka memberikan exp yang banyak, teta
Eiji masih terdiam dan terkejut terhadap tajamnya pemikiran Satsuki yang membuatnya bertanya seperti itu. Perasaan Takut dan khawatir mulai membesar hingga membuat Eiji menelan salivanya sendiri untuk berusaha menenangkan dirinya.Tatapan mata Satsuki yang penuh dengan makna itu haus akan jawaban, sekaligus menyiratkan perasaan sedih di dalamnya.Kebenaran membuat mulut Eiji mulai bergerak dengan sendirinya. Hati yang berkata untuk tidak mengkhianati kepercayaan kedua temannya, membuat dia ingin membuka mulut.“Aku-!”Satu kata yang dia keluarkan saat itu kembali terhenti seperti sebelumnya. Karena, sebuah ledakan terjadi jauh di belakangnya. Suara dari dentuman ledakan yang cukup keras itu masuk ke dalam telinga dan terasa dampaknya hingga ke arah Eiji dan membuat Jirou sontak terbangun.DUAR!“A-apa itu?!” ucap Eiji yang sontak menoleh ke belakangDi sisi lain, Satsuki sontak melihat ke arah yang sama dan men
Sesuai dengan ucapan Eiji, dia bersama Satsuki dan Jirou pun pergi meninggalkan kota Genbukai untuk melanjutkan perjalanan. Demi menjadi lebih kuat, Eiji di beritahu oleh Genbu, bahwa dirinya memiliki koneksi dengan keempat dewa penjaga mata angin.Oleh karena itu, dia harus bertemu dengan masing-masing dewa untuk memperkuat dirinya dengan latihan dan mendapatkan kepercayaan dari mereka.Tidak ada satupun orang yang masih mengetahui niat asli Eiji. Bahkan Satsuki dan Jirou hanya menganggap Eiji ingin menjadi lebih kuat demi memenangkan Linked Tournament dan mendapatkan hadiah besar dari Suei.Namun, yang Eiji inginkan lebih dari itu. Hal yang tidak bisa di gantikan dengan sebuah uang, yaitu nyawa. Puluhan player yang terjebak di dalam Linked Evolution dan terlibat dengan Linked Tournament, dia ingin berusaha memenangkan turnamen agar tidak ada yang terbunuh secara nyata di dalam game tersebut.**Hari yang panas dan matahari yang bersinar terik di
Eiji yang melihat tubuh partikel dari Shinha yang memecah dan membaur dengan udara, menggertakan gigi dan mengepal erat tangannya penuh amarah.Bagaimana tidak? Seorang remaja berumur 17 tahun dan belum lama menduduki bangku SMA kelas dua. Kini, dia terjebak di sebuah death game dan telah merenggut nyawa orang yang tidak bersalah.Shinha terlihat jelas bahwa dia bertarung demi mempertahankan hidupnya, dan dia tidak mempunyai pilihan lain. Begitu juga dengan Eiji sendiri. Tidak ada kemunafikan di dalamnya, mereka sebagai manusia pasti akan memiliki insting untuk bertahan hidup.Oleh karena itu lah, Eiji sangat membenci Suei dan Linked Evolution yang telah menjebaknya.“Lagi-lagi… aku membunuh seseorang!”Dirinya terjatuh di kedua lutut yang menopang tubuhnya. Eiji melihat kedua telapak tangannya yang sudah merenggut nyawa seseorang.Penyesalan dan amarah. Dua kata itulah yang dapat mendeskripsikan perasaan Eiji saat i
Eiji terkejut ketika mendengar ucapan Shinha. Di suruhnya untuk menyerah? Apa maksud Shinha saat itu? Wajah Eiji tertegun heran dan menatap ke arah Shinha penuh kebingungan.“A-apa maksudmu?”Namun, Shinha sendiri terlihat bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Dia kembali menegaskan kalimatnya kepada Eiji.“Menyerahlah. Kau tidak ingin ada pertumpahan darah bukan?”“Tu-tunggu. Kenapa….”“Jika kau tidak ingin menyerah, maka tidak ada gunanya untuk berdiskusi. Aku tidak bisa mempercayai ucapanmu itu”“Kenapa?! Aku mengatakan yang sejujurnya! Aku tidak ingin orang-orang mati karena turnamen dan jebakan Suei ini!”Eiji semakin bingung dengan ucapan Shinha. Dia mencoba untuk menghindari pertarungan dan korban jiwa di dalam game tersebut. Namun, berdasarkan dari ucapannya, Shinha memang menolak keras untuk percaya kepadanya.Dan itu karena….“Kau se
Di kala Natsuki di landa kebingungan, tubuh Eiji yang mulai terbentuk dari ribuan partikel di pindahkan ke sebuah tempat yang tak di ketahuinya.Pohon yang begitu tinggi dan dedaunan yang lebat. Tak ada suara apapun selain hembusan angin sejuk yang menggoyangkan setiap daun berirama merdu.Di tengah kesepiannya itu, Eiji menoleh ke kiri kanan untuk mencari tahu bahwa dirinya sedang berada di tengah hutan.“Hutan?”“Jirou! Satsuki!”Eiji berteriak memanggil nama kedua temannya. Namun, tak kunjung ada jawaban yang merespon teriakannya yang cukup keras itu.“Sialan, notifikasi itu! Tak kusangka hari ini adalah ronde pertamanya di mulai! Baru saja selesai melawan ancaman di kota Genbukai, waktunya benar-benar tidak tepat!”Merujuk kepada notifikasi panel yang memberikan hitung waktu mundur, Eiji baru saja menaydari bahwa dirinya telah kehilangan hitung dalam hari. Dua minggu berlalu dengan cepat, dan ta
Eiji menarik nafasnya secara perlahan dan mencoba untuk menenangkan dirinya. Setelah itu….“Natsuki, kenapa kau tiba-tiba berhenti dari pekerjaanmu itu?”“Ah, itu ya. A-aku… ingin memulai hal baru….”Eiji memiringkan kepalanya seolah tidak terlalu memahami jawabannya yang begitu singkat dan menggunakan suara yang terbilang pelan.“Memulai hal baru?”Natsuki mengangguk pelan seolah meng-iyakan pertanyaan Eiji.“Iya. Melakukan seperti itu melelahkan juga, terlebih lagi alasanku berhenti itu juga karenamu….”Suara Natsuki semakin kecil di akhir kalimat, sehingga Eiji tidak mendengar dengan jelas bagian terakhirnya. Namun, Eiji tidak berusaha untuk bertanya lebih lanjut akan hal itu.“Yah, kurasa kau pasti mempunyai alasan sendiri. Tetapi, hari ini aku datang bukan hanya ingin membicarakan hal itu”“Eh?”Tiba-tiba saja,
Malam telah berlalu dan berganti dari bulan yang bersinar menyinari kegelapan, menjadi matahari yang memberikan kehangatan di pagi hari.Sinar mentari yang lembut itu menyinari kota Genbukai yang di penuhi dengan penduduk kota yang berkehidupan normal seperti biasa seolah tidak ada yang terjadi.Terlibatnya Eiji dan teman-temannya telah membuat kota Genbukai terbebas dari ancaman. Dan kini, Eiji yang sedang berjalan di tengah kota bersama Jirou, Satsuki dan Tiara pun melihat penduduk kota yang memiliki senyuman di wajahnya.Dia berjalan melewati lalu lalang kota, dan juga lokasi di saat dia bertarung dengan LoneWolf. Tempat yang sebelumnya sudah hancur itu telah di perbaiki dengan cepat dalam kurun waktu kurang dari 5 hari.Dan seiring lamanya dia berjalan, Eiji berdiri di depan sebuah bangunan layaknya klub dan masuk ke dalamnya. Tempat yang seharusnya menjadi hiburan malam itu, tentu saja akan sangat sepi ketika berada di waktu matahari masih bersinar.
Sebuah penjelasan yang cukup memukul Eiji di kepala itu benar-benar membuatnya terkejut. Dia yang sebelumnya masih berada di ambang-ambang dengan teori tidak berdasarnya, tiba-tiba saja di perkuat dengan ucapan Genbu sendiri.Wajahnya seperti membeku dan ekspresinya tidak berubah sejak awal dia mendengar hal tersebut.“Ja-jadi… itu benar?” gumam Eiji“Ya….” sahut Genbu sambil menganggu pelanEiji masih cukup sulit untuk mempercayainya. Bahwa teknik baru yang dia miliki ternyata di berikan oleh Genbu. Seolah menjadi kunci untuk membuka skill terkunci tersebut dan menjadikannya sebagai jurus terkuat Eiji untuk saat ini.Namun, tentu saja dia masih sedikit bingung. Satu pertanyaan yang muncul di benaknya itu adalah, kenapa dirinya? Dan kenapa baru sekarang?Eiji yang kebingungan mengangkat wajahnya dan menyingkat pertanyaannya hanya menggunakan satu kata.“Kenapa?” tanya EijiHanya