“Aredel! Hei bangun! Kau tidak bisa meninggalkanku!”
Suara teriakan pria bersurai merah itu menggema di medan pertempuran.
Dia putus asa. Terus menerus meneriaki nama Aredel. Meskipun si empunya hanya bisa diam bergeming. Tanpa menyahut sekalipun.
“Kau bilang akan hidup selamanya … tapi kenapa hanya dengan tertusuk pisau saja kau sekarat begini huh?!”
Aciel tidak terima. Dia terus menggenggam tangan Aredel yang kini tengah diobati oleh Rayzeul.
“Aciel … kau harus menerimanya. Itu bukanlah pisau biasa, pisau it---“ ucapan Ratu Tauriel terputus.
“Aku tidak peduli! Seharusnya dia bisa hidup selamanya! Aku mau di---“
Bugh
Rayzeul meninju pipi Aciel kencang. Pria bersurai merah itu diam, tak bisa berkata-kata. “Dasar sialan! Bisakah kau diam?! Bukan hanya kau yang bersedih di sini! Apakah kau tidak membayangkan bagaimana sedihnya Ibu Aredel?!”
Satu bulan kemudian.Hari-hari yang dijalani Aciel sangat berat.Bukan hanya tentang Aredel yang belum kembali, tapi juga tentang pekerjaannya yang bertambah. Akibat adanya perang kemarin, banyak sekali pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.Misalnya mengembangkan senjata baru, mini jet untuk perang, dan menjinakan robot-robot perang kemarin agar bisa digunakan kembali.Tentu saja dia tidak sendiri melakukan hal itu. Bersama dengan timnya yang lain, dan Irimie serta Rayzeul yang membuat amunisi-amunisi seperti bom.Dar “Dasar ahli kimia menyebalkan! Sudah aku bilang jangan coba-coba dulu dengan senjata itu!”Aciel berteriak marah. Lantaran pistol gel merahnya meledak begitu saja ketika Irimie dan Rayzeul menambahkan sesuatu.“Kita kan sedang ingin mencoba! Siapa tahu berhasil bukan?” tanya Irimie kesal.“Lihat … apakah itu berhasil? Kau membuatnya menjadi potongan be
Sejak Aredel kembali, keadaan Aciel dan Rayzeul berubah. Mereka nampak lebih semangat, dan sering tertawa bersama. Kekhawatiran mereka akan keadaan perempuan bersurai putih itu menghilang. Karena dia telah kembali, dan bahkan sudah melakukan banyak hal berempat. Seperti berjalan-jalan, mencari sesuatu yang aneh di hutan, atau mencoba penemuan baru Rayzeul. Pip Pip Pip “Dalam hitungan ketiga … dia akan meledak. Satu dua ….” Dor Semua orang bertepuk tangan. Termasuk Aciel dan Aredel. Mereka layaknya kedua orang tua yang bangga saat melihat Rayzeul dan Irimie sedang mendemontrasikan alat buatan mereka. “Mereka keren!” seru perempuan bersurai putih itu dari kejauhan. “Mereka pasti berhasil! Kalau begitu ayo!” Grep Pria bersurai merah itu menarik tangan Aredel. Dia tertawa, seraya membawa perempuan cantik bersurai pendek itu ke suatu
Malam hari di Ibukota Alacanist Warga panik berlarian kesana kemari mencari tempat berlindung dari serangan sepuluh ekor serigala. Tidak seperti serigala biasanya, serigala ini berukuran sangat besar hingga tingginya mencapai dua puluh meter. Serigala tersebut memiliki bulu berwarna abu-abu dengan mata berwarna hitam legam, dan tak lupa taring serta kuku-kukunya yang panjang. Serigala tersebut mengejar-ngejar manusia dan jika sudah tertangkap serigala tersebut langsung mencabik-cabik atau memakan manusia hidup-hidup.Tim penjaga kota Alacanist mencoba menghentikan semua serigala tersebut, tetapi hal itu semuanya sia-sia. Mereka sudah mencoba menembak gas beracun ke serigala tersebut, menembakan senjata petir poratabel, gas tidur, bahkan mengikat mereka dengan jaring listrik juga tidak ada gunanya dikarenakan badan mereka yang besar, kuku dan taring mereka yang tajam dengan mudah menggoyak jaring tersebut. Tim penjaga kota Alacanist menyerah, mereka sekarang l
Aciel gugup, bibir dan matanya bergetar, serta tangannya yang basah karena keringat. Setelah menanyakan pertanyaan itu pada makhluk di depannya, makhluk tersebut tidak menjawab dia hanya melihat ke arah Aciel dengan tatapan khawatir.“Kau tidak apa-apa?” tanya makhluk tersebut.Aciel terkejut, ternyata makhluk tersebut bisa berbicara bahasa manusia. Lutut Aciel lemas, punggunya langsung bersender ke batang besar pohon dengan mata yang masih menatap makhluk yang ada di depannya ini.Roaaar..Erangan beruang tersebut terdengar kencang sekali, hingga membuat daun-daun dan ranting pohon kecil berjatuhan ke tanah. Aciel dan Makhluk berambut putih di hadapannya itu, langsung menengokkan kepala mereka ke arah beruang yang mengerang keras di bawah.Roaaaarrr…..RoaaarrrErangan beruang terdengar lagi, hingga membuat burung-burung yang berada di pohon terbang meninggalkan hutan. Manik mata hijau milik perempuan ber
Keesokan paginya Tim Aciel mulai menelusuri Hutan Borneove, Hutan tersebut damai sekali, hanya terdengar suara langkah kaki dari para anggota tim, dan kicauan suara burung dari pohon-pohon. Mereka menelusurinya mulai dari daerah timur yaitu daerah yang banyak pohon pinus karena daerah timur hutan ini merupakan dataran tinggi. Semua anggota tim sibuk mencari jejak-jejak yang ditinggalkan oleh binatang raksasa yang menyerang kemarin, ada yang memeriksa tanah, ada yang memeriksa semak-semak, dan ada yang memeriksa pepohonan. Sementara itu, Aciel sibuk dengan Inblet nya dia membaca sesuatu di dalam benda kota transparan itu. “Tidak ada penyerangan dari serigala raksasa kemarin malam, ini aneh sekali semoga kau menemukan sesuatu disana. Dari Tuan Owen,” gumamnya sambil melihat isi pesan yang diberikan Tuan Owen padanya. Aciel merenung sejenak, memikirkan kenapa hewan tersebut tidak menyerang kota Alacanist semalam. “Apakah karena serangan serigala tadi sore?”
Keesokan harinya, Tim Penyelidikan Aciel kembali mencari sample-sample yang bisa mereka teliti. Mereka masih menelusuri Hutan Borneove bagian timur namun, bedanya kali ini mereka lebih memfokuskan pencarian di daerah bebatuan. Setelah berjam-jam mencari, akhirnya mereka menemukan sesuatu yaitu bercak air liur. Air liur tersebut diambil, lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi. Mereka kembali melakukan pencarian lagi selama berjam-jam tetapi kali ini, mereka tidak mendapatkan apa-apa. Hari sudah semakin siang, matahari sudah berada tepat diatas kepala mereka. Meskipun mereka berada di dalam hutan, tetapi panas dari sinar matahari, ditambah dengan kelelahan mencari sample membuat mereka lemas. Aciel pun memutuskan untuk istirahat sejenak dan makan siang.“Sebaiknya kita makan siang dulu,” ujar Aciel.“Siap Ketua!” jawab anggota Tim Penyelidikan.Setelah makan siang, mereka melanjutkan pencarian tetapi kali ini Aciel tidak ikut mencari sample.
Laptop analisis menunjukkan hasil analisisnya di layar, sontak membuat para tim penyelidikan terkejut karena hasilnya tidak sesuai dengan dugaan mereka.“Kenapa bisa seperti ini?” tanya Aciel lemas sambil melihat ke layar laptop yang bertuliskan, “Air Liur Serigala Abu-abu” dan “Bulu Beruang Grizzyly”.Orang-orang yang berada di tim tersebut menghembuskan napasnya kasar.“Jadi selama ini pencarian kita sia-sia?” saut salah satu orang.Aciel mendudukkan dirinya di kursi, lalu menyenderkan punggungnya di senderan kursi tersebut. Dia menghela napasnya berkali-kali sambil memijat pelipisnya dan berkata, “Baiklah mari kita lanjutkan sampai dua hari ke depan, jika tidak ada hasil kita kembali ke Alacanist.”Semua orang menyetujui pendapat Aciel, kemudian Aciel menyuruh mereka semua untuk istirahat hari ini di tenda masing-masing karena besok mulai mencari sample-sample lagi. Aciel kembali ke ten
Aciel dan Aredel masih diam bergeming menatap kosong ke depan, setelah melihat ular raksasa yang mereka bunuh menghilang begitu saja karena ada lingkaran sihir berwarna hitam yang tiba-tiba muncul. Kaki Aredel lemas, otot-otot nya sedikit kaku karena terkena bisa ular yang lumayan banyak di kakinya tadi. Bukk.. Aredel terjatuh ke belakang namun, Aciel dengan sigap menangkap tubuh mungil milik Aredel itu. “Ah … maaf,” lirih Aredel lalu berusaha berdiri dengan kakinya. “Kau tidak apa-apa?” tanya Aciel khawatir lalu merangkulkan tangan Aredel ke pundaknya. “Tidak apa-apa hanya butuh istirahat,” jawab Aredel. Aciel menuntun Aredel ke tendanya lalu berkata, “Istirahat dulu di tenda ku, nanti kau boleh pulang saat sudah baikan.” “Ah … tidak usah aku masih sanggup untuk pulang kok,” ucap Aredel sambil mendorong tubuh Aciel yang merangkulnya, namun sayang tubuh Aredel lemas lalu kembali terhuyung ke belakang.