Seluruh monster yang tersebar di dalam hutan Aria saat itu sudah di lenyapkan sepenuhnya oleh mereka bertiga. Dengan membunuh ogre, exp yang mereka dapatkan pun meloncat lumayan tinggi karena memiliki tingkat kesulitan D Class sebagai monster.
*TING*
[LEVEL UP!]
[ Nama : Jirou ]
[ Level : 14 ]
[ EXP : 123/3000 ][ Class : Swordsman ]
[ HP : 1440/1440 ]
[ MP : 400/400 ][ ATK : 156 ][ DEF : 110 ][ Skill : - Wing blade ( MP - 100) ]
Jirou yang melihat statusnya meningkat saat itu di buat terkejut dengan munculnya sebuah skill baru di hadapannya.
“WAH! Aku mendapatkan skill! Wing… blade. Apa itu? Kedengarannya keren sekali! Hei, Satsuki kau bagaimana?” ucap Jirou sembari menoleh ke arah Satsuki di belakang
Di sana, Satsuki sedang membuka statusnya yang tak terlalu beda jauh dengan Jirou karena memiliki class yang sama. Namun, dalam bagian Skillnya terdapat tulisan yang berbeda.
[ Skill : - Sonic (MP -70) ]
“Sonic? Apa itu?” gumam Jirou yang bingung melihatnya
Satsuki hanya menggelengkan kepalanya dengan raut wajah bingung polosnya saat itu. Seperti biasa, Satsuki yang begitu menempel pada Eiji sejak kecil pun berujung tanya padanya.
“Eiji” panggil Satsuki yang berjalan menghampirinya
Eiji terlihat sedang memperhatikan statusnya sendiri saat itu. Dan ketika Satsuki dan Jirou melihatnya, level Eiji berada dua level lebih tinggi dari mereka berdua.
[ Nama : Eiji ]
[ Level : 16 ]
[ EXP : 410/3600 ][ Class : Fighter ]
[ HP : 1660/1660 ]
[ MP : 425/425 ][ ATK : 160 ][ DEF : 129 ][ Skill : - Tectonic Shift (MP -125) ]
Walaupun telah melihat level Eiji lebih tinggi, tetapi mereka tahu penyebabnya itu berasal dari satu ogre pertama yang di habisi oleh Eiji untuk terakhir. Sehingga level yang dia dapatkan sedikit lebih tinggi karena membasmi monster lebih banyak.
“Levelmu sedikit lebih tinggi ya….” gumam Satsuki
“Yah, tidak usah pedulikan itu dulu. Kalian berdua mendapatkan skill?” tanya Eiji
“Ya. Tapi walaupun kita memiliki class yang sama, skill yang di dapatkan akan bervariasi dan di bedakan tergantung playernya” sahut Jirou
“Kalian bisa tekan skill itu untuk melihat deksripsinya. Sekarang, kita perlu menjelajahi dungeon ini dulu” gumam Eiji sembari menarik pandanganya kembali ke depan
Di sana, terlihat adanya sebuah tanah yang merosot ke bawah layaknya telah longsor ke dalam. Sebuah pintu besar dengan kubus hologram yang berganti warna berulang kali, berada di dalamnya saat itu membuat mereka segera berjalan menghampirinya.
“Ini pintu masuk dungeonnya?” tanya Jirou
“Kurasa begitu….” sahut Eiji
Eiji mengangkat tangannya dan mendekatkannya ke arah pintu besar dungeon itu. Ketika ujung jari mencapai beberapa jarak darinya, tiba-tiba saja kubus hologram itu berhenti melayang kesana kemari dan berhenti tepat di depan tangan Eiji.
Hologram tersebut mulai berubah bentuk menjadi sebuah panel notifikasi yang memberikan petunjuk tentang dungeon tersebut.
*TING*
[ Dungeon Misterius ]
[ Tingkat kesulitan : D Class ]
[ Apakah player yakin ingin memasuki dungeon tersebut? ]
[ Ya / Tidak ]
/---/
Panel notifikasi yang muncul saat itu tidak membuat Eiji ragu untuk menekan tombol ‘Ya’.
*TUT*
Panel notifikasi pun langsung menghilang dan meresap ke dalam gerbang dungeon.
*GRAAKK*
Suara dan kerasnya pintu dungeon yang terbuka saat itu cukup menyeramkan dan tidak sesuai dengan tingkat kesulitan yang di berikan. Layaknya suara tersebut seharusnya berasal dari sebuah dungeon dengan tingkat kesulitan A ataupun S.
Namun, hal tersebut tidak menghentikan mereka untuk segera masuk ke dalam dungeon.
“Ayo” ucap Eiji
Mereka bertiga yang masuk beberapa langkah ke dalam dungeon tersebut pun langsung tertutup secara tiba-tiba.
*DUM*
Dungeon yang begitu gelap dan tanpa adanya cahaya ataupun obor yang menyala sama sekali, benar-benar membuat mereka cukup waspada dengan sekitar. Hingga tiba-tiba saja, sepanjang jalan gelap tersebut mulai terang karena obor di setiap dinding lorong yang menyala dengan sendirinya.
*BOFF BOFF*
Mereka bertiga pun berjalan secara perlahan menelusuri isi dari dungeon tersebut. Walaupun berjalan ke sana dan kemari, tetapi yang mereka dapatkan hanyalah berujung seperti labirin tertutup.
Di setiap jalan yang mereka lewati, banyak sekali sisa-sisa tengkoran monster, hewan, maupun manusia sendiri. Suara langkah kaki mereka bertiga yang bergema hanyalah satu-satunya suara yang di hasilkan di sana.
*TAP TAP*
“Uwa! Dungeon ini memberikanku perasaan tidak enak!” keluh Jirou
“Mungkin ini akan aneh… tetapi kurasa kali ini aku setuju denganmu, Jirou” sahut Eiji
Tak lama kemudian, perjalanan mereka di dalam lorong yang tak kunjung berakhir itu pun berakhir di sebuah ruangan yang begitu besar. Di bandingkan lorong-lorong yang dia lewati, ruangan itu ratusan kali lipat lebih besar dan bisa di muatkan satu atau dua rumah mewah di satu tempat.
“Akhirnya menemukan ruangan luas juga….” ucap Jirou dengan lega
“Tempat apa ini?” gumam Satsuki
Eiji yang melirik ke arah kiri dan ke kanan pun menemukan suatu hal yang menjanggal. Tiga buah lorong yang sangat besar, namun gelap gulita hingga tak terlihat apapun di dalamnya.
Saat Eiji menoleh ke atas, di sana dia melihat adanya sebuah cahaya merah yang menggantung tinggi.
“(Cahaya apa itu?)” gumam Eiji
Di tengah dirinya yang sedang bingung, tiba-tiba saja sebuah panel notifikasi muncul tepat di hadapannya.
*TING*
[ Item : Tidak di ketahui ]
[ Fungsi : Tidak di ketahui ]
[ Deskripsi : Cahaya yang di ambil dengan harapan untuk lari, akan menjadi penutup jalan. Sedangkan cahaya yang di ambil dengan harapan untuk bertarung, akan menjadi pembuka jalan ]
Deskripsi dari item cahaya merah tersebut sedikit membuat Eiji bingung karena terdengar seperti sebuah teka-teki.
Namun, tiba-tiba saja sebuah suara layaknya tembakan hologram terdengar di telinga bertiga.
*VUNG*
“A-apa itu barusan?!” ucap Jirou
“Berhati-hatilah!” teriak Eiji yang langsung berkuda-kuda untuk bertarung
Satsuki dan Jirou melakukan hal yang sama dengan mengeluarkan pedang mereka dari dalam sabuk. Dan membentuk formasi melingkar untuk memperhatikan sekitar.
Suasana sunyi nan dingin saat itu membuat tenggorokan Eiji kering. Hawa di sekitar menjadi terasa buruk dan mencekam setiap saat.
Hingga saat dia melihat ke arah salah satu dari tiga lorong yang ada di hadapannya, muncul dua buah mata dari dalam kegelapan seolah terdapat makhluk lain di dalam lorong tersebut.
Secara perlahan, langkah kaki yang cukup kuat dan menggetarkan area sekitar. Hingga saat makhluk itu keluar, tubuh Minotaur raksasa sebesar empat meter lebih, dengan mata yang menatap tajam serta kayu besar di genggaman layaknya di pakai untuk menghantam apapun di sekitarnya.
Status yang muncul tepat di hadapan Eiji itu adalah milik Minotaur.
[ Nama : Minotaur ]
[ Level : 33 ]
[ Tingkat kesulitan : D Class ][ HP : 12000/12000 ]
[ ATK : 340 ]/---/
Melihat Minotaur dengan level dan HP setinggi itu, membuat Eiji berbisik ke belakang di mana Jirou dan Satsuki berada.
“He-hei. Kurasa, aku butuh sedikit bantuan disini….” gumam Eiji
Jirou dan Satsuki yang saat itu tak menjawab untuk sesaat pun….
“Kau juga?!” tanya Jirou
“Hah?!” sahut Eiji yang kebingungan
Respon dari Jirou cukup membuatnya kebingungan untuk sesaat. Dan siapa sangka, bahwa minotaur yang keluar bukan hanyalah yang berada di hadapan Eiji, tetapi masing-masing juga keluar dari dua lorong lain dan berada tepat di depan Jirou dan Satsuki.
“Ada dua lagi?!” gerutu Eiji
“Sepertinya… masing-masing dari kita memiliki kesibukannya masing-masing ya….” gumam Satsuki
“Yah, sepertinya begitu. Hei Eiji, apa ini saat yang tepat?” tanya Jirou yang bersemangat
“Ya. Aku hanya akan mengatakan satu hal!” ucap Eiji
Satu kaki yang di hentakann di depan dengan kuda-kuda bela diri yang dia kuasai di dunia nyata, Eiji bersiap untuk memulai pertarungan yang berat sebelah itu.
“Siapa yang paling lambat mengalahkan mereka, maka akan traktir Ramen di akhir hari!” ucap Eiji
Jirou dan Satsuki tersenyum tipis dengan kuda-kuda pedang mereka yang siap untuk bertaurung.
“Setuju” sahut Satsuki dengan tenang
“Huh! Ku terima tantanganmu!” sahut Jirou
Mereka bertiga sontak berlari secepat mungkin menghampiri lawan Minotaur mereka. Minotaur yang berdiri di depan Eiji saat itu mengayunkan pemukul kayunya dengan kuat dan cepat dari atas. *WUUSH* Eiji segera melompat ke samping dan menghindari pukulan telak tersebut. *BRUAAKK* “Cih! Daya hancur dan ukurannya sama-sama besarnya ya.Tetapi-!” gumam Eiji Dia memukul tanah dengan telapak tangannya dan mulai memutarnya. *GRAK* “Tectonic Shift” Sihir pergeseran tanah saat itu di gunakan kembali oleh Eiji dan membuat tanah yang di pijak oleh Minotaur tersebut bergeser dan menjebaknya. *GRAK GRAK* “RGHH!” erang Minotaur tersebut Eiji yang mendorong tubuhnya dengan kedua kakinya saat itu melesat dengan cepat hingga berada tepat di hadapan Minotaur tersebut. Ayunan dari tinjunya yang tiada ampun saat itu menghantam wajah Minotaur dengan keras. *BUAAKK* Pukulan keras yan
Hantaman keras dari Minotaur di ayunkan hingga ke tempat di mana Eiji berdiri. Tanah yang hancur ke mana-mana, bahkan dinding menjadi retak bersamaan. *KRAK KRAK* Satsuki dan Jirou yang melihat debu tebal menutupi satu ruangan dungeon, di baliknya terdapat bayangan akan pemukul kayu yang sudah terlihat seperti menghantam habis Eiji di bawahnya. Namun, ketika debu tebal tersebut menghilang, medan pertempuran yang terjadi antara Minotaur saat itu cukup mengejutkan. Eiji yang berada tepat di bawah kayu pemukul itu pun menyeringai lebar sembari menahannya tanpa mengurangi satu batang HP pun. “Heh! Ini akan menjadi tes subjek yang bagus!” ucap Eiji Eiji mendorong kuat kedua lengan yang menahan kayu tersebut hingga menghancurkannya menjadi dua. *BRAAKKK* Dia melompat dari celah terbelahnya kayu tersebut, dan menghantam keras wajah Minotaur. *BUAAKK* “ARGGHHH!!” Pukulan keras dari Eiji saat itu bahkan menghancu
Pandangan mata yang di penuhi gelap gulita. Tak ada satupun cahaya yang masuk ke dalam dan menerangi sekitarnya. Hanya suara ribuan orang yang berteriak meminta tolong selalu berputar di dalam kepalanya. “Tolong!” “Kumohon, lepaskan aku!” “Anakku!” “TIDAAKK!!” Suara teriakan terakhir saat itu benar-benar membuatnya terkejut. Bahkan mimpi buruk tersebut pun langsung berakhir dengan kondisi Eiji yang bangun dengan keringat dingin di atas ranjang. Wajah tegang dengan kedua mata dan mulut terbuka lebar. Nafas yang tak beraturan dan lengan yang memegang selimut begitu erat. “Haah… haahh….” “Apa itu… barusan…? Mimpi? Tidak… itu terasa… begitu nyata….” gumam Eiji Eiji yang penuh dengan rasa panik mendapatkan entah mimpi buruk ataupun kenyataan itu, tiba-tiba saja menyadari akan sekitarnya. Dia berada di atas ranjang yang cukup empuk, ruangan yang tertata rapih dimana itu merupakan sebuah rumah yang berada di dala
“Hei… hei hei hei! Kenapa jadi seperti ini?! Beberapa menit yang lalu masih bisa log out! Kenapa sekarang-!” gerutu Jirou “Tenanglah Jirou! Kemungkinan, ini hanya kesalahan sistem dalam game. Jika kita memberikan feedback, mungkin saja perusahaan game, Suei Cooperation akan mencarikan jalan keluar untuk kita” ucap Eiji Mendengar ucapan Eiji pun berhasil untuk membuat Jirou kembali tenang secara perlahan. Mereka bertiga pun mulai berusaha untuk tenang dan memikirkannya secara perlahan. ** “Sialan! Kenapa kejadian terjebak dalam game harus terkena pada kita?!” gerutu Jirou “Hari memang tidak menentu kapan kau beruntung dan sial ya….” gumam Eiji Eiji yang sedang bergumam diri sebelumnya pun terlihat seperti sedang berpikir keras akan suatu hal. Di sisi lain, Satsuki yang sedang mengetik laporan feedback untuk meminta bantuan developer. Ketika dia selesai…. “Aku sudah mengirimkan feedback. Kemungkinan beberapa jam lagi akan
Eiji dengan cepat langsung menahan pergelangan tangan orang tersebut dan menghentikan tajamnya belati itu tepat setelah menggores sedikit wajahnya.*DUK**ZRAT*“Urgh!” erang EijiEiji merasakan betapa kuatnya perempuan itu terus mendorong dan meronta. Namun, kekuatan Eiji masih sanggup untuk menahan tangannya agar tak bergerak kemanapun.Tepat di depan mata satu sama lain, Eiji melihat tudung kepala orang tersebut yang menutupi wajahnya dan hanya memperlihatkan sebagian dari bibirnya yang tipis.Di sisi lain, Satsuki yang berada di samping Eiji pun sontak melesat dan mengayunkan pedangnya ke arah orang bertudung itu.*WUSH*Orang tersebut sadar akan pergerakan Satsuki yang datang menyerang secara diam-diam. Dia pun memutar pergelangannya dan melepaskan diri dari Eiji dengan mendorong tubuhnya menggunakan dada Eiji sebagai pijakan.*DUK*“Ugh!” erang EijiDia melompat mundur dan berp
Ucapan dari Suei benar-benar membuat 49 player yang yang tersisa di sana pun tertegun diam akan rasa Takut dan kebingungan. Ancaman yang dia berikan benar-benar nyata dan di contohkan tepat di depan mata. Suara protes dari puluhan player itu langsung senyap dan tak lagi ada yang berani menentangnya.“Nah, begini lebih baik. Tidak ada yang menetang lagi, jadi aku bisa melanjutkan penjelasanku”“Seperti yang kubilang sebelumnya, kalian tidak memiliki jalan keluar untuk kembali ke dunia nyata. Biar aku perbaiki kalimatku. Kalian, BELUM memiliki jalan keluar untuk kembali ke dunia nyata”Suei memutar balikkan kata-katanya agar memberikan secerah harapan bagi para player yang terjebak bisa lebih hidup dan berusaha untuk bertahan.“Belum?” gumam Eiji“Benar, belum! 49 dari 50 player yang ada di sini, terpilih secara langsung olehku untuk mengikuti sebuah event khusus, yaitu Linked Tournament” ucap Sue
Setelah mendengar hal tersebut langsung dari mulut Suei pun benar-benar membuat skenario terburuk yang Eiji pikirkan menjadi kenyataan.Dia semakin menggertakan giginya dengan keras setelah tahu bahwa turnamen tersebut sama saja bertaruh dengan nyawa manusia.“Apa tujuanmu melakukan ini semua?! Kenapa kau melibatkan begitu banyak nyawa manusia demi hal ini?!”“Kau menganggap nyawa manusia itu apa?!”Dari tersenyum tipis dan wajah yang renggang penuh aura ramah, berubah menjadi tatapan rajam penuh dengan ancaman yang menyirat langsung hingga membuat Eiji tertegun.“Hati-hati dengan pertanyaanmu, Nakagawa. Kau tidak memiliki hak untuk bertanya apapun padaku. Yang kau perlu lakukan saat ini hanyalah bertarung jika masih ingin hidup”“Dan ketika kau lah yang paling terakhir bertahan, jawaban itu akan kuberikan padamu!”Eiji tertegun diam dan tidak bisa melakukan apapun. Saat ini dia hanyalah
3 hari berlalu dengan mereka yang beristirahat di kota Liberia terlebih dahulu. Mencari persediaan makanan dan hal-hal lain sama pentingnya dengan di kehidupan nyata sekarang.Dengan level yang naik secara perlahan dari berburu bahan makanan dan credit pun tidak terlalu membuat perbedaan yang besar. Oleh karena itu, Eiji, Jirou dan Satsuki saat itu pergi dari kota Liberia dan berjelajah dengan liar di dunia game Linked Evolution. Tanpa peta, tanpa panduan, tanpa apapun sebagai landasan teori untuk membantu petualangan.Mereka bertiga berada di dalam hutan yang begitu lebat dan sedang berlari dalam kecepatan penuh.*SRAK SRAK*Suara ranting dan semak-semak yang bergesekan dengan tubuh mereka terdengar berulang kali layaknya sedang berada dalam situasi panik.Eiji yang berlari seorang diri dan terpisah dengan Jirou dan Satsuki pun menoleh ke belakang dan melihat adanya kumpulan Serpent Lizard yang sedang mengejarnya.Serpent Lizard merup
Eiji yang masih merasakan hawa mencekam dan teror itu, terus-terusan berpikir terhadap makhluk yang berada di balik portal. Wajah dengan bayangan hitam yang menyeringai lebar, cakar hitam yang besar nan tajam seolah telah berpengalaman merenggut banyak nyawa dapat terasa dari dekat.“Makhluk apa itu?”“Untuk sesaat… kepalaku… di penuhi halusinasi kematian!”Di kala dirinya sedang kebingungan, tiba-tiba saja terdengar suara Satsuki dan Jirou yang berteriak memanggil namanya dari belakang.“Eiji!”Kedua temannya segera menghampiri Eiji yang terlihat begitu kelelahan. Mereka berdua yang sebelumnya bertarung menghabisi monster di sisi lain desa, sedikit kebingungan melihat kondisi Eiji.“Eiji, kau tidak apa?!” tanya Satsuki“Ya... bagaimana dengan kalian?” sahut Eiji“Semua monster itu sudah di bersihkan. Walaupun mereka memberikan exp yang banyak, teta
Eiji masih terdiam dan terkejut terhadap tajamnya pemikiran Satsuki yang membuatnya bertanya seperti itu. Perasaan Takut dan khawatir mulai membesar hingga membuat Eiji menelan salivanya sendiri untuk berusaha menenangkan dirinya.Tatapan mata Satsuki yang penuh dengan makna itu haus akan jawaban, sekaligus menyiratkan perasaan sedih di dalamnya.Kebenaran membuat mulut Eiji mulai bergerak dengan sendirinya. Hati yang berkata untuk tidak mengkhianati kepercayaan kedua temannya, membuat dia ingin membuka mulut.“Aku-!”Satu kata yang dia keluarkan saat itu kembali terhenti seperti sebelumnya. Karena, sebuah ledakan terjadi jauh di belakangnya. Suara dari dentuman ledakan yang cukup keras itu masuk ke dalam telinga dan terasa dampaknya hingga ke arah Eiji dan membuat Jirou sontak terbangun.DUAR!“A-apa itu?!” ucap Eiji yang sontak menoleh ke belakangDi sisi lain, Satsuki sontak melihat ke arah yang sama dan men
Sesuai dengan ucapan Eiji, dia bersama Satsuki dan Jirou pun pergi meninggalkan kota Genbukai untuk melanjutkan perjalanan. Demi menjadi lebih kuat, Eiji di beritahu oleh Genbu, bahwa dirinya memiliki koneksi dengan keempat dewa penjaga mata angin.Oleh karena itu, dia harus bertemu dengan masing-masing dewa untuk memperkuat dirinya dengan latihan dan mendapatkan kepercayaan dari mereka.Tidak ada satupun orang yang masih mengetahui niat asli Eiji. Bahkan Satsuki dan Jirou hanya menganggap Eiji ingin menjadi lebih kuat demi memenangkan Linked Tournament dan mendapatkan hadiah besar dari Suei.Namun, yang Eiji inginkan lebih dari itu. Hal yang tidak bisa di gantikan dengan sebuah uang, yaitu nyawa. Puluhan player yang terjebak di dalam Linked Evolution dan terlibat dengan Linked Tournament, dia ingin berusaha memenangkan turnamen agar tidak ada yang terbunuh secara nyata di dalam game tersebut.**Hari yang panas dan matahari yang bersinar terik di
Eiji yang melihat tubuh partikel dari Shinha yang memecah dan membaur dengan udara, menggertakan gigi dan mengepal erat tangannya penuh amarah.Bagaimana tidak? Seorang remaja berumur 17 tahun dan belum lama menduduki bangku SMA kelas dua. Kini, dia terjebak di sebuah death game dan telah merenggut nyawa orang yang tidak bersalah.Shinha terlihat jelas bahwa dia bertarung demi mempertahankan hidupnya, dan dia tidak mempunyai pilihan lain. Begitu juga dengan Eiji sendiri. Tidak ada kemunafikan di dalamnya, mereka sebagai manusia pasti akan memiliki insting untuk bertahan hidup.Oleh karena itu lah, Eiji sangat membenci Suei dan Linked Evolution yang telah menjebaknya.“Lagi-lagi… aku membunuh seseorang!”Dirinya terjatuh di kedua lutut yang menopang tubuhnya. Eiji melihat kedua telapak tangannya yang sudah merenggut nyawa seseorang.Penyesalan dan amarah. Dua kata itulah yang dapat mendeskripsikan perasaan Eiji saat i
Eiji terkejut ketika mendengar ucapan Shinha. Di suruhnya untuk menyerah? Apa maksud Shinha saat itu? Wajah Eiji tertegun heran dan menatap ke arah Shinha penuh kebingungan.“A-apa maksudmu?”Namun, Shinha sendiri terlihat bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Dia kembali menegaskan kalimatnya kepada Eiji.“Menyerahlah. Kau tidak ingin ada pertumpahan darah bukan?”“Tu-tunggu. Kenapa….”“Jika kau tidak ingin menyerah, maka tidak ada gunanya untuk berdiskusi. Aku tidak bisa mempercayai ucapanmu itu”“Kenapa?! Aku mengatakan yang sejujurnya! Aku tidak ingin orang-orang mati karena turnamen dan jebakan Suei ini!”Eiji semakin bingung dengan ucapan Shinha. Dia mencoba untuk menghindari pertarungan dan korban jiwa di dalam game tersebut. Namun, berdasarkan dari ucapannya, Shinha memang menolak keras untuk percaya kepadanya.Dan itu karena….“Kau se
Di kala Natsuki di landa kebingungan, tubuh Eiji yang mulai terbentuk dari ribuan partikel di pindahkan ke sebuah tempat yang tak di ketahuinya.Pohon yang begitu tinggi dan dedaunan yang lebat. Tak ada suara apapun selain hembusan angin sejuk yang menggoyangkan setiap daun berirama merdu.Di tengah kesepiannya itu, Eiji menoleh ke kiri kanan untuk mencari tahu bahwa dirinya sedang berada di tengah hutan.“Hutan?”“Jirou! Satsuki!”Eiji berteriak memanggil nama kedua temannya. Namun, tak kunjung ada jawaban yang merespon teriakannya yang cukup keras itu.“Sialan, notifikasi itu! Tak kusangka hari ini adalah ronde pertamanya di mulai! Baru saja selesai melawan ancaman di kota Genbukai, waktunya benar-benar tidak tepat!”Merujuk kepada notifikasi panel yang memberikan hitung waktu mundur, Eiji baru saja menaydari bahwa dirinya telah kehilangan hitung dalam hari. Dua minggu berlalu dengan cepat, dan ta
Eiji menarik nafasnya secara perlahan dan mencoba untuk menenangkan dirinya. Setelah itu….“Natsuki, kenapa kau tiba-tiba berhenti dari pekerjaanmu itu?”“Ah, itu ya. A-aku… ingin memulai hal baru….”Eiji memiringkan kepalanya seolah tidak terlalu memahami jawabannya yang begitu singkat dan menggunakan suara yang terbilang pelan.“Memulai hal baru?”Natsuki mengangguk pelan seolah meng-iyakan pertanyaan Eiji.“Iya. Melakukan seperti itu melelahkan juga, terlebih lagi alasanku berhenti itu juga karenamu….”Suara Natsuki semakin kecil di akhir kalimat, sehingga Eiji tidak mendengar dengan jelas bagian terakhirnya. Namun, Eiji tidak berusaha untuk bertanya lebih lanjut akan hal itu.“Yah, kurasa kau pasti mempunyai alasan sendiri. Tetapi, hari ini aku datang bukan hanya ingin membicarakan hal itu”“Eh?”Tiba-tiba saja,
Malam telah berlalu dan berganti dari bulan yang bersinar menyinari kegelapan, menjadi matahari yang memberikan kehangatan di pagi hari.Sinar mentari yang lembut itu menyinari kota Genbukai yang di penuhi dengan penduduk kota yang berkehidupan normal seperti biasa seolah tidak ada yang terjadi.Terlibatnya Eiji dan teman-temannya telah membuat kota Genbukai terbebas dari ancaman. Dan kini, Eiji yang sedang berjalan di tengah kota bersama Jirou, Satsuki dan Tiara pun melihat penduduk kota yang memiliki senyuman di wajahnya.Dia berjalan melewati lalu lalang kota, dan juga lokasi di saat dia bertarung dengan LoneWolf. Tempat yang sebelumnya sudah hancur itu telah di perbaiki dengan cepat dalam kurun waktu kurang dari 5 hari.Dan seiring lamanya dia berjalan, Eiji berdiri di depan sebuah bangunan layaknya klub dan masuk ke dalamnya. Tempat yang seharusnya menjadi hiburan malam itu, tentu saja akan sangat sepi ketika berada di waktu matahari masih bersinar.
Sebuah penjelasan yang cukup memukul Eiji di kepala itu benar-benar membuatnya terkejut. Dia yang sebelumnya masih berada di ambang-ambang dengan teori tidak berdasarnya, tiba-tiba saja di perkuat dengan ucapan Genbu sendiri.Wajahnya seperti membeku dan ekspresinya tidak berubah sejak awal dia mendengar hal tersebut.“Ja-jadi… itu benar?” gumam Eiji“Ya….” sahut Genbu sambil menganggu pelanEiji masih cukup sulit untuk mempercayainya. Bahwa teknik baru yang dia miliki ternyata di berikan oleh Genbu. Seolah menjadi kunci untuk membuka skill terkunci tersebut dan menjadikannya sebagai jurus terkuat Eiji untuk saat ini.Namun, tentu saja dia masih sedikit bingung. Satu pertanyaan yang muncul di benaknya itu adalah, kenapa dirinya? Dan kenapa baru sekarang?Eiji yang kebingungan mengangkat wajahnya dan menyingkat pertanyaannya hanya menggunakan satu kata.“Kenapa?” tanya EijiHanya