Terkejut, Quinn menoleh ke arah Xavier yang seperti sudah dililit oleh si ular putih, namun sang jenderal tidak menunjukan apapun di wajahnya. "Ya, Lian Reigna Knox adalah ibuku.""Sttt... tidak puas? Wanita itu sekarang mengirim putarannya? Apa yang kau inginkan dariku, Xavier Knox?" mulut ular itu terbuka, seperti ingin menggigit Xavier dan menelan Xavier bulat-bulat. Panik, Quinn mengangkat tangannya, dan berbicara. "Tolong, jangan makan dia." sang ular teralihkan dari Xavier, sekarang perhatiannya seratus persen tertuju kepada Quinn.Pupil mata sang ular melebar dan berkilat, sekejap ia sudah melepaskan tubuh Xavier dari lilitannya. "Kau... kau memiliki Black Hole pada dirimu." ular itu mengelilingi Quinn gelisah. "Aku memilikinya." Quinn mengangkat tangannya, memperlihatkan batu Black Hole di tangannya— menjadi sebuah cincin."Ka-kau.. kalian.. kau menghancurkan batuku yang berharga dan menjadikannya hiasan di tubuhmu? Kalian! Para manusia adalah makhluk yang paling rendah!" san
Quinn terdiam, menahan nafasnya, menunggu jawaban apa yang akan diberikan Xavier padanya. Apapun itu, ia berharap jawaban yang akan ia terima bukanlah jawaban yang melukai hatinya. Ia masih mencoba untuk percaya dengan Xavier, percaya jika sang jenderal bukan hanya memanfaatkannya. "Jadi, anda mangatakan jika Quinn benar-benar memiliki darah peri pohon?" bagai disambar petir di siang hari, rasa sakit di dadanya terasa sangat nyata. Ia kecewa, bukan kepada Xavier, melainkan kepada dirinya yang selama ini sudah berharap terlalu jauh. Apa yang ia harapkan? "Hah, sekarang kau meragukanku? Dari sini aku merasakan energinya dengan sangat kuat. Inilah kenapa kami para Beastman lebih hebat daripada kalian makhluk Soul Planet yang hanya mengandalkan tanda fisik. Bukan hanya wanita ini, aku juga tahu apa yang kau sembunyikan dariku. Jadi jangan macam-macam." Ular itu berdesisi dengan angkuh. "Sayangnya dia tidak memiliki kekuatan untuk menyelamatkan Sacret Tree kalian. Dia terlalu lemah." Bi
"Selanjutnya, kemana anda ingin pergi, nona Quinn?" seharian penuh, Syra menemani Quinn untuk berkeliling walau tidak sepenuhnya menghilangkan rasa tidak nyaman yang ditimbulkan Xavier darinya, setidaknya, dengan melihat dunia baru bisa melupakan masalahnya sekejap. Syra adalah teman yang baik, dia tidak banyak bicara tetapi juga tidak membiarkan kesunyian diantara mereka."Hmm... dimana tempat yang cocok untuk melihat matahari tenggelam? Aku dengar matahari tenggelam sangat cantik di Beast Planet." Syra berpikir sejenak, "Kalau begitu kita bisa pergi ke Sky Tower yang ada di tengah kota." Quinn mengangguk setuju. Menurut artikel yang ia baca, matahari tenggelam di Beast Planet tidak seperti di planet yang lain. Akan ada ledakan cahaya berwarna warni di langit."Nona Quinn, tunggu sebentar," Syra berhenti dan mengaktifkan panggilan hologramnya yang berbunyi. "Syra, apa Quinn masih bersamamu?" Syra menoleh pada Quinn yang berkerut, panggilan dari Xavier berhasil membuat suasana hatinya
Mereka berdua, Quinn dan Xavier terhampas dari lubang hitam yang tiba-tiba saja muncul. Wanita itu tidak merasakan sakit pada tubuhnya, tetapi, pria yang menyelamatkannya mengerang kesakitan. Quinn mengangkat kepalanya, dan membantu sang jenderal untuk bangun dari posisi mereka yang terbaring. "Ini sudah kedua kalinya kita tersedot dan terlempar dari lubang hitam.""Aku tidak ingin merasakannya untuk yang ketiga kali." ujar Quinn, memastikan tidak ada luka di tubuhnya. "Apa kau baik-baik saja?" tanya sang jenderal, melakukan hal sama dengannya."Tidak apa, hanya tanganku sedikit sakit karena terhimpit." Xavier meraih tangan kurus itu, mendesah berat setelah menemukan warna kemerahan di tangan Quinn. Quinn tidak menarik tangannya dari genggaman sang jenderal. Bond yang mereka miliki selalu menjadi obat penenang yang lebih mujarab dari semua obat yang telah ia gunakan selama belasan tahun. Perlahan, apapun rasa panik dan khawatir yang ia rasakan diawal, perlahan menghilang.Matanya yang
Keesokan paginya, Quinn terbangun dari tidur tanpa mimpi. Butuh untuk beberapa saat sebelum ia menyadari jika saat itu dirinya tidak berada di rumah, melainkan tersesat dan terdampar di sebuah planet tidak berpenghuni. Di luar, matahari sudah terbit, badai salju sudah berlalu tanpa meninggalkan jejak apapun. Sebuah keajaiban pesawat tempatnya berlindung sekarang belum tertimbun di dalam tumpukan salju.Keadaan sekitarnya sunyi, ia keluar dari dalam kamar mencari keberadaan Xavier. Ia menemukan sang jenderal masih dalam posisi yang sama dengan semalam, mencoba memperbaiki pesawat terbengkalai di tengah planet yang ditutupi salju. Quinn harus akui jika kegigihan sang jenderal patut untuk di apresiasi. "Kau masih di sini." sapa Quinn, sang jenderal melirik sekilas, matanya terlihat lelah namun tidak dengan semangatnya."Kau sudah bangun." Quinn duduk di dekat sang jenderal, memperhatikannya di saat dirinya sendiri tidak tahu apa yang harus ia lakukan."Apa kau mau segelas kopi?" tanya Xa
"Caramu mengatakannya, seolah aku sedang menggunakanmu." Ujar Xavier."Bukankah kau memang menggunakanku? Sejak awal hingga sekarang, kau sedang menggunakanku, bukan? Fakta bahwa aku memiliki darah peri pohon mengalir di tubuhku, bagaimaman kau bisa tahu semua itu ketika aku seperti orang bodoh terjebak di dalam kegelapan? Tidak tahu apapun."Ya, ucapan ratu beastman masih terngiang-ngiang di kepalanya. Ratu Beastman adalah makhluk legenda yang sudah hidup lama. Ia mengetahui banyak hal, bahkan rahasia planet lain yang tidak diketahui oleh orang lain. Itulah alasan tidak ada yang berani mengganggu Beast Planet meskipun perang berkecamuk di luar sana. Dia tetep berada di tengah tidak berpihak kepada siapapun, tidak membela siapapun.Setiap perkataan sang ratu juga adalah kebenaran, hingga ucapannya yang mengatakan jika Quinn adalah sang pelindung Sacret Tree, yang mereka panggil dengan darah peri pohon juga benar adanya. Bagaimana itu mungkin? Selama ini ia hidup seperti manusia biasa,
"Aku mulai berpikir bahwa kau memiliki garis keturunan peri pohon sejak hari dimana kau menyelamatkan nyawaku. Sebelum kehilangan kesadaran, aku seperti melihat cahaya bintang di matamu." "Benarkah?" "Hmm... mereka bilang keluarga kerajaan yang sesungguhnya memiliki bintang dimata mereka. Itu yang dikatakan buku kuno. Aku tidak menemukan satu bintang dari catatan atau poto dari raja dan ratu terdahulu, sehingga aku tidak bisa menyimpulkan raja yang sekarang bukanlah raja yang sebenarnya. Akan tetapi, setelah melihatnya secara langusng, aku paham apa maksud dari kalimat itu." mereka berdua duduk di tepi tempat tidur, memandang pada badai di luar sana. "Aku butuh waktu untuk pulih, dan ketika bertemu kembali, aku bertanya apakah saat itu aku berhalusinasi karena aku tidak melihat cahaya itu lagi dimatamu." Quinn tertawa, kecil, "tentu saja tidak ada, aku melihat bayangan diriku setiap hari dan tidak pernah melihat bintang atau cahaya apapun di dalamnya." di antara dinginnya malam di
Paginya, Quinn Flos, peserta pelathan 197 meninggalkan markas pelatihan unit K-101. Ia dijemput oleh kedua orangtuanya. Ayahnya, Edmund, merupakan bangsawan Flos yang cukup terkenal diantara para bangsawan lain, hanya saja, karena dia adalah satu-satunya kelaurga Flos yang tersisa dan sejak menikah dengan seorang putri angkat keluarga Dariel, Edmund tidak begitu banyak lagi muncul di publik."Ayah, ibu! Aku merindukan kalian berdua!" Q1 atau Quinn Flos yang sangat ditakuti, dikagumi serta menjadi kebanggaan para gurunya selama pelatihan, memperlihatkan sisi yang tidak pernah orang-orang lihat sebelumnya. Gadis itu terlihat sangat kuat, namun ketika bertemu dengan ayah dan ibunya, sifat manjanya keluar."Hei, kenapa putri kecil ayah semakin tinggi sekarang?""Tentus aja, aku sudah semakin besar! Sebentar lagi aku akan berusia enal belas tahun." Edmund mengusap puncak kepala putrinya dengan lembut, mengacak rambut hitam panjangnya yang diikat pony tail hingga berantakan."Quinn, meskipu
Hari itu, cuaca sangat cerah di Soul Planet. Di salah satu kediaman rumah keluarga bangsawan paling berpengaruh di kerajaan Crescere, para nyonya rumah itu tengah asik dengan kegiatan mereka— merangkai bunga. Pagi itu Quinn tidak perlu ke istana, apalagi semalam ia juga menginap di rumah Knox dan berencana untuk kembali ke istana sesudah jam makan siang. Seperti biasa, orang yang sangat senang merangkai bunga adalah ibu mertuanya— nyonya Lian Reigna Knox, sedangkan sang nenek lebih suka duduk meluruskan kakinya seraya menikmati teh hangat hasil racikan Quinn yang lain. Sang nenek tidak pernah berhenti untuk takjub, selalu saja ada inovasi terbaru dari Quinn dalam merangkai tehnya. Tidak ubahnya dengan pagi ini, wajah sang nenek langsung dipenuhi oleh senyuman kepuasan. "Betapa senangnya hari ini, cucu menantuku akhirnya berkunjung dan menghabiskan paginya di sini setelah sekian lama. Ah... maafkan aku Yang Mulia, tentu saja aku masih memperhatikan manner ku karena saat ini kau bukan
"Tidak, aku menolak. Perjalan kali ini aku bisa pergi dengan prajurit Syra atau Lucas dan Oliver, sedangkan untukmu sendiri, aku melarangmu untuk melakukan perjalanan jauh serta melarangmu untuk keluar dari planet ini, jenderal." ruangan itu terasa sangat mencekam dan tegang dari yang mereka duga. Tidak ada yang menyangka jika dua orang ini, baik Yang Mulia Ratu ataupun Jenderal Xavier sama-sama keras kepala. Apa mereka selalu bertengkar seperti ini setiap hari di rumah? Andrian menyenggol bahu saudara kembarnya dengan sikunya, ia memberi kode agar Darian mau angkat bicara dan mengentikan perdebatan mereka berdua yang sudah berlangsung lebih dari lima belas menit. Jika dibiarkan seperti ini, pekerjaan mereka bisa tertunda. "Tetapi Yang Mulia, perjalanan ke luar angkasa adalah perjalanan yang cukup berbahaya, sudah menjadi tugasku untuk melindungi anda sebagai jenderal kerajaan ini. Maka dari itu, anda harus berangkat ke Soul Planet bersama ku." Xavier, yang baru saja terbangun setel
Xavier di rawat di rumah keluarga Knox, selain agar nyonya beserta keluarga sang jenderal bisa mengawasi perkembangan kesehatannya, hal ini juga lebih aman daripada di rawat di rumah sakit umum maupun rumah sakit militer. Tidak ada yang bisa menjamin jika tidak ada yang ingin melukai sang jenderal. Hanya karena Dark Dragon sudah tidak ada, bukan berarti menghilangkan orang yang tidak menyukai mereka. Xavier tetap merupakan jenderal Soul Planet yang memiliki musuh di mana-mana. Sesampainya di depan gerbang rumah keluarga Knox, Zachary langsung bergegas masuk, meninggalkan Quinn yang mengingatkan sang anak dari belakang, "Zach, hati-hati!" ia tahu bahwa putranya tidak anak-anak tiga tahun lagi, Zachary sudah berusia tujuh tahun, dia sudah pergi ke sekolah bersama Shania— putri mendiang Raja Daniel III serta sudah menjadi kakak bagi untuk Freminete Black— putra dari Darian dan Seeli. Mungkin kelak setelah Flower milik putranya mekar, ia akan tetap menganggap Zachary adalah anak kecil.
"Kakek Edmund dan kakek besar pergi begitu saja meninggalkan aku bermain bersama Shania. Dia itu perempuan, dia mengajakku bermain boneka bersamanya." "Zach!" di belakang, Darian tengah berlari mengejar Zachary yang bergelayut di kaki sang ibu. "Yang Mulia! Maaf aku tidak bisa menahan tuan muda Zach yang ingin bertemu dengan anda." Darian nampak terengah-engah, entah dari mana pria itu mengejar Zachary. "Tidak apa. Maaf sudah meerepotkanmu, kepala Darian." Darian mengangguk, sudah lega karena anak tujuh tahun yang super aktif itu bertemu sang ibu dan tidak berlarian ke sana-kemari. Bisa buruk jika ia kehilangan putra dari Yang Mulia ratu! "Kalau begitu, aku pergi dulu." "Ya, silahkan." Setelah Darian pergi, Quinn memberi tatapan penuh tanya kepada sang putra, Zachary yang masih berusia tujuh tahun itu mengembungkan pipinya, mata hitamnya memelas, sedangkan bibirnya maju beberapa senti. "Aku masih tidak terima ibu tidak memperbolehkan ku untuk ikut ke upacara pernikahan bibi Youna
Tepukan tangan bergema di taman yang ada di belakang istana Crecere. Hari ini, halaman belakang itu di hiasi oleh dekorasi yang di dominasi dengan warna putih dan Scarlett sebagai perayaan pernikahan dari seorang dokter di rumah sakit militer dan seorang prajurti wanita yang tergabung dalam pasukan elit Sky Eagle Legion. Youna Scarlett terlihat sangat cantik dalam balutan gaun putihnya, berdiri bersama sang suami di hadapan Sacret Tree yang berdiri kokoh melindungi Soul Planet. Setelah tujuh tahun berlalu, akhirnya Youna memutuskan untuk menerima lamaran dari dokter yang merawatnya ketika di rumah sakit. Sejak penyerangan Dark Dragon tujuh tahun lalu, Youna mendapatkan luka yang cukup serius dan harus di rawat beberapa bulan di rumah sakit. Di sanalah mereka bertemu. Sebenarnya sang dokter sudah lama ingin menikahi Youna, namun wanita itu memerlukan waktu yang lama untuk menata kembali hati dan pikirannya. Berkat ke sabaran sang dokter, akhirnya Youna menerima lamaran itu dan menikah
Ia melihat seluruh kenangan yang tersimpan di dalam Sacret Tree berputar di kepalanya. Di mulai dari pohon kecil di tempat nan gersang, perlahan-lahan tumbuh besar hingga tempat yang tandus berubah menjadi ladang hijau yang subur. Lily of the Valley yang tumbuh mengelilinginya, dan para peri pohon yang hidup dari Sacret Tree. Perlahan-lahan, pohon itu tumbuh semakin besar dan dihuni oleh tumbuhan dan hewan-hewan. Lalu masa ketika para manusia datang, menyentuhkan tangan mereka pada Sacret Tree. Lambat laun, para peri pohon menyambut uluran tangan para manusia, era Soul People pun di mulai. Raja pertama, raja dan ratu selanjutnya. Soul Planet yang semula hanyalah sebuah tempat yang sunyi, perlahan berubah menjadi kota modern yang ramai. Hutan-hutan hijau berganti dengan gedung-gedung tinggi, padang rumput berubah menjadi taman atau rumah-rumah. Semua baik-baik saja hingga Raja Daniel pertama menumpahkan darah saudaranya sendiri, menghilangkan cahaya di setiap daun Sacret Tree yang ber
Quinn membuka matanya yang tertutup dengan rapat, pemandangan di depannya bukan lagi halaman belakang istana yang berantakan, efek dari pertarungan. Ia sekarang berdiri di atas akar raksasa, di kelilingi oleh kolam yang seeprti kaca, memantulkan cahaya. Di depannya, sebuah pohon berdiri dengan kokoh. Betapa cantiknya pohon itu, berwarna perak yang bercahaya berkilauan. Ia terjebak di sebuah tempat yang tidak ia ketahui, ia menatap jauh pada langit di atasnya, namun pandangannya tertutupi oleh daun perak yang seperti menyelimuti seluruh langit. Tidak mengindahkan rasa penasaran yang tengah ia rasakan, Quinn Flos melangkah maju, berjalan di atas akar-akar raksasa perak yang meninggalkan jejak berkilau saat ia lewati. Sangat indah dan mengagumkan. Ia sampai di depan pohon, menatap batangnya yang juga berwarna perak berkilau. Di sekitar pohon itu, tanaman Lily of the Valley mengelilinginya. Quinn ingin mengambil bunga itu, namun ia urungakan dan hanya menyentuhkan ujung jemarinya pada L
Di taman belakang istana Crescere, tempat Sacret Tree tumbuh dan menjadi pusat dari Soul Planet, pertarungan antara dua orang Dark Dragon dan seorang prajurit Sky Eagle Legion beserta Lily of the Valley, pelindung dari Sacret Tree itu sendiri berlangsung sangat sengit dan menegangkan. Musuh mereka tidak mau kalah, belum lagi mereka juga memiliki banyak tipuan di balik lengan baju mereka. Youna tidak segan-degan melemparkan sebuah bom asap ke arah musuh, menyebabkan seluruh asap dimana-mana yang membatasi penglihatan. Di sebelahanya, Quinn dengan peluh yang membasahi pelipisnya, mengusap luka di pipinya, mata terang milik Quinn terlihat sangat dingin, seperti seekor serigala yang kelaparan. Antara merinding dan bingung, Youna harus mengakui jika Quinn yang bersamanya sekarang tidak terlihat seperti Quinn yang terlihat sangat lemah beberapa saat yang lalu. Gerakan wanita itu sangat lincah dan efektif, dengan mudah ia membaca gerakan musuh, menyerang hingga membuat pihak musuh terkejut
Xavier berlari meninggalkan ruangan yang sudah hancur tidak berbentuk karena pertarungan yang terjadi. Ukuran tidak pernah menjadi masalah ketika Xavier berhadapan dengan monter itu. Sulur-sulur panjang Blood Vine terarah ke arahnya, berusaha menangkapnya, akan tetapi dengan sekali ayunan, ia memotong sulur-sulur tanamann itu dengan mudah. Daun yang berjatuhan kemudian menjadi layu dan berubah menjadi genangan darah di lantai. Dinding kaca yang memperlihatkan keadaan di luar anggaksa sana, posisi pesawat induk Dark Dragon sudah menjauhi Soul Planet, jika ledakan besar terjadi, maka tidak akan memberikan dampak buruk pada Soul Planet. Dari markas, Darian hanya perlu menunggu arahan darinya dan mereka bisa menghancurkan pesawat ini sesuai rencana. Satu pedang milik sang jendral berubah menjadi dua bilah pedang, menyerang musuh dari kedua arah. Moster itu memuntahkan cairan lendir yang menghancurakn besi hanya dengan satu semburan kecil. Makhluk ini juga terlihat seperti Lizard dengan